• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUDAYAAN PAPUA DAN NILAI NILAI YANG TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBUDAYAAN PAPUA DAN NILAI NILAI YANG TE"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUDAYAAN PAPUA DAN NILAI-NILAI YANG

TERKANDUNG DIDALAMNYA

Makalah ini di susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Budaya Nasional Indonesia

Dosen Pengampu : Ana Fitrotun Nisa, M.Pd.I

Oleh :

Dewi Nur Oktaviyanti

(13480089)

Iswatun Khoiriah (13480090)

Febriasti Dina Saputri (13480091)

Ira Setyaningrum

(13480000)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM

(2)

KEBUDAYAAN PAPUA DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG

DIDALAMNYA

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Budaya merupakan sesuatu yang mempunyai nilai-nilai penting dan

fungsional serta turun temurun. Kebudayaan adalah keseluruhan

pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang untuk memahami dan

menginterpretasi segala tingkah laku manusia. Kebudayaan tidak bisa lepas

dari manusia, karena segala tingkah laku manusia merupakan kebudayaan.

Negara Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya nya,

terdapat 34 Provinsi dan memiliki ratusan suku bangsa, ratusan bahasa dan

tentunya lebih dari 34 kebudayaan yang berbeda. Keindahan alam,

sumberdaya alam serta kebudayaan Indonesia yang beragam itulah yang

menjadi daya tarik Indonesia. Pengaruh budaya barat dalam kebudayaan

Indonesia kini telah melunturkan budaya asli Indonesia.

Budaya dan kebudayaan suatu daerah hendaknya perlu dikenal dan

dilestarikan agar kekhasan suatu daerah tetap terjaga. Dengan mempelajari

budaya atau kebudayaan itu sangat berkaitan dan penting untuk dipelajari

agar kita tahu mana yang benar-benar budaya asli bangsa Indonesia. Agar

kelak anak cucu kita dapat mengerti akan kebudayaannya.

Di bagian paling timur Indonesia tepatnya pulau Papua terdapat

beragam budaya dan kebudayaan yang menarik untuk dipelajari. Bagaimana

budaya dan kebudayaan di Papua serta nilai-nilai yang terkandung

didalamnya dapat kita pelajari melalui makalah ini.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana wujud dan deskripsi kebudayaan Papua?

b. Bagaimana wujud dan deskripsi kebudayaan Papua Barat?

c. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan Papua Barat?

3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui wujud dan deskripsi kebudayaan Papua?

b. Mengetahui wujud dan deskripsi kebudayaan Papua Barat?

(3)

B. PEMBAHASAN

Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Nugini

bagian barat atau west New Guinea. Papua juga sering disebut sebagai Papua

Barat karena Papua bisa merujuk kepada seluruh pulau Nugini termasuk belahan

timur negara tetangga, east New Guinea atau Papua Nugini. Papua Barat adalah

sebutan yang lebih disukai para nasionalis yang ingin memisahkan diri dari

Indonesia dan membentuk negara sendiri. Provinsi ini dulu dikenal dengan

panggilan Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973, namanya kemudian diganti

menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan

emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.

Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No 21/2001 Otonomi

Khusus Papua. Pada masa era kolonial Belanda, daerah ini disebut Nugini

Belanda (Dutch New Guinea).

Asal kata Irian adalah Ikut Republik Indonesia Anti-Netherland. Kata

Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting, sebuah

gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli. Pada tahun

2004, disertai oleh berbagai protes, Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh

pemerintah Indonesia bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan

bagian baratnya menjadi Irian Jaya Barat yang sekarang menjadi Provinsi Papua

Barat.1

1. Kebudayaan Papua

a) Letak geografis

Secara geografis Propinsi Papua terletak antara 130°-141° BT dan

2°25' LU - 9° LS. Batas-batas wilayah provinsi Papua, sebelah Utara

berbatasan dengan Samudera Fasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan

Laut Arafura, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Papua Barat, dan

sebelah Timur berbatasan dengan Papua New Guinea.

Secara fisik, Papua merupakan Propinsi terluas di Indonesia,

dengan luas daratan 21,9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu

421.981 km², membujur dari barat ke timur (Sorong-Jayapura) sepanjang

1,200 km (744 mile) dan dari utara ke selatan (Jayapura- Merauke)

1https://papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html// diakses 27 November 2015 pukul 23.58

(4)

sepanjang 736 km (456 mile). Selain tanah yang luas, Papua juga

memiliki banyak pulau yang berjejer disepanjang pesisirnya. Propinsi

Papua terdiri dari 28 kabupaten,1 kota, 389 kecamatan, 3.619

Kelurahan/Desa.2

b) Sistem upacara keagamaan

Upacara perkawinan dalam budaya Asmat pada umumnya anak

sudah diatur oleh kedua orangtuanya. Mahar dikumpulkan oleh keluarga

pengantin laki-laki, kemudian diserahkan kepada keluarga pengantin

putri dan ada kemungkinan mahar tersebut dibagi-bagikan kepada

saudara-saudara pengantin putri. Dalam masyarakat yang mengikuti

patriakhat ini mengenal 3 macam perkawinan yang direncanakan, yaitu:

- Perkawinan Tinis yang daiwali dengan lamaran dilakukan wakil

pihak keluarga wanita. Melalui perkawinan seorang suami

memperoleh hak atas daerah sagu dan daerah ikan milik orang tua

pengantin wanita.

- Perkawinan Persem, perkawinan yang terjadi sebagai kelanjutan

hubungan rahasia antara pria dan wanita, yang kemudian diakui

secara sah oleh kedua orang tua kedua belah pihak.

- Perkawinan mbeter, perkawinan yang didahului seorang pria

melarikan seorang gadis untk dikawin.3 c) Sistem bahasa

Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang

pada kelompok etnik yang ada. Aneka pelbagai bahasa ini telah

menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik

dengan kelompok etnik lainnya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia

digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan

hingga ke pedalaman.

d) Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial

Pada daerah-daerah Papua yang bervariasi topografinya terdapat

ratusan kelompok etnik dengan budaya dan adat istiadat yang saling

2 Departemen Kehutanan, 33 Provinsi Profil Kehutanan halaman 199-222 (bisa dilihat di

www.dephut.go.id/uploads/files/caab39cf305142d2390aae45634c0a4e.pdf)599-600

(5)

berbeda. Dengan mengacu pada perbedaan topografi dan adat istiadatnya

maka secara alamnya. Pada umumnya masyarakat Papua hidup dalam

sistem kekerabatan yang menganut garis ayah atau patrilineal.4

Kelompok asli di Papua terdiri atas 255 suku dengan bahasa yang

masing-masing berbeda. Beberapa contoh suku tersebut yakni suku

Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Ayamaru, Empur, Mandacan, Biak, Arni,

Sentani, Waropen, Tobati dan lain-lain. Tribal arts yang indah dan telah

terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani, dan Sentani.5 Dalam perilaku sosial terdapat suatu falsafah masyarakat yang

sangat unik, misalnya seperti yang ditunjukan oleh budaya suku Komoro

di Kabupaten Mimika, yang membuat genderang dengan menggunakan

darah. Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yang gemar melakukan

perang-perangan, yang dalam bahasa Dani disebut Win. Budaya ini

merupakan warisan turun-temurun dan di jadikan festival budaya lembah

Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai, yang didalamnya terdapat

mummy yang di awetkan dengan ramuan tradisional. Terdapat tiga

mummy di Wamena; Mummy Aikima berusia 350 tahun, mummy Jiwika

300 tahun, dan mummy Pumo berusia 250 tahun.6 e) Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian

Penduduk Papua dapat di bedakan menjadi kelompok besar yaitu:

-

Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang (rumah panggung), mata pencaharian menokok

sagu dan menangkap ikan.

-

Penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata

pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil

hutan.

4 Ibid., hal 602

5 R. Rizky dan T. Wibisono , Mengenal Seni dan Budaya Indonesia , (Jakarta Timur: Cerdas dan Interaktif,

2013). Hal.133

6 http://indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-papua/sosial-budaya // diakses 27 November 2015

(6)

-

Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun beternak secara sederhana.7

-

Suku yang tidak termasuk pengggolongan diatas disekitar teluk Humboldt hidup dari perikanan, sedangkan pertaniannya merupakan

pertanian campuran ubi dan sagu.8 f) Sistem Pengetahuan

Sagu adalah makanan khas Indonesia timur yang berasal dari

tepung dan berasal dari batang pohon Sagu. Makanan karbohidrat ini

mempunyai fungsi yang sama dengan nasi atau gandum yang menjadi

makanan pokok Indonesia secara umum. Keberadaan sagu begitu penting

bagi masyarakat Papua, termasuk suku Asmat yang mendiami wilayah

pesisir selatan pulau Papua. Makanan ini seperti sumber kehidupan bagi

sebagian besar warga dan sangat dibutuhkan dalam menunjang

kehidupan harian mereka. Karena hal inilah, maka masyarakat Asmat

pun mempunyai sebuah ritual yang berkaitan dengan keberadaan sagu

sebagai makanan pokok mereka.9 g) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

- Alat transportasi

Suku Asmat mengenal perahu lesung sebagai alat

transportasinya. Pembuatan perahu dahulunya digunakan untuk

persiapan suatu penyerangan dan pengayauan kepala. Bila telah

selesai, perahu tersebut dicoba menuju ke tempat musuh dengan

maksud memanas-manasi musuh dan memancing suasana musuh

agar siap berperang. Selain itu, perahu lesung juga digunakan untuk

keperluan pengangkutan dan pencarian bahan makanan.

Setiap 5 tahun sekali, orang-orang Asmat membuat

perahu-perahu baru. Walaupun daerah Asmat kaya akan berbagai jenis kayu,

namun pembuatan perahu mereka memilih jenis kayu khusus yang

7Ibid.

8 Slamet, kehidupan suku-suku irian barat (bharata, 1964 : 14)

(7)

jumlahnya tidak begitu banyak. Yang digunakan adalah kayu kuning

(ti), ketapang, bitanggur atau sejenis kayu susu yang disebut yerak.10

Perahu suku Asmat

- Senjata tradisional

Senjata tradisional dari provinsi Papua adalah belati tulang,

perisai perang, panah dan senjata kapak batu.11

Kapak batu biasa digunakan oleh masyarakat Suku Asmat

sebagai alat untuk menebang pohon dan membantu mereka dalam

proses pembuatan sagu. Lebih dari sekadar senjata, kapak batu bagi

Suku Asmat merupakan benda yang mewah, mengingat cara

pembuatannya yang rumit dan bahan baku batu nefrit yang sulit

ditemukan. Bahkan, karena dianggap sangat berharga, kapak batu

oleh masyarakat Suku Asmat sering dijadikan mahar dalam suatu

pernikahan.12

Kapak Batu

- Rumah adat

Contoh rumah adat yang dapat kita jumpai di Papua adalah :

 Rumah Honai biasanya ditempati oleh suku Dani.

 Rumah Kariwari dihuni suku Tobati13

10 http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1074/perahu-alat-transportasi-suku-asmat#photo[gallery]/0/

// diakses 27 Nov 2012

11 Rizki, Mengenal Seni dan.... hal.133

12 http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/senjata-tradisional-yang-lahir-dari-alam // diakses 28

November 2015 pukul 18.30 WIB

(8)

Rumah Honai adalah rumah adat Papua yang terbuat dari

kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau

ilalang. Honai dibangun sempit dan tidak berjendela untuk

menahan hawa dingin pegunungan papua masuk ke dalam rumah.

Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada

bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api

unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam 3

tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut

Ebei) dan untuk kandang babi (disebut warnai).14

Rumah adat Honai dan Kariwari

- Pakaian adat

 Kaum pria mengenakan pakaian adat berupa hiasan kepala, rompi, celana berumbai dan hiasan kalung yang terbuat dari

gigi, tulang hewan, serta kerang.

 Kaum wanitanya memakai tutup kepala yang dihiasi bulu cendrawasih, pakaian berumbai dan rok berumbai. Tidak lupa

memakai kalung dari kerang, gigi binatang dan hiasan kaki. 15

14 http://indonesianwonderland.blogspot.co.id/2012/10/seni-dan-budaya-papua.html // diakses 28

November 2015 pukul 23.00 WIB

(9)

h) Sistem Kesenian

- Noken, tas multifungsi yang dirajut dari serat kayu dan dibawa dengan mengaitkan bagian atasnya di kepala. Noken menjadi salah

satu warisan budaya leluhur khas Papua.16

- Tari yang terdapat di daerah Papua antara lain : Tari Kikaro, Doyo Lama, Ahokoy, Jiriw, Selamat Datang, Musyoh, Wor Dan

Cendrawasih.

- Alat musik Tifa yang memiliki bentuk seperti ggendang dan cara memainkannya adalah dengan dipukul. Tifa terbuat dari sebatang

kayu yang isinya dikosongkan. Tifa digunakan untuk mengiringi

instrumen musik tradisional dan tarian tradisional.

- Lagu Daerah Papua sama seperti daerah Papua Barat, yaitu Apuse dan Yamko Rambe Yamko.

2. Kebudayaan Papua Barat

a) Letak Geogafis

Provinsi Papua Barat beribukota di Manokwari. Secara geografis

terletak pada 124°-132° BT dan 0°- 4° LS, tepat berada di bawah garis

khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut. Batas

wilayah Provinsi Papua Barat, sebelah Utara berbatasan dengan

Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

(10)

(Provinsi Maluku), sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram

(Provinsi Maluku), dan sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi

Papua.

Provinsi Papua Barat memiliki 11 wilayah Pemerintahan Daerah

yang terdiri dari 10 Kabupaten dan 1 Kota, 155 distrik, 72 kelurahan, dan

1.349 kampung dengan luas wilayah Provinsi Papua Barat secara

keseluruhan sebesar 97.117 km².17

b) Sistem Kepercayaan dan Upacara Keagamaan

- Kepercayaan

Bangsa Papua juga harus memahami dan berjiwa besar untuk

membenarkan fakta historisnya, bahwa suku-suku asli Papua

memeluk tidak hanya satu agama dan satu kepercayaan saja. Selain

Kristen sebagai agama mayoritas, Islam menempati urutan kedua.

Bangsa Papua tidak boleh mengkhianati jati dirinya, bahwa

meskipun menganut dua agama samawi, tapi dalam prakteknya,

terjadi akulturasi (sebagian asimilasi) antara nilai-nilai agama

dengan nilai-nilai kepercayaan asli (kebudayaan). Pada sisi inilah,

bangsa Papua memiliki kekuatan kultural, karena ‘Rumah Papua’

dibangun, diisi, dan dilindungi oleh lebih dari tiga ratus lima puluh

etnis – dan sub etnis dengan berbagai perbedaan latar kultural, agama dan kepercayaan, kekuasaan teritori, dan hukum adat.

Bangsa Papua harus sadar diri, bahwa jauh sebelum Islam

dan Kristen masuk di Tanah Papua, bangsa Papua telah memiliki

keyakinan dan kepercayaan aslinya sendiri. Kepercayaan asli ini

mengakui, bahwa hanya ada satu kekuasaan tunggal yang

menciptakan dan menguasai kehidupan–TUHAN. Kepercayaan yang mengatur hubungan kemanusiaan–hubungan manusia dengan alam – dan hubungan manusia dengan kekuatan Agung/Tuhan. Sayangnya,

nilai-nilai luhur ini kemudian hilang, dan tergantikan dengan

kebudayaan bangsa lain yang masuk lewat perantara para penyebar

agama-agama samawi.

(11)

Sebab Kebenaran Ilahiyah hanya bisa dipahami dengan

bahasa kesadaran akal, kelembutan dan kasih sayang, keikhlasan

nurani, dan penghormatan atas persamaan derajat dan martabat

manusia.18

- Perkawinan Adat pada Suku Moi

Suku Moi merupakan suku asli yang mendiami daerah

Sorong dan Raja Ampat. Pada tahun 2003, Kabupaten Sorong

dimekarkan menjadi Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten

Sorong Kepulauan (Raja Ampat), kesemua wilayah ini masih

merupakan satu rumpun suku Moi. Suku Moi tersebar di daerah

pulau Waigeo, Pulau Missol, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta

(pulau yang terletak diantara Pualu Salawati dan Waigeo).

Hubungan dalam adat suku Moi merupakan bagian yang

penting dalam menjalin hubungan persaudaraan, persahabatan,

maupun perkawinan. Suku Moi melakukan hubungan kekerabatan

melalui perkawinan. Hubungan itu juga disebut simin (rumah

tangga) sebagai hubungan diantara marga atau Keret.

Dalam hubungan kekerabatan, sistem perkawinan suku Moi

pada dasarnya dibentuk berdasarkan sistem Omaha, dimana larangan

perkawinan setelah beberapa keturunan, menghasilkan pemisahan

tegas antara kekerabatan dan keturunan. Namun yang terjadi dalam

suku Moi tidak berlaku teori Levi-Steauss ini, karena larangan

perkawinan berdasarkan sepupu garis ibu (matrilateral) yang

membedakan antara kekerabatan dan keturunan, tidak berlaku. Yang

terjadi dalam suku Moi adalah perpaduan antara klasifikasi

perkawinan berdasarkan kekerabatan dan perkawinan berdasarkan

garis keturunan dari pihak ibu.

Seperti suku-suku lainnya di Nusantara, umumnya tahapan

perkawinan suku Moi meliputi tiga tahapan yakni:

 Peminangan beserta ikatan (kamfabe)

 Pelaksanaan pesta perkawinan (simin).

18

(12)

 Penyerahan mas kawin pertama (kamsakwo) dan kedua (libla salek).

Tahapan dalam proses perkawinan ini dimaksudkan sebagai

bentuk penghargaan akan nilai kesakralan perkawinan dan bentuk

kekeluargaan di antara kedua keluarga dan keret juga menghindari

adanya perzinahan. Di sela-sela pesta perkawinan terdapat prosesi

seperti persiapan pengantin perempuan, menghias, mengantar

pengantin dan duduk bersama menyantap papeda (wely sik nin)

sambil mendiskusikan jumlah mas kawin yang akan dibayarkan oleh

pihak laki-laki. Hal itu merupakan tata cara perkawinan yang

terdapat pada suku Moi. Tentang mas kawin dan penetapan mas

kawin dalam beberapa kali diskusi bersama ketua-ketua adat dan

tokoh adat yang disebut “Yolom Yefai” menetapkan beberapa hasil -hasil kemufakatan. Jenis barang mas kawin adalah kain timor dan

barang-barang campuran seperti kain cita, piring tua, gong (kaleng

kla), parang tua (sinwak), manik-manik (liblatuk). Mengenai jumlah

dan jenisnya pada waktu lampau ditentukan oleh pihak perempuan

dan disetujui oleh pihak pria, belum ada ketegasan jumlah dan

jenisnya. Penyerahan mas kawin ini sangat erat dengan nilai agama

yang dianut oleh suku Moi saat ini tentang adanya mas kawin/mahar

yang tertuang dalam kitab suci agama Kristen dan Islam, menjadi

jelas bahwa keberadaan mas kawin tidak dapat ditolak.

Tahap pertama perkawinan suku Moi yaitu peminangan. Bila

sudah waktunya seorang anak laki-laki dipandang cukup siap untuk

menikah, maka orang tuanya akan mencarikan seorang gadis untuk

dijadikan istri bagi anaknya. Diadakanlah acara pinangan dengan

mendatangi rumah orang tua gadis lalu menyampaikan maksudnya

dengan kalimat perumpamaan dan kata-kata kiasan seperti “Saya ingin mengambil anak pisang yang ada di depan rumah ini, untuk

saya tanam di halaman rumah saya”.

Bila orang tua gadis paham maksudnya dan bersedia, maka

(13)

tua laki-laki untuk mengambil ikatan pertama dalam bentuk piring

tua, lalu piring tadi diberikan pada anak gadisnya agar si gadis

paham bahwa dia akan segera dinikahkan dan piring ini sebagai

tanda dari laki-laki tersebut.

Kedua kalinya orang tua gadis datang lagi ke rumah orag tua

laki-laki untuk mengambil bukti ikatan yang kedua berupa kain

timor dan sekaligus menentukan waktu pernikahan. Barang-barang

ini disebut barang ikata atau “kamfawe”. Setelah penerimaan

lamaran, pihak prempuan melakukan persiapan yang dimulai dengan

memandikan anak gadis yang akan dinikahkan sambil diberi nasihat

oleh ibu-ibu suku Moi dan disaksikan oleh ibu-ibu yang lain. Setelah

gadis dimandikan, kemudian dihiasi dengan pakaian, kain timor,

sarung, gelang-gelang, manik-manik, perhiasan telinga, serta

mahkota sambil menyanyikan lagu-lagu rakyat yang mengisahkan

asal-usul kedua keluarga ini. Apabila calon pengantin perempuan

telah siap dihias, maka pihak perempuan akan mendatangi keluarga

laki-laki untuk menyampaikan jumlah mas kawin yang akan

diserahkan oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan.

Setelah permintaan mas kawin dari pihak perempuan

terpenuhi, maka mas kawin tersebut dibawa pulang oleh utusan

keluarga untuk dibawa kepada keluarga perempuan. Sesampainya di

rumah, piring berisi air yang telah disiapkan, dipercikkan empat kali

pertanda mereka siap mengantarnya ke keluarga laki-laki dimana

calon suami telah menunggunya. Sesampainya di rumah laki-laki,

calon pengantin perempuan didudukkan di atas tikar sambil

menunggu keluarnya calon pengantin laki-laki dari dalam kamar.

Setelah calon pengantin laki-laki keluar, maka didudukkan

brhadap-hadapan dan diantarlah papeda yang disebut weli sik nin ini diantara

keduanya dengan 2 buah gata-gata (sendok dari bambu). Tembakau

yang sekarang dikenal dengan rokok atau (sebak) yang merupakan

alat pembayaran dan juga dipakai dalam prosesi pernikahan adat

(14)

sebanyak empat kali atau rokok dengan mengisapnya sebanyak

emapt kali merupakan tanda sahnya pernikahan adat ini. Setelah

menyendok dan memutar maupun mengisap tembakau atau rokok,

kemudian menyerahkan papeda atau rokok tadi kepada para

saksi-saksi, baik saksi dari pihak perempuan maupun laki-laki menjadi

sahnya sebuah pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan makan

bersama-sama yang telah disiapkan.19

mendiaminya. Bahasa-bahasa yang digunakan ada 67 bahasa, yakni:

bahasa Matbat, Biga, Seget, Duriankere, Ma’ya, Maden, Biak, Kawe,

Wauyai, Legenyem, Waigeo, Moi, As, Moraid, Abun, Karon Dori,

Mpur, Meyah, Hatam, Manikion, Wandamen, Arandai, Moskona,

Kaburi, Kais, Mai Brat, Tehit, Kalabra, Konda, Yahadian, Suabo, Puragi,

Kokoda, Kemberano, Tanahmerah, Erokwanas, Bedoanas, Arguni,

Sekar, Onin, Iha, Baham, Karas, Uruangnirin, Mor, Irarutu, Kuri,

Mairasi, Buruai, Kamberau, Kowiai, Semimi, Mer, Kamoro, Ekari,

Tunggare, Iresim, Yaur, Yeretuar, Tandia, Roon, Dusner, Meoswar,

Ansus, Woi, Pom, dan Mapia. Pada suku-suku ini dikelompokkan dalam

klan-klan yang merupakan bagian dari masyarakat.21 d) Sistem Pengetahuan

Pada bidang pendidikan terbatasnya kondisi ekonomi masyarakat

dan sarana prasarana pembelajaran baik formal maupun non formal

sampai ke daerah terpencil adalah salah satu kendala. Jumlah tenaga

pengajar yang tercermin dari rasio guru dan murid pun masih sangat

kecil. Kesenjangan ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan

kondisi sumber daya manusia di sejumlah provinsi di wilayah Indonesia

19 Walak, Stephanus Malak, Dr. Drs, Msi dan Likewati, Wa Ode, Entografi Suku Moi, Bogor 2011, Penerbit Buku Populer Ilmiah, PT.Sarana Komunikasi Utama.

20 Rizki, Mengenal Seni dan.... hal 132

(15)

Barat. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Papua Barat usia 5

tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 22,94 persen, tamat

DI/DII/DIII sebesar 2,18 persen, tamat DIV/S1 sebesar 4,15 persen dan

tamat S2/S3 sebesar 0,25 persen.22

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dapat

dimanfaatkan di Provinsi Papua Barat cukup potensial namun penelitian

potensi di alam belum banyak dilakukan. Beberapa jenis HHBK tersebut

adalah: rotan, bambu, masoi, kulilawang, gaharu, gambir, kayu putih,

nipah, sagu, buah merah dan sarang semut merupakan potensi yang perlu

dikembangan dalam kaitannya dengan pengembangan pemanfaatan

potensi hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

pengelolaan hutan berbasis masyarakat adat.

Pemanfaatan tumbuhan hutan oleh masyarakat Papua sejak

dahulu yang sampai sekarang antara lain untuk obat-obatan, sumber

karbohidrat dan buah-buahan yang berpotensi namum belum banyak di

teliti untuk dibudidayakan.23

e) Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian

Dari segi ekonomi, masyarakat kabupaten Maybrat pada

umumnya bermata pencarian sebagai petani, peternak, pedagang, guru,

perawat, pegawai. Pertanian masyarakat Kabupaten Maybrat pada

umumnya tidak menggunakan pestisida sama sekali. Namun hasil

panennya bisa dirasakan cukup baik. Hasil pertanian kabupaten ini

diantaranya adalah singkong, cabai, kacang panjang, kacang tanah, sawi,

dan kubis.

Kegiatan berburu merupakan kegiatan sampingan yang dilakukan

oleh suku Maybrat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan

protein dan daging dalam keluarga. Mata pencarian hidup yang utama

dari orang Maybrat adalah bercocok tanam secara berpindah-pindah.

Sistem ladang berpindah adalah sistem yang berlaku secara

umum di tanah Papua bagi masyarakat yang berada pada daerah

22 Departemen Kehutanan Profil Kehutanan 33 provinsi.pdf, hal 619

23 http://www.dephut.go.id/uploads/files/b59716b2701669076c3efa2a38daf87e.pdf. Diakses tanggal 9

(16)

pedalaman dan pegunungan tinggi seperti, orang Arfak, Paniai, Maybrat,

Asmat dan Muyu (Mentansan, 2008). Di Amerika Latin, perburuan

subsistens biasanya dilakukan oleh petani skala kecil, masyarakat sekitar

hutan, nelayan dan lain-lain, semuanya berdasarkan fakta bahwa mereka

tergolong dalam dalam kelompok ekonomi lemah di wilayah pedesaan

(Backer, 1981 dalam Ojasti, 1996). Menurut Ntiamoa-Baidu (1997), di

Afrika saat ini hanya sedikit orang yang pendapatan utamanya dari

perburuan; umumnya pertanian merupakan pendapatan utama

masyarakat dan aktivitas berburu dilakukan hanya sebagai kegiatan

sampingan.24

f) Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi

- Senjata Tradisional

Papua Barat identik dengan papua, yaitu belati tulang atau perisai

perang.

Tulang Belati

- Pakaian Adat

Bentuk pakaian adat Papua Barat tidak berbeda jauh bahkan sama dengan provinsi papua. Hal ini karena pada dasarnya, Papua dan Papua Barat masih dalam satu lingkup kebudayaan. Kaum pria mengenakan pakaian adat berupa hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi, tulang hewan dan kerang. Sementara kaum wanitanya memakai pakaian berumbai-rumbai dari dada hingga sebatas dengkul. Tidak lupa memakai kalung dari kerang dan gigi binatang.

- Rumah adat

Rumah adat Papua Barat didirikan oleh suku Arfak, yaitu

suku utama di Papua Barat. Rumah adat ini disebut juga Mod Aki

24

(17)

Aksa (Lgkojei) yang artinya rumah kaki seribu. Rumah adat Papua

yaitu Honai juga terdapat pada Papua Barat, akan tetapi penduduk di

Papua Barat lebih mengandalkan hasil laut dibandingkan bertani,

sehingga penduduknya mendirikan rumah adat mereka berupa rumah

panggung yang identik sebagai kehidupan nelayan. Rumah adat ini

terdapat di Manokwari namun saat ini jumlahnya semakin

berkurang, terutama di kampung-kampung yang tersebar di

pinggiran pedalaman di bagian tengah pegunungan Arfak.Rumah

adat Papua Barat ini terdiri dari satu lantai yang terbuat dari kayu

dan atapnya dibuat dari dedaunan sagu atau jerami dan lantainya

disokong oleh tiang – tiang pilar-pilar penyokong. Biasanya rumah ini tertutup tanpa ada jendela dan hanya memiliki pintu depan dan

pintu belakang. Untuk menuju pintu masuk harus menggunakan

tangga kayu yang sederhana.

Rumah adat Mod Aki Aksa

g) Sistem Kemasyarakatan dan Organisasi Sosial

Suku yang terdapat di daerah papua barat adalah suku arfak,

doteri, kuri, simuri, irarutu, sebyar, moscona, mairasi, kambouw, onim,

sekar, maybrat, tehit, imeko, moi, tipin, maya dan biak.25

Kondisi sosial masyarakat pada umumnya sangat baik.

Masyarakat kabupaten Maybrat selalu mengutamakan diskusi sebelum

mengambil keputusan dalam setiap tindakan. Selain itu, masyarakat juga

menjunjung tinggi kerjasama. Hal ini terlihat ketika misalnya kegiatan

berkebun waktu musim tanam kacang, memperingati hari besar, doa

bersama, dan peresmian gereja, pernikahan, dan kematian. Mereka saling

(18)

menolong dan bahu membahu menyelesaikan kegiatan sampai acara

selesai.

h) Kesenian

- Tarian daerah

Beberapa tari tradisional yang ada di Papua Barat dalah tari

Suanggi, Perang, Tifa, Api, Selamat datang, musyoh, wor,

cendrawasih, mayai marowa.

- Alat musik

Salah satu alat musik yang paling terkenal dari daerah Papua

Barat adalah tifa. Alat ini bentuknya mirip gendang dan cara

memainkannya adalah dengan dipukul. Bahannya terbuat dari

sebatang kayu yang isinya dikosongkan dan pada salah satu sisi

ujungnya ditutup menggunakan kulit rusa yang telah dikeringkan.

Biasanya tifa diperindah dengan berbagai model ukiran sesuai

dengan ciri khas suku masing-masing.

- Kesenian daerah dan adat istiadat

Beragam jenis kesenian dan upacara adat turut mewarnai

perkembangan wisata provinsi papua barat, diantaranya Paerwabuk

(upacara pernikahan), kakarukrobun (adat potong rambut pada anak

berusia 5 tahun). Tradisi bakar batu, dll.

- Lagu Daerah

Lagu Daerah Papua Barat sama seperti daerah Papua, yaitu

Apuse dan Yamko Rambe Yamko.

Pada awalnya, lagu Atawenani hanyalah lagu pengiring

tarian yang dibawakan dengan alat-alat musik tradisional seperti Tifa

(alat tabuh khas Papua) atau Taburah (alat tiup Papua yang berasal

dari cangkang kerang raksasa). Namun, seiring perkembangan jaman

para musisi suku Moy mulai menggunakan alat musik modern yang

berupa gitar untuk mengiringi nyanyian. Kini, lagu Atawenani pun

semakin meriah dan bersemangat termasuk di dalam acara-acara adat

yang ditampilkan bagi kepentingan pariwisata.

Lagu Atawenani adalah salah satu hasil kesenian khas Papua

(19)

ini adalah sebuah peringatan penuh makna sekaligus daya tarik seni

dalam dunia pariwisata. Atawenani adalah sebuah hasil karya

dinamis tradisional Papua Barat yang tak lekang dimakan waktu

tetapi justru bertumbuh dengan evolusi penyempurnaan. Pada

akhirnya, Atawenani adalah sebuah kearifan lokal tradisional Papua

yang harus tetap terjaga kelestariannya demi generasi mendatang.26 i) Makanan khas dan minuman khas

Papua barat memilki makanan khas yang unik. Sebut saja aries,

ubi, keripik keladi dan papeda.

j) Potensi Unggulan Provinsi Papua Barat

- Raja ampat

Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat

berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata

penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai

sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving

site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor

satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.

Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka

sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki

arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan

drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air

yang sangat jernih.

Kepulauan Raja Ampat

- Ekowisata di Cagar alam Arfak

(20)

Kawasan ini merupakan ekosistem yang mewakili Irian Jaya

sebagai habitat beberapa satwa yang dilindungi Undangundang dan

saat ini dikelola oleh WWF Irian Jaya mengenai

Pengembangbiakan/penangkaran kupu-kupu. Kawasan ini ditetapkan

pada tahun 1991 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan

Manokwari. Perbedaan zona ekosistem mebuat kawasan pegunungan

Arfak kaya akan keanekaragaman hayati yang bernilai tinggi..27 Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy bernilai

penting sekali untuk sistem peyangga kehidupan masyarakat di

Kabupaten Teluk Wondama dan untuk mendukung pelestarian laut

di bawahnya yang merupakan kawasan Taman Nasional Teluk

Cenderawasih.

Mengenal seni dan budaya 34 Provinsi Indonesia

R. Rizky dan T. Wibisono, cerdas interaktif (penebar swadaya), jakarta 2015 hlm

132-133

27 http://www.dephut.go.id/uploads/files/b59716b2701669076c3efa2a38daf87e.pdf. Diakses tanggal 9

(21)

Mari menyanyi

Temino kibe kubano ko bombe ko Yuma no bungo awe ade

Temino kibe kubano ko bombe ko Yuma no bungo awe ade

Hai jalan yang dicari sayang perjanjian Hai jalan yang dicari sayang perjanjian

Sungguh pembunuhan di dalam negeri sebagai bunga bangsa

Sungguh pembunuhan di dalam negeri sebagai bunga bangsa

Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa bunga bertaburan

Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh di taman pahlawan

Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa bunga bertaburan

Bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh di taman pahlawan

Kakek-nenek aku mau pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri

Pegang saputangan dan melambaikan tangan Kakek/nenek aku mau pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri

Pegang saputangan dan melambaikan tangan Kasihan aku, selamat jalan cucuku

Kasihan aku, selamat jalan cucuku

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan, 33 Provinsi Profil Kehutanan halaman 199-222 (bisa dilihat di

(22)

https://intsia.wordpress.com/2013/09/20/rekonstruksi-identitas-politik-muslim-papua-bagian-1/#more-1181

https://papua.go.id/view-detail-page-254/Sekilas-Papua-.html//

R. Rizky dan T. Wibisono , Mengenal Seni dan Budaya Indonesia , (Jakarta Timur: Cerdas dan Interaktif, 2013).

Slamet, kehidupan suku-suku irian barat (bharata, 1964 : 14)

Supriyadi, menengok antropologi dan kebudayaan di Indonesia, kaliwangi , 2010 hal.157

Walak, Stephanus Malak, Dr. Drs, Msi dan Likewati, Wa Ode, Entografi Suku Moi, Bogor 2011, Penerbit Buku Populer Ilmiah, PT.Sarana Komunikasi Utama.

Referensi

Dokumen terkait

mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian (kuesioner) secara tertulis dan alternatif dari jawabannya telah dipersiapkan. Dengan wawancara

Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dilakukan setiap tahun secara berkala yang tertuang dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat Kabupaten

Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Berikut ini contoh soal-soal UN yang berkaitan dengan materi Alat Optik pada Kompetensi Dasar 3.12 Menganalisis sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan pada bidang datar

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan di atas telah terungkap beberapa masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan khususnya SMK, maka penelitian ini

Tile baru GRANITO The New Salsa dengan 4 pilihan warna yang berbeda, cocok sekali bila dipadukan dengan koleksi Mosaic, misalnya Grafitti.. Stone

Dalam Undang-undang kepailitan seyogjanya memuat ketentuan-ketentuan yang dapat diterima secara global (globally accepted principles).ketentuan-ketentuan tersebut harus