• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM DAN BUDAYA ORGANISASI pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IKLIM DAN BUDAYA ORGANISASI pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Kepemimpinan Pendidikan

yang dibina oleh Dr.H.Kusmintardjo.M.Pd,

oleh Ahmad Tohirin 140131602306 Prasetyo Budi Aji

140131602735 Vonny Angeli Sudharta

140131603603

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 1

C.Tujuan ... 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pengertian Kantin Sekolah ... 2

B.Tujuan dan Fungsi Kantin sekolah... 2

C.Jenis-Jenis Kantin sekolah ... 3

D.Prinsip-prinsip layanan kantin sekolah ... 5

BAB III KAJIAN EMPIRIS A.Hasil Wawancara ... 7

B.Kesimpulan ... 9

BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ... 13

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sekolah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk iklim sekolah (school climate). Perubahan iklim sekolah perlu dilakukan untuk merespon kondisi pendidikan dewasa ini yang semakin terpuruk. Hal ini lebih diperkuat lagi dengan perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, yang menuntut penyesuaian pendidikan, dan iklim sekolah yang kondusif yang menunjang terhadap pembelajaran yang bermakna.

Perubahan dari semua aspek kehidupan termasuk dipengaruhi oleh berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi, oleh karena itu agar kita dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman sangat diperlukannya perubahan iklim dan budaya sekolah yang lebih up to date atau terkini. Iklim dan buaya sekolah sangat berpengaruh pada anggota sekolah khususnya peserta didik. Diharapkan dengan kodisi iklim dan budaya yang kondusif peserta didik dapat merasa nyaman, aman dan tertib dalam menuntut ilmu di sekolah dengan harapan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

Kondisi iklim dan budaya yang kondusif akan membuat peserta didik lebih mudah untuk melangsungkan pembelajaran, jika didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik di sekolah. Selain itu tidak hanya dari pihak pengelola sekolah saja yang hanya bisa menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif, melainkan peserta didik pun ikut berperan aktif, contohnya yaitu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, mentaati peraturan yang berlaku pada sekolah tersebut, saling menghargai antar anggota sekolah, baik kepada teman, guru, ataupun penjaga kebersihan/ penjaga sekolah, artinya sikap saling menghargai dan menghormati juga harus dimiliki oleh setiap individu.

(4)

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian budaya organisasi ? 2. Apa fungsi budaya organisasi ?

3. Apa komponen – komponen budaya organisasi ? 4. Bagaimana karakteristik budaya organisasi ? 5. Apa klasifikasi budaya organisasi ?

6. Apa pengertian iklim organisasi sekolah ? 7. Apa tipe-tipe iklim organisasi sekolah ?

8. Apa dimensi dan indikator-indikator iklim organisasi sekolah ?

9. Bagaimana Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim

organisasi dan keefektifan organisasi ?

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian budaya organisasi 2. Memahami fungsi budaya organisasi

3. Mengetahui komponen – komponen budaya organisasi. 4. Mengetahui karakteristik budaya organisasi

5. Memahami klasifikasi budaya organisasi 6. Mengetahui pengertian iklim organisasi sekolah 7. Memahami tipe-tipe iklim organisasi sekolah

8. Mengetahui dimensi dan indikator-indikator iklim organisasi sekolah

9. Mengetahui Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Sonhadji dalam (Soetopo: 2010) budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi. Budaya organisasi mengacu kepada norma, prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi. William Ouchi dalam e-book (Sun’an, 2013: 2) mengartikan budaya organisasi sebagai simbol simbol, upacara - upacara, dan mitos-mitos yang mengkomunikasikan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan dasar dari organisasi.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah suatu nilai, keyakinan, norma, asumsi dan mitos yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi.

B. Fungsi budaya organisasi

Dalam organisasi buaya merupakan jantung organisasi. Jika iklim organisasi merupakan seter maka budaya organisasi adalah sebagai baterainya. Fungsi budaya organisasi dibagi menjadi 2 yaitu fungsi eksternal dan internal.

Fungsi eksternal budaya organisasi adalah untuk melalukan adaptasi terhadap lingkungan di luar organisai oleh karena itu organisasi akan selalu ada penyesuaian semakin kuat budaya organisasi makin tidak mudah terpengaruh oleh budaya yang berkembang di lingkungan.

Fungsi internal yaitu berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada di organisasi termasuk sumberdaya manusia. Kekentalan fungsi integrasi semakin kuat jika di dalam organisasi berkembang norma, tradisi, peraturan dll, yang terus-menerus dipupuk oleh anggota organisasi.

Berikut merupakan fungsi budaya organisasi menurut Soetopo (2010: 167) yaitu :

1. Memunculkan komitmen terhadap misi organisasi.

2. Budaya mempunyai batasan dalam mendefinisikan fungsi yang dapat membedakan antar organisasi.

(6)

4. Budaya memfasilitasi pembentukan komitmen dari kelompok. 5. Budaya dapat mempertinggi stabilitas organisasi dalam sistem sosial.

6. Budaya perupakan perekat sosial yang menyatukan organisasi, budaya tersebut menyediakan standar yang sesuai dengan tingkah laku anggotanya.

C. Komponen – Komponen Budaya Organisasi.

Menurut Soetopo (2010: 168-169) komponen – komponen budaya organisasi memiliki 12 karakteristik yaitu :

1. Nilai – nilai, yaitu keyakinan milik bersama dan filsafat anggotanya.

2. Pahlawan organisasi / keteladanan, yaitu anggota organisasi yang memiliki kepribadian terbaik dan memiliki nilai-nilai yang kuat tentang budaya organisasi.

3. Tanggung jawab, artinya setiap pegawai bertanggungjawab atas setiap tindakan dan keputusan..

4. Kebersamaan / intimasi, yaitu menciptakan situasi di dalam organisasi dimana setiap orang bias saling berhubungan.

5. Otonomi individu, yaitu kebebasan, tanggung jawab, dan kesempatan individu untuk berinisiatif dalam organisasi.

6. Tata aturan / norma, yaitu peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol perilaku pegawai.

7. Dukungan, yaitu bantuan dan keramahan manajer terhadap pegawai.

8. Identitas, yaitu kenalnya anggota terhadap organisasi secara keseluruhan, terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya.

9. Hadiah perfomansi, yaitu alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria performansi pegawai.

10.Toleransi konflik, yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat atau kemauan untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan.

11.Toleransi resiko, yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif, dan berani menanggung resiko.

(7)

D. Karakteristik Budaya Organisasi

Dengan merujuk pada pemikiran Fred Luthan, dan Edgar Schein, yang dikutip oleh Sudrajat (2008). Di bawah ini akan diuraikan tentang karakteristik budaya organisasi di sekolah, yaitu tentang (1) obeserved behavioral regularities; (2) norms; (3) dominant value. (4) philosophy; (5) rules dan (6) organization climate. Yaitu sebagai berikut:

(1) Obeserved behavioral regularities; budaya organisasi di sekolah ditandai dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota sekolah yang dapat diamati. Keberaturan berperilaku ini dapat berbentuk acara-acara ritual tertentu, bahasa umum yang digunakan atau simbol-simbol tertentu, yang mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh anggota sekolah.

(2) Norms; budaya organisasi di sekolah ditandai pula oleh adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik bagi siswa maupun guru. Standar perilaku ini bisa berdasarkan pada kebijakan intern sekolah itu sendiri maupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Standar perilaku siswa terutama berhubungan dengan pencapaian hasil belajar siswa, yang akan menentukan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus/naik kelas atau tidak. Standar perilaku siswa tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif atau akademik semata namun menyangkut seluruh aspek kepribadian

(3) Dominant values; yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi; Nilai dan keyakinan akan pencapaian mutu pendidikan di sekolah hendaknya menjadi hal yang utama bagi seluruh warga sekolah

(4) Philosophy; yakni adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan anggota sekolah. budaya organisasi ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam memandang tentang sesuatu secara hakiki, misalnya tentang waktu, manusia, dan sebagainya, yang dijadikan sebagai kebijakan organisasi

(8)

mengikat seluruh warga sekolah dalam berperilaku dan bertindak dalam organisasi. Aturan umum di sekolah ini dikemas dalam bentuk tata- tertib sekolah (school discipline), di dalamnya berisikan tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan oleh warga sekolah, sekaligus dilengkapi pula dengan ketentuan sanksi, jika melakukan pelanggaran

(6) Organization climate; merupakan perasaan keseluruhan (an overall “feeling”) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain

E. Klasifikasi Budaya Organisasi

Menurut schein dalam Soetopo (2010:173) budaya dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :

1. Artifak dan kreasi, yaitu pola prilaku yang dapat dilihat atau di dengar.

2. Nilai , dapat di uji dalam lingkungan fisik, tingkat lebih tinggi mengenai kesadaran

3. Asumsi dasar, yaitu mengenai hubungan manusia dengan lingkungan dan manusia dengan manusia, atau hakekat sifat dasar manusia.

Sedangkan menurut John P. Kotter dan James L. Heskett memilah budaya organisasi menjadi ke dalam dua tingkatan yang berbeda.

Tingkatan yang lebih dalam dan kurang terlihat, nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah. Pada tingkatan ini budaya sangat sukar berubah, sebagian karena anggota kelompok sering tidak sadar akan banyaknya nilai yang mengikat mereka bersama.

(9)

tetapi tidak sesulit pada tingkatan nilai-nilai dasar. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai tingkatan budaya ini dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

Sedangkan Hellriegel dan Slocum dalam Soetopo (2010: 175) mengacu kerangka budaya organisasi sebagai berikut

1. Budaya birokratik: suatu organisasi dengan bawahan yang melakukan segala sesuatu hal berdasarkan standart / prosedur legal.

2. Budaya clan: bawahan memiliki perasaan yang kuat untuk mengidentifikasi diri dan bahwa mereka saling tergantung. Bawahan mempunyai atribut tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi dll, artinya mereka berkerja dengan hati/ kesadaran diri sendiri.

3. Budaya entrepreneurial yaitu budaya yang menunjukan tingkat pengambilan resiko tinggi, dinamis dan kreatif. Inisiatif karyawan, fleksibilitas dan kebebasan akan meningkatkan inovasi unik dari karyawan.

4. Budaya pasar: karyawan hanya dituntut mencapai sasaran, sedangkan organisasi menjanjikan ganjaran sesuai sasaran yang telah dicapai karyawan. Hubungan antar karyawan dan organisasi bersifat kontrak. Atasan berinterkaksi dengan bawahan sangat luas.

Nilai yang dianut bersama: Keyakinan dan tujuan penting yang dimiliki bersama oleh kebanyakan orang dalam kelompok yang cenderung membentuk perilaku kelompok, dan sering bertahan lama, bahkan walaupun sudah terjadi perubahan dalam anggota kelompok.

Contoh: para manajer yang mempedulikan pelanggan; eksekutif yang suka dengan pertimbangan jangka panjang.

Norma perilaku kelompok :cara bertindak yang sudah lazim atau sudah meresap yang ditemukan dalam satu kelompok dan bertahan karena anggota kelompok cenderung berperilaku dengan cara mengajarkan praktek-praktek (juga- nilai-nilai yang mereka anut bersama) kepada para anggota baru memberi imbalan kepada mereka yang menyesuaikan dirinya dan menghukum yang tidak.

Contoh: para karyawan cepat menanggapi permintaan pelanggan; para menajer yang sering melibatkan karyawan tingkat bawah dalam pengambilan keputusan.

(10)

F. Pengertian Iklim Organisasi

Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.

Menurut Hersey dan Blancard dalam Dion (2013) aktifitas yang dilakukan oleh manusia dapat berjalan dengan baik jika situasi dan kondisinya mendukung serta memungkinkan aktifitas itu terlaksana. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kondisi lingkungan kerjaan iklim organisasi sekolah harus diciptakan dengan sedemikian rupa sehingga guru merasa nyaman dalam melaksanekan tugas

Hoy dan Miskel dalam Suherman (2013) mengemukakan bahwa :

Organization climate is a relatively enduring quality of scool environment that experience by teachers affect their behavior, and is besed om their collective perpection of behavior in school. A climate emerges through the interaction of members and exchange of sentiment omong them. The climate of a school is its “personality”.

(Iklim organisasi adalah kualitas lingkungan sekolah yang berlangsung secara relativ yang dialami oleh guru memengaruhi sikap-sikapnya dan itu berdasarkan kepada kepentingan secara bersama tentang “sikap” di sekolah. Suatu iklim timbul melalui interaksi dari anggota dan pertukaran perasaan diantara mereka iklim organisasi sekolah adalah keperibadianya).

Dikatakan lebih lanjut, bahwa ada “tiga konsep” iklim yang berbeda telah digambarkan dan dianalisis Yaitu

(1) iklim terbuka, yaitu adanya karakteristik yang efektif,

(2) iklim sehat, yaitu adanya dinamika yang lebih sehat dari sekolah yang lebih besar adalah kepercayaan dan keeterbukaan dalam hubungan antar anggota dan prestasi siswa,

(11)

Dengan demikian, iklim organisasi sekolah data didefinisikan sebagai suasana lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial pekerjaan yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang terlibat didalam proses pembelajaran, langsung atau tudak langsung yang tercipta akibat kondisi kultural organisasi sekolah tersebut

G. Tipe-tipe Iklim Organisasi Sekolah

Menurut Suherman (2011) terdapat 4 klasifikasi iklim organiasi yaitu :

1. Iklim Terkendali (engaged climate)

Iklim terkendali ditandai dengan usaha yang tidak efektif oleh pimpinan

untuk mengontrol dan adanya kinerja professional dari para guru. Pimpinan keras

dan autokratik, dengan memberikan petunjuk, intruksi, perintah yang tinggi dan

tidak respek kepada kemampuan profesional serta kebutuhan para guru. Selain iu

pimpinan menghalangi para guru dengan aktivitas yang berat. Para pegawai tidak

mempedulikan prilaku pimpinan dan memperlakukan mereka sendiri seperti para

perofesional. Mereka satu sama lain saling menghormati dan saling mendukung,

mereka bangga akan pesan kerja mereka dan menikmati pekerjaan, mereka

benar-benar berteman. Selain itu guru tidak hanya respek atas kemampuan mereka

masing-masing, tetapi mereka juga menyukai satu sama lain (benar-benar intim).

Guru-gurunya profesional dan produtifitas walaupun memiliki pimpinan yang

lemah, para guru bersatu, komitmen, mendukung dan terbuka.

2. Iklim Lepas (disengaged climate)

Iklim ini ditandai dengan adanya prilaku pimpinan bersifat terbuka, peduli

dan mendukung. Pimpinan mendengar dan terbuka terhadap guru (sangat

mendukung), nenberi kebebnasan terhadap untuk berbuat sesuai deengan

pengetahuan profesional mereka. Namun demikian, guru tidak mau menerima

pimpinan, guru secara aktif bekerja untuk melakukan sabotase terhadap pimpinan,

guru tidak memperdulikan pimpinan. Guru tidak hanya tidak menyukai pimpinan,

tetapi mereka tidak respek dan tidak menyukai satu sama lain (intimasi rendah atau

(12)

3. Iklim Tertutup (closed climate)

Pada iklim tertutup, pimpinn dan bawahan benar-benar terlihat melakukan

usaha, pimpinan menekankan pekerjaan yang kurang penting dan pekerjaanya

sendiri, sedangkan guru merespon secara minimal dan menunjukan komitmen yang

rendah. Kepemimpinan atasan terlihat sebagai pengawasan, kaku, tidak peduli,

tidak simpatik dan memberikan dukungan yang rendah. Bahkan pimpinan

menunjukan kecurigaan, kurangnya perhatian terhadap guru, tertutup, kurang

fleksible, apatis dan tidak komitmen.

4. Iklim Terbuka (open climate)

Iklim terbuka ditandai dengan adanya kerjasama dan respek diantara guru

dan pimpinan. Kerjasama tersebut menciptakan iklim dimana pimpinan

mendengarkan dan terbuka tehadap guru, peimpinan memberikan hadiah yang

benar-benar ikhlas, terus menerus, dan respek terhadap kemampuan

professionallisme dari guru (dukungan yang tinggi) serta memberikan kebebasan

kepada guru untuk berbuat. Perilaku guru mendukung, terbuka, dan hubungan

dengan teman sejawat tinggi. Guru menunjukan pertemanan yang terbuka (intimasi

tinggi), dan komitmen terhadap pekerjaan. Singkatnya antara pemimpin dan guru

saling terbuka.

H. Dimensi dan Indikator-indikator Iklim Organisasi Sekolah

Iklim Organisasi Sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan

internal dan eksternal baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik.

Aspek-aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi ikilm organisasi

sekolah meliputi (1) kebersihan ruangan dan halaman, (2) kesehatan personil (guru,

tata usaha dan siswa), (3) ketertiban dalam melaksanakan aturan atau kesepakatan

bersama, (4) interaksi kerjasama antar sekolah dengan masyarakat, (5) bukti

monumental hasil kerja sama sekolah dengan masyarakat, dan (6) pernyataan

bersama saling membutuhkan saling membantu antar sekolah dan masyarakat.

Sedangkan aspek-aspek non fisik, meliputi (1) rasa keluarga dan

kebersamaan personil, (2) semangat dan komitmen kerja personil, (3) kebanggaan

(13)

Berkaitan dengan ini, maka pengukuran iklim organisasi sekolah akan

dilakukan melalui beberapa indikator yang terkait dan mempengaruhi pembelajaran

di sekolah, meliputi (1) kondisi fisik pekerjaan, meliputi aspek sarana dan

prasarana, kesejaterahan dan penghargaan, (2) kondisi sosial pekerjaan meliputi

aspek keprcayaan, desain pekerjaan, pengendalian, iklim kepemimpinan,

komunikasi dan interaksi, perumusan tujuan, dan penetapan kebijakan serta

pengambilan keputusan.

I. Hubungan antara perilaku pemimpin, budaya organisasi, iklim organisasi

dan keefektifan organisasi.

Budaya organisasi mempengaruhi keefektifan organisai. Budaya organisasi

yang kuat adalah keadaan dimana setiap karyawa mengetahui tujuan organisasi dan

mereka bekerja untuk organisasi tersebut. Sedangkan budaya yang lemah tujuan

karyawan berbeda beda, kurang kejelasan aturan dan kebersamaan karyawan

kurang. Namun tidak selalu budaya organisasi kuat selalu efektif melainkan dilihat

kembali situasi yang ada.

Perilaku kepemimpinan mempengaruhi budaya organisasi, sedangkan

budaya iklim mempengaruhi iklim organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi dipengaruhi oleh prilaku kepemimpinan, sementara budaya

organisasi mempengaruhi budaya organisasi dan keefektifan organisai. Budaya

organisasi yang kuat diikuti makin terbukanya iklim organisasi yang terbuka, dan

(14)
(15)
(16)

DAFTAR RUJUKAN

Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Dion. 2013. Iklim dan Budaya Organisasi, (Online), (http://adpen.upi.edu /lopen/iklim-dan-budaya-organisasi-pendidikan.html) diakses tanggal 20 Oktober 2015.

Sun’an A. 2013. Budaya dan Iklim Organisasi, (Online), (http://ebook-softwaregratis.blogspot.com/Budaya-dan-Iklim-Organisasi.html), diakses tanggal 25 Oktober 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Tahu yang terbuat dari endapan dari perasan biji kedelai, telah dikenal sejak zaman Dinasti Han 2200 tahun lalu. Tahu berasal dari Negara Tiongkok, kini sudah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Discovery Learning pada multimedia pembelajaran, mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa dekontaminasi dengan cara pengerukkan dan pengusapan permukaan bagian dalam tank HETRON mampu mengambiI kontaminan sehingga paparan radiasi terukur

Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan bahwa responden sayuran organik di Swalayan Chandra Tanjung Karang Kota Bandar Lampung didominasi oleh kaum perempuan

Bahan pewarna Rhodamine B untuk warna merah dan Metanil Yellow untuk warna kuning, merupakan zat pewarna sintesis yang dilarang untuk produk makanan karena dalam bahan

W hile many of the experiences in working with Team Foundation Server in Eclipse are similar to working inside Visual Studio 2012 , as shown in Figure 6-24, (especially the

(5) Persyaratan untuk mengondisikan kadar air dari benda uji menjadi kadar air optimum pada uji standar Proctor seperti yang dijelaskan dalam ASTM D 698 diabaikan

Penelitian ini menggunakan tiga tahap upaya strategis yang berurutan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.Tahap penyediaan