• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indo"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI INDONESIA

Aditya Alvyandana Santosa Putra

ABSTRAK

Akuntansi sosial dan lingkungan menjadi sesuatu yang banyak diperbincangkan oleh pelaku usaha baik di Indonesia maupun dunia. Kegiatan utama perusahaan yang selama ini berfokus pada mencari keuntungan semata telah berubah dengan adanya aspek sosial dan lingkungan yang tidak kalah penting. Tanggung jawab sosial sebagai salah satu perwujudan dari akuntansi sosial menjadi suatu fenomena yang akhir-akhir ini sering dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Adanya undang-undang yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia menjadi salah satu alasan adanya kegiatan ini. Meskipun demikian, masih perlu banyak penyempurnaan terutama terkait dengan bagaimana biaya sosial sebagai konsekuensi adanya tanggung jawab sosial diperlakukan oleh perusahaan.

Kata kunci: akuntansi sosial, tanggung jawab sosial, corporate social responsibility

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama ini, perusahaan dianggap hanya menghamba pada laba demi kepentingan stakeholders maupun bondholders. Kegiatan yang lain seperti tanggung jawab sosial atau yang dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) seringkali dianggap hanya sebagai pemborosan. Jika toh dilaksanakan hanya dianggap sebagai kegiatan sukarela, karena yang menjadi fokus hanya laba yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan atau yang dikenal sebagai Single Bottom Line.

(2)

perusahaan. Mewajibkan perseroan untuk menyisihkan dana tanggung jawab sosial berarti melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan merugikan kepentingan pemegang saham karena akan meningkatkan biaya sehingga menurunkan laba perseroan (Rahmawati, 2012).

Namun semenjak pemerintah Indonesia memberlakukan undang-undang yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial, maka dalam beberapa waktu belakangan sering dijumpai perusahaan yang melakukan kegiatan yang ditujukan bagi masyarakat umum. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya meliputi pembangunan infrastruktur, pelaksanaan operasi gratis, maupun mudik gratis.

(3)

sebagai alat penyedia informasi dituntut untuk tanggap terhadap perubahan masalah lingkungan.

Pelaporan akuntansi tidak hanya tertuju kepada kepentingan perusahaan, tapi kepada semua pihak. Selain itu, keberhasilan perusahaan saat ini tidak hanya diukur berdasarkan kinerja keuangannya saja, tetapi juga dari aspek sosial dan lingkungan. Untuk mengukur aspek sosial dan lingkungan, salah satu indikatornya adalah Corporate Social Responsibility Performance.

Dengan kata lain dengan adanya aspek sosial dan lingkungan maka orientasi perusahaan telah berubah menjadi elemen Triple Bottom Line Accounting. Elemen ini menjadi salah satu kunci dari konsep sustainability

dan penerapannya (Iswandika et al, 2014).

Pemerintah Indonesia telah melihat fenomena ini sebagai hal yang penting sehingga telah menerbitkan regulasi yang mengatur adanya tanggung jawab sosial. Dengan adanya hal-hal tersebut, maka akuntansi yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia juga perlu disesuaikan. Karena dalam pelaporan keuangan perlu mencantumkan informasi yang relevan terkait dengan unsur sosial maupun lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.

2. PEMBAHASAN

2.1. Akuntansi Sosial dan Lingkungan

(4)

mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan (Balkoui, 2006).

Sukoharsono (2010) berpendapat bahwa akuntansi sosial dan lingkungan (yang juga dikenal sebagai akuntansi sosial, akuntansi lingkungan, corporate social reporting, corporate sosial responsibility reporting, non-financial reporting, atau sustainability accounting) adalah proses pengkomunikasian efek sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi kepada beberapa kelompok tertentu dalam suatu lingkungan. Akuntansi sosial dan lingkungan biasa digunakan dalam hubungannya dengan bisnis, walaupun organisasi secara luas, seperti NGO (Non-Governmental Organization), dan institusi pemerintahan bahkan institusi pendidikan juga menggunakannya.

Akuntansi sosial bertujuan untuk menyediakan informasi biaya lingkungan yang relevan bagi pihak yang memerlukan. Keberhasilan akuntansi lingkungan tidak hanya tergantung pada ketepatan dalam penggolongan biaya-biaya, namun juga kemampuan dan keakuratan data akuntansi perusahaan dalam menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.

Tujuan dikembangkannya akuntansi lingkungan adalah untuk digunakan sebagai alat manajemen lingkungan dan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat. Praktik akuntansi lingkungan memiliki arti penting bagi perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal berarti akuntansi lingkungan digunakan sebagai alat manajemen.

Menurut Hendriksen dalam Luhgiatno (2007), akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional karena pergesaran tanggung jawab perusahaan.

(5)

mengakses lingkungan sosialnya. Setelah itu untuk menindak lanjuti dan mengukur kepekaan tersebut perusahaan memerlukan informasi secara periodikal, sehingga informasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak (sharehoders, stakeholders, debtholders). Akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar aktivitas sosial yang dijalankan oleh suatu entitas perusahaan, selanjutnya diproses berdasarkan prinsip, metode dan konsep akuntansi untuk diungkapkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, kemudian dari informasi yang dihasilkan pengguna informasi akan dapat menentukan kebijakan selanjutnya untuk aktivitas sosial dan kebijakan untuk lingkungan sosial entitas perusahaan yang dijalankan.

Situasi dan kondisi tersebut menuntut adanya sebuah laporan (output) yang mendeskripsikan segala aspek yang dapat mendukung kelangsungan usaha (going concern) sebuah entitas. Disinilah peran akuntansi diharapkan dapat merespons lingkungan sosialnya sebagai perwujudan kepekaan dan kepedulian entitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya.

2.2. Tanggung Jawab Sosial

Menurut Hackson dan Milne dalam Rahmawati (2012), tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Pengungkapan sosial perusahaan didefinisikan sebagai penyediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang berhubungan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan sosial, sebagaimana dinyatakan dalam laporan tahunan atau laporan sosial terpisah.

(6)

pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya (Luhgiatno, 2007).

Lebih lanjut, Luhgiatno juga memaparkan klasifikasi konseptual tanggung jawab sosial perusahaan yang dikemukan oleh Carrool (1991); Watrick dan Cohan (1985) dengan memberikan karakteristik tanggung jawab perusahaan yang didasarkan pada 4 (empat) tipe perusahaan yaitu :

1. Tipe perusahaan Reaktif (Reactive) dengan karakteristik a. Tidak adanya dukungan dari manajemen.

b. Manajemen merasa entitas sosial itu tidak penting.

c. Tidak adanya laporan tentang lingkungan sosial perusahaan. d. Tidak adanya dukungan pelatihan tentang entitas sosial kepada

karyawan.

2. Tipe perusahaan Defensif (Defensive) dengan karakteristik

a. Isu lingkungan sosial hanya diperhatikan jika dipandang perlu. b. Sikap perusahaan tergantung pada kebijakan pemerintah

tentang dampak lingkungan sosial yang harus dilaporkan.

c. Sebagian kecil karyawan mendapat dukungan untuk mengkuti pelatihan tentang lingkungan sosial perusahaan.

3. Tipe perusahaan Akomodatif (Accomodative) dengan karakteristik a. Terdapatnya beberapa kebijakan Top Manajemen tentang

lingkungan sosial.

b. Kegiatan akuntansi sosial dilaporkan secara internal dan sebahagian kecil secara eksternal.

c. Terdapat beberapa karyawan mendapat dukungan untuk mengikuti pelatihan tentang sosial perusahaan.

4. Tipe perusahaan Proaktif (Proactive) dengan karakteristik

a. Top manajemen mendukung sepenuhnya mengenai isu-isu lingkungan sosial perusahaan.

(7)

c. Karyawan memperoleh pelatihan secara berkesinambungan tentang akuntansi dan lingkungan sosial perusahaan.

Menurut The World Bank Institute dalam Nurmansyah (2006) terdapat sepuluh komponen Corporate Social Responsibility, yaitu:

1. Proteksi Lingkungan

Perusahaan fokus dalam solusi penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak perusahaan terhadap lingkungan.

2. Jaminan Kerja

Perusahaan menjamin kebebasan berserikat dan hak pekerja, tanpa ada bentuk kerja paksa dan buruh di bawah urnur.

3. Hak Asasi Manusia (HAM)

Perusahaan memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pelanggaran HAM dengan cara mengembangkan tempat kerja yang bebas dari diskriminasi, membayar upah yang layak, melindungi pekerja dari pelecehan.

4. Keterlibatan dalam Komunitas

Tindakan yang dilakukan perusahaan untuk memaksimalkan dampak positif perusahaan pada masyarakat di mana mereka beroperasi. Meliputi kerjasama masyarakat, kegiatan sosial, sumbangan produk dan jasa, kerja sosial, dan lain-lain.

5. Standar Bisnis

Mencakup aktivitas perusahaan seperti etika, imbalan keuangan, perlindungan lingkungan, standar kerja dan HAM agar perusahaan memenuhi standar bisnis.

6. Pasar

(8)

Perusahaan dapat menjadi salah satu instansi yang dapat berperan serta dalam pertumbuhan ekonomi dengan cara mengembangkan daya saing yang kuat, mengembangkan usaha kecil menengah lokal, keunggulan manajerial dan teknis untuk mendukung usaha lokal semakin meningkat.

8. Proteksi Kesehatan

Perusahaan dapat berperan sebagai mitra dalam pengembangan kesehatan, terutama bagi pekerja dan masyarakat bisnis.

9. Pengembangan Kepemimpinan dan Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu kunci pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan bagi kelompok miskin. Perusahaan dapat menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat. Lebih lanjut, perusahaan dapat memberikan dampak yang lebih kritis pada proses pemberdayaan melalui peningkatan standar pengembangan kepemimpinan dan pendidikan dalam perusahaan 10. Bantuan Bencana Kemanusiaan

Perusahaan memainkan peran penting dalam mendukung operasional bantuan bencana kemanusiaan melalui bantuan finansial dan non finansial.

Konsekuensi logis dari adanya tanggung jawab sosial adalah munculnya biaya lingkungan. Bangun mengutip pendapat Ikhsan (2009) tentang biaya lingkungan sebagai berikut:

“Biaya lingkungan merupakan dampak dari aktifitas-aktifitas lingkungan yang dilakukan perusahaan.”

(9)

sekarang, masa yang akan datang, dan biaya-biaya manajemen yang potensial.

Pendekatan biaya lingkungan dapat dilakukan dengan model total kualitas lingkungan, yaitu diasumsikan tidak ada kerusakan lingkungan. Kerusakan diartikan sebagai degradasi langsung (seperti polusi udara) dan tidak langsung (seperti penggunaan bahan baku yang tidak perlu) dari lingkungan. Sehingga biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (enviromental quality cost).

Disini, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan demikian biaya lingkungan dapat dikategorikan menjadi empat: 1) biaya pencegahan, 2) biaya deteksi, 3) biaya kegagalan internal dan 4) biaya kegagalan eksternal. Biaya kegagalan eksternal sendiri masih dibagi menjadi dua, yaitu kategori dapat direalisasi dan kategori tidak dapat direalisasi. (Santoso, 2007)

2.3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia

Di Indonesia praktik pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 Paragraf 9, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”

(10)

Penjelasan umum tersebut dapat berisi uraian mengenai keterlibatan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal, atau bakti sosial lainnya, serta uraian mengenai program perusahaan dalam rangka pengembangan SDM (Murwaningsari, 2009).

Lebih lanjut, pemerintah juga mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Undang-undang yang dimaksud adalah:

i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini diantaranya mengatur tentang kewajiban setiap orang yang melakukan usaha untuk memberi informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup (Pasal 6: 2), kewajiban penanggung jawab usaha untuk mengelola limbah hasil usaha (Pasal 16: 1) serta dendanya (Pasal 41: 1 dan Pasal 42:1)

ii. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Undang-undang ini diantaranya mengatur tentang kewajiban penanam modal untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan menghormati budaya masyarakat sekitar (Pasal 15), menjaga kelestarian lingkungan hidup (Pasal 16: 1) serta sanksi yang diberikan kepada penanam modal yang melanggar (Pasal 34: 1,2,3) iii. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang ini diantaranya mengatur tentang kewajiban perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74: 1), kewajiban untuk menganggarkan dan memperhitungkan sebagai biaya perseroan (Pasal 74: 2), serta sanksi bagi yang tidak melaksanakan (Pasal 74: 3)

(11)

pembiayaan dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, maupun pembiayaan lainnya dari Badan Usaha Milik Negara yang bersumber dari penyisihan bagian laba tahunan.

Sathyaningsih (2015) mengutip pernyataan Budi Santoso selaku staf ahli Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pengentasan Kemiskinan:

Pemerintah Indonesia berharap dengan diimplementasikannya undang-undang tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan maka ada empat hal tercapai, yaitu mampu mendorong ekonomi kerakyatan, memberikan akses kepada masyarakat, memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat miskin dan kelompok khusus, serta mampu meningkatkan kemampuan dan kualitas masyarakat miskin (www.republika.co.id)

Dari regulasi-regulasi yang telah disebut, dapat diketahui bahwa pemerintah Indonesia telah mendorong dunia industri untuk merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab sosial berikut sanksi yang diberikan apabila tidak mematuhi aturan yang ada. Namun memang pihak pemerintah maupun IAI selaku organisasi yang merumuskan kebijakan akuntansi Indonesia belum menuntut pembuatan laporan sosial maupun pengungkapannya dalam laporan tahunan. Akan tetapi hal tersebut tidak menghalangi perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosialnya.

Hasil penelitian Sathyaningsih di PT. PLN (Persero) Area Bali Utara pada tahun 2014 menunjukkan perusahaan milik negara tersebut sudah mematuhi aturan yang ada. Tanggung jawab sosial yang dilaksanakan meliputi

community relations, community service dan community empowering yang terbagi dalam sembilan jenis kegiatan.

(12)

perusahaan masih menggunakan laporan tahunan perusahaan untuk pengungkapan sosial, oleh karena itu pembaca mengalami kesulitan untuk mengetahui besarnya biaya-biaya sosial yang dikeluarkan oleh perusahaan atau PT Hevea MK.

Penelitian Titisari et al kepada 32 laporan tahunan perusahaan terkait pengaruh tanggung jawab sosial terhadap kinerja pasar perusahaan yang diukur dari stock return pada tahun 2005-2006 mengindikasikan bahwa (1) isu mengenai tanggung jawab sosial merupakan hal yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki persepsi yang rendah terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial tidak mudah untuk diukur; umumnya perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial hanya sebagai bagian dari iklan dan menghindari untuk memberikan informasi yang relevan, (3) CSRenvironment dan CSRcommunity

direspon positif oleh investor, (4) CSRemployment di respon negatif oleh investor karena pembelanjaan perusahaan dianggap mengakibatkan merusak nilai pemegang saham.

3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akuntansi sosial adalah proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan.

(13)

Perusahaan di Indonesia secara umum sudah melaksanakan tanggung jawab sosial karena pelaksanaannya sudah diatur undang-undang. Namun masih banyak perusahaan yang belum mampu menyajikan laporan atas biaya sosial tersebut karena selain belum ada tuntutan, juga karena belum adanya panduan yang jelas terutama dari Ikatan Akuntan Indonesia.

3.2. Saran

Sebaiknya pemerintah bersama IAI mengadakan sosialisasi kepada perusahaan yang belum melaksanakan tanggung jawab sosial mengenai arti penting kegiatan tersebut. Selain itu juga perlu disusun pedoman penyusunan laporan biaya sosial sehingga memiliki keseragaman antar perusahaan seperti halnya telah dilakukan di beberapa negara.

DAFTAR PUSTAKA

- Amaliah, Tri Handayani. _. Akuntansi Sosial dan Pengukuran Kinerja Sosial (Suatu Bentuk Pertanggung Jawaban Sosial Perusahaan). _. Diunduh 6 November 2015.

- Bangun, Rilen Ninda. Ch Wiwik Sunarni. _. Pelaporan Biaya Lingkungan dan Penilaian Kinerja Lingkungan (Studi Kasus pada PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper). _. Diunduh 10 November 2015.

- Belkaoui, A. 2006. Teori Akuntansi, Edisi 5 Buku 1. Salemba Empat: Jakarta. - Carolina, Verani. Riki Martusa. Meythi. _. Akuntansi Lingkungan: Solusi untuk

Problematika Penerapan Corporate Social Responsibility di Indonesia.

Prosiding Seminar Nasional “Problematika Hukum dalam Implementasi Bisnis dan Investasi (Perspektif Multidisipliner)”. Diunduh 10 November 2015. - Iswandika, Ryandi. Murtanto. Emma Sipayung. 2014. Pengaruh Kinerja

(14)

- Luhgiatno. 2007. Akuntansi Sosial bentuk Kepedulian Perusahaan terhadap Lingkungan. Fokus Ekonomi Volume 2 Nomor 2 Halaman 1-16. Diunduh 4 November 2015.

- Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities, dan Corporate Financial Performance dalam Satu

Continuum. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 11 Nomor 1 Halaman 30-41. Diunduh 10 November 2015.

- Nurmansyah. 2006. Peranan Corporate Social Responsibility dalam Kaitannya dengan Akuntansi Lingkungan. _. Diunduh 9 November 2015. - Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Graha Ilmu: Yogyakarta.

- Santoso, Hendra F. 2012. Akuntansi Lingkungan Tinjauan terhadap Sistem Informasi Akuntansi Manajemen atas Biaya Lingkungan. Jurnal Akuntansi Volume 12 Nomor 2 Halaman 635-654. Diunduh 4 November 2015.

- Saputra, Hendra. Betri Sirajuddin. _. Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada PT. Hevea MK. _. Diunduh 4 November 2015.

- Sathyaningsih, Putu Indah. Anantawikrama Tungga Atmadja. Nyoman Trisna Herawati. 2015. Penerapan Corporate Social Responsibility pada Entitas Bisnis (Studi Kasus pada PT. PLN (Persero) Area Bali Utara). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Volume 3 Nomor 1. Diunduh 10 November 2015.

- Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi Lestari Volume 10 Nomor 1 Halaman 105-112. Diunduh 3 November 2015.

- Sukoharsono, Eko Ganis. 2010. Metamorfosis Akuntansi Sosial dan Lingkungan: Mengkonstruksi Akuntansi Sustainabilitas Berdimensi Spiritualitas. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi Sosial dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Diunduh 9 November 2015.

- Titisari, Kartika Hendra. Eko Suwardi. Doddy Setiawan. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kinerja Perusahaan. Diseminarkan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010. Diunduh 4 November 2015

- Undang-Undang Nomor 20 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, 2008. - Undang-Undang Nomor 23 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, 1997. - Undang-Undang Nomor 25 tentang Penanaman Modal, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

JudulJurnal llmjah (Artikel) : Value lnculcation for Early Childhood through Traditional Javanese Songs Penulis Jurnal llmiah : Rukiyati, Mami hajaroh, Sudaryantidan

gcsgocaaitoa QdaUh pslaalp ycog oca^iaad Stl bah ca lqposan yaaa Olcaaan lta hsmdaimyo acamjCdm tua*osl yaw nsnyta^aaa darl QtanSasd ataa twdc*t qya.. nsfixod darl ptiaalp la l

20 takizoit dalam 0,2 ml NaCl fisiologis (Mufasirin dkk., 2005).. SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ... MAHARANI YULIASTINA C ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Move the Selector to the center of the edit, and it will change to the Roll tool, allowing you to move the edit point, together with the transition along the Timeline, left and

Yang penting jangan merasa sendirian dan jangan sampai kasus korupsi yang besar hanya berkutat di tingkat lokal, tetapi tarik ke tingkat nasional karena Dewan Pers punya

and conflicts faced when fulfilling them of the main character of the story, the writer hopes.. that this study will help the readers in resolve towards needs and conflicts not only

Perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian memiliki manajemen dan kontrol internal yang baik sehingga dapat mengurangi waktu dalam proses audit

Jika sakit mental adalah penyakit-penyakit dari sistem kesadaran pusat ( contohnya paresis ) maka hal itu adalah penyakit otak dan bukan pikiran; Dan jika sakit mental adalah label