• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Kita Akan Kekritisan Rasa Kesa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanggapan Kita Akan Kekritisan Rasa Kesa"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Tanggapan Kita Akan Kekritissan Rasa Kesatuan dan Nasionalisme Bangsa

Tugas Mata Pelajaran PKN Dalam Rangka Seminar Kebhinekaan

Oleh: Peter Louis Sanusie / XII-A2 / 24

Kesatuan dan Nasionalisme bangsa merupakan suatu hal yang fundamental dalam membangun, mempertahankan, dan menjaga integritas sebuah bangsa. “Sebuah negara itu bisa mempertahankan keutuhannya bukan semata-mata karena negara tersebut itu maju atau kaya akan hasil alam, melainkan oleh karena sikap warga negaranya”. ungkap Prof.Dr.dr.,Akmal Taher, spU (k). Memang secara psikologis, kesesuaian ideologi antar satu sama lain membangun sebuah jalan yang lebih fasih, ditandai dengan hilangnya pergolakan dalam dismilaritas relevansi kepentingan, dan membentuk rasa kepercayaan kepada sesama yang pada akhirnya meningkatkan keberadaban suatu bangsa. “Eksekutif-eksekutif yang berasal dari negara kaya raya yang berkomunikasi dengan mitra mereka di negara yang miskin menunjukan bahwa tidak ada pengaruh intelektual yang signifikan.”, tambah Prof.Dr.dr.,Akmal Taher, spU (k). Beranjak pada kenyataan bahwa persamaan pemikiran dan pendapat bukanlah hal yang semudah membalik telapak tangan belaka,

(2)
(3)

aspiration day tidak boleh menggunakan kebebasan itu untuk menebarkan kebencian dan pernyataan yang tidak objektif.

Dalam upaya proses pembangunan bangsa Indonesia, banyak tantangan atau ancaman kebhinekaan yang harus dihadapi bersama. Provokasi-provokasi yang sentimental merusak hati nurani dan sisi kemanusiaan, merujuk pada kefanatikan yang monoisme. Bapak Nusron Wahid, SS, ME mengatakan bahwa tantangan kebhinekaan ada pada berkembanganya sectarian turn ( palingan sektarian ) dari masyarakat paling toleran menjadi sektarian, menguatnya radikalisme agama yang memiliki paham monolitik ( antikemajemukan ), dan politiasasi terhadap isu SARA demi kepentingan politik elite tertentu. Palingan sektarian menjadi sebuah praktik yang marak, diskriminisasi dengan pembatasan-pembatasan seperti denominasi agama atau fraksi politik , pembatasan dan provokas-provokasi atas dasar suku-suku dan agama menjadi senjata utama dalam mengubah masyarakat toleran menjadi sektarian. Contoh dari Sektarian dapat dilihat dari Partai Politik PKB yang dikelilingi dan dibatasi oleh ormas NU. Konflik-konflik lain yang muncul adalah konflik yang terjadi antara Katolik dan Protestan di Irlandia Utara, konflik antara agama Islam Sunni dan Syah di Irak dan Pakistan, dan sebagainya. Paham monolitik yang menjadi tantangan mengacu pada paham yang mementingkan satu golongan saja ( Monoisme ), radikalisme agama menjadi fondasi dasar pemecah kesatuan bangsa. Secara teoritis, radikalisme tidak identik dengan kekerasan, termasuk penyandingannya dengan kelompok agama tertentu. Fenomena radikalisme agama bukanlah fenomena yang lahir saat ini saja, kaum radikal dalam beragama bisa jadi memang memiliki pandangan hidupnya sendiri, yang barangkali berbeda dengan lainnya. Dengan cara pandang sendiri, mereka tidak jarang melihat gejala sosial yang terjadi sesuai dengan cara pandangnya, jika tidak sesuai maka akan sangat mungkin ditolak, bahkan dilawan. Perlawanan inilah yang kadang menjadi bentuk riil dari kaum radikal. Sebagai contoh baru-baru ini adalah pengeboman Sarinah oleh kaum agama radikal yaitu ISIS. Politiasasi terhadap isu SARA demi kepentingan politik elite tertentu juga menjadi praktik yang marak belakangan ini, sudah disinggung sebelumnya bahwa terdapat pelarangan sholat jenazah bagi warga yang memilih Ahok dalam pilkada Jakarta.

(4)

sehingga masyarakat memperoleh nilai, norma, dan simbol politik. Sebuah contoh teladan bagi kaum-kaum muda muncul dari sebuah gerakan dari SMA Kolese Kanisius yaitu ‘RagaMuda’, sebuah gerakan berlandaskan paradigma pedagogi reflektif ala ignatian. Gerakan ini timbul dari siswa-siswa SMA Kolese Kanisius secara tulus dari dalam diri sendiri berlandaskan kekhawatiran akan nilai pluralisme yang terus merosot, yang kemudian mengajak dan mendorong sekolah-sekolah dan kaum muda lainnya untuk melakukan aksi bersama menjunjung pluralisme. Menurut Kevano minoritas tidak selalu disingkirkan oleh mayoritas justru sebaliknya bergabung bersama untuk menyelesaikan masalah yang ada, oleh karena itu kelompok minoritas melakukan aksi bersama dengan kelompok mayoritas dalam aksi Rangkul Project ( Kolaborasi lintar kultur ). Belum lama ini, siswa SMA Kolese Kanisius dan bersama sekolah lainnya mendeklarasikan gerakan pluralisme di lapangan banteng. Kami bersama-sama melaksanakan suatu partisipasi politik yang berlandaskan dari budaya politk modern. Budaya Politik modern menjadi salah satu dari 3 budaya politik yang berkembang di Indonesia, berpegangan pada prinsip bahwa karakter etnis tertentu ataupun pendasaran pada ajaran agama tertentu harus ditinggalkan. Pengaktualisasian budaya politik modern itu kami lakukan dengan partisipasi politik yang kolektif.

Referensi

Dokumen terkait

50.000.000 lima puluh juta rupiah sebagai dana talangan melalui pembicaraan telepon terdakwa berjanji akan mengembalikan uang tersebut selama 1 satu bulan dan uang tersebut

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Sengkang-Wajo yang mengalami disfungsi STM dengan gejala kliking, deviasi

[r]

Dalam masyarakat modern, beberapa badan yang berwenang seperti legislatif atau pengadilan dapat membuat hukum.. Didukung oleh kekuasaan koersif negara, yang menegakkan

[r]

Lebih lanjut bila kompromi tidak dapat dicapai di kawasan tersebut, maka Laut Cina Selatan dan Asia Pasifik akan menjadi lapangan konflik yang baru di masa mendatang.. Kata Kunci -

12 Hasil penelitian tentang hubungan status gizi dengan kerjadian ISPA di poli MTBS Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk bulan Agustus 2016 ini, tidak sejalan

Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku nasabah perbankan konvensional beralih ke perbankan