• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SE (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF

DAFTAR ISI 1. BERPIKIR

A. Proses Berfikir ... 1

B. Pengertian Berfikir ... 1

C. Jenis, Tipe Dan Pola Berpikir ... 2

D. Berfikir Kreatif ... 3

E. Cara Berfikir Kreatif ... 3

F. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berfikir Kreatif ... 3

G. Tingkatan-Tingkatan Dalam Berfikir Kreatif ... 3

H. Sifat-Sifat Orang Yang Berfikir Kreatif ... 4

I. Hambatan Dalam Proses Berfikir ... 5

2. PEMECAHAN MASALAH A. Pengertian Pemecahan Masalah ... 6

B. Proses Pemecahan Masalah ... 6

C. Strategi Pemecahan Masalah ... 7

D. Teknik Pemecahan Masalah ... 7

E. Pemecahan Masalah Kreatif ... 8

3. BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF A. Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif ... 10

B. Pentingnya Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif ... 10

C. Proses Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif ... 13

(2)

PEMBAHASAN 1. BERPIKIR A. Proses Berpikir

· Proses selalu berhubungan dengan masalah-masalah baik masalah yang timbul dari situasi masa kini. masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi. proses pemecahan itu disebut proses berpikir. dalam memecahkan tiap masalah timbul dalam jiwa kita berbagai kegiatan lain .

· Kegiatan berpikir dalam memecahkan masalah : Mengetahui apa masalahnya

Bagaimana memecahkan

Hal-hal yang dapat membantu pemecahkan masalah tersebut

Apa tujuan untuk memecahkan masalah itu

B. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah suatu tindakan manipulasi aktif terhadap informasi, berasal dari input sensorik dan memori.

· Berpikir merupakan suatu cara membuat kesimpulan terhadap fenomena yang sedang berlangsung didunia, berhubungan dengan pengamat atau pemikir, membuat tindakan yang akan datang berdasarkan pada apa yang ditemukan.

· Berpikir dapat diungkapan secara verbal, visual atau model konsep lain.

C. Jenis, Tipe Dan Pola Berfikir

Ada berbagai jenis dan tipe berpikir. Menurut Morgan dkk (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu berpikir autistic dan berpikir langsung. Berpikir autistic yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan maksa yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Berpikir langsung yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.

Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006: 118) ada enam pola berpikir, yaitu : 1) Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat tertentu.

(3)

3) Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

4) Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.

5) Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.

6) Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal, dan seringkali tidak logis.

Sedangkan menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006: 119) mengemukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir vertical dan berpikir lateral. Berpikir vertical adalah tipe berpikir tradisional dan generative yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan informasi yang relevan. Berpikir lateral yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

D. Berpikir Kreatif

Seperti telah dipaparkan di depan dalam problem solving seseorang atau organisme mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun dalam masalah berpikir orang akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin belum terdapat. hal ini dapat dijumpai misalnya dalam diri seorang menulis ceritera, ataupun pada seorang ilmuwan, ataupun pada bidang-bidang lain. Ini sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thinking). dengan berpikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya apa yang dipikirkan itu telah berlangsung, namun belum memperoleh sesuatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali, tetapi terus berlangsung dalam jiwa seseorang, yang pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.

E. Cara Berpikir Kreatif · Tidak selalu IQ tinggi

(4)

· Interpretasi yang dibuat bukan berdasankan konsensus, tetapi lebih merupakan interpretasi pribadi

F. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Berpikir Kreatif · Kemampuan kognitif

· Sikap terbuka

· Sikap yang bebas, otonomi, percaya diri.

G. Tingkatan-Tingkatan Dalam Berpikir Kreatif

Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan atau stages sampai seseorang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatan-tingkatan itu adalah :

a) Persiapan (preparation), yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase inkubasi.

b) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah

c) Ingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang mengalami “aha”, secara tiba-tiba memperoleh pemecahan tersebut.

d) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tdak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikunya yaitu

e) Tingkat revisi, yaitu mendakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.

H. Sifat-Sifat Orang Yang Berpikir Kreatif

Orang yang berpikir kreatif itu mempunyai beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original person, yaitu:

· Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks

· Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan mempunyai skope pribadi yang luas · Dalam judgment-nya lebih mandiri

· Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive) · Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol.

(5)

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa dalam proses berpikir adanya itik tolak yang dijadikan titik awal dalam berpikir itu. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan masalahnya. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, seiring orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah hitungan 6 x 7 akan jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal statistika misalnya. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena :

· Data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh

· Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berpikir.

Kekurangan data dan kurang jelasnya data yang akan menjadikan hambatan dalam proses berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu ruwet tidaknya sesuatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berpikir seseorang.

2. PEMECAHAN MASALAH A. Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan salah satu upayah untuk mendapatkan yang lebih tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan tersebut belum dapat tercapai.

Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan demikian seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan tersebut dengan berbagai usaha atau cara. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan / yang diartikan sebagai pengambilan solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan.

B. Proses Pemecahan Masalah

Wessels (Woolfolk dan Nicolich, 2009:321) mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah ada 4 langkah ditempu yaitu :

· Memahami masalah

(6)

· Menyeleksi solusi

Setelah menentukan akar masalah yang sedang dihadapi, maka langkah berikutnya adalah menentukan rencana pemecahan yang akan dan mungkin dapat ditempuh

· Memutuskan rencana

Pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu rencana matang untuk memecahkan suatu masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti seseorang telah mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.

· Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya

Mengevaluasi hasil tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil yang telah tercapai. Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta, baik yang menguatkan maupun yang melemahkan pilihan-pilihan yang telah ada.

C. Strategi Pemecahan Masalah

Suatu persoalan tidak termasuk ke dalam masalah jika persoalan itu tidak dapat diselesaikan dengan prosedur aigoriture. Untuk pemecahan masalah sesungguhnya seseorang harus menarik sejumlah ketetapan dari pengetahuan mereka sebelumnya. Kemudian menyimpulkan semuanya dalam suatu cara baru untuk mencapai suatu penyelesaian. Untuk itu diperlukan berbagai rencana yang dapat membantu mereka dalam memecahkan masalah.

D. Teknik Pemecahan Masalah

(Admin, 2007) dalam proses berpikir kreatif untuk memecahkan suatu masalah, ada beberapa tahapan yang dilalui yaitu :

· Tahap persiapan

Dalam masa persiapan, seorang pemikir atau kreator memformulasikan masalahnya dan fakta dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah. Kadang-kadang meski telah lama berkonsentrasi, dalam masalah belum muncul juga kedalam benaknya.

· Tahap inkubasi

Jika pemikir kemudian mengalihkan perhatian dari persoalan yang sedang di hadapinya tersebut berarti dia telah memasuki tahap inkubasi

· Tahap iluminasi

Pada tahap ini, pemikir mengalami insight yang seketika cara pemecahan masih mencul dengan sendirinya.

(7)

Evaluasi terjadi setelah muncul pemecahan masalah tujuannya adalah untuk memikir apakah pemecahan masalah sudah tepat. Seringkali pemecahan masalah yang telah muncul secara tepat sehingga pemikir harus mulai dari awal tahapan.

· Tahap revisi

Tahap ini ditempuh bila cara pemecahan masalah tersebut belum tepat atau mungkin masih memerlukan penyusuaian dan perbaikan pada beberapa aspek agar pemecahan masalah menjadi lebih tepat dan efentif.

E. Pemecahan Masalah Kreatif

Pemecahan masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi. Pemecahan masalah adalah apa yang terjadi ketika respon rutin dan otomatis tidak sesuai dengan kondisi yang ada (Woolfolk & Nicholich, 2004:320).

Santrock (2005:356) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai (belum tersedia). Sementara itu, Davidoff (1988:379) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan menggunakan berbagai cara.

Hunsacker (Lasmahadi, 2005) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decisionmaking), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan. Munandar (Rosalina, 2008) mengatakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada.

(8)

Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran (mindset) yang menerobos kleaziman paradigma tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah kreatif merupakan upaya pemecahan masalah dengan metode (cara) yang efektif dan komprehensif.

3. BERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF A. Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif

Unsur kreatif diperlukan dalam proses berpikir untuk menyelesaikan masalah. Berpikir merupakan bagian yang paling penting, dengan berpikir kita dapat lebih mudah mengetahui berbagai masalah hidup dalam proses menghasilkan suatu masalah, kita saling berpikir dengan cara berbeda-beda.

Berpikir kreatif merupakan suatu cara yang dianjurkan. Dengan cara itu seseorang akan lebih mudah melihat persoalanyang lebih banyak. Pasalnya : seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif penyesaian masalah.

Aplikasi metode pemecahan masalah secara kreatif lahir dari satu bentuk pemikiran (mindset) yang menerobos kelaziman paradigma tertentu.

B. Pentingnya Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif

Berpikir kreatif dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan kemampuan pemecahan masalahnya (Evan, J. R., 1991), sebaliknya pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (Briggs, M. dan Davis, S., 2008). Kretivitas merupakan bentuk yang paling tinggi dari fungsi mental (Lang dan Evans, D. N. 2006). Hambatan untuk berpikir kreatif yang sering menghantui pemikiran siswa adalah ketakutan-ketakutan sosial, takut berbuat salah, kurang percaya diri, atau meyakini bahwa mereka tidak kreatif (Lang dan Evans, D. N. 2006).

(9)

berhasil mengembangkan dan menggunakan semua bakat dan kemampuannya dan dengan demikian memperkaya hidupnya.

Selain itu, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Karena itu, pemikiran kreatif perlu dilatih agar anak mampu berpikir lancar (fluency) dan luwes (flexibility), mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan bebagai ide. Memiliki pikiran yang kreatif dapat memberikan kepuasan kepada individu. Kita dapat mengamati anak-anak yang sedang bermain bongkar-pasang, pada saat mereka menghasilkan suatu kombinasi baru, dengan bangganya mereka mempertunjukkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era globalisasi ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara kita bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru dan teknologi baru dalam anggota masyarakatnya. Untuk mencapai itu perlulah sikap dan prilaku kreatif dipupuk sejak dini, agar anak didik kelak tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru, tidak hanya pencari kerja tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. Disamping itu, berpikir kreatif dan kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari maslah secara sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi orisinal (Johnson, E.B., 2002).

Terkait dengan pemecahan masalah, The National Council of Supervisors of Mathematics (NCSM) menyatakan “belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk mempelajari matematika” (NCSM, Position Paper on Basic Mathematics Skills, 1977). Dengan kata lain, pemecahan masalah merupakan sumbu dari proses-proses matematis. Pernyataan tersebut sampai saat ini masih konsisten, dan bahkan menjadi suatu persoalan yang makin kuat. The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyatakan dengan tegas dalam Principles and Standards for School Mathematics (NCTM, 2000), bahwa “Pemecahan masalah bukan hanya sebagai tujuan dari belajar matematika tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukannya.”

(10)

representasi, alat, dan strategi komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Untuk bisa menjadi pemecah masalah yang handal dalam matematika, siswa harus memahami konsep dan mampu melihat matematika sebagai sesuatu yang saling berkaitan secara utuh.

Bentley (dalam McGregor 2007) menambahkan bahwa pemecahan masalah dapat membantu anak untuk berfikir fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Gagne (1970) mengemukakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan dan mengembangkan intelektual tingkat tinggi (dalam Jica, 2001).

Dalam Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran matematika di sekolah, antara lain: (1) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan. (2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. (3) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika di atas, mengisyaratkan bahwa apa pun topik matematika yang diajarkan oleh guru, baik itu aljabar, aritmetika, geometri, statistika, maupun kalkulus, mesti memberikan kontribusi untuk pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan aktivitas kreatif.

C. Proses Mengembangkan Proses Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif Menyadari akan pentingnya kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah, dirasakan perlu mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatihkan kemampuan kemampuan tersebut. Metode dan teknik-teknik kreatif membantu peserta didik untuk berpikir dan mengungkapkan diri secara kreatif, yaitu mampu memberikan macam-macam ide dan macam-macam jawaban dari suatu masalah dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

(11)

Tiga komponen model ini adalah mengajarkan pondasi alat-alat untuk membangkitkan atau memfokuskan pada option, membimbing siswa dalam bekerja pada tugas-tugas realistik, dan menangani masalah-masalah menantang yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Komponen-komponen pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan yang mendukung berpikir produktif, mengembangkan keterampilan metakognitif, dan memperhatikan pilihan gaya serta karakteristik siswa (Treffinger dan Isaksen, 2001).

Disamping itu, hasil penelitian Haji (2005) pada siswa kelas III SDPN Setiabudi UPI menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman siswa yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan biasa.

Dengan memperhatikan model, teknik-teknik, dan hasil penelitian di atas, maka semakin kuat bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.

PMR mempunyai lima karakteristik yaitu: (1) menggunakan masalah kontekstual (dunia nyata) sebagai titik tolak belajar matematika; (2) menggunakan model, situasi, skema dan symbol-simbol yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus; (3) menggunakan kontribusi siswa (sumbangan pemikiran dari siswa), sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan menkonstruk sendiri (yang mungkin berupa algoritma, atau strategi penyelesaian siswa), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal; (4) menggunakan metode interaktif dalam belajar matematika dan (5) mengaitkan sesama topik dalam matematika .

Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi. Yang lebih penting di sini adalah agar siswa dapat menempatkan dirinya di dalam konteks, dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis.

D. Keterkaitan Berpikir Dan Pemecahan Masalah Secara Kreatif

(12)

kreatif sebagai proses asosiasidan sintesis berbagai konsep yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.Sedangkan Krutetski (Park, 2004) memandang berpikir kreatif sebagai suatu pendekatan untuk menemukan solusi masalah dengan cara yang mudah dan fleksibel. Tampak bahwa ketiga definisi di atas memandang berpikir kreatif sebagai kemampuan pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003) memandang berpikir kreatif sebagai proses pemecahan masalah.

Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kreatif dan pemecahan masalah dikemukakan Treffinger (Alexander, 2007) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk memecahankan masalah, khususnya masalah kompleks. Hal demikian dapat dipahami karena menurut Wheeler et al(Alexander,2007) tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu sulit mengembangkan kemampuan imajinatifnya sehingga kurang mampu melihat berbagai alternatif solusi masalah. Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kreatif memungkinkan seorang individu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi kreatif dari masalah yang akandiselesaikan.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan masalahditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al (2004). Berdasarkan penelitiannya yang berjudul Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving Using a MultimediaWhiteboard, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi, yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu dalam aktivitas pemecahan masalah.

(13)

Menurut Harris (1998), berpikir kritis memfokuskan pada kreasi argumen logis, mengeliminasi alternatif-alternatif yang kurang relevan, dan memfokuskan pada jawaban yang paling tepat. Sedangkan berpikir kreatif memfokuskan pada eksplorasi 10 berbagai ide, memperhatikan kemungkinan-kemungkinan, menghasilkan berbagai alternatif jawaban dari pada hanya memfokuskan pada satu jawaban. Berpikir kritisdan berpikir kreatif merupakan dua kemampuan berpikir yang saling berkaitan, melengkapi, dan saling bergantian perannya dalam aktivitas pemecahan masalah. Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif, mengeksplorasi ide-ide atau metode penyelesaian masalah, dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan solusi dari masalah tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis berperan ketika menganalisis, menginterpretasikan, dan memilih di antara berbagai ide-ide tersebut yang paling sesuai atau relevan untuk selanjutnya di implementasikan, dan akhirnya mengevaluasi efektivitas solusi tersebut.

Sebagaimana dikemukakan di depan, kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang dalam ruang hampa, melainkan memerlukan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan tersebut menurut Isaksen (Alexander, 2007) dapat berupakonteks, tempat, situasi, iklim, atau faktor sosial. Salah satu konteks yang mendukung tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif adalah aktivitas pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat McIntosh (2000) bahwa pemecahan masalah dapat dipandang atau berperan sebagai konteks. Pentingnya pemecahan masalah dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif juga dikemukakan Robinson (McGregor, 2001) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif memerlukan aktivitas (doing something). Salah satu aktivitas tersebut adalah aktivitas pemecahan masalah. Menurut Alexander (2007), aktivitas pemecahan masalah yang dirancang dengan baik akan memberikan kesempatan bagi tumbuhnya berbagai keterampilan berpikir, termasuk berpikir kreatif. Hal ini juga ditegaska noleh Pehnoken (1997) bahwa aktivitas pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan kognitif umum yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.

Pemecahan masalah yang melibatkan proses kreatif disebut pemecahan masalah kreatif (Creative Problem Solving). Proses pemecahan masalah kreatif (CPS)dikembangkan oleh Isaksen, Dorval, dan Treffinger (Hwang et al, 2007) yang terdiri atas 4 langkah, yaitu : 1. memahami masalah, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu:

a. mengekspresikan atau mengidentifikasi masalah,

(14)

2. membangun atau menghasilkan ide-ide, yaitu mengumpulkan dan mengembangkan berbagai ide yang relevan;

3. mempersiapkan tindakan atau aksi, yaitu mengembangkan penerimaan ataudukungan, yaitu mengidentifiksi secara detail langkah-langkah solusi; dan

4. merencanakan pendekatan mempunyai dua tahapan, yaitu penilaian atau penaksiran tugas, yaitu menilai kesesuaian metode dan mendesain proses, yaitu menyempurnakan metode solusi secara detail. Osborn (Hwang et al, 2007) juga memberikan 4 panduan bagi guru terkait kegiatan pemecahan masalah kreatif, yaitu mendorong munculnya banyak ide, menerima ide-ide yang tampak asing, mengembangkan ide-ide, tetapi tidak secara langsung mengkritisinya ketika siswa mempresentasikannya.

Meskipun aktivitas pemecahan masalah berfungsi sebagai konteks dan wahana bagi tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif, tetapi kelancaran pemecahan masalah belum tentu mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Haylock (Mann,2005), dengan menerapkan strategi atau metode yang telah diketahui, individu dapat secara sistematis menyelesaikan masalah, tetapi ia belum tentu kreatif karena tidak mengeksplorasi dan mengelaborasi pemahamannya.

Meskipun aktivitas pemecahan masalah berperan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi tidak semua jenis masalah mempunyai potensi demikian. Menurut Hashimoto (1997), jenis masalah yang mempunyai potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah masalah atau soal terbuka (open ended). Masalah terbuka memicu siswa untuk secara kreatif mengeksplorasi berbagai cara atau solusi dari masalah tersebut. Berikut diberikan beberapa contoh masalah terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif sekaligus kemampuan pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

Gani Sabariah, 2006. Psikologi Keperawatan, Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara berpikir positif dan kreatif dengan kemampuan pemecahan. masalah

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) mengelompokkan data ke dalam tahapan proses berpikir kreatif, yaitu: persiapan, inkubasi, iluminasi,

Proses berpikir kreatif siswa dalam pemecahan dan pengajuan masalah matematika berpedoman pada tahapan proses berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallas yang

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tipe phlegmatic mampu berpikir kreatif dalam memecahkan masalah biologi, namun dengan sedikit keunikan lebih banyak diam

Proses berpikir kreatif siswa dalam pemecahan dan pengajuan masalah matematika berpedoman pada tahapan proses berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallas yang

Dalam aktivitas pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif diperlukan ketika menganalisis atau mengidentikasi masalah, memandang masalah dari berbagai perspektif,