• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU M"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku

Mencontek Mahasiswa Psikologi

ENDANG PUDJI ASTUTI

Fak u lt as Psik olog i Unisba, Jl. Tam asari No. 1 Ban du ng em ai l: an u g r ah a j i 7 7 @y a h oo . com

Abst r a ct. Cheat ing behaviour is ver y com m on in class of 2009 fr om psychology fac-ult y of Univer sit y X. Based on init ial st udy, st udent s fr om class of 2009 ar e st udent s w ho hav e t he highest t endency t o cheat . Obser v at ion and in t er v iew w as done t o t hem and t he r esult was m any st udent s had low self- eff icacy. The aim of t his st udy was t o det er m ine cor r elat ion of self- efficacy wit h cheat ing behavior fr om class of 2009 of Univer sit y X psychological st udent s. 44 st udent s wer e pick r andom ly fr om popula-t ion ( 173 spopula-t udenpopula-t s) . Self efficacy scale fr om Bandur a was used popula-t o collecpopula-t popula-t he dapopula-t a and cheat ing behaviour t est was m ade based on Cizek Theor em . Rank Spear m an t echique was done t o analyze t he cor r elat ion. Result showed t hat t he cor r elat ion bet ween self eff icacacy and cheat ing behaviour was significance ( r = - 0.7 8) w hich m ean t he higher self- ef ficacy f r om st udent s would decr ease cheat ing behavior.

Key w or d: Self- Efficacy, Cheat ing Behavior, Psychological St udent s

Abst r a k . Lat ar belakang dar i penelit ian ini adalah t er dapat nya ber bagai per ilaku t idak j uj ur t er m asuk per ilaku m encont ek yang t er j adi di Fak ult as Psikologi Univ er sit as X. Dat a m enunj uk k an bahwa m ahasisw a angk at an 2 0 0 9 m er upak an m ahasisw a y ang m em iliki per sent asi t er besar unt uk per ilaku m encont ek dibandingkan dengan angkat an lain. Ber dasar k an hasil w aw ancar a dan obser v asi, bany ak m ahasisw a m er asa t idak y ak in at as k em am puan d ir iny a dan m eng anggap dir iny a t idak ak an m en dapat k an ni lai y ang bagu s t anp a m en con t ek w alau sud ah belaj ar sebel um n ya. Tuj u an dar i penelit ian ini adalah unt uk m enget ahui bagaim ana hubungan self ef f icacy den gan per ilaku m encont ek m ahasiswa Fakult as Psikologi Univesit as X angkat an 2009. Populasi dar i penelit ian i ni selur u h m ahasisw a f ak ult as psik ol ogi angk at an 2 0 0 9 seban y ak 1 7 3 or ang den gan sam p el seban y ak 4 4 or an g. Pengu m p ulan d at a m eng gu nak an alat ukur sk ala self ef ficacy dar i Bandur a dan alat ukur per ilak u m encont ek disusun ber dasar k an t eor i Cizek . Analisis dilak uk an dengan penguj ian r ank spear m an dan m enunj ukkan kor elasi negat if yang yang signifikan sebesar - 0.78. Hal ini m enunj ukkan sem akin t inggi self efficacy m ahasiswa m aka sem akin r endah per ilaku m encont eknya.

Kat a Kunci: self efficacy, per ilaku m encont ek, m ahasiswa psikologi

Pendahuluan

Saat ini f enom ena ketidakj uj uran t elah menjadi realitas sosial. Fenomena ketidakj ujuran ini telah berlangsung demikian transparan dan terj adi di berbagai wilayah kehidupan manusia. Salah sat u bentuk ketidakj uj uran yang sudah m em b ud ay a di n eg ar a ki t a adalah sem aki n m eluasnya perilaku korupsi yang sem akin sulit untuk di atasi.

Berdasarkan Oxf ord Advanced Learner’s Dictionary, Cheating means act dishonestly or un-f airly in order t o w in an advantage or proun-fit ( Anonim , 1990: 191). Berdasarkan pengert ian

diatas perilaku mencontek adalah perilaku yang tidak j ujur atau tidak adil yang bertujuan untuk m end ap at k an keu n t un g an . Ji k a d i l ih at dar i pengertian dan fenomena diatas perilaku korupsi mungkin diawali perilaku mencontek yang sudah menjadi kebiasaan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

(2)

Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun, permasalahan mencontek ini kurang diperhatikan. Kasus terbaru di Surabaya m engenai seorang ibu y a n g j u st r u d i k u ci l k a n d ar i l i n g k u n g an n y a dikarenakan melaporkan adanya contek masal di sekolah anaknya, dan pem aksaan pada anaknya dari pihak sekolah untuk memberikan contekan pada teman-temannya (tvOne 10 Juni 2011). Hal tersebut menunj ukkan bahwa perilaku mencontek yang banyak terjadi di setiap lem baga pendidikan t u m b u h d en g a n su b u r, t an p a a d a u p a ya p en y el e sai an d ar i m a si n g - m asi n g l em b ag a pendidikan.

Perilaku mencontek dapat dikatakan sebagai perilaku tidak jujur dan ham pir terj adi di setiap lembaga pendidikan term asuk m ahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X. Fakta mengenai tingginya perilaku mencontek di Fakultas Psikologi dibuktikan m elalui pernyataan beberapa dosen pengaw as ujian. Sebagian besar dari m ereka m enyatakan bahwa hampir disetiap ujian berlangsung mereka menemukan kasus mencontek. Jika hal tersebut terjadi, biasanya pengawas hanya menegur atau mengancam akan ditulis dalam berita acara.

Berdasarkan angket yang disebar keem pat angkatan yang m asih aktif kuliah di Fakultas tersebut yaitu angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 diperoleh hasil m engenai perilaku m encont ek. Be r d asar k a n h a si l su r v ey a w a l d i k e t a h u i kecenderungan m ahasiswa angkatan 2007 untuk m elakukan perilaku m encont ek sekit ar 31% , angkatan 2008 sebanyak 37% , untuk angkatan 2009 sebanyak 57% , dan sekit ar 54% unt uk ang k at an 20 1 0 . Berd asar k an d at a t er sebu t di ket ahui bahw a an gkat an 2009 m er upak an angkatan yang memiliki kecenderungan mencontek tertinggi diantara angkatan lain.

Menurut w aw ancara dengan m ahasisw a Fakultas Psikologi UNI SBA angkatan 2009 yang terang-terangan m engakui pernah m encontek, ditemukan jawaban beragam mengenai perilaku tersebut. Sebagian besar m ahasisw a angkatan 2009 mengatakan mencontek dilakukan terutama saat uj ian mata kuliah prasyarat, atau mata kuliah praktikum. Mereka takut mendapatkan hasil tidak memuaskan yang dapat m enghambatnya untuk mengontrak mata kuliah selanjutnya. Mereka j uga takut gagal. Disebutkan dengan mencontek dapat m encegah t urunnya nilai I PK sehingga dapat mengontrak 21 SKS di semester berikutnya.

Seb agi an b esar d ar i m ah asi sw a y an g bersangkutan mengaku sudah belajar sebelumnya menghadapi ujian. Bahkan beberapa dari mereka belaj ar bersama sebelum ujian dim ulai. Namun mereka tetap mempersiapkan bahan yang dapat digunakan sebagai contekan jika sew aktu-waktu diperlukan. Beberapa mahasiswi mengakui, malam sebelum ujian biasanya belajar sam bil m erangkum materi kuliah dengan cara ditulis di kertas kecil,

kemudian kertas tersebut dipergunakan sebagai bahan contekan yang disembunyikan di tempat t ert en t u m isaln ya t em pat pi nsi l. Sem en t ara m ahasisw a m engakui biasanya m enggunakan diktat kuliah yang sudah disem bunyikan, atau bekerjasama dengan teman lainnya.

Perihal berbeda ditemukan ketika dilakukan wawancara pada m ahasiswa yang mengaku belum pernah m encontek, mereka mengatakan karena su d a h b el a j ar m a k a m er asa y a k i n m a m p u m en g er j a k an so al - so al u j i an d en g an b a i k . Dikatakannya dengan m encontek belum tentu mendapatkan hasil yang diharapkan, karena untuk mengerj akan suatu persoalan dalam ujian tidak cu k u p d e n g a n m el i h at m at er i y a n g su d ah diajarkan, tetapi m emerlukan analisis pribadi yang hanya dapat diperoleh saat seseorang memahami materi pelajaran. Berdasarkan pada hal tersebut, m enurutnya dengan m encont ek m em iliki dua kem ungkinan, yaitu mendapatkan nilai yang baik atau gagal dalam mata kuliah yang bersangkutan, sehingga dipilihnya belaj ar dengan sungguh-sungguh agar siap dalam menghadapi ujian, serta menghindari perilaku mencontek.

Perihal tersebut di atas menunj ukan bahwa m encontek atau tidak m encontek dalam uj ian berkaitan dengan keyakinan mahasisw a terhadap kem ampuan yang dimilikinya dalam menghadapi ujian. Keyakinan terhadap kemam puan psikologi yang dimiliki dikenal dengan istilah self efficacy.

Seleksi ujian m asuk Fakultas Psikologi Uni-versitas X tersebut terdiri dari beberapa tahap. Salah satunya m elalui pemeriksaan psikologi. Hal ini untuk m enunjukkan bahwa calon mahasiswa Psikologi Universitas X dianggap cocok dan memiliki potensi untuk m enyelesaikan studi dengan baik. Berdasarkan hasil pengam atan, Fakultas Psikologi m erupakan salah sat u fakultas yang rata-rata m ah asi sw any a m em i l i k i I PK d i baw ah 2. 7 5 . Faktanya. I PK 2.75 m erupakan bat as m inim al d i t er i m an y a seseo r an g u n t u k b ek er j a at au m elanj utkan studi pada program pascasarj ana. Tingk at kelul usan di Fakult as Psikologi j uga t er m asu k rend ah b il a di band in gk an d en gan kebanyakan Fakultas lain di Universitas X tersebut. Hal ini menunjukkan bahw a rendahnya I PK dan t i n g k a t k e l u l u sa n b u k a n d i k a r e n a k a n ketidakm am puan atau tidak sesuainya potensi yang dimiliki oleh mahasisw a.

(3)

m engapa demikian, dikatakanya tidak m engerti materi kuliahnya dan merasa tidak akan banyak mem bantu jika ikut berdiskusi. Saat ditanya upaya m ereka unt uk m eningkat kan pem aham annya terhadap m at eri kuliah yang sulit, dij aw abnya dengan cara bertanya pada teman yang diangaap l e b i h p i n t ar. Fe n o m e n a l ai n m e n u n j u k an kecenderungan self ef ficacy yang rendah dari pernyataan mahasisw a Fakultas Psikologi bahwa k u l iah d i Fak u l t as Psi k o l og i i t u b erat , b i sa mendapatkan dan mempertahankan I PK di atas 3.0 adalah suatu perjuangan yang sulit. Bahkan ada yang mengatakan bahwa m emiliki I PK di atas 3.0 adalah suatu hal yang hanya dapat diraih oleh or-ang-orang beruntung. Ada juga yang meyebutkan bahw a lulus tepat w aktu m erupakan hal yang jarang terj adi sehingga bukan menjadi prioritas.

Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas, kemungkinan perilaku m encontek yang banyak t er j ad i p ad a m ah asi sw a Fak u l t as Psi k o l o g i angkatan 2009 berhubungan dengan kurangnya keyakinan akan kemampuan yang dimiliki atau self efficacy dalam m engahadapi berbagai tuntutan akademik. Perilaku m encontek ketika ujian karena merasa tidak siap dan tidak yakin dapat m encapai nilai yang memuaskan.

Mengacu pada hal-hal t ersebut di atas, penel it i t er t ar ik u nt u k m elak ukan p enel it i an m engenai perilaku m encontek pada m ahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009. Peneliti juga tertarik untuk mengetahui bagaim ana hubungan antara perilaku mencontek dengan self-efficacy mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009.

Self-Efficacy

Albert Bandura dalam buku Self efficacy The Exercise of Cont rol ( 1997: 3), m endef inisikan konsep self efficacy sebagai keyakinan tentang kemam puan yang dim iliki untuk m engatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dal am m encapai keingin annya. Sel f ef f icacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemam puannya dalam m elaksanakan Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semes-ter dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi, seh in g g a m am p u m en gat asi ri n t an g an d an m encapai tuj uan yang diharapkannya dengan mendapatkan nilai yang memuaskan.

Penghayatan yang kuat mengenai self effi-cacy m endorong prestasi akan kesej aht eraan pribadi dal am banyak cara. Seseorang yang m em iliki self efficacy tinggi akan m em persepsi b a h w a m e r e k a m am p u m en g i n t eg r a si k a n kemampuannya untuk melewati, m enyelesaikan UTS atau UAS sehingga mencapai suatu hasil yang baik, sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, seseorang dengan self eff icacy rendah akan

mem persepsi bahwa kemampuannya belum tentu dapat m embuat m ereka berhasil lulus ujian atau menyelesaikan usahanya untuk mendapatkan hasil sesuai harapannya m ereka. Hal yang penting di sini bukanlah jumlah dari kemampuan yang dimiliki t e t a p i k em am p u an u n t u k d ap at mengintegrasikannya. Self efficacy tidak berfokus pada jumlah kem ampuan yang dimilikinya tetapi p ad a k ey ak i n an t en t an g ap a y an g m am p u dilakukan dengan apa yang dimiliki pada berbagai var i asi si t u asi . Ter d ap at p er b e d aan an t ara m em iliki kem am puan dengan m enj adi m am pu m engint egrasikan kem am puan tersebut unt uk sesuatu yang t epat dan m elakukannya dalam situasi yang sulit.

Self efficacy m enj adi faktor kunci dalam sistem keseluruhan dari kompetensi individu. Maka, i nd i vi d u yan g b er b ed a d eng an kem am p uan bervariasi atau individu yang sam a berada di baw ah kondisi bervariasi dapat tampil m inim um, se su ai st a n d ar d , a t a u b a h k an m ak si m u n , tergantung dari fluktuasi dalam self efficacy yang dimilikinya. Self efficacy merupakan kontributor penting untuk mencapai suatu prestasi, apapun kem am puan yang m endasarinya. Self ef ficacy sang at m enen t u kan usah a seseor an g u nt uk mencoba mengatasi situasi yang sulit. Selain itu self ef ficacy akan m enent ukan j enis perilaku, seberapa keras usaha yang dilakukan unt uk m engatasi persoalan atau menyelesaikan tugas dan berapa lam a ia akan berhadapan dengan ham batan-hambatan yang tidak diinginkan.

(4)

atau rew ard yang diperoleh seseorang dalam penyelesaian tugas, m aka akan sem akin tinggi derajat self efficacy nya. Salah satu faktor yang dapat m eningkatkan self efficacy adalah com pe-tence contingent incentive, yaitu insentif atau re-w ar d y an g d i b er i k an o l eh o r an g l ai n y an g m eref leksikan keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan tugas tertentu.

Bandura (1997:122) menyatakan bahwa self efficacy berakibat pada suatu tindakan manusia m elalui proses kognit if, proses m ot ivasional, prosesafektif, dan selektif. Berikut adalah proses-proses self efficacy : Pertama, Proses Kognitif. Self ef f i cacy m em p en g aru h i p o la p i k i r i n d i vi d u , kem udian dapat mengakibatkan meningkat atau m enurunnya perform ance seseorang. Efek dan akibat dari kognitif ini dapat muncul dalam berbagai variasi. Bagi individu yang mem iliki self efficacy tinggi akan mengingatkan dirinya tentang masa depan dalam kehidupannya. Mayoritas tindakan individu yang m engacu pada tuj uan diregulasi melalui pem ikiran yang tertuju pada perwujudan t uj uan. Sem akin tinggi self ef ficacy individu, sem akin tinggi pula penetapan tujuan yang ingin di raih dan sem aki n k uat p ula k om i t m enn ya t erhadap t uj uan t ersebut. Mayoritas tindakan individu diaw ali oleh pikiran. Konstruksi kognisi merupakan petunjuk untuk bertindak dalam usaha pengembangan keterampilan. Sistem kognisi yang dimiliki memungkinkan individu untuk mempersepsi rangsang yang ada di dalam diri maupun di luar diri. Semakin tinggi self efficacy yang dipersepsi, semakin tinggi goal yang m enantang ditentukan untuk dirinya dan semakin kuat komitm en yang dim iliki t erhadap goal tersebut . Mereka yang mem iliki self efficacy tinggi akan membayangkan suasana keberhasilan yang menyertainya dalam setiap usaha pencapaian tujuannya. Sebaliknya mereka yang mem iliki Self efficacy rendah akan m em bayangkan terj adinya suasana kegagalan yang menyertainya dalam usaha m encapai tujuan. Kedua, Proses Motivasional; Self efficacy m em egang peranan pent ing dalam m ot ivasi. Kebanyakan motivasi yang ada dalam diri individu terbentuk secara kognitif. Seseorang mengarahkan perilakunya pada suatu tuj uan tertentu karena t elah m em ikirkan hal t ersebut . Terdapat t iga bentuk motivator kognitif, yaitu; causalattribution, out com e expect an cies, dan co gnizied goals. Menurut causal at t ribut ion, m ahasi sw a yang memiliki self efficacy tinggi cenderung mengartikan k e g ag a l an se b ag a i k u r a n g n y a u sah a y a n g dilakukan. Sedangkan individu dengan self efficacy r e n d a h cen d er u n g m en g ar t i k a n k eg a g al an disebabkan oleh kem ampuannya kurang. Causal attribution ini dapat m empengaruhi motivasi, per-formance yang dicapai, dan reaksi-reaksi afektif terutama belief dari self efficacy. Self efficacy dapat m enent ukan goal yang t elah dit ent ukan oleh

individu untuk diri sendiri; berapa banyak usaha yang telah dilakukan, berapa lama m erekadengan g ig i h b er t ah an m eng h adap i k esul i t an ser t a ket abah an dalam m eng at asi keg ag al an d an ham batan. Seseorang dengan self efficacy tinggi akan berusaha untuk tetap mengarahkan serta m em pert ahankan perilakunya dalam m encapai tuj uan dengan m enghadapi setiap rintangan dan ham batan agar berhasil mencapai tuj uannya.

Ketiga; Proses Afektif; Keyakinan seseorang akan kemampuannya akan mempengaruhi berapa banyak stres dan depresi yang akan dialaminya. Hal itu mem pengaruhi tingkatan dari self efficacy m ereka. Self efficacy seseorang berhubungan dengan pengendalian stressor yang berat, mampu atau tidaknya seseorang mengendalikan stressor agar dirinya tidak mengalam i gangguan-gangguan emosional. Seseorang yang memiliki self efficacy tinggi berarti m am pu m engendalikan stressor sehingga dirinya tidak perlu mengalami goncangan emosional yang terlampau berat. Sedangkan or-ang dengan self efficacy yang rendah cenderung sulit untuk mengendalikan stressor sehingga dapat m e n g al am i g o n can g a n em o si o n a l d e n g an frekuensi dan intensitas yang cukup tinggi.

Ke em p a t; Pr o se s Sel ek si . Ke y ak i n an seseo r a n g t e n t an g p er so n a l ef f i ca cy y an g dim ilikinya dapat m empengaruhi tipe dari aktivitas dan lingkungan yang dipilihnya setelah melalui proses pert im bangan dan seleksi. Seseorang cenderung untuk lebih memilih aktivitas dan situasi di mana mereka yakin bahwa peluangnya untuk sukses dan berhasil pada aktivitas serta situasi tersebut besar. Seseorang dengan self efficacy tinggi m emiliki rentang dan cakupan lebih luas daripada mereka yang memiliki self efficacy rendah dalam berbagai bidang baik karier, pendidikan, dan pekerj aan. Kem ungkinan mereka untuk berhasil juga lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang memiliki self efficacy rendah.

(5)

Selanj ut nya dikat akan bahw a j ika seseorang dihadapkan pada situasi yang secara potensial m enekan, m aka keyakinan self eff icacy yang dimilikinya akan mempengaruhi reaksinya terhadap situasi tersebut. Baik reaksi emosional m aupun usaha untuk mengatasi situasi tersebut, tergantung pada sej auhm ana tingkatan self efficacy yang mereka yakini dapat mengatasi situasi tersebut. Orang cenderung m enghindar dari situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi.

Self efficacy menurut Kreitner dan Kinicki (2007: 53) akan mempengaruhi proses m otivasi seseorang, yaitu setelah orang itu tahu dan yakin akan kem am puannya, m ereka m erasa m am pu untuk m elaksanakan tugasnya, maka m otivasinya juga akan lebih kuat dalam menyelesaikan tugas tersebut.. Motivasi yang dimiliki akan menjadi tinggi juga, karena sudah tahu apa kemam puannya dan h a si l ap a y an g d i h ar ap k a n . Sel f ef f i cacy m em b erikan sebuah kekuat an bag i m ot i vasi kehidupan individu serta Personal Accom plishm ent sebagai individu yang tidak lagi memiliki perasaan tidak yakin dan tidak m ampu, merasa diri lemah dan tak berdaya. Keyakinan self efficacy dapat m em p eng aru h i t i ng k at m o t i v asi seseo r ang . Kesim pulannya, bahw a self ef ficacy berperan sebagai determ inan atau faktor penentu yang penting dari motivasi dan tindakan m anusia.

Perilaku Mencontek

Menurut Kam us Besar Bahasa I ndonesia (1990:854) kata contek berasal dari kata sontek yang artinya mengutip sebagaimana aslinya atau bisa dikatakan sebagai m enjiplak hasil karya or-ang lain. Menyontek merupakan tindak kecuror-angan dalam tes m elalui pem anfaatan inform asi yang berasal dari luar secara tidak sah.

Ba n y ak f ak t o r y a n g m em p e n g ar u h i seseorang untuk melakukan perilaku mencontek, baik internal atau faktor yang berasal dari dalam diri m aupun eksternal atau faktor yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan buku Psychology of Aca-dem ic Cheat in g f ak t or personal yan g d ap at mempengaruhi perilaku curang digolongkan dalam empat kategori yaitu: (1) Demografi (usia, jenis kelamin, perbedaan kebudayaan), (2) Kepribadian ( d o r o n g a n m en ca r i se n sasi , sel f co n t r o l, perkembangan moral dan sikap, locus of control), ( 3 ) Mo t i v a si ( t u j u an d an a l a sa n d a l a m p e m b e l aj ar a n ) d an ( 4 ) Ak a d em i k m el i p u t i kem ampuan, subj ek area, institusi dan organisasi (Anderm an dan Murdock, 2007: 10). Keem pat kategori tersebut dapat berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku mencontek yang dilakukan oleh pelaj ar. Selain faktor personal, ada yang dinamakan faktor situasional yang m empengaruhi perilaku mencontek pada pelajar. Ketegangan atau kecem asan yan g dialam i indiv idu p ada saat

m eng hadapi t es at au uj ian. Sem ak in t in gg i kecemasan pada individu maka sem akin banyak pula tindak kecurangan yang dilakukannya karena bila terlalu cemas saat ujian, materi yang sudah dipelajari sebelumnya akan hilang saat menghadapi uj ian sehingga t idak dapat m enj aw ab uj ian, akhirnya bertanya pada tem an atau m em buka ca t a t a n n ya . Ma l a s u n t u k b e l a j a r, d al am m e n g h a d a p i u j i an i n d i v i d u m e n g h a r a p k an memperoleh nilai yang baik, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut individu tidak mengimbangi dengan belaj ar yang serius. Berada dalam kondisi yang terjepit pada umumnya individu akan menyontek. Selain itu adanya pengakuan atau persetuj uan t e r h ad ap t i n d a k a n m e n y o n t e k . T i n g g i n y a k e ce n d er u n g a n m e n y o n t e k at au p er i l ak u m elan g gar at u r an i n i t i d ak l epas p ul a dar i pengaruh adanya pengakuan atau persetuj uan terhadap tindakan m enyontek tersebut dan pada umumnya tindakan menyontek dilakukan dengan persetuj uan tem an sebaya atau tem an sekelas. (Kusdiyati, Halimah, Rianaw ati 2010:132).

Kerangka Berpikir

Sel f ef f i cacy d ap at d i ar t i k an seb ag ai keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya, sehi ngga m am pu m engat asi rint angan sert a mencapai tujuan yang diharapkannya. Keyakinan terhadap kemampuan ini dapat dibentuk m elalui b anyak f ak t o r, d i an t aran ya m el alu i su m b er inform asi, locus of control, kondisi situasional, dan insent i f ekst ernal at au rew ard. Hal t ersebut m em buat keyakinan terhadap kemam puan diri atau self efficacy akan berbeda pada tiap individu, tergantung pada faktor apa yang paling dominan dalam m embentuk self efficacy dirinya tersebut.

Perbedaan tingkat self efficacy yangterlihat pada mahasiswa Psikologi Universitas X sebagai berikut. Terdapat m ahasiswa yang merasa mam pu d al am m en g at asi set i ap t u n t u t an - t u n t u t an akadem ik, nam un banyak j uga yang m erasa kurang mampu dalam mengatasi berbagai macam rint angan dalam m encapai t uj uan akadem ik. Kondisi situasional Fakultas yang dipersepsikan berat seperti m ateri yang sulit, padatnya jadwal pr akt i kum sert a su lit n ya m eni ngkat kan nil ai d i p e r k i r ak an m e m p en g a r u h i sel f ef f i cacy m ahasisw a yang bersangkut an. Hal t ersebut diperparah dengan banyaknya inf orm asi dari angkatan-angkatan sebelumnya yang beredar di Fakultas mengenai kesulitan menghadapi tuntutan akademik di Fakultas Psikologi. Kondisi tersebut di atas yang diperkirakan dapat membuat keyakinan m ahasisw a dalam m engatasi berbagai tuntutan akadem ik m enjadi rendah.

(6)

akan merasa yakin pada kompetensi dirinya, yang t erlihat dari kem am puannnya unt uk berpikir, mem aham i, belaj ar, memilih, mem buat keputusan se r t a d a p a t m e n e r i m a k el eb i h an m au p u n kekurangannya. Mahasiswa yang mem iliki self ef-f icacy tinggi akan m endorong individu unt uk m engatasi berbagai tantangan hidup, sehingga m ereka tidak akan m udah tergoyahkan dalam menyelesaikan tujuan. Mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi berarti m am pu m enghadapi kesulitan, serta akan m em iliki kekuatan untuk mengekpresikan diri karena tidak perlu takut akan pem ikirannya. Dengan demikian, seseorang yang mem iliki self efficacy tinggi tidak akan melakukan jalan pintas untuk mendapatkan apa yang menj adi t u j u an n y a. H al t er se b u t t e r seb u t j u g a m em pengaruhi m ahasisw a yang bersangkutan dalam mem persepsikan ujian. Mahasisw a yang m em iliki self efficacy tinggi m erasa yakin akan kom petensi yang dimilikinya, sehingga saat uj ian b e r l an g su n g , m er ek a ak an m en g a n d al k a n kom petensinya tersebut untuk mengerjakan soal-soal uj ian. Selain itu mereka yang memiliki self efficacy tinggi akan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menghadapi ujian, hal tersebut di kar enakan m erek a selal u t erd oro ng unt uk mengatasi tantangan salah satunya adalah ujian. Dengan adanya persiapan yang m atang dan m eyakini kem am puan yang dim ilikinya, m aka m ahasisw a tersebut akan m erasa t idak perlu m e n co n t e k u n t u k m e m p er o l eh n i l ai y an g diinginkan.

Hal tersebut berbeda dengan m ahasisw a yang m em i li ki sel f ef f i cacy r en dah. Mer ek a merasakan ketakutan (fear) dalam dirinya. Tuj uan utama dari rasa takut (fear) adalah melarikan diri dari m asalah kehidupan. Rasa takut ini akan m e m b an g k i t k a n k e ce m a sa n p a d a d i r i n y a . Mahasiswa yang diliputi oleh rasa takut ini tidak yakin dan tidak percaya diri mengenai pemikirannya sehingga ia akan mencari tugas yang biasa dan tidak m enuntut. I a pun menj adi cepat menyerah, kurang terinspirasi dan tergantung pada orang lain. I a m emiliki pemikiran dangkal, menghindar karena ket i dak yaki nan ny a m en gen ai pem i ki ran d an p e r a sa an y a a t a u m e r a sa cem as seh i n g g a m e n a m p i l k a n r esp o n m en g h i n d a r. De n g an dem ikian, m aka m ahasiswa yang mem iliki self ef-ficacy rendah akan cepat menyerah, cemas dan cenderung m enghindari sesuatu yang dianggap m engancam , term asuk saat menghadapi uj ian. Mereka yang mem iliki self efficacy rendah akan merasa kesulitan dalam m enghadapi uj ian, dan merasa tidak percaya pada kemampuannya untuk menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga mereka m erasa tidak bisa m enggunakan usaha sendiri untuk m engatasi kesulitannya. Hal tersebut yang m em buatnya m em baw a alat-alat tertentu atau m emanfaatkan orang lain untuk m embantunya

dalam menyelesaikan soal-soal uj ian, m eskipun cara- cara t ersebut t idak dib enark an. Gej ala tersebut di atas tampak pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 yang mengakui secara t er an g- t eran gan ser in g m el aku k an p er i l ak u m encontek. Mereka cenderung cepat m enyerah saat dihadapkan pada kesulitan atau kegagalan, tidak fokus pada tuj uan yang ingin diraihnya dan t idak m eyakini kem am puan dirinya. Berbeda dengan mahasisw a yang m engaku tidak pernah mencontek, mereka cenderung melakukan usaha dengan m aksim al dalam mem persiapkan uj ian, m er ek a l eb i h m em p er cay ai k o m p et en si n y a dibandingkan m enggantungkan nasibnya pada bahan con t ekan yan g belum t en t u hasi ln ya mem uaskan. Keyakinan terhadap kemam puannya j uga m em buat m ahasisw a m erasa lebih siap dalam m enghadapi uj ian, tidak seperti mahasiswa yang tidak m eyakini kem am puannya, m ereka merasa tanpa m encontek hasil uj ian tidak akan m em uaskan. Berdasarkan hal- hal yang t elah diuraikan, maka dapat terlihat tinggi rendahnya se l f e f f i cacy k em u n g k i n an m en d a sa r i kecenderu ngan berper ilaku m enco nt ek p ada m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X angkatan 2009.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan negatif antara self ef f i cacy d en g an p e r i l ak u m en co n t ek p a d a mahasisw a Fakultas Psikologi Angkatan 2009 di Universitas X. Hal tersebut berarti sem akin rendah self efficacy m ahasisw a m aka sem akin t inggi perilaku mencontek m ahasiswa tersebut. “

E. Hasil dan Pembahasan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sej auhm ana deraj at hubunganantara Self Efficacy dengan Perilaku Mencont ek pada Mahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009. Besarnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Arikunto.S, 2009:326). Per hit u ngan st at ist ik yang dig unakan dalam p en g o l ah an d at a ad al ah Uj i Ko r el asi Ran k Sp earm an ( rs) , yan g ak an d igun akan unt uk mengukur beberapa hubungan antara lain: (1) Self Ef f icacy dengan Perilaku Mencont ek

dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.78.

(2) Self Efficacy aspek pemilihan tindakan (choice of act ivities) dengan Perilaku Mencontek dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.77

(3) Self Efficacy aspek besaran usaha (level of effort) dengan Perilaku Mencontek dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.79. (4) Self Efficacy aspek mencapai tuj uan (

persis-tence) dengan Perilaku Mencontek dengan hasil korelasi yang signifikan sebesar -0.71.

(7)

penelitian ini. Sebagaimana telah dikemukakan, p en el i t i an i n i b er t u j u an u n t u k m en g et ah u i bagaimana hubungan antara self efficacy dengan perilaku m encontek pada m ahasisw a Fakult as Psi k o l o g i Un i v er si t a s X an g k at an 2 0 0 9 . Berdasarkan pengolahan data m elalui analisis statistik diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan negat if ant ara self ef f icacy dengan peril aku m e n co n t e k . D at a m e n u n j u k an b ah w a a d a hubungan negatif yang tinggi antara variabel self ef ficacy dengan variabel perilaku m encont ek. (Arikunto, S 2009: 275). Hal tersebut menunjukan b ahw a sem ak i n t i ng g i t i n g k at sel f ef f i cacy mahasiswa m aka akan semakin rendah perilaku m encontek m ahasiswa tersebut, demikian j uga sebaliknya, semakin rendah tingkat self efficacy yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin tinggi perilaku m encontek yang dilakukan m ahasisw a tersebut.

Selain berdasarkan hasil uj i korelasi Rank Spearm an (rs), keeratan hubungan antara self ef f i cacy d en g an p e r i l ak u m en co n t ek p a d a m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X ang kat an 2009 i ni j ug a didu kung o leh hasil perhit ungan t abulasi silang uj i m edian yang m enunjukan bahw a sebagian besar m ahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang m em i lik i t i ngk at self ef f icacy y an g r en dah cenderung m elakukan perilaku m encontek yang tinggi. Hal tersebut ditunj ukan melalui persentase terbesar diantara keseluruhan yaitu sebesar 40.9% at au sebanyak 18 orang dari 44 responden. Berdasarkan hasil perhitungan tabulasi silang j uga diperoleh data mengenai mahasiswa yang memiliki t i ng kat self ef f icacy t i ng gi d en g an p er il ak u mencontek yang rendah, hal tersebut ditunjukan dengan persentase sebesar 31% atau sebanyak 14 orang dari 44 orang mahasisw a. Kemudian ada 7 orang yang mem iliki tingkat self efficacy tinggi disertai dengan perilaku mencontek yang tinggi juga yaitu sekitar 15.9 % . Sisanya yaitu 5 orang atau sekitar 11.4% dari 44 mahasisw a memiliki tingkat self efficacy yang rendah dengan perilaku mencontek yang rendah juga.

Jika m elihat hasil penelit ian m engenai perilaku m encont ek, t am pak bahw a sebagian besar m ahasiswa Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 memiliki tingkat perilaku mencontek yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uj i median pada variabel perilaku mencontek yang menunjukan bahwa sebanyak 25 orang atau 56.8% dari total keseluruhan responden memiliki tingkat perilaku mencontek yang tinggi, kemudian sisanya seb an y ak 1 4 o rang at au 43 .2 % dari t o t al keseluruhan responden memiliki tingkat perilaku mencontek yang rendah.

Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di lapangan yaitu berdasarkan pernyataan para pengawas dan fenomena yang terobservasi seperti

banyak mahasiswa yang membuat catatan-catatan kecil atau bahkan memperbanyak bahan m ateri dengan cara dibuat lebih kecil (ukuran saku), ada juga yang menggunakan peralatan elektronik yang dim ilikinya untuk m enyembunyikan materi kuliah (misalnya handphone) atau bekerjasama dengan teman di sebelah, saat pengawas ujian lengah. Tingginya perilaku mencontek yang ditunjukkan o l eh m ah asi sw a t er seb u t , se b a g i an b esar disebabkan keinginan untuk m endapatkan nilai yang baik. Dalam dunia pendidikan, mendapatkan nilai yang tinggi merupakan suatu tujuan yang ingin d i cap ai o l eh set i ap p eser t a d i di k t er m asu k m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X angkatan 2009.

Bandura (1997: 43), m engatakan bahw a self efficacy memberikan peranan pada bagaimana cara seseorang m erasakan, berfikir, m em otivasi dirinya dan bertingkah laku baik secara langsung m a u p u n m em p en g ar u h i t u j u an y an g i n g i n dicapainya. Dengan demikian self efficacy dapat mem berikan peranan pada keyakinan mahasiswa dalam meraih tujuan untuk mendapatkan nilai yang tinggi tersebut. Bagi m ahasisw a yang m em iliki keyakinan diri atau self efficacy tinggi, ia akan m erasa yakin akan kom petensi dirinya, dengan dem ikian seseorang yang mem iliki self efficacy t i n g g i t i d ak m el ak u k an j al an p i n t as u n t u k m end ap at kan ap a yang m enj ad i t u j u an ny a, term asuk tujuannya untuk mendapatkan nilai yang t i ng gi . Ji ka m el ih at h asil y an g m enu nj uk an tingginya perilaku m encontek yang dilakukan oleh m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X angkatan 2009, m aka hal tersebut berkaitan dengan rendahnya tingkat self efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa yang bersangkutan. Rendahnya self efficacy mahasiswa terbukti pada penelitian ini, hasil menunjukan bahwa sekitar 52.3 % dari keseluruhan sam pel memiliki self efficacy rendah. Hal t erseb ut j u ga sesuai den gan f eno m ena kurangnya keyakinan mahasisw a saat menghadapi tuntutan-tuntutan akademik .

(8)

m ereka sebagai akibat dari ket idakm am puan m ereka.

Rendahnya tingkat self efficacy mahasiswa aspek besaran usaha (level of effort) juga didukung dengan hasil uj i korelasi Rank Spearm an (rs) antara self efficacy aspek besaran usaha (level of ef f o rt ) deng an peri lak u m en co nt ek yang m enunj ukkan angka korelasi paling tinggi bila dibandingkan dengan 2 aspek lainnya yaitu sebesar rs = - 0.79, data tersebut menunjukan bahwa self efficacy aspek besaran usaha (level of effort) m em berikan peranan terbesar pada perilaku m encontek yang dilakukan mahasisw a Fakultas Psi k ol o gi Uni v er sit as X an gk at an 20 0 9 b il a dibandingkan dengan kedua aspek yang lain atau berhu bu ngan seb esar 6 2% dengan p er ilaku mencontek.

Hal-hal tersebut diatas didukung fenomena y an g t er j ad i di l ap an gan yai t u, m ah asisw a mengatakan bahwa melakukan perilaku mencontek karena merasa pernah gagal saat tidak mencontek dan berusaha menghindari kegagalan yang sama dengan melakukan perilaku mencontek saat ujian. Hal tersebut mengindikasikan bahw a mahasiswa kurang mam pu mengem balikan keyakinan saat m engalam i kegagalan. Ada m ahasisw a yang m e n g at ak an b ah w a m er asa t i d a k m a m p u mendapatkan hasil yang baik jika tidak dibantu dengan perilaku tidak juj ur tersebut, kem udian ada juga yang m engatakan sering lupa sehingga j ika hanya mengandalkan ingatannya takut salah dalam m enj aw ab soal. Hal tersebut m engindikasikan kekurangyakinkan dapat mempertinggi usaha saat mengalami kesulitan, dan kurang berusaha untuk m enceg ah kegagal an d en gan m en ing kat k an pengetahuan. Sem ua hal tersebut menunj ukan besaran usaha m ahasiswa Fakultas Psikologi Uni-versitas X angkatan 2009 rendah.

Aspek pemilihan tindakan (choice of activi-ties) berkorelasi sebesar rs = -0.77. Hal tersebut menunjukkan self efficacy aspek pemilihan tindakan (choice of activities) m emberikan peranan sebesar 59% pada perilaku m encontek yang dilakukan m ah asi sw a. Sem en t ar a sel f ef f i cacy asp ek mencapai tujuan (persistence) berkorelasi sebesar rs = -0.71 atau memberikan peranan sebesar 50% p a d a p er i l ak u m e n co n t e k y a n g d i l ak u k an mahasiswa yang bersangkutan.

Berdasarkan dat a t am pak bahw a tidak sem ua m ahasiswa yang mem iliki tingkat self effi-cacy y an g ren d ah d iser t ai den g an p er i l ak u m encontek yang tinggi, m asih ada m ahasisw a yang memiliki tingkat self efficacy rendah yang m em iliki tingkat perilaku m encontek yang j uga rendah, selain it u ada j uga m ahasisw a yang mem iliki tingkat perilaku mencontek yang tinggi tetapi memiliki tingkat self efficacy yang tinggi juga. Hal tersebut berarti bahwa variabel self effi-cacy bukan satu-satunya faktor yang berhubungan

dengan perilaku mencontek yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini juga sesuai dengan perhitungan statistik mengenai kekuatan korelasi antara self efficacy dengan perilaku m encontek diperoleh bahw a self efficacy mem berikan peranan sebesar 60.8% bagi perilaku mencontek yang dilakukan oleh mahasisw a, sisanya berhubungan dengan faktor-faktor lain di luar self efficacy. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perilaku mencontek diluar variabel self ef f icacy dapat dij elaskan seb ag ai b er i k u t , Mu rd o ck , An d er m an , d k k , (2007:53 ) dalam buku Psychology of Academic Cheating mengatakan banyak faktor mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku mencontek, baik faktor internal (faktor yang berasal dari dalam d i r i ) , e k st e r n al ( f a k t o r y an g b e r a sa l d a r i lingkungan) dan juga faktor situasional.

Meskipun ada faktor lain diluar variabel self ef f icacy yang b erhu bung an d engan perilaku mencontek, tetapi self efficacy tetap merupakan f a k t o r b er ar t i d al am m en g u r a n g i p e r i l a k u ketidakjujuran mahasisw a saat ujian. Hal tersebut terbukti dengan hasil uji hipotesis yang menunjukan hipotesis penelitian yang diajukan tetap teruji yaitu ada hubungan yang negatif antara self efficacy dengan perilaku m encont ek pada m ahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009.

Simpulan dan Saran

Be r d asar k a n h a si l p e n g o l ah an d at a, pem b ahasan sert a penguj ian hip ot esis y ang dilakukan dari penelitian ini dapat disim pulkan. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self ef ficacy dengan perilaku m encontek pada m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X angkat an 2009. Hal ini m enunj ukkan bahw a m ah asisw a Fak u lt as Psi ko lo gi Un iv er si t as X angkatan 2009 yang memiliki tingkat self efficacy rendah cenderung melakukan perilaku mencontek yang tinggi. Begitu juga sebaliknya mahasisw a Fakultas Psikologi Universitas X angkatan 2009 yang m em iliki tingkat self ef ficacy tinggi cenderung melakukan perilaku mencontek yang rendah.

Asp ek b esar an u saha (level of ef f or t ) merupakan aspek dalam self efficacy terbesar yang b erp er anan pad a per i l ak u m en co nt ek yan g dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Uni-versit as X angkat an 2009 diikut i oleh aspek pem ilihan tindakan (choice of activities) dan aspek mencapai tujuan (persistence).

Variabel self efficacy m erupakan f aktor t erbesar yang berhubungan dengan perilaku mencontek, sisanya berhubungan dengan faktor-faktor lain.

(9)

atau kegagalan, sehingga perilaku m encontek dapat diminimalkan. Hal itu dapat dilakukan dengan melibatkan pihak Fakultas untuk menyam paikan sanksi yang berat dalam tata tertib pelaksanaan ujian.

Daftar Pustaka

Anonim. (1990). Oxford Advanced Learner’s Dic-tionary, Oxford

Anonim. (1990). Kam us Besar Bahasa I ndonesia, Balai Pustaka

Alhadza, A. (2004). Masalah Menyontek (Cheat-i n g ) d (Cheat-i Du n (Cheat-i a Pen d (Cheat-i d (Cheat-i k a n. ( h t t p : / / www .depdiknas.go.id) diunduh pada 17 Juni 2011

Anderman, Erick. Murdock, Tamera. (2007). Psy-chology of Academic Cheating (e-book), Aca-dem ic Press

Ar i k u n t o , Su h a r si m i . ( 2 0 0 9 ) . Ma n a j e m e n

Penelitian, Rineka Cipta.

Bandura, Albert. (1997). Self Efficacy the Exercise of Control, W. H. Freem an And Company. Kreitner dan Kinicki (2007). Organizational

Behav-ior 7th Edition, Mc-Graw Hill

Kusdi yat i , Su li sw or o, Li li m Hali m ah & Ri zk i Ri an aw at i . ( 2 0 1 0 ) . Hu b u n g a n Pe r sep si m engenai Peran Kelom pok Tem an Sebaya dengan “Misdemeanors” di SMKN 8 Bandung. MI MBAR, Vol. XXVI , No. 2 (Desem ber 2010): 123-134 ‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/ DI KTI / Kep/ 2010.

Heru Mugianto (2012), Tak Mencontek, Juj ur dari Diri Sendiri, (http: / / nasional.kom pas.com / r e a d / 2 0 1 2 / 0 1 / 0 9 / 0 9 1 3 1 8 5 8 / Tak.Mencontek.Jujur.dari.Diri.Sendiri) diunduh 20 Desember 2012.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

James dan Pandian [58] telah meneliti efek dari PG pada kekuatan kapur  tanah  stabil.  Tiga  kadar  kapur  yang  berbeda,  yaitu,  konsumsi  awal 

In her adaptation, Andrea Arnold portrayed the historical reality of the oppressive British Empire by openly addressing the issue of slavery underlying Emily

Ketika dilarutkan dalam atau dicampur dengan bahan lain dan dalam kondisi yang menyimpang dari yang disebutkan dalam EN374 silahkan hubungi suplier sarung tangan CE-resmi (misalnya

Yang dimaksud dengan pelayanan navigasi penerbangan dilaksanakan dalam keadaan darurat penerbangan adalah pelayanan navigasi penerbangan yang diberikan kepada pesawat udara

bahwa penetapan batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh

menunjukan daerah komposisi optimum krim ekstrak etil asetat daun jengkol artinya untuk membuat krim dengan sifat fisik yang dikehendaki (viskositas 193,968 dPaS, daya

Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang di Tetapkan berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran Kabupaten Lebong Nomor

Kerja (Pokja) Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Pengairan Kabupaten Padang Lawas Utara, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website