• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Medis dan Dunia Psikiatri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Isu Medis dan Dunia Psikiatri"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jeffrey lulus Sarjana Komputer tahun 2003 dengan gelar Bachelor of Computing di University of Technology, Sydney. Dan pada tahun 2014, lulus dari Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Internasional dengan gelar M.C.S (Master of Christian Studies) dengan thesis yang berjudul “Sejarah Perkembangan Doktrin Trinitas dari Pemikiran Bapa-bapa Gereja Awal sampai Konsili Chalcedon”.

Jeffrey sudah berkeluarga, menikah dengan Sdri. Laura Lee, seorang dokter dan sudah dikaruniai seorang putri bernama Fidelia Charis.

(3)
(4)

Pendahuluan

Bab I. Psikologi dan psikoterapi sekular beserta presuposisinya

Bab II. Pandangan mengenai Masalah Kejiwaan menurut Ilmu Psikiatri

a. Sejarah perkembangan dan kaitan antara ilmu psikologi dan neurologi

b. Pendekatan ilmu neurobiologi dalam memandang masalah kejiwaan

Bab III. Ilmu Psikiatri dan Kelemahannya

a. Pendekatan model medis

b. Teori Ketidakseimbangan kimiawi yang mendukung model medis c. DSM dan limitasinya

d. Metafora sakit mental

Bab IV. Masalah kejiwaan dan Medis menurut Konseling Biblika

a. Sejarah Asal Mula Gerakan Konseling Biblika b. Teologi dan Konseling Biblika

c. Konseling Biblika dan Medis

(5)

Ketika pemahaman solusi wahyu khusus terhadap jiwa manusia di dalam suatu praktik konseling terlalu ditekankan secara berlebihan, tidak tepat dan tidak seimbang maka secara konsekuensi dapat menimbulkan satu ekses pendulum dimana aspek-aspek wahyu umum menjadi ditekan dan dibuang. Bila hal seperti ini terjadi maka pemahaman dan penemuan yang manusia temukan di dalam ilmu pengetahuan sains ( wahyu umum ) dapat dikesampingkan dan diabaikan. Penemuan dan pengetahuan hasil riset pembelajaran mengenai manusia dan tingkah lakunya dalam psikologi menjadi tersisihkan. Aspek-aspek pembelajaran mengenai psikologis manusia dari aspek kognitif, tingkah laku, biologis, etika, sosial, eksistensial dianggap tidak penting. Adalah satu ironi bahwa teologi Reformed mengajarkan bahwa wahyu umum itu adalah kebenaran Allah juga. Satu kebenaran Allah tentu mempunyai otoritasnya.

Seorang teolog Reformed bernama Cornelius Van Til mengatakan bahwa selain Alkitab adalah diperlukan, berotoritas, cukup dan jelas maka demikian juga dengan

wahyu natural dibutuhkan, berotoritas, cukup dan jelas pada dirinya sendiri1. Karena itu

wahyu umum sebagai kebenaran Allah tidak boleh dibuang atau diabaikan begitu saja. Dalam praktik konseling, ketika penafsiran mengenai wahyu khusus dan anugerah khusus terlalu ditekankan secara tidak seimbang mengakibatkan satu pandangan tidak seimbang dan tidak tepat di dalam menilai wahyu umum dan anugerah umum. Ketidakseimbangan pandangan ini adalah menilai wahyu umum membawa manusia mengenal keselamatan dan anugerah umum dipandang tidak bisa menyembuhkan dan

1

(6)

menguduskan jiwa manusia dari dosa sehingga anugerah umum dianggap tidak terlalu penting.

Apa itu anugerah umum ? Anugerah umum berbeda dengan anugerah khusus. Anugerah khusus berkaitan dengan keselamatan. Sedangkan esensi dari anugerah umum adalah untuk menahan membatasi proses dosa untuk berkembang dan dasarnya adalah

kemurahan Allah2.

Selain berfungsi untuk menahan dosa maka fungsi anugerah umum adalah menyediakan kehidupan manusia untuk kemajuan. Dengan penahanan dosa maka mungkin adanya kebenaran civil ( civil righteousness ) di dalam dunia, diantara

orang-orang berdosa. Anugerah umum ini menjaga dan menguasai kehidupan manusia3.

Abraham Kuyper kemudian mengatakan bahwa anugerah umum tidak pernah sesuatu yang ditambahkan kepada natur manusia tetapi selalu mengalir dari natur kita

sebagai hasil penahanan dosa dan kerusakannya4. Artinya anugerah umum bukan

mentranformasi manusia tetapi menahan dosa.

Tokoh Reformator John Calvin mengatakan mengenai perihal anugerah ilahi yang menahan dosa di dalam buku Institutes buku ke II, pasal 3 bagian 3 bahwa anugerah ilahi ini tidak menguduskan natur manusia tetapi secara internal menahan operasi dosa5.

Ketika membahas mengenai anugerah umum maka kita memahami bahwa anugerah umum memang tidak mempunyai kuasa untuk mengubah natur manusia

2

Cornelius Van Til, Common Grace and the Gospel ( Phillipsburg, New Jersey : Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1972 ), pg 16

3

Ibid, pg 17

4 Ibid

5

(7)

berdosa menjadi serupa dengan Kristus. Anugerah umum tidak mempunyai kuasa transformasi yang menguduskan manusia orang berdosa sebab itu adalah fungsi dari anugerah khusus. Kuasa transformasi untuk mengubah manusia berdosa menjadi orang kudus secara eksklusif hanya ada di dalam Injil. Melalui Injil, Roh Kudus mengubah natur orang berdosa menjadi serupa dengan Kristus.

Teologi Reformed mengajarkan bahwa anugerah umum tidak mampu untuk menyelesaikan masalah dosa manusia karena itu perlu anugerah khusus. Seorang teolog bernama Louis Berkhof menjelaskan mengenai anugerah umum dan anugerah khusus di dalam buku sistematik teologinya. Beliau mengatakan bahwa anugerah khusus menghilangkan bersalah dan hukuman dosa, mengubah hidup manusia dan secara berharap membersihkanya dari polusi dosa oleh pekerjaan supranatural dari Roh Kudus. Tetapi anugerah umum tidak pernah menghilangkan dosa, tidak memperbaharui natur manusia tetapi hanya menahan efek dari pengaruh dosa yang merusak. Anugerah ini tidak

pernah membawa kepada keselamatan dari orang berdosa 6.

Oleh karena hanya anugerah khusus yang dapat menyelesaikan masalah dosa manusia maka pemahaman dan praktik konseling yang Alkitabiah perlu mengandalkan anugerah khusus. Konseling Kristen mempunyai tujuan untuk mengubah konseli melalui perkataan Firman Tuhan ( wahyu khusus ). Dan dalam perihal mengubah, tentunya bukan sembarang mengubah tanpa ada dasar dan tujuannya. Dasarnya adalah Firman Tuhan

6

Special grace removes the guilt and penalty of sin, changes the inner life of man, and gradually cleanses him from the pollution of sin by the supernatural operation of the Holy Spirit. Its work invariably issues in the salvation of the sinner. Common grace, on the other hand, never removes the guilt of sin, does not renew human nature, but only has a restraining effect on the corrupting influence of sin and in a measure mitigates its results. It does not effect the salvation of the sinner, though in some of its forms ( external calling and moral illumination ) it may be closely connected with the economy of redemption and have a soteriological aspect

(8)

( wahyu khusus ) dan tujuannya adalah pengudusan. Tujuan ultimatnya adalah

kemuliaan Tuhan dan bukan bersifat antroposentris. George C Scipione mengatakan bahwa Konseling Kristen harus berpusat pada Kristus dan bertujuan menghasilkan murid

yang menyerupai Kristus7. Jadi dengan kata lain, inti dari tujuan Konseling Kristen

adalah supaya konseli bertumbuh di dalam proses pengudusan untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Pengudusan ini terjadi ketika konseli belajar untuk mematikan kedagingannya dan mempersembahkan seluruh aspek hidupnya untuk Tuhan. Untuk mencapai tujuan pengudusan ini maka Konseling Kristen harus mengandalkan anugerah khusus melalui Firman Tuhan ( wahyu khusus ) dan pekerjaan Roh Kudus. David Paul Trip mengatakan bahwa konseling Biblika bertujuan membawa konseli ke dalam peristirahatan, bergantung, dan taat kepada Kristus, untuk menolong mereka

berbijaksana8.

Semua konseling Kristen tentunya setuju bahwa Firman Tuhan berkuasa mengubah manusia untuk makin diperbaharui menjadi semakin serupa dengan Kristus. Firman Tuhan mempunyai fungsi dan kuasa untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran ( 2 Tim 3:16 ). Alkitab di dalam komunitas Kristen dipegang sebagai standar kebenaran. Ketika orang Reformed mengakui semboyan Sola Scriptura ( hanya Alkitab saja ) yang menjadi standar kebenaran maka apakah hal ini berarti sumbangsih di dalam wahyu umum tidak diperhitungkan dalam praktik konseling ?

7

George C Scipione., “Eeny, Meeny, Miny, Mo: Is Biblical Counseling It or No?,” The Journal ofPastoral Practice, Vol. IX, No. 4, 1989, pp. 52

8

(9)

Ketika pemahaman dan praktik Konseling Kristen terlalu ektrim menekankan wahyu khusus dan anugerah khusus secara tidak tepat dan seimbang maka kepentingan wahyu umum dan anugerah umum dapat menjadi tersingkirkan di dalam pemahaman dan praktik konseling Kristen. Wahyu umum dan anugerah umum di dalam pengetahuan medis, obat-obatan, olah raga, kebersihan, pola diet, nutrisi, dsb menjadi tidak terlalu dipentingkan.

Namun dilain pihak ada hal yang lebih berbahaya lagi yaitu pendulum sebaliknya ketika doktrin kecukupan dan otoritas Alkitab tidak dipandang penting dalam konseling. Perspektif Alkitab tidak dilihat sebagai lensa dimana kita memandang masalah dunia dan manusia tetapi Alkitab dikesampingkan. Salah satu contoh adalah praktek psikiatri di dunia sekular dimana masalah dan fokus terapi kesembuhan hanya berpusat di dalam aspek fisik biologis. Masalah kejiwaan hanya dipandang sebagai masalah biologis dan solusinya obat-obatan psikiatri.

Kita sebagai orang Kristen harus mewaspadai kedua ekstrim ini di dalam pemahaman dan praktik konseling Kristen. Sebagai orang percaya kita harus percaya kecukupan dan otoritas Alkitab di dalam iman tetapi hal ini bukan berarti membuang wahyu umum dan anugerah umum. Tetapi sebagai orang percaya kita juga harus waspada dengan praktik yang dilakukan oleh para psikoterapi sekular dengan pemahamannya yang tidak berdasarkan kitab suci tetapi berdasarkan pemahaman manusia dengan filsafatnya yang kosong ( Kol 2:8 ).

(10)

Alkitab. Ekstrim kedua adalah kita mengabaikan penemuan di dalam wahyu umum dan tidak menggunakannya sebagai anugerah umum. Isu yang diangkat adalah mengenai isu medis dalam dunia psikiatri.

Di dalam Bab 1 buku ini, kita akan membahas mengenai psikologi dan psikoterapi sekular beserta presuposisinya. Kita akan melihat sekilas bahwa psikologi dan psikoterapi sekular mempunyai presuposisi yang anti Kristen. Karena itu kita sebagai orang percaya perlu mewaspadai motif di balik psikologi dan psikiterapi sekular. Presuposisi ini juga berlaku bagi dunia psikiatri.

Di dalam Bab 2, kita akan melihat pandangan masalah kejiwaan menurut ilmu psikiatri. Sejarah singkat perkembangan dan kaitan antara ilmu psikologi dan neurologi akan dibahas dan kita akan melihat bagaimana pendekatan pandangan neurobiologi terhadap masalah kejiwaan.

Di dalam Bab 3, kita akan melihat permasalahan dunia psikiatri. Dalam bab ini kita akan melihat kelemahan model medis yang melihat masalah kejiwaan direduksi ke dalam aspek biologis. Kita akan melihat DSM dan limitasinya.

Di dalam Bab 4, kita akan melihat bagaimana Konseling Biblika melihat masalah kejiwaan dan isu medis. Dalam bab ini akan dijelaskan bahwa Konseling Biblika bukan menolak medis tetapi hendak peka dan menyelidiki motivasi dibalik model medis.

Terakhir kita akan menyimpulkan satu refleksi dari semua penjelasan ini.

(11)

Bab I. Psikologi dan psikoterapi sekular beserta presuposisinya

Ketika manusia jatuh dalam dosa maka seluruh aspeknya menjadi rusak total termasuk aspek rasionya ( noetic effect of sin ). Masalah fundamental dengan psikologi sekular adalah presuposisi, wawasan dunia dan konsep psikologi sekular ini bertolak belakang dengan konsep Alkitab. Konsep psikologi sekular adalah hasil dari pikiran otonomi manusia yang adalah ciptaan, terbatas, dan tercemar ( created, limited,polluted

)9sehingga menekan kebenaran Allah.

Presuposisi psikologi sekular menghilangkan tempat yang seharusnya bagi Allah dan berpusat pada manusia10 ( man-centered ). Presuposisi psikologi sekular bersifat antroposentris bahkan egoisentris ( berpusat pada diri ) daripada berpusat pada Allah. Thomas Szasz seorang psikater dan profesor psikiatri sekular kembali mengatakan

“psikoterapi adalah beretika sekular. Ini adalah agama dari ketidakagamaan yang formal

– dengan bahasanya, bukan Latin, tetapi jargon medis; dengan kode-kode bertingkah

lakunya, yang bukan bersifat etis tetapi legalistik; dan teologinya yang bukan

kekristenan, tetapi positivisme”11

Ada beberapa data dan fakta kutipan pribadi tokoh dari psikologi sekular yang mengandung sikap anti Kristen :

Pertama, Sigmund Freud, Bapak psikoanalisa percaya bahwa doktrin agama adalah ilusi

dan agama adalah obsesi neurosis yang universal dari manusia12

9

Dari Pdt. Dr. Stephen Tong

10

Lisa and Ryan Bazler, Psychology Debunked : Revealing The Overcoming Life ( Lake Mary, Floria : Creation House Press , 2002 ), vi

11

(12)

Kedua, Carl Jung murid Sigmund Freud dibesarkan di dalam rumah tangga Kristen dan

ayahnya adalah seorang pelayan Tuhan. Jung menulis pengalaman awal dia dengan

Perjamuan Kudus yang dikaitkan dengan ide dia mengenai agama sebagai suatu mitos.

Dia mengatakan “Perlahan-lahan saya mengerti bahwa perjamuan ini sudah menjadi

pengalaman yang fatal bagi saya. Itu sudah terbukti kosong; dan lebih dari itu dibuktikan

sudah menjadi sebuah kehilangan yang total. Saya mengetahui bahwa saya tidak akan

lagi mampu berpartisipasi di dalam upacara ini. Mengapa ? Karena itu bukan agama sama

sekali. Saya berpikir bahwa itu adalah ketidakhadiran akan Allah; Gereja adalah tempat

dimana saya tidak seharusnya pergi. Bukannya ada hidup disana melainkan kematian”13 Lalu, Ellis mengatakan bahwa “Jika salah satu persyaratan bagi kesehatan emosional

adalah penerimaan atas ketidakpastian, maka agama jelas-jelas adalah keadaan yang

paling tidak sehat yang dapat dibayangkan; Karena alasan utama keberadaannya adalah

untuk memampukan si penganut agama untuk percaya kepada kepastian mistik“14

Paul C. Vitz mengatakan bahwa psikologi sekular merupakan satu kepercayaan

yang anti Kristen15. Presuposisi dibalik psikologi sekular tidak sesuai dengan Alkitab.

Karena itu adalah satu hal yang bahaya bahwa hasil sinkretisme psikologi sekular dengan Alkitab dapat menghasilkan pemahaman yang mengacaukan konsep konseling Kristen yang Alkitabiah.

12

Sigmund Freud, The Future of an Illusion, James Strachey, ed, and trans, ( New York : W.W Norton and Company, Inc, 1961 ) , pg 43

13

C.G.Jung, Memories, Dreams, Reflections, Aniela Jafle, ed., Richard and Clara Winston, trans, ( New York : Pantheon, 1963 ), p 55

14 Albert Ellis, “

The Case Against Religion : A Psychotherapy’s View” and “The Case Against Religiosity” ( New York : The Institute for Rational Emotive Behavior Therapy ), pg 8.

15

(13)

Penganut Integrasi mencoba menggabungkan kebenaran di dalam Alkitab dengan

psikologi sekular dengan pandangan bahwa Alkitab saja tidak cukup16. Alkitab dianggap

dalam beberapa hal kurang cukup untuk mengerti dan menyelasaikan masalah psikologi manusia maka gereja memerlukan masukan sistematik dari ilmu sosial ( dimana psikologi termasuk di dalamnya ) untuk mengetahui apa yang benar dan untuk memampukan pelayanan yang efektif. 17. Dengan tujuan menggabungkan wahyu khusus dan wahyu

umum yang diteliti oleh ilmu psikologi maka hendak dibangun psikologi yang sesuai dengan Alkitab. Tetapi apakah metode Integrasi ini sah dan sejauh mana pengertian

Kekristenan tidak dikompromikan18. Kita mengambil contoh beberapa pemahaman

dalam konseling Kristen yang bersinkretisme dengan pemahaman psikologi sekular. Larry Crabb seorang konselor Kristen mempunyai pendekatan yang disebut

“spoiling from Egyptians”19. Dia mengatakan mengenai manusia bahwa :

Man is responsible (Glasser) to believe truth which will result in responsible behavior

(Ellis) that will provide him with meaning, hope (Frankl) and love (Fromm) and will

serve as a guide (Adler) to effective living with others as a - self and other - accepting

16

At the same time, we must remember that it is God, not the Bible itself, who is declared to be all-sufficient, to provide all that pertains unto life ( Stanton L. Jones & Richard E Butman, Modern psychotherapies : A Comprehensive Christian Appraisal ( Downers Grove, Illinois : IVP Press, 1991 ), pg 26.

Jones and Butman adalah secara luas dikenal sebagai kepala dan contoh-contoh dari Integrasi oleh kebanyakan pendukung Interdisiplin Integrasi karena mereka melakukan Integrasi yang baik di dalam Modern Psychotherapies ( From Eric L. Johnson, Foundations for Soul Care : A Christian Psychology Proposal ( Downers Grove, Illinois : 2007 ), pg 91 )

17

Powlison, David, “Critiquing Modern Integrationists,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. XI, No. 3, 1993, 24.

19

(14)

person (Harris) who understands himself (Freud) who appropriately expresses himself

(Perls), and who knows how to control himself (Skinner)20

Namun Martin Bobgan di dalam buku “Prophet of Psychoheresy I” mengatakan

bahwa tanggung jawab Glasser tidak ada kaitan dengan Allah dan standarNya mengenai benar dan salah. Ellis menyamakan kekafiran dengan kesehatan mental. Pengharapan yang Frank berikan itu bukan sungguh-sungguh harapan karena berpusat pada manusia. Kasih dari Fromm itu jauh dari kasih yang Yesus ajarkan dan berikan. Pengarahan dari Adler adalah diri daripada Allah. Penerimaan dari Harris adalah mengabaikan hukum Allah. Freud sulit mengerti dirinya sendiri dan dia menolak Allah. Ekspresi dari Perl berfokus pada perasaan dan diri. Metode pengendalian diri Skinner adalah lebih baik

bekerja dengan mahluk hidup binatang daripada manusia21. Kesamaan kata yang

digunakan bukan berarti kesamaan presuposisi dan kerangka berpikir. Arti sebuah kata dan definisi harus dilihat dari konteksnya. Sebuah kata tidak netral dan objektif murni di dalam bahasa tetapi diinterpretasikan dalam satu konteks. Dalam hal ini, pendekatan

“spoiling Egyptians” dari Larry Crabb menggunakan kata yang sepertinya sama tetapi

sebetulnya definisi dan konteksnya berbeda.

Kemudian di dalam buku “Inside Out”, Larry Crabb memerintahkan kita untuk

menjelajah wilayah gelap dari jiwa dan menemukan terang ( p32 ). Ketika di dalam gua gelap dari jiwa, kita menjelajah ketidaksempurnaan dari kunci relasi ketika kita mengalami kekecewaan dalam ( 107 ). Tetapi Wendell Miller sebagai Konselor Biblika mengatakan bahwa terang tidak ditemukan di dalam wilayah gelap dari jiwa kita tetapi di

20 Ibid, pg 56

21 Martin and Deidre Bobgan, The Prophet of Psychoheresy I ( Santa Barbara, California :

(15)

dalam Tuhan Yesus ( Yoh 14:6 ) dan FirmanNya ( Maz 119:130 )22. Ketika kita merefleksi dengan prinsip Firman Tuhan, bukankah hati kita itu begitu licik dan jahat ? ( Yeremia 17:9 ) .

Teori psikologi sekular secara sadar atau tidak sadar mempunyai pandangan mengenai antropologi mengenai siapa manusia, apa masalahnya dan apa solusinya. Dan pemahaman psikologi sekular mengenai manusia, masalahnya dan solusinya tidak sesuai dengan apa yang Alkitab katakan. Di dalam wawasan Alkitab, manusia adalah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia mulia dan bernilai. Manusia mempunyai arti hidup dan dignitas. Tetapi manusia diciptakan bukan untuk dirinya sendiri. Manusia diciptakan untuk menyembah Allah, mengasihiNya dan menaati setiap perintahNya. Masalah dari manusia adalah ketika manusia memilih jalannya sendiri, memilih untuk otonomi, ingin menjadi seperti Allah, dan manusia memberontak tidak menaati hukum Allah. Akibatnya manusia jatuh dalam dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah. Solusi dari masalah manusia adalah Injil mengenai Yesus Kristus yang diceritakan dalam Alkitab. Ini adalah sekilas pandangan mengenai manusia, masalahnya dan solusi masalahnya menurut Alkitab.

Sebaliknya dari wawasan Alkitab, Ed Hindson mengatakan bahwa semua psikologi sekular didasarkan pada pandangan non kristen mengenai manusia dan karena

itu tidak mempunyai titik awal yang tepat untuk konseling kristen yang benar23.

Psikologi sekular menawarkan banyak pandangan mengenai apa itu personalitas yang sehat yang bukan didasarkan pada pemahaman Alkitab. Berikut ini adalah analisa antropologi dari psikologi sekular oleh Ed Hindson

23Ed Hindson, “

Nouthetic Counseling: Toward a Christian Theory of Personality,” The Journal of

(16)

Freud peduli pada masalah neurosis. Dia tidak pernah mengembangkan teori personalitas

yang serius selain menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah kemampuan manusia untuk

mengasihi dan kerja. Bagi Freud seorang yang stabil mentalnya adalah seorang yang

mengalami harmonis di dalam id, ego dan superego. Represi dipandang sebagai penyebab

utama neurosis ketika seseorang bergumul dengan impul yang melawan moralitas.

Psikoanalisa mempunyai pandangan mengenai kepribadian yang sehat yang didasarkan

pada teori seksualitas yang menjadi faktor dasar dalam kehidupan manusia. Namun satu

ironi bahwa setiap pemikiran psikoanalisa menolak pandangan Alkitab mengenai

moralitas dan seksualitas dan menerima secara total pandangan yang tidak bermoral

mengenai seks24.

Alfred Adler mengidentifikasikan kebutuhan manusia yang esensial adalah kepentingan

sosial di dalam relasi dengan sesama. Dia menekankan bahwa inferioritas sebagai dasar

dari neurosis dan kemudian memandang masalah esensial manusia sebagai sebuah

pergumulan kompensasi untuk superioritas. Sistem dia didasarkan pada harga diri pribadi

yang esensial sebagai dasar etika dan agama. Pandangan ini bertolak belakang dengan

Tuhan Yesus yang menekankan kepada kerendahan hati25.

Maslow mengembangkan hirarki kebutuhan dasar manusia dari fisik, keamanan, rasa

memilii dan aktualisasi diri. Dia percaya bahwa kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum

seorang manusia dapat dibebaskan dari dorongannya yang lebih rendah. Kebebasan ini,

aktualisasi diri berarti manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu

sebelum mengembangkan prinsip kasih, kebenaran dan adil. Dari aktualisasi diri hadirlah

tujuan di dalam hidup seseorang untuk mengalahkan kebosanan. Orang yang mencapai

aktualisasi diri adalah pribadi otonomi dengan standar etika yang tinggi dan seringkali

24

Ibid, p 15

25

(17)

mempunyai pengalaman mistik. Pandangan ini bertolak belakang dengan pandangan

Kristen mengenai pribadi manusia. Yesus sebaliknya mengajarkan penyangkalan diri dan

penguasaan roh terhadap dorongan badaniah26. Manusia bukan hidup dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.

Ketika presuposisi psikologi sekular adalah anti Kristen maka sinkretisme antara psikologi sekular dan Alkitab mencemari konsep konseling Kristen. Cara pandang filsafat kafir masuk dan mencemari konsep konseling Kristen. Kita ambil satu contoh lagi.

Gary Collins sebagai salah satu pemimpin besar dari penganut Integrasi mengatakan bahwa untuk analisa dan diskusi maka pembagian manusia menjadi tiga bagian Trikotomi adalah tepat27. Doktrin Trikotomi memandang bahwa manusia terdiri

dari tiga bagian yaitu : tubuh, jiwa dan roh28. Tetapi Alkitab menggunakan kata jiwa dan

roh secara bergantian sehingga pandangan Alkitab terhadap jiwa tidak mendukung Trikotomi. Jay E Adams sebagai seorang teolog Reformed dan pendiri gerakan konseling Biblika memandang natur manusia dengan istilah duplex yang menekankan kesatuan dari

elemen-elemen ini29 ( mereka adalah terjalin bersama ). Ini adalah yang Alkitab

gambarkan mengenai natur manusia yaitu manusia mempunyai elemen yang kelihatan

26

Ibid, p 18

27

Counseling books sometimes talk about problems that are primarily physical, psychological, and spiritual. For purpose of analysis and discussion this kind of division ( corresponding to the body, soul, and spirit ) may be convenient, especially if we add the idea that some problems are largely social-enviromental in origin

Dikutip dari Gary R Collins, The Biblical Basis of Christian Counseling for People Helpers (C Colorado, USA : IVP Press, 2001), pg 92

28

Wayne Grudem, Systematic Theology : An Introduction to Biblical Doctrine ( Leicester, England : IVP Press, 1994 ), pg 472

29

(18)

( tubuh ) yang berkaitan dengan dunia materi dan elemen yang tidak kelihatan ( jiwa / roh ) yang berkaitan dengan Tuhan Allah.

Satu pemahamanTeologi akan mempunyai konsekuensi terhadap praktika dan pastoral. Ketika kaum Trikotomi memegang manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh maka pembagian manusia menjadi tiga bagian ini menjadi bermasalah jika akhirnya memandang bahwa untuk menyelesaikan masalah fisik adalah dengan pergi ke dokter, menyelesaikan masalah jiwa dengan menemui psikolog dan / atau psikiater serta

menyelesaikan masalah rohani dengan pergi ke hamba Tuhan30.

Winston Smith yang bekerja di CCEF dan mengajar di Westminster Theological Seminary mengatakan bahwa doktrin Trikotomi gagal untuk menghasilkan pandangan

menyatu di dalam pengobatan depresi31. Ketika jiwa dan roh dipisahkan sebagai elemen

natur manusia yang berbeda maka bagaimana cara membedakan dan memisahkan antara penyembuhan jiwa dan penyembuhan secara rohani ? Apakah jiwa dan roh ini berbeda ? Alkitab kelihatannya menggunakan kedua kata ini secara bergantian sehingga jiwa dan roh adalah sebetulnya satu entitas yang sama.

Pemahaman Trikotomi secara doktrinal adalah tidak tepat dan teologi Reformed tidak menerima hal ini. Doktrin Trikotomi akarnya lebih mendekati filsafat kafir Yunani

30

Ed Hindson, “Biblical View of Man: The Basis for Nouthetic Confrontation,”The Journal ofPastoral Practice, Vol. III, No. 1, 1979, pp. 33-58.

31

For instance, there are certainly physical symptoms that a doctor could treat with sleeping medications or a host of psychoactive drugs. A psychologist could employ cognitive-behavioral strategies to address irrational fears, thoughts, and anger, or could offer presumed insight into the impact of past events. A pastor could certainly address how faith in God produces hope and gives meaning to life. So who should treat depression? Does any one perspective address the cause of depression? Does one perspective have authority over the others, or are they equals? Do we simply add together all three perspectives to be holistic in ministry? Or do the three perspectives even compete? When applied to depression, the belief that man consists of body, soul, and spirit raises more questions than it answers.

(19)

daripada eksegesis Alkitab32. Sebenarnya bahkan pemahaman dikotomipun masih ada

pengaruh dari filsafat kafir Yunani. Sebab di dalam budaya Ibrani melihat manusia sebagai satu kesatuan walaupun bisa dilihat bagian-bagiannya33. Problematisnya adalah

meskipun doktrin Trikotomi tidak alkitabiah, namun para penganut paham Integrasi memakai doktrin ini untuk mengintegrasikan pemahaman Alkitab dengan ilmu psikologi sekular 34. Dibutuhkan suatu ruang yaitu “jiwa” untuk integrasi dengan psikologi dan psikiatri.

Garry Collins mengatakan bahwa salah satu masalah psikologis yang Alkitab tidak memberikan jawaban adalah kebutuhan kita akan pemenuhan diri dan sebuah gambar diri yang positif35. Ketika Collins jelas sekali mendukung posisi Integrasi di

dalam buku-bukunya tetapi ada satu pernyataan yaitu : “Adalah terlalu cepat untuk

menjawab secara keputusan yaitu dapatkah Psikologi dan Kekristenan diintegrasikan”36.

Jika para ahli seperti Collins yang kita percaya mengasihi Tuhan dan belajar begitu banyakpun mengalami kesulitan di dalam mengintegrasikan37 maka bukankah sangat

berbahaya bila seseorang yang berusaha mengintegrasikan namun menghasilkan satu pemikiran yang sinkretisme dan bercabang dari prinsip Firman Tuhan ?

32

Winston Smith, “Dichotomy or Trichotomy? How the Doctrine of Man Shapes the Treatment of

Depression,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 18, No. 3, 2000, pp. 22

33

Karena itu secara antropologi maka antropologi dari Jay Adams lebih Alkitabiah di bandingkan dengan Trikotomi dan Dikotomi

35

Gary R. Collins, Can You Trust Psychology? ( Downers Grove: InterVarsity Press, 1988 ) pg 144-146

36

(20)

Para penganut teori Integrasi memandang pandang bahwa Alkitab itu tidak cukup untuk menyelesaikan masalah jiwa manusia38. Karena Alkitab dipandang tidak cukup maka dibutuhkan psikologi dan psikoterapi untuk menyelesaikan masalah jiwa manusia39. Ini membuka ruang yang besar untuk masuknya kesalahan di dalam sistem konseling mereka dan berakibat buruk bagi konsele.

Apakah Psikologi sekular itu benar-benar sebuah ilmu pengetahuan ?

Dukungan teori Integrasi adalah doktrin wahyu umum, anugerah umum dan doktrin trikotomi. Bila ilmu psikologi sekular adalah ilmu pengetahuan yang adalah wahyu umum maka itu merupakan kebenaran Allah. Sebab segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Bila isi psikologi sekular adalah kebenaran Allah maka itu tidak boleh ditolak bahkan dibuang. Namun perkataan bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah harus diimbangi dengan satu dan beberapa ketidakbenaran adalah ketidakbenaran. Ketika membicarakan segala kebenaran adalah kebenaran Allah, maka harus jelas apa yang benar. Apakah itu presuposisinya, prinsip framework interpretasinya atau data partikularnya ? Ketika membicarakan sesuatu yang itu universal sebagai satu kebenaran Allah maka harus diperjelas apakah itu presuposisinya, intepretasinya framework berpikir terhadap data partikularnya atau setiap data partikularnya.

Klaim bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah dan di dalam wahyu umum, harus pula mengingat hal lain bahwa wahyu umum berbeda dengan respon manusia berdosa terhadap wahyu umum. Apakah psikologi itu wahyu umum dari Allah ?

38

At the same time, we must remember that it is God, not the Bible itself, who is declared to be all-sufficient, to provide all that pertains unto life ( Stanton L. Jones & Richard E Butman, Modern psychotherapies : A Comprehensive Christian Appraisal ( Downers Grove, Illinois : IVP Press, 1991 ), pg 26.

39

“Tanpa bantuan, misalnya psychotheraphy” mereka tidak mungkin secara otomatis dapat

(21)

Ataukah itu respon manusia terhadap wahyu umum40 ? Bila psikologi sekular merupakan wahyu umum tentunya tidak bertentangan dengan wahyu khusus dan tidak boleh diabaikan apalagi dibuang.

Teori psikologi seringkali berubah-rubah. Setelah belajar teori dan praktik dari psikologi dan mempublikasikan tujuh volume karya yang dinamakan “Psychology : A Study of a Science”, Dr. Sigmund Koch dari American Psychological Association ( APA )

menyimpulkan satu pernyataan penting, “Saya berpikir saat ini secara absolut dan jelas bahwa

psikologi tidak dapat menjadi ilmu pengetahuan yang koheren”41.

Jikalau psikologi sekular benar-benar adalah ilmu pengetahuan yang di dalam dirinya berkembang secara progresif dalam kebenarannya, hal itu sebenarnya bukan satu problema bagi konseling Kristen. Karl Poper memberikan satu pengertian mengenai apa itu ilmu pengetahuan. Keabsahan ilmu pengetahuan adalah ketika saat ini hal itu terbukti benar dan pada saat ini belum terbukti salah. Contohnya dari mana kita tahu semua gagak di dunia ini warnanya hitam ? yaitu kita terima hal itu sebagai kebenaran sebelum kita menemukan gagak yang berwarna putih., Ilmu pengetahuan akan selalu maju secara progresif dan menuju sesuatu yang lebih komprehensif. Hal ini adalah sesuatu hal yang baik seperti halnya teori Einstein melengkapi teori Newton. Namun Thomas Kuhn di dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolutions”, mengatakan bahwa semua ilmu pengetahuan, bukan saja psikologi, terdiri dari observasi yang dipandang melalui asumsi atau paradigma yang bukan ilmiah. Semua fakta adalah fakta-fakta yang

40

Stephen Tong, Hati yang terbakar buku 2 : Dosa dan Kebudayaan ( Surabaya, Indonesia : Momentum, 2007 ), hal 300

41

(22)

diinterpretasikan dan jaringan interpretasi itu disediakan melalui metafisika dan agama, bukan observasi sistematik42.

Kemudian Karl Popper menjelaskan secara spesifik disiplin pembelajaran mengenai kepribadian. Dia mengamati bahwa model psikoterapi lebih banyak mirip

dengan mitos primitif daripada dengan ilmu pengetahuan43. Psikologi terutama seperti

yang dilihat di dalam teori personalitas dan model terapi adalah bukan ilmiah. Popper berargumentasi bahwa sebuah model ilmu pengetahuan harus dapat dibuktikan salah. Contohnya bila merokok 30 rokok perhari selama lima tahun akan mengurangi kapasitas paru-paru paling sedikit 15%. Hal seperti ini bisa disangkal sebab hal seperti ini dapat di tes. Tetapi jika kita mengatakan bahwa problema emosi adalah diakibatkan oleh oedipal anxiety maka hal ini bukanlah satu pernyataan ilmiah. Dan hal ini tidak dapat dapat disangkal ( diverifikasi ).

Edwards T. Welch mengatakan bahwa wawasan dunia dari psikoterapi adalah tidak dapat diverifikasi. Sebelum seorang psikolog menemui kliennya, mereka mempunyai teori-teori baik mengenai apa yang normal dan tidak normal, teori mengenai motivasi, teori mengenai bagaimana kita bisa tahu, teori mengenai Allah. Dan semua asumsi ini tidak diperoleh melalui suatu cara investigasi. Semuanya berasal dari budaya, keluarga, latar belakang agama, profesor yang berpengaruh, program sarjana, dan banyak faktor lainnya. Semua ini adalah presuposisi yang tidak dapat diverifikasi secara empiris.

Dan kita menerimanya dengan iman44.

42

Edwards T Welch, “A Discussion Among Clergy : Pastoral Counseling Talks with Secular

Psychology,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 13, No. 2, 1995, pp. 24

43 Karl Popper, “Conjectures and Refutations ( Newyork : Harper & Row, 19

(23)

Paul C. Vitz di dalam buku “Psychology As Religion: The Cult of Self-Worship”

mengatakan bahwa psikologi adalah sebuah agama. Psikologi adalah sebuah kepercayaan

dan bukan ilmu pengetahuan45. Di dalam pembukaan bukunya, beliau menuliskan bahwa

tujuan bukunya adalah untuk pembaca yang tertarik di dalam kritik psikologi kontemporer dimana pembaca mengetahui ( mungkin secara intuitif ) bahwa psikologi sudah menjadi sebuah sentimen daripada suatu ilmu pengetahuan dan psikologi sudah menjadi bagian dari kehidupan modern daripada bagian dari solusinya. Selain beliau, Barry Napier mengatakan bahwa psikoterapi dan semua ilmu psikiatri ( terkecuali yang

berkaitan dengan problema organik – yang harus dibawah dokter ) adalah filsafat46.

Perry London di dalam bukunya “The Modes and Morals of Psychotherapy” memaparkan argumentasi yang kuat bahwa psikoterapi mempunyai hal yang lebih mirip dengan imam daripada dokter. Dia menyarankan komunitas psikoterapi yang adalah

keimaman sekular yang menawarkan keselamatan47.

Jikalau psikologi sekular adalah satu agama, satu filsafat, bukan ilmu pengetahuan dan presuposisinya adalah anti Kristen maka hal ini penting harus kita waspadai. Namun ketika kita mewaspadai pemikiran dari psikologi dan psikoterapi sekular maka bukan berarti kita membuang keseluruhan dari ilmu ini. Ada bagian wahyu umum yang perlu ditebus, dirangkai dan diinterpretasikan dari wawasan Alkitab.

44 Ibid

45

Paul C Vitz, Psychology as Religion : The Cult of Self-Worship ( Grand Rapids, Michigan : William B Eerdmans Publishing Company, 1977 ), x-xvii

46Barry Napier, “

Hierarchical Assertion and Hierarchical Acceptance: Basic Dynamics of Psychotherapy,” The Journal of Pastoral Practice, Vol. IV, No. 3, 1980, pp. 21-29.

47

Edwards T Welch, “A Discussion Among Clergy : Pastoral Counseling Talks with Secular

(24)

Bab II. Pandangan mengenai Masalah Kejiwaan menurut Ilmu Psikiatri

a. Sejarah Perkembangan dan Kaitan Ilmu Psikologi dan Neurologi

Interaksi otak dengan pikiran merupakan misteri. Dimana titik temunya otak dan

pikiran dan dengan cara apa mereka saling berinteraksi satu lain merupakan satu pertanyaan yang sulit. Begitu sulitnya pertanyaan ini hingga reaksi ilmuwan pada umumnya berpusat baik hanya pada pikiran saja ( aspek bukan materi ) atau pada otak ( aspek materi ) saja dan bertindak seolah-olah mereka tidak saling relevan.

Permasalahan yang ditimbulkan adalah karena halangan untuk mengerti pengalaman otak dan pikiran manusia sebagai kesatuan proses. Neurologi dan psikologi oleh akademisi dan politisi intelektual dipisahkan menjadi 2 hal yang terpisah namun di saat yang bersamaan dipersatukan pula oleh kesamaan dasar psikobiologi yang saling

berkaitan48.

Seorang bernama Sigmund Freud yang dikenal sebagai bapak psikoanalisa adalah seorang ahli neurologi yang mempunyai ketertarikan terhadap dunia pikiran. Dia terinspirasi oleh Charles Darwin, Professor Jean Martin Charcot dan berkembangnya dunia mikroskopis saraf ( pada akhir tahun 1800 ). Freud menulis karyanya yang berjudul“The Project for a Scientific Psychology”. Di dalam projeknya ini, dia mempostulasikan bahwa apa yang disaksikan dari tingkah laku secara sadar dan tidak sadar diorganisasikan dan disimpan di dalam arsitektur saraf otak. Sebagai bagian dari karyanya, Freud menggambarkan sketsa sederhana mengenai neuron yang saling terkait untuk menghadirkan impuls, tingkah laku, dan pertahanan psikologis manusia. Sketsa ini menjelaskan interaksi antara dorongan indera dan mekanisme represi. Menurut rekan-

48

(25)

rekan kerjanya, Freud sangat terobsesi ide untuk membangun neurobiologika pikiran. Terlepas dari antusiasnya itu, Freud menyadari bahwa impiannya untuk psikologi yang berdasarkan pada pemahaman sistem saraf masih jauh untuk zamannya saat itu dimana

pandangannya sulit diterima dalam agama dan dogma medis saat itu49.

Ada kemungkinan pula, Freud tidak mempublikasikan projeknya karena dia kuatir projeknya akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak jelas seperti halnya kasus Piheas Gage.

Siapakah Piheas Gage ? Gage adalah seorang mandor rel kereta api pada abad ke 19, di dalam sebuah kecelakaan, kepalanya ditembusi oleh sebatang besi. Hal ini menyebabkan kerusakan di dalam bagian tengah cortex frontalis-nya. Bagian otak ini merupakan bagian yang berkaitan dengan kemampuan menilai, merencanakan dan pengendalian emosi. Sekalipun Gage tidak mempunyai gangguan motorik atau bahasa lainnya, mereka yang mengenal dia mengatakan bahwa Gage bukanlah Gage yang mereka kenal sebelumnya. Emosinalitas, kemampuan berelasinya, dan kualitas hidupnya berubah secara dramatis. Karena gejala Gage melibatkan kepribadian dan emosinya, publikasi kasusnya ini mendapatkan sedikit perhatian pada zaman itu. Bukan saja dikarenakan hal ini diluar wilayah kompetensi para ahli neurologi, namun juga ada sebuah bias menentang adanya hubungan kepribadian manusia dengan mekanisme

neurobiologi50.

Freud kemudian semakin meninggalkan teori psikologinya dari dasar biologis. Dia memilih untuk menggunakan metafora literatur dan antropologi yang lebih cocok dan

49 Ibid, 2

(26)

mudah diterima bagi kosakota psikoanalisa. Sangat disayangkan, Freud beralih dari otak menuju ke metafora pikiran di dalam psikoanalisa dimana hal ini mengundang banyak kritik sepanjang abad ke-20.

Walaupun Freud tidak berhasil menciptakan psikologi yang berbasis otak oleh karena teknologi dan teori pada saat itu tidak mendukung untuk melanjutkan projek ini,

namun berbagai cara pikir mengenai otak ( seperti teori MacLean’ ) sekalipun terbatas,

memberikan model yang menjembatani jurang antara psikologi dan neurologi51.

Setelah Sigmund Freud meninggal, teori psikoanalisa menjadi terkenal diantara psikiater karena mengizinkan pasien diobati di praktek pribadi dan bukan di rumah sakit jiwa ( asylum ). Memasuki tahun 1970, sekolah psikoanalisa menjadi marginal di bidang psikiatri. Lalu pada pertengahan abad ke 20, sebuah konsep baru psikiatri mulai diperkenalkan. Psikiatri biologis muncul kembali pada zaman ini. Ada transisi paradigma dari paradigma psychogenic ke paradigma biogenic. Atau lebih spesifik dari paradigma

psikoanalitik ke paradigma neurokimiawi52.

b. Pendekatan ilmu neurobiologi dalam memandang masalah kejiwaan

Secara ilmu pengetahuan mengenai neurobiologi membukakan satu wawasan

bahwa aspek tubuh dapat mempengaruhi aspek jiwa dan tingkah laku. Aspek organik dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahaan dalam karakter dan temperamen. Ada relasi antara tubuh dan jiwa.

Contoh : Seseorang yang menderita sirosis-hepati ( pengerasan lever / gagal hati ) mengakibatkan banyaknya amoniak dalam tubuh yang bersifat neurotoxic pada otak.

51 Ibid, 10

52

(27)

Banyaknya amoniak dalam tubuh ternyata memicu penderita mengalami gangguan emosi dan temperamen. Misalnya pada penderita sirosis hepati yang mengalami encefalopati ( gangguan otak ) dimana terjadi penumpukan amoniak dalam tubuh dan masuk ke otak. Penderita ini dapat mengalami gangguan daya ingat, konsentrasi, fungsi intelektual dan koordinasi yang kemudian dapat berkembang menjadi hypersomnia ( kebanyakan tidur ) atau insomnia ( tidak bisa tidur ), euphoria, depresi, mudah marah dan tingkah laku yang

tidak wajar hingga akhirnya pasien masuk ke tahap apatis dan kemudian koma53.

Seseorang yang menderita dementia ( secara awam dikenal dengan istilah pikun, dimana merupakan suatu penyakit degenerasi otak dan / atau akibat gangguan vaskularisasi otak ) dapat mengalami perubahan tingkah laku dan kepribadian seiring berkembangnya penyakit. Natur dan frequensi gejalanya dapat bervariasi dan gejala psikotik cenderung berkembang pada tahap lanjut. Gejala psikotik dari dementia

termasuk halusinasi, delusi, dan identifikasi yang salah54.

Ilmu pengetahuan neurobiologi membukakan satu realitas bahwa otak dan cara kerjanya sangat kompleks. Para ilmuwan sampai saat ini terus menyelidiki mengenai otak manusia dan masih banyak misteri yang belum tersingkap.

53

Hepatic Encephalopathy by David C. Worlf, M.D, FACP, FACG, AGAF dari website www.emedicine.medscape.com/article/186101-overview#aw2aab6b4

54

Behavior Disorders of Dementia : Recognition and Treatment - by Abi V. Rayner, M.D., M.P.H. & James G. O’Brien, M.D., & Ben Schoenbachler, M.D. –

(28)

Bab III. Ilmu psikiatri dan Kelemahannya

a. Pendekatan model medis

Di dalam bukunya Competent to Counsel, Jay Adams melihat satu permasalahan

dari psikologi sekular yaitu di dalam model medis terhadap masalah kejiwaan. Adams menjelaskan bahwa satu pencapaian dari Freudianism di dalam Etika Freudian ( Freudian Ethic ) adalah hancurnya tanggung jawab di dalam masyarakat Amerika modern. Pencapaian lain adalah kontribusi Freud kepada presuposisi fundamental mengenai moralitas baru. Freud, mengambil cara pandang dari Charcot ketika dia belajar dibawah Charcot sewaktu belajar di Prancis lalu mengadopsinya dan mempopularisasikan sebuah

pandangan permasalahan manusia di dalam sebuah model medis55. Sebelum jaman ini,

seorang sakit mental akan dipandang sebagai seorang yang berpura-pura daripada seorang pasien. Model medis ini berkembang di dalam waktu itu dengan propaganda

menggunakan kata kunci “sakit mental” dan “kesehatan mental”. Model ini sudah secara

sukses meresapi sehingga kebanyakan orang di dalam masyarakat percaya secara naïf bahwa akan masalah dari masalah psikiatris adalah satu penyakit.

Apa itu model medis ?

Model medis adalah sebuah model pemahaman yang melihat bahwa masalah kejiwaan manusia adalah masalah fisik biologis dan harus diobati dengan obat-obatan psikiatri. Masalah kejiwaan direduksi menjadi masalah fisik biologis di dalam otak manusia. Di balik pemikiran ini, pandangan dunia ini adalah ateis materialisme dimana realitas dipandang sebagai materi belaka dan dunia non materi dibuang. Injil dari medis

55

(29)

modern adalah segala sesuatu direduksi menjadi peristiwa di dalam tubuh56. Tidak ada

unsur rohani. Tidak ada manusia yang hidup dihadapan Tuhan Allah. Hanya materi belaka. Ketika semuanya hanya perihal materi maka masalah manusia pun hanya ada di dalam hal-hal fisik. Penyelesaian masalah manusia ada di dalam tubuhnya belaka

Di dalam model medis, satu tingkah laku abnormal mengindikasikan adanya penyakit. Dan ketika natur hal itu adalah penyakit maka tanggung jawab pribadi menjadi hilang dan solusinya adalah obat-obatan. Dalam model medis maka intervensi non medis

menjadi tidak etis57.

Harry Milt, seorang direktur dari Public Information for the National Association for mental Health di dalam pamphlet berjudul “Bagaimana mengatasi masalah mental” berkata “pengertian simpati, sebuah kebaikan yang kamu berikan ketika seseorang sakit

dengan sakit fisik adalah sebuah perhatian yang harus ada pada seorang yang sakit

mental”. Dia meneruskan : “Anda memberikan tunjangan karena anda tahu dia sakit dan

dia tidak dapat menolong sakitnya. Dia memerlukan simpati dan pengertianmu. Seorang

dengan sakit mental adalah sakit dan kebanyaka tidak dapat menolong hal itu juga58.

Di dalam model medis, tingkah laku yang abnormal mulai dari tidak taat orang tua sampai kepada membunuh dikategorikan sebagai penyakit dimana individu yang melakukannya tidak perlu bertanggung jawab. Definisi abnormal adalah lebih daripada sekedar tingkat kalesterol yang tinggi atau rendah gula darah. Ada unsur tanggung jawab moral di dalamnya.

56

Edward T. Welch, “Sin or Sickness? Biblical Counseling and the Medical Model,” The Journal ofPastoral Practice, Vol. X, No. 2, 1990, pp. 29

57 Ibid

58

(30)

Antropologi dari model medis hanya melihat unsur tubuh dan tidak melihat adanya unsur batiniah. Model medis mereduksi masalah tingkah laku manusia dari unsur tubuh. Ambil sebuah contoh seseorang klien yang datang kepada terapis dan komplain bahwa dirinya terlalu berlebihan peduli mengenai kebersihan dari peralatan kantor dimana dia kerja sehari-hari seperti telepon, mesin faks, alat fotokopi. Dia takut alat-alat ini terkontaminasi. Ketika dia berusaha mengabaikan atau menekan pikiran yang mengganggu ini maka kecemasannya meningkat. Dia menemukan kelegaan untuk kecemasannya dengan membersihkan barang-barang tersebut dan menge-lapnya dengan alkolhol. Tetapi siklus ini berulang dalam satu hari dan tiap hari. Dia kehilangan beberapa pekerjaan karena hal ini. Dia diberikan obat Zoloft oleh dokter dengan sedikit kemajuan. Bagaimana kita memandang masalah ini ? Apakah ini isu biologis ? Sesungguhnya DSM IV akan mengkategorikan konseli ini dengan penyakit Obsessif Compulsive Disorder ( OCD ). Hal ini karena orang model medis sekular hanya melihat

komponen dari tubuh dan tidak mempunyai komponen jiwa59.

Satu contoh masalah dengan model medis adalah menganggap kecanduan Alkohol sebagai satu penyakit. Edward Weltch mengatakan bahwa secara esensial ada dua pandangan mengenai kecanduan alkohol dan kecanduan yang lainnya : pertama adalah pandangan medis dan kedua adalah pandangan moral atau religius. Pandangan medis mengatakan bahwa kecanduan alkohol adalah satu penyakit sedangkan pandangan

moral mengatakan bahwa itu adalah dosa atau ketidaktaatan kepada Allah60. Pandangan

mana yang diterima akan mempunyai implikasi terhadap cara hidup seumur hidup.

59 Michael R. Emlet, “

(31)

Dalam masalah kecanduan alcohol, pandangan medis mendominasi karena dorongan untuk minum terasa seperti sebuah penyakit. Dorongan itu terasa seperti sesuatu mengambil alih ketika alkohol tersedia. Kepada siapa yang tidak pernah bergumul dengan alkohol adalah mudah untuk mengatakan bahwa alkohol adalah satu keputusan sadar yang immoral. Tetapi yang mengalami bergumul dengan itu dorongan itu terasa seperti sebuah keputusan. Jika ada sebuah keputusan yang dibuat maka hal itu terasa jika itu sebuah penyakit yang memilih.

Model penyakit ini pertama dipopularisasikan oleh Bill Wilson, pendiri dari

Alcoholic Anonymous ( AA ) pada tahun 193061. Dia menggunakan pendekatan penyakit

ini bukan karena hal ini didukung oleh riset. Dia menggunakan hal ini karena dia berpikir ini akan menolong orang-orang lebih terbuka mengenai masalah minum minuman keras mereka. Jadi alasan penggunaan model penyakit ini karena alasan pragmatis. Dia menggunakan metafora minum adalah seperti sebuah penyakit. Selama lebih dari lima puluh tahun model penyakit kehilangan kualitas metafora dan sekarang metafora itu

dipersingkat menjadi minum adalah sebuah penyakit. Kehilangan kata “seperti”( seperti

sebuah penyakit ) membuat perbedaan yang jauh.

Menurut tradisi AA dan model penyakit, anda tidak bertanggung jawab terhadap penyebab tetapi anda bertanggung jawab terhadap penyembuhan. Ibarat anda terkena diabetes. Anda tidak bertanggung jawab terhadap penyebab diabetes. Tetapi anda harus bertanggung jawab untuk penyembuhannya di dalam diet dan menggunakan insulin secara teratur.

60Edward T. Welch, “

A Letter to an Alcoholic,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 16, No. 3,1998, pp. 20.

(32)

Model medis mempunyai masalah secara teologis. Woodrow di dalam jurnal

konseling biblika menyimpulkan masalah yang ada dengan model medis62 :

1. Model medis menyangkal manusia mempunyai natur spiritual. Manusia direduksi menjadi mahluk materi yang dikontrol dengan reaksi kimia di otak dan badan. Yang menentukan langkah manusia adalah biologisnya daripada Tuhan yang menentukan langkahnya.

2. Model medis menyangkal kerusakan total manusia. Manusia pada dasarnya baik dan mereka tidak diperhitungkan sebagai berdosa tetapi sebagai sakit atau abnormal. Mereka mempunyai ketidakseimbangan kimiwai

3. Model medis menyangkal tanggung jawab manusia. Jika tingkah laku abnormal karena masalah kimiawi maka manusia tidak bertanggung jawab akan tingkah laku mereka. Tindakan-tindakan mereka adalah keluar dari kendali mereka.

4. Model medis menyangkal peran penting dari para konselor Kristen. Bagi mereka cara merubah tingkah laku adalah dengan obat-obatan dan terapi-terapi yang hanya para psikiater dan profesional medis yang mempunyai kualifikasi menggunakannya. Psikiatris menjadi penjaga pintu dan hanya psikiater yang mempunyai kunci untuk membuka pintunya.

b. Teori Ketidakseimbangan kimiawi yang mendukung model medis

Dr Timothy Scott mengatakan bahwa model medis tidak mempunyai tes objektif untuk menentukan depresi, schizophrenia atau sakit mental lainnya. Tidak ada tes darah,

62Woodrow Wendling, “

Review of Counselor's Guide to the Brain and Its Disorders by Edward

(33)

tes kencing atau scan otak63. Model medis menggunakan teori ketidakseimbangan kimiawi. Teori ketidakseimbangan kimiawi ini dapat disimpulkan dalam 3 hal yaitu64 :

a. Depresi, kecemasan, schizophrenia, dan sakit mental lainnya adalah penyakit-penyakit seperti asma, diabetes dan kanker. Penyakit-penyakit-penyakit ini berasal dari kesalahan di kimiawi otak dan bukan kesalahan dari karakter.

b. Depresi, kecemasan, schizophrenia dan sakit mental lainnya dapat muncul dari banyak sumber, namun kontribusi genetik terhadap perkembangan ketidak kesimbangan kimiawi diluar jangkauan pertanyaan.

c. Menggunakan obat-obatan yang tepat dapat memulihkan ketidakseimbangan kimiawi dan fungsi mental secara normal.

Ketika 3 hal di atas secara dipercayai secara luas, beberapa ahli-ahli di dalam bidang ini memberikan pernyataan sebagai berikut :

Peter Breggin seorang dokter dan psikiater mengatakan :

“Di dalam realitas, ilmu pengetahuan tidak mempunyai kemampuan untuk mengukur

level setiap biochemical di dalam setiap ruang kecil diantara sel syaraf ( the synapses ) di

dalam otak manusia. Semua pembicaraan mengenai ketidakseimbangan biokimiawi

hanyaka spekulasi untuk mempromosikan obat-obatan psychiatric”65

Elliot Valenstein, PhD, seorang neuropsikologis mengatakan :

“Banyak dokter mengatakan pasien mereka bahwa mereka menderita ketidakseimbangan

kimiawi, padahal di dalam realitas tidak ada tes yang tersedia nyata untuk

63

Timothy Scoot, American Fooled : The Truth about antidepressants, antipsychotics and how

we’ve been deceived ( Victorya, Texas : Argo Publishing, 2006) ,46 64

Ibid

65

(34)

memperlihatkan status kimiawi dari otak manusia yang hidup. Kenyataan tidak

mendukung teori biokimiawi dari sakit mental.”66

Joseph Glenmullen, seorang dokter dan psikiatris mengatakan :

“Di dalam dekade sekarang ini, kita tidak kekurangan pernyataan mengenai

ketidakkeseimbangan biokimia untuk masalah psikiatrik. Usaha yang giat untuk mencoba

membuktikan belum juga berhasil membuktikan. Sebaliknya. Ketika di dalam setiap

kasus ketidakseimbangan itu dipikir ditemukan, hal itu kemudian terbukti salah”67

Charles E. Dean, seorang dokter dan psikiatris mengatakan :

“Orang amerika diyakinkan bahwa penyebab sakit mental ditemukan pada biologis,

namun lebih dari tiga decade riset belum menemukan buktinya. Dengan tidak adanya

penjelasan penyebab fisik yang jelas menyebabkan tidak adanya tes laboratorium untuk

diagnosa psikiatrik –dikontraskan dengan sakit diabetes dan sakit fisik lainnya”68

Bukti yang biasa disuarakan oleh banyak dokter mengenai teori ketidakseimbangan kimiawi adalah depresi dikarenakan terlalu sedikit serotonin dan schizophrenia dikarenakan terlalu banyak dopamine. Dr George Aschcroft, yang karyanya memimpin kepada teori bahwa depresi mungkin dihasilkan dari rendahnya serotonin, sudah menolak teori tersebut. Dr David Healy, seorang dokter akademis yang mempunyai gelar doktoral di dalam neuroscience dan sudah menulis 13 buku mengenai psychopharmaceuticals, mendiskusikan fakta ini di dalam bukunya Let Them Eat Prozac.

66

Valenstein, Blaming the Brain : The Truth About Drugs and Mental Health ( Newyork : The Free Press, 1998 ), p 4,96

67

Gellenmullen Joseph, Prozac Backlash ( Newyork : Simon & Schuster, 2000 ), p 196

68

Charles E. Dean, Minnesota Star Tribune, Cited at

(35)

“Tahun 1970 Ashcroft sudah mengkonklusikan bahwa apapun yang salah di dalam

depresi adalah bukan rendahnya serotonin. Pembelajaran yang lebih sensitive sudah

menunjukkan tidak ada rendahnya serotonin. Sesungguhnya tidak ada abnormalitas dari

serotonin di dalam depresi yang pernah di demonstrasikan. Sebuah jarak terbuka diantara

ilmu pengetahuan dan pengertian publik – sebuah jarak krusial kepada perkembangan

dari percakapan media mengenai rendahnya level serotonin.69”

Satu fakta yang perlu diketahui bahwa ternyata neurotransmitter tidak hanya serotonin dan dopamine. Neurotransmitter baru masih terus ditemukan. Neurotransmitter pertama yang dikenali dan ditemukan pada tahun 1921 adalah acetylcholine ( Ach ). Norepinephrine ditemukan pada tahun 1946. GABA di temukan pada tahun 1950 dan serotonin ditemukan padsa tahun 1954. Dopamine ditemukan pada tahun 1956 dan Endorpin ditemukan setelah tahun 1973. Adalah satu fakta bahwa pikiran manusia lebih kompleks jauh daripada yang dijelaskan di buku-buku teksbook. Neurotransmitter jauh lebih banyak dan bagaimana mereka beroperasi lebih kompleks daripada penjelasan sederhana serotonin rendah menyebabkan depresi dan dopamine tinggi menyebabkan schizophrenia. Di dalam permulaan millennium baru kira-kira sudah ditemukan 75

neurotransmitter70. Sekarang ini sudah lebih dari 200 neurotransmitter ditemukan71.

Selain fakta diatas, ada banyak tipe reseptor yang diasosiasikan dengan neutransmitter. Serotonin sendiri punya minimum 15 tipe reseptor yang berbeda. Pertanyaan berapa banyak tipe reseptor dari neurotransmitter yang lain adalah masih

69

David Heanly, Let Them Eat Prozac : The Unhealthy Relationship Between the Pharmaceutical Industry and Depresion ( New York : New York University Press, 2004) ,12

71

Timothy Scoot, American Fooled : The Truth about antidepressants, antipsychotics and how

(36)

belum diketahui. Hingga derajat apa kombinasi dari neurotransmitter yang hampir tidak terhitungkan itu berinteraksi dengan reseptor-reseptornya adalah masih belum diketahui.

c. DSM dan limitasinya

Dunia psikiatri sekarang menggunakan DSM V. Sebelumnya dunia psikiatri

menggunakan manual DSM IV72. DSM IV adalah sumber definisi untuk membuat

diagnosis psikiatrik73. DSM IV yang menghadirkan dirinya sebagai sebuah karya objektif, ilmu pengetahuan medis, mengklaim untuk menghasilkan kategori diagnosis dan prosedur penanganan yang valid sesuai dengan kategorinya. Buku ini dibaca seperti buku ilmu pengetahuan. Asumsinya yaitu bahwa problema dapat dikategorikan dengan angka diagnosis dan mempunyai namanya seperti halnya masalah medis74.

Sebelum DSM IV adalah DSM III. Peter Breggin di dalam buku “Toxic

Psychiatry” menceritakan bagaimana Nancy Andreasen membantu untuk

menformulasikan DSM III resmi dari American Psychiatric Association ( APA ). Dalam

bukunya yang popular ,“The Broken Brain : The Biological Revolution in Psychiatry”,

dia menulis bahwa yang utama dari penyakit psikiatrik adalah sebuah penyakit. Penyakit-penyakit ini harus dipertimbangkan Penyakit-penyakit medis seperti diabetes, sakit jantung, dan

kanker75. Benarkah penyakit mental itu penyakit fisik ?

72

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yang dipublish oleh American Psychiatric Association. DSM IV dipublikasikan di tahun 1994.

73John Babler, “

A Biblical Critique of the DSM-IV”, “The Journal of Biblical Counseling, Vol 18, No.1, 1999, 25

74 Ibid

75

(37)

Edward T Welch seorang konselor biblika yang mempunyai gelar Ph.D in Counseling Psychology dan Neuro-psychology di dalam bukunya “Apakah otak yang

dipersalahkan ?” mengatakan :

“Masalah psikiatris dikelompokkan dalam kategori yang berbeda dengan

penyakit medis tradisional. Beliau mengatakan bahwa dalam kebanyakan

penyakit medis, anda dapat melihat apa yang salah. Contohnya anda dapat

melihat adanya tumor otak pada CT-Scan, anda dapat melihat sel-sel saraf yang

ruwet pada penyakti Alzheimer, dan anda dapat melihat kerusakan pada otak

yang diakibatkan oleh kecelakaan yang berat. Kondisi otak dalam hal ini jelas

tampak berbeda dari otak normal. Akan tetapi fungsi otak dalam masalah

psikiatris tidak memperlihatkan perbedaan yang konsisten jika dibandingkan

dengan fungsi otak normal. Penelitian lebih lanjut di masa depan mungkin akan

mengungkapkan perbedaan-perbedaan. Tetapi pada saat ini belum ditemukan

ketidak keseimbangan kimiawi yang konsiten dan dapat dibuktikan, atau

abnormalitas dalam anatomi sel-sel saraf dalam diagnosis kejiwaan. Hasil tes

darah dan pemindaian otak tidak dapat dipergunakan dalam menetapkan

diagnosis psikiatris. Kendatipun ada puluhan ribu artikel penelitian dalam bidang

ini, pengamatan yang seksama dari penelitian ilmiah ini hanya menghasilkan

gambaran yang kabur. Sayangnya, hal-hal yang agak jelas pun telah menjadi

rumit oleh berbagai asumsi pikiran-tubuh yang tanpa sengaja telah

mengutamakan persepsi filosofis76”.

Thomas Szasz, seorang psikiater sekular menyingkapkan realita dalam dunia

psikiatri di dalam bukunya “Myth of Mental Illness”dan “Myth of Psychotherapy”. Dr

76

(38)

Timothy Scott menyingkapkan penipuan psikiatri dalam bukunya yang berjudul

American Fooled : The Truth about Antidepressants, Antipsychotics and How we’ve been deceived” yang memenangkan award di tahun 2006. Dr Peter Breggin menulis buku

Toxic Psychiatric dan beliau juga menyingkapkan mengenai kebohongan-kebohongan di dalam dunia psikiatri salah satunya data mengenai obat Antidepressant, Prozac77. Bila

kita memperhatikan bahasa-bahasa yang dipakai tentang obat-obatan di dalam dunia psikiatrik kita dapat menemukan ada bagian dimana bahasanya bukan bahasa pasti dan ilmiah78. Hal ini karena teori keseimbangan kimiawi dan cara obat bekerja belum

diketahui secara pasti.

77 Prozac sudah dikenal oleh banyak orang sebagai antidepressant dan ternyata

perusahaan Lily pembuat Prozac menyembunyikan data bahwa efek dari prozac banyak mengakibatkan orang bunuh diri dan melakukan kekejaman. ( Dari British Medical Journal ). Apakah perusahan Lily jujur ? Peter Breggin menganalisa mengenai Lily di http://www.breggin.com

78 Abilify di dalam www.abilify.com menyajikan model penjelasan yang bahasanya bukan ilmiah. Perhatikan bahasa di dalam website mengenai Abilify. Ini bukan bahasa scientific. Schizophrenia is thought to be caused by an imbalance of key chemicals in the brain. On this page, you'll learn how ABILIFY® (aripiprazole) ma y work by adjusting the activity of these chemicals to help improve the symptoms of schizophrenia. The exact way ABILIFY (or any other medicine for schizophrenia) works is unknown. However, experts believe that ABILIFY works by adjusting dopamine, instead of completely blocking it, as well as affecting serotonin.

Zyprexa yaitu obat antipsychotic di dalam www.zyprexa.com. Perhatikan bahasanya : ZYPREXA is believed to work by balancing the chemicals naturally found in the brain. ZYPREXA may help relieve your symptoms so you feel better.

Di dalam buku The Christian Counselor’s Medical Desk Reference oleh Robert Smith

mengemukakan mengenai Physhical Desk Reference on CD ROM for 2000 di bagian Clinical Pharmacology yang mendeskripsikan bagaimana obat-obatan itu bekerja,

- Effexor –“The mechanism of the antidrepressant action of venlafaxine in humans is believed to

be associated with its potentiantion of neurotransmitter activity in the CNS”

- Elavil ( amitriptyline ), an antidepressant –“Its mechanism of action in man is not known” - Lithium “the specific bagaimana biochemical mechanism of lithium action in mania is unknown” - Prozac – “ The antidepressant action of fluoxetine is presumed to be linked to its inhibition of

CNS neuroanal uptake of serotonin.” This happens in platelets in the blood, so it is therorized to happen in the central nervous system ( CNS ).

- Valium ( antianxiety ) – “In animals, Valium apprears to act on parts of the limbic system, the thalamus, and hypothalamus, and induces calming effects”

(39)

Salah satu kritik mengenai problema dari DSM yang menjadi inti psikiatri adakah isinya berubah-rubah dam tidak konsisten. Isi psikiatrik adalah berdasarkan konsensus dan kesepakatan bersama. Misalnya dahulu masalah homoseksual dimasukkan ke dalam daftar DSM sampai tahun 1974 ketika aktivis homoseksual melakukan demonstrasi di depan The American Psychiatric Association Convention. Daftar homoseksual dalam DSM sekarang sudah dihilangkan karena pandangan mengenai normal dan tidak normal

itu bergantung kepada kesepakatan bersama79. Di dalam budaya pluralisme, penolakan

terhadap kebebasan homoseksual adalah satu kejahatan. Kesimpulan maka benar salahnya DSM di dalam psikiatri bernuansa konstruksi sosial dan politik juga. Diagnosa. diagnosa adalah nama-nama penyakit. Karena diagnosa-diagnosa adalah konstruksi sosial, maka mereka beragam dari waktu ke waktu dan dari budaya ke budaya.

Di dalam DSM asumsinya yaitu bahwa problema kejiwaan dapat dikategorikan

dengan angka diagnosis dan mempunyai namanya seperti halnya masalah medis80.

Sebagai contoh : Jika anda ketakutan ditinggalkan, jika relasi anda bergantian diantara pemujaan berhala yang kuat dan kecewa yang kuat, jika anda melemparkan amarah dan bertingkah laku impulsif maka anda adalah 301.83. Anda mempunyai borderline personality disorder. Anda dilabel sebagai borderline personality disorder.

79

Paula J Caplan seorang spesialis di dalam metodologi riset bukan saja mempertanyakan metodologi riset di dalam DSM tetapi juga mempertanyakan logika di dalam menentukan siapa yang

normal dan siapa yang tidak normal. Dia mengatakan “The point is not the decisions about who is normal

are riddled with personal biases and political considerations but rather that, by dint of a handful of

influential professional’s efforts, those subjective determinants of diagnosis masquarade as solid science and truth.

David Tyler & Kurt Grady. Deceptive Diagnosis : When Sin is called Sickness ( Bemidji, Minnesota : Focus Publishing, Inc, 2006 ), pg 68

80John Babler, “

(40)

Sebagai contoh tesis utama dari DSM adalah ada keseluruhan yang lebih besar daripada jumlah dari bagian-bagian, sebuah diagnosa yang menjelaskan gejala-gejala. Sebagai contoh jika anda mempunyai enam atau lebih tingkah laku, emosi dan proses mental tertentu ( bagian ) selama lebih dari enam bulan, anda dikualifikasi menerima satu label besar diagnosa ( keseluruhan ). Label itu mengindetifikasikan sebuah disorder yang anda miliki atau di dalam tubuh anda.

Konseling Biblika mempunyai kewaspadaan kepada bahasa terutama istilah psikiatrik. Hal ini karena sebuah kata dapat lebih daripada sebuah referensi sederhana. Sebaliknya sebuah kata dapat padat dengan makna. Sebuah kata dapat membawa keseluruhan sistem pikiran daripada hanya memaparkan sebuah fakta kecil atau observasi

sederhana81.

Ketika seorang anak cenderung tidak memperhatikan, mudah teralih fokusnya, dan gelisah seringkali diberi label ADHD ( Attention Deficit Hyperactive Disorder ). DSM IV menyediakan banyak daftar gejala dari tidak memperhatikan dan impulsif hyperaktif dan mengatakan bahwa jika enam atau lebih dari gejala hadir secara terus menerus lebih dari paling sedikit enam bulan kepada satu derajat yang tidak maladaptif

dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan maka diagnosanya adalah ADHD82.

Gejala-gejala itu termasuk :

1. Gagal di dalam fokus perhatian di sekolah atau tempat kerja 2. Mempunyai kesulitan di dalam mempertahankan perhatian

81Edward T.Welch , “

Queries & Controversies: How valid or useful are psychiatric labels for depression?,” The Journal of Biblical Counseling, Vol. 18, No. 2, 2000, pp. 55.

82Babler, John, “

(41)

3. Tidak mendengarkan ketika dikatakan secara langsung 4. Tidak mengikuti instruksi

5. Gagal menyelesaikan tugas sekolah

6. Kesulitan mengatur tugas-tugas dan aktivitas

7. Menghindari dan tidak suka kepada tugas-tugas yang memerlukan usaha mental

8. Kehilangan hal-hal yang dibutuhkan untuk tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas 9. Mudah terpecahkan konsentrasinya dengan rangsangan eksternal

10.Bertingkah laku seperti dikendalikan oleh sebuah motor

11.Berbicara secara eksesif dan secara impulsive menjawab pertanyaaan 12.Mempunyai kesulitan menunggu gilirannya

DSM IV mengatakan bahwa gejala-gejala ini harus hadir sebelum usia tujuh jatuh untuk menyimpulkan hal ini mempunyai asal mula fisik. DSM IV juga menyediakan ruang untuk sebuah kategori disorder dengan gejala tidak perhatian, hiperaktif atau

impulsive yang tidak memenuhi kriteria ADHD. Gejala itu dinamakan “Attention Deficit

Hyperactivity Disorder Not otherwise specified”. Seberapa absah dan ilmiah label ini ?

John Babler mengomentari ketika DSM IV mengkategorikan ADHD ketika ada enam gejala atau lebih hadir paling sedikit enam bulan kepada satu derajat yang tidak maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan83. Kriteria apa yang dipakai

untuk mengukur tingkat perkembangan ? Apakah model dari Piaget84 ? Ataukah model teori psikologi yang lain ?. Lalu pengertian pengertian satu derajat yang tidak maladaptif

83 Ibid

84

Referensi

Dokumen terkait

Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang baik yang dimaksudkan adalah keluarga yang memberikan didikan secara demokratis, tidak otoriter dan tidak diberi kebebasan

Pada uji intervening yang dilakukan dengan uji sobel menjelaskan bahwa secara tidak langsung Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit melalui

Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia;

Bukti-bukti tentang perkembangan Islam, adalah jejak pemukiman, benteng-benteng tradisional, bangunan kolonial yang digunakan sebagai masjid yang mungkin difungsikan

Arrive in Ngurah Rai International Bali Airport , pick up service with MUTIARA BALI HOLIDAYS staff and guide from Airport to hotel for check in and lunch will be served at

Pengembangan formula untuk sediaan ketoprofen secara transdermal sudah banyak dikembangkan, yaitu melalui berbagai penelitian menggunakan etanol, matriks polimer, gel

Penggunaan maltodekstrin sebagai filler membentuk tekstur ganula dan memiliki daya ikat yang kuat serta memiliki kemampuan membentuk body pada produk makanan (Prangdimurti,

Muatan pembelajaran di SMP/MTs yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam