• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan S"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis untuk Identifikasi Pola Perubahan Budidaya Keramba

Jaring Apung Danau Maninjau

D. M. DRIPTUFANY1* dan FAJRIN2 1,2Teknik Geodesi,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Padang 25173 *

Corresponding author: dwidayana@gmail.com

Abstrak: Selain ikan tangkap yang ada, kegiatan yang dilaksanakan sebagian penduduk sekitar Danau

Maninjau adalah pemanfaatan sebagai Keramba Jaring Apung (KJA).Peningkatan jumlah keramba jaring apung merupakan salah satu bukti sektor perikanan merupakan sektor yang komersial di Kawasan Danau Maninjau. Sebelum tahun 1992, masyarakat sekitar Danau Maninjau mengandalkan potensi keindahan hamparan danau sebagai daya tarik wisatawan untuk berkunjung.Namun, sejak tahun 1992 masyarakat mulai beralih memanfaatkan danau ke sektor perikanan budidaya keramba jaring apung sampai sekarang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan sebaran budidaya keramba jaring apung Danau Maninjau dari tahun 1996 sampai tahun 2013. Metode yang digunakan untuk melihat perubahan sebaran keramba jaring apung dilakukan pada tiga hasil klasifikasi independen dengan waktu yang berbeda dengan teknik penginderaan jauh dan GIS denganmetode Kernel Density.Hasil analisis menunjukkan bahwa pola perubahan sebaran KJA selama jangka waktu 17 tahun menunjukkan bahwa lokasi KJA dengan density perubahan yang tinggi berada di lokasi yang berdekatan dengan akses jalan, sungai dan permukiman. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah KJA berorientasi terhadap keterjangkauan akses untuk kemudahan pengangkutan sarana produksi dan distribusi produksi dari budidaya ikan keramba jaring apung.

Kata Kunci : Keramba jaring apung, Danau Maninjau,Penginderaan jauh, GIS, Kernel Density

1. PENDAHULUAN

Salah satu danau penting di Indonesia yang ada di Sumatera Barat adalah Danau Maninjau terletak 0° 17'–

00 7.04" LS dan 100°16’ – 1000 90’ 58.0" BT dengan ketinggian 461,5 meter di atas permukaan laut yang merupakan danau tipe vulkanis yaitu berasal dari letusan gunung berapi (Asnil, 2012). Danau Maninjau merupakan salah satu dari 15 danau yang menjadi prioritas di Indonesia. Luas Danau Maninjau sekitar ±99,5 km² atau 9.950 Ha, dengan kedalaman mencapai 157 m (kedalaman rata-rata 105 m dan maksimal 165 m), dan keliling 66 km. Danau Maninjau berbentuk cekungan yang dikelilingi oleh bukit-bukit yang tersusun seperti dinding [1].

Selain ikan tangkap yang ada, kegiatan yang dilaksanakan sebagian penduduk sekitar Danau Maninjau adalah pemanfaatan sebagai Keramba Jaring Apung (KJA) yaitu salah satu cara budidaya perikanan air tawar dengan mengurung ikan dalam sebuah keramba. Masyarakat sekitar memanfaatkan Danau Maninjau untuk budidaya Keramba Jaring Apung sejak tahun 1992, dan setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah budidaya Keramba Jaring Apung.

(2)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017 Berdasarkan data produksi ikan KJA tahun 1992-2013 di Dananu Maninjau menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Agam bahwa jumlah produksi ikan Keramba Jaring Apung (KJA) dari tahun ke tahun (1992-2013) semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah KJA (unit) di Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya.Peningkatan jumlah keramba jaring apung merupakan salah satu bukti sektor perikanan merupakan sektor yang komersial di Kawasan Danau Maninjau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perubahan sebaran keramba jaring apung di kawasan Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam pada tahun 1996-2013.

2. DASAR TEORI

2.1 Ekosistem Danau

Danau adalah cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang menampungdan menyimpan air hujan, mata air, rembesan, danair sungai [2]. Sifat fisika-kimiawi perairan danau yang satu denganyang lainnya berbeda karena sangat ditentukan oleh faktor-faktor geologi, geografidan kegiatan manusia di daerah aliran sungainya. Sifat fisika-kimiawi perairanini pada gilirannya akan mempengaruhi komposisi biota yang ada di dalamnya [3].

2.2 Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung

Dirjen perikanan (1994) [4] mendefinisikan keramba jaring apung sebagai tempat pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang memungkinkan keluar masuknya air dengan leluasa, sehingga terjadi pertukaran ke perairan sekitarnya [5].

Selain itu, Rochdianto (2005) [6] menjelaskan bahwa kantong jaring terapung atau keramba jaring adalah wadah berupa kantong berbahan jaring yang letaknya terapung di permukaan air. Komponen-komponen keramba jaring apung terdiri dari kerangka atau bingkai, pelampung, jangkar, pemberat jaring, penutup kantung jaring, bangunanfisik dan peralatan pendukung lainnya.

Gambar 1. Keramba Jaring Apung

Keramba jaring apung (Gambar 1) merupakan sistem budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung dengan bantuan pelampung dan ditempatkan pada perairan seperti danau, waduk, sungai, selat dan teluk. Teknologi budidaya ikan dengan sistem KJA telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Menurut Ismail et al., [5], teknologi ini sudah diterapkan para petani di Indonesia sejak tahun 1940 di beberapa sungai besar dan perairan waduk.

2.3 Metode Kernel Density

(3)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017 Pada ArcGIS kalkulasi kernel density menghasilkan gambaran persebaran kepadatan di sekitar fitur point (titik) ataupun line (garis), dengan demikian bidang (poligon) yang diketahui sebagai daerah dengan volume tertentu perlu di transformasi ke dalam bentuk point dan berbasis raster.

Secara konseptual, suatu bentuk kurva akan menjelaskan persebaran kepadatan dari suatu volume di titik atau garis tertentu. Nilai kepadatan akan tinggi di sekitar titik atau garis. Semakin jauh dari titik atau garis referensi, nilai kepadatan ini akan berkurang dan pada jarak tertentu akan mencapai titik 0. Gambar 2 mengilustrasikan bagaimana persebaran titik dimana setiap titik memiliki

‘volume‘tertentu akan membetuk pola

persebaran sesuai dengan persebaran titik-titik referensi.

Gambar 2 Ilustrasi pola persebaran titik-titik (points) referensi (Kloog,

2009) [7]

Karena perhitungan kernel density dalam ArcGIS ini adalah berbasis raster, maka ukuran grid akan sangat mempengaruhi tingkat kedetailan estimasi hasil perhitungan. Tidak ada

kriteria umum yang dapat dijadikan acuan. Tidak selalu berarti grid dengan ukuran terkecil akan memberikan hasil terbaik karena akan memberikan keluaran yang lebih detail. Luasan wilayah studi, kualitas data, jarak antar point referensi dan kombinasi volume setiap titik referensi sangat mempengaruhi keakuratan dan kedalaman hasil perhitungan.

Terdapat dua hal mendasar yang perlu diperhatikan untuk memahami pola persebaran kepadatan berdasarkan perhitungan kernel density. Pertama adalah ukuran grid cell (raster). Seperti telah diungkapkan sebelumnya. tidak ada kriteria khusus untuk menentukan ukuran yang teroptimal karena sangat tergantung dengan kualiats/kuantitas data dan jenis persebaran kepadatan yang ingin di cari. Dalam hal ini, try and error melalui pencatatan dalam log book merupakan metode yang paling umum digunakan. Kedua adalah radius. Prinsipnya sama dengan ukuran raster, perlu dilakukan beberapa ujj coba dengan radius yang bervariasi untuk menemukan pola persebaran yang paling baik. Baik dalam arti terlihat polanya dan ada dukungan faktor

penjelasnya. Gambar 3

mengilustrasikan pola persebaran dalam prinsip radius dan ukuran grid cell.

Gambar 3 Ilustrasi pola persebaran dalam radius dan grid cell Source: ArcGIS 9.3 desktop help topic

(4)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

3. METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitianyang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Pendekatan keruangan tidak lain merupakan suatu metode analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Alur Kerja Penelitian penelitian dipaparkan pada Gambar 5.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Danau Maninjau yang terletak pada zone UTM 47 Selatan, pada posisi koordinat 0° 17' – 0o 7’04" LS dan

100°16’ – 100090’ 58.0" BT (Gambar 4).

Gambar 4 Lokasi Penelitian

Gambar 5. Alur Kerja Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu :

1. Koleksi Data Sekunder

Koleksi data sekunder dimaksudkan untuk memperoleh data spasial dan data atribut pendukung penelitian. Koleksi data sekunder diupayakan dapat diperoleh pada instansi pemilik data seperti Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pendapatan Daerah, BPN, BAPPEDA, BPS dan BKSDA yang ada di Kabupaten Agam, Kecamatan Tanjung Raya serta instansi terkait lainnya.

2. Ekstraksi Data Citra Penginderaan Jauh

(5)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

P(x)= k/NV

3. Pengecekan Lapangan dan Wawancara

Guna keperluan survei lapangan dilaksanakan teknik Sampling Stratified Purposive. Proporsi sampel didasarkan pada jumlah grid pada satuan unit spasial terkecil, sedangkan pengambilannya diambil secara proporsional terhadap setiap strata unit keramba jaring apung. Survei lapangan dilaksanakan dengan dua cara yaitu groundchecking dan wawancara. Cek lapangan pada daerah sampel untuk mengidentifikasi, mengecek kebenaran dan melengkapi data lain yang diperoleh dari kegiatan ekstraksi citra.

Analisis Pola Perubahan Sebaran Keramba Jaring Apung

Posisi Keramba Jaring Apung (KJA) yang diperoleh dari ploting data lapangan berupa pengambilan titik koordinat menggunakan GPS kemudian diolah menjadi data digital dan di plot ke dalam peta menggunakan software ArcGis 10.1.

Untuk menghitung kepadatan KJA digunakan metode Kernel Density [7]. Kernel density adalah model perhitungan untuk mengukur kepadatan secara non-parametrik. Dalam statistik istilah non-parametrik pada umumnya digunakan untuk menjelaskan metode perhitungan yang bersifat free distribution. Bentuk persebaran data tidak dijadikan sebagai permasalahan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Selain itu, sesuai dengan istilah non-parametrik, perhitungan ini tidak menggunakan parameter-parameter tertentu sebagai tolak ukut perhitungan Formula dasar estimasi kepadatan non-parametrik [7] adalah:

Keterangan: V= volume di sekitar x N= total titik (sampel)

k = total sampel dalam radius V

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sebaran Lokasi Keramba Jaring Apung Aktual di Danau

Maninjau

Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2013, jumlah keramba jaring apung di sekitar Danau Maninjau berjumlah 21.608 unit dan jumlah pembudidaya sebanyak 1.341 kepala keluargayang tersebar di delapan nagari yang berada di sekitar kawasan Danau Maninjau. Jumlah keramba jaring apung dan pembudidaya keramba jaring apung di Danau Maninjau dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel. 1. Jumlah Unit dan pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Di Danau Maninjau Tahun 2013

1 Tanjung Sani 8.376 452

2 Sungai Batang 2.538 173

3 Bayua 1.854 172

4 Koto Kaciak 1.467 60

5 Maninjau 1.980 170

6 Koto

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam (2013); Kecamatan Tanjung Raya (2014)[8,9]

(6)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017 kumpulan KJA dalam areal 150 m2 dimana 1 titik di peta mewakili beberapa KJA di lapangan, sehingga saat di input ke dalam peta menjadi 1 titik saja. Sebaran lokasi KJA aktual tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan hasil analisis data dari interpretasi citra dan ploting area menunjukkan bahwa keramba jaring apung tahun 2013 umumnya mengelompok hampir di setiap tepian Danau Maninjau dengan jarak terdekat 15 m dari tepian danau hingga 200 m ke tengah danau. Dilihat dari hasil interpretasi citra dan observasi lapangan, sebaran KJA telah mencapai jarak terjauh dari tepi danau lebih dari 500 m ke tengah danau. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, pembudidaya KJA lebih memilih lokasi dekat dengan tepi danau karena mempertimbangkan akses ke darat yang dekat agar tidak memerlukan alat transportasi (boat) menuju lokasi KJA miliknya sehingga biaya proses produksi akan terhemat. Namun, lokasi KJA yang berada kurang dari 100 meter di tepi perairan danau tersebut berbenturan dengan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Peraturan Bupati yang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Danau Maninjau.

Dilihat dari peta sebaran lokasi KJA tahun 2013 menunjukkan bahwa sebaran KJA dengan konsentrasi tinggi tersebar di sebelah Barat yaitu di Nagari Tanjung Sani dan Utara Danau Maninjau yaitu di Nagari Koto Gadang IV Koto, Koto Kaciak, Duo Koto dan Nagari Bayua.

Gambar 6. Sebaran Lokasi Keramba Jaring Apung Aktual (2013)

Kawasan Danau Maninjau

4.2 Perkembangan Perikanan

Keramba Jaring Apung di Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Tahun 1996-2013

(7)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Sumber: Hasil Olahan Data Kelautan dan Perikanan Kab. Gambar 7.Grafik Perkemban Keramba Jaring Apung Keramba Tahun 1996-2013 Kawasan Da

Berdasarkan hasil inte dan hasil data lapangan, ma pola perubahan sebaran ke apung (KJA) tahun 1996-yang tertera pada Gamba pola perubahan sebaran pada penelitian ini beberapa faktor yaituaksesi ke sungai, jarak ke jalan, PLTA) dan batasan pemerintah setempat ( berdasarkan Keputusan Presi 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung dan Pera Nomor 22 Tahun 2009 Pengelolaan Danau Maninj m dari tepi danau).

Dilihat dari pola peruba KJA tahun 1996-2013 terha faktor yang mempengaruhi lokasi KJA dengan kerapa KJA tinggi berada di berdekatan dengan akses j dan permukiman.Hal ini m bahwa pertumbuhan jum berorientasi terhadap ke akses untuk kemudahan pe sarana produksi dan distribusi dari budidaya ikan kera apung.Hal ini juga diperjel observasi lapanganbahw Keramba Jaring Apung di Kawasan Danau Maninjau Tahun 1996-2013

Jumlah KJA rjelas dari hasil hwa banyak

muncul jalan-jalan k menuju tepi danau se pertumbuhan lokasi K 1996-2013.

Selain pertimbanga pertimbangan pemiliha harus mempertimbangk tidak berbenturan denga lain seperti keberadaan P Maninjau yang memili Dilihat dari pola peru keramba jaring apung KJA telah meluas mend meter dari lokasi PLTA keramba jaring apung jarak 162 meter dari PL analsisi terdapat Ha berdampak pada oper sebagai sumber energi Tanjung Raya khususny Barat umunya,menunj pembudidaya KJA di d kurang mempertimba kesesuaian lokasi KJA da

Dari hasil analisi observasi lapangan bahw KJA juga mengelompok 100 meter dari tepi merupakan kawasan y sesuai dengan Keput Nomor 32 Tahun Pengelolaan Kawasan Peraturan Bupati Nomor tentang Pengelolaan Da Berdasarkan analisis dan lapangan dapat disim pembudidaya KJA di D lebih berorietasi kepada KJA dan kurang mem syarat-syarat lokasi poten

Perkembangan Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung di Kawasan Danau Maninjau Tahun 1996-2013

Jumlah KJA n PLTA di Danau iliki fungsi vital. erubahan sebaran pung, pertumbuhan endekati zona 200 TA dimana lokasi khususnya dan Sumatera nunjukkan bahwa di danau Maninjau bangkan aspek dan lingkungan.

(8)

http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Gambar 8. Pola Perubahan Sebaran Lokasi Keramba Jaring Apung Tahun

1996-2013di Danau Maninjau

4. KESIMPULAN

Pola perubahan sebaran KJA selama jangka waktu 17 tahun menunjukkan bahwa lokasi KJA dengan density perubahan yang tinggi berada di lokasi yang berdekatan dengan akses jalan, sungai dan permukiman.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional. Jakarta. 143 hlm. 2. Hehanussa P.E dan Haryani G.S.

2001.Kamus limnologi (perairan darat).IHPUNESCO.LIPI.

3. Rusma GN. 2008. Kajian Ekologi sumberdaya Wisata Perairan Danau

Kawah Galunggung, Tasikmalaya,

Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor

4. Direktorat Jendral Perikanan. 1994. Ujicoba Jaring Apung (floating cages). 5. Ginting, O. 2011.Studi Korelasi

Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan

Klorofil-a di Perairan Danau

Toba.Medan : Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Rochdianto, A. 2005.Budidaya Ikan di Jaring Terapung.Jakarta : Penebar Swadaya.

7. Kloog. 2009. Using kernel density function as an urban analysis tool: Investigating the association between

nightlight exposure and the

incidenceof breast cancer in Haifa, Israel. Computers, Environment and Urban Systems, 33, 55–63

8. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Agam (2013)

9. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kecamatan Tanjung Raya (2014) 10. [Kemen-LH] Kementerian Negara

LingkunganHidup. 2008. Konsep pedoman umum pengelolaan ekosistem danau. Jakarta. 125 hlm.

11. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Gambar

Gambar 1. Keramba Jaring Apung
Gambar 2 Ilustrasi pola persebarantitik-titik (points) referensi (Kloog,2009) [7]
Gambar 5. Alur Kerja Penelitian
Tabel. 1. Jumlah Unit dan pembudidayaKeramba Jaring Apung (KJA)
+4

Referensi

Dokumen terkait

pergeseran nilai-nilai sakralitas pada perayaan Maras Taun di Desa Limbongan. dan Desa Jangkar Asam Kecamatan Gantung Belitung

ƒ Melakukan atau mengkoordinasikan penyusunan program tahunan dibidang fisik dan prasarana yang meliputi pengairan, perhubungan dan parawisata, tata ruang dan tata guna tanah,

Menurut Delphie (2006:103) Anak Tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam

Saat ini, PT BIK sedang melakukan pengembangan produk baru dengan platform dasar sistem bike-sharing dimana dilakukan pengembangan mekanisme sistem bike-sharing,

Setelah pelanggan memilih jenis pengujian yang diinginkan, sistem mengambil daftar parameter yang telah didefinisikan di dalam jenis pengujian tersebut beserta metode

Pada simulasi dapat dibuktikan dengan memasukkan parameter parameter pada simulasi cakupan sistem IBC yaitu jenis ruangan hall yang bermaterial batu bata 10,5” yang

Puji syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus atas bimbingan, penyertaan, dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam penelitian ini dilakukan seleksi penerimaan calon manajer menggunakan metode Fuzzy TOPSIS sehingga diperoleh alternatif A9 sebagai alternatif terbaik