• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI WEB SERVICES UNTUK INTEGRAS (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI WEB SERVICES UNTUK INTEGRAS (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI WEB SERVICES

UNTUK INTEGRASI DATA SATUAN RESERSE KRIMINAL

( STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG )

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2

diajukan oleh :

Eko Win Kenali

08/275497/PPA/02680

PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER

JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI WEB SERVICES

UNTUK INTEGRASI DATA SATUAN RESERSE KRIMINAL

( STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG )

Disusun Oleh :

Eko Win Kenali

08/275497/PPA/02680

Untuk Berkala Penelitian Pascasarjana ini

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Pembimbing Utama

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku pembimbing tesis mahasiswa Program Pascasarjana :

Nama

: Eko Win Kenali

NIM

: 08/275497/PPA/02680

Program Studi

: Ilmu Komputer

Setuju / tidak setuju *) naskah ringkasan penelitian ( calon naskah berkala

penelitian Program Pascasarjana yang disusun oleh yang bersangkutan

dipublikasikan dengan / tanpa * ) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai

co-author.

Kemudian harap maklum.

Yogyakarta, Oktober 2010

Nama

Status Pembimbing

Tanda Tangan

Dr. techn. Ahmad Ashari, M. Kom. Pembimbing Utama

..………..

NIP. 196305021990031005

(4)

IMPLEMENTASI WEB SERVICES

UNTUK INTEGRASI DATA SATUAN RESERSE KRIMINAL

( STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG )

WEB SERVICES IMPLEMENTATION

FOR DATA INTEGRATION CRIMINAL DETECTIVE UNIT

(CASE STUDIES AT POLDA LAMPUNG)

Eko Win Kenali

1

dan Ahmad Ashari

2

Program Studi Ilmu Komputer

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Intisari

Program transparansi penyidikan sangat memerlukan dukungan data laporan kejadian perkara yang berkualitas dari seluruh unsur pelaksana utama kepolisian bidang reserse kriminal, baik dipusat maupun daerah. Kesulitan dialami ketika ketersediaan data, aplikasi, infrastruktur jaringan, dan luas wilayah yurisdiksi masih menjadi permasalahan. Solusi permasalahan tersebut adalah membangun arsitektur sistem integrasi data satuan reserse kriminal dengan memanfaatkan koneksi internet. Web Services diputuskan untuk digunakan pada arsitektur sistem yang baru untuk mendukung interoperabilitas interaksi antar mesin ke mesin yang berbeda platform dalam sebuah jaringan.

Web services merupakan teknologi alternatif dalam sistem terdistribusi yang bekerja pada protokol HTTP dan menggunakan standar SOAP untuk pertukaran pesan dalam sebuah jaringan. Pesan SOAP dapat berisi informasi sensitif yang harus dilindungi dan dipastikan aman ketika web services diimplementasikan ke dalam lingkungan yang heterogen seperti internet.

Penelitian ini menghasilkan sebuah prototipe sistem dengan teknologi web services untuk integrasi data laporan kejadian perkara dari masing-masing server database satuan reserse kriminal yang tersebar di wilayah Polda Lampung. Integrasi data dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan fungsi DITRESKRIM dan optimalisasi tugas SATRESKRIM. Teknologi web services dalam arsitektur integrasi data dilengkapi dengan mekanisme keamanan tambahan yang didasarkan pada framework web services (NuSOAP) guna menjamin aspek otentikasi dan kerahasiaan data.

Kata Kunci : Web Services, Integrasi Data, SOAP, Keamanan, Kriminal

(5)

WEB SERVICES IMPLEMENTATION

FOR DATA INTEGRATION CRIMINAL DETECTIVE UNIT

(CASE STUDIES AT POLDA LAMPUNG)

IMPLEMENTASI WEB SERVICES

UNTUK INTEGRASI DATA SATUAN RESERSE KRIMINAL

( STUDI KASUS DI POLDA LAMPUNG )

Eko Win Kenali

1

dan Ahmad Ashari

2

Program Studi Ilmu Komputer

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Abtract

Transparent investigation program needs support of a qualified crime report data and information from all main executors in criminal detective unit of police both in central and local levels. Difficulties experienced when the availability of data, applications, network infrastructure, and vast areas of jurisdiction remains a problem. Solutions to this problems is the build of the architecture system of data integration among criminal detective units by utilizing an internet connection. Web service is decided to be used in a new architecture system because it supports the interoperability of the interaction among machines in a network but in differrent platforms.

Web services is an alternative technology in distributed systems that works on HTTP protocol and uses SOAP standard for exchanging messages in a network. SOAP messages may contain sensitive information that must be protected and ensured safe when web services implemented in heterogeneous environments like the Internet.

This research produced a prototype system with web services technology for integration of the crime report data from each database server criminal detective unit that are spread throughout Lampung Police. Integration of data can be used as a source of data and information to support the function of DITRESKRIM and the optimization task of SATRESKRIM. Web services technology in data integration architecture is equipped with additional security mechanisms based on Web services framework (NuSOAP) to ensure authentication and confidentiality aspects of data.

Keywords: Web Services, Data Integration, SOAP, Security, Criminals

(6)

I. Pendahuluan

Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrim) Kepolisian Daerah (POLDA) Lampung adalah salah satu unsur pelaksana utama kepolisian daerah yang menjalankan fungsi sebagai pusat pembinaan, koordinasi, pengawasan operasional, administrasi penyidikan, analisis kasus, dan pengkajian efektifitas pelaksanaan tugas satuan-satuan reserse kriminal (Satreskrim) yang ada di seluruh wilayah yurisdiksi POLDA Lampung. Satreskrim sebagai salah satu unsur pelaksana kepolisian merupakan ujung tombak Ditreskrim di tingkat kewilayahan, dengan tugas pokok untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk tindak pidana terorisme, fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan struktur kewilayahan, POLDA Lampung membawahi 9 (sembilan) Kepolisian Resort (POLRES) di sembilan kabupaten dan 1 (satu) Kepolisian Kota Besar (POLTABES).

Dalam rangka mendukung pelaksanaan program transparansi penyidikan, mendukung pelaksanaan fungsi Ditreskrim dan mendukung optimalisasi tugas Satreskrim di tingkat kewilayahan, Ditreskrim memerlukan data-data laporan kejadian perkara dan informasi perkembangan penanganan perkara yang bersumber dari masing-masing Satreskrim, yang dapat diakses secara realtime.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sudah selayaknya masing-masing Satreskrim memiliki sebuah sistem yang dapat digunakan untuk kegiatan administrasi dan pengolahan data laporan kejadian perkara. Kemudian dengan memanfaatkan teknologi web services yang dilengkapi dengan sistem keamanan, koneksi internet dan arsitektur sistem integrasi data, database server di masing-masing Satreskrim diintegrasikan untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi yang berkualitas guna menunjang program transparansi penyidikan, serta kebutuhan lain dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi Ditreskrim dan optimalisasi tugas operasional Satreskrim di wilayah hukum POLDA Lampung.

II. Tinjauan Teori

2.1 Web Services

Booth dkk. (2008) menyatakan bahwa web services adalah sistem perangkat lunak yang mampu mendukung interopabilitas antar beberapa mesin dan platform yang berbeda dalam sebuah jaringan. Interface web service tersebut dinyatakan dalam format mesin pengolah yakni WSDL (Web service Description Language). Sistem yang berinteraksi dengan web services tersebut menggunakan pesan SOAP yang dikirimkan melalui HTTP dan berdasarkan format XML.

Menurut Gerami (2002) web services adalah layanan-layanan yang disediakan di internet, menggunakan pengiriman pesan format XML, dan tidak bergantung pada satu macam sistem operasi atau bahasa pemrograman.

Menurut Gerami (2002) ada tiga komponen utama dalam arsitektur web services, seperti yang tersaji pada Gambar 2.1 dan masing-masing komponen tersebut adalah : 1. Service provider, adalah penyedia web services yang menyediakan kumpulan layanan

atau services di internet.

2. Service requestor, adalah konsumen web services yang bertindak sebagai client atau aplikasi yang membuka jalur koneksi dan mengirimkan suatu pesan request XML. 3. Service registry, adalah pusat logic direktori layanan, yaitu tempat dimana service

(7)

Gambar 2.1 Arsitektur komponen web services (Gerami, 2002)

Gerami (2002) menyatakan bahwa secara umum web services memiliki tiga operasi yang terlibat, meliputi operasi Publish/Unpublish yang berfungsi untuk menerbitkan /

menghapus layanan ke / dari registry, operasi Find yang berfungsi untuk mencari dan menemukan layanan yang dibutuhkan dan operasi Bind yang digunakan setelah

menemukan layanan yang dicarinya, kemudian melakukan binding ke service provider untuk melakukan interaksi dan mengakses layanan yang disediakan oleh service provider.

Menurut Gerami (2002) ada 4 lapisan blok protokol dalam arsitektur web services yang berperan dalam menyediakan fasilitas komunikasi antara 2 aplikasi web services, seperti yang disajikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Blok protokol web services (Gerami. 2002)

Web services secara keseluruhan memiliki empat layer komponen seperti yang disajikan pada gambar blok protokol web services di atas, yaitu:

1. Layer 1: Service Transport, yaitu lapisan protokol standar komunikasi internet, seperti HTTP, SMTP, FTP dan BEEP.

2. Layer 2: XML messaging, yaitu lapisan yang bertanggung jawab untuk menyandikan pesan yang akan dikirim atau diterima dalam format XML-RPC, SOAP atau XML. 3. Layer 3: Services Description, yaitu lapisan yang bertugas mendeskripsikan service

request dari client dengan protokol-protokol yang berbeda dan memfasilitasi komunikasi antar aplikasi. Tugas ini dilakukan oleh Web Services Definition Language (WSDL).

(8)

2.2 SOAP (Simple Object Access Protocol)

Menurut Gerami (2002) Simple Object Access Protocol (SOAP) adalah protokol untuk pertukaran informasi dengan desentralisasi dan terdistribusi. SOAP dibangun dengan menggunakan protokol komunikasi HTTP. Peran SOAP adalah sebagai protokol XML-based untuk pertukaran informasi antar komputer melalui protokol transport. Spesifikasi yang digunakan tidak lebih seperti sebuah amplop biasa berbasis XML untuk informasi yang di transfer, serta sekumpulan aturan bagi translasi aplikasi dan tipe-tipe data platform yang spesifik menjadi bentuk XML.

2.3 WSDL (

Web Services Description Language

)

Menurut Gerami (2002) Web Services Description Language (WSDL) adalah sebuah XML-based language untuk mendeskripsikan XML. WSDL menyediakan service yang mendeskripsikan service request dengan menggunakan protokol-protokol yang berbeda dan juga encoding. WSDL akan memfasilitasi komunikasi antar aplikasi dan akan mendeskripsikan apa yang akan dilakukan oleh web service, bagaimana menemukannya dan bagaimana untuk mengoperasikannya.

2.4 UDDI (

Web Services Description Language

)

Menurut Gerami (2002) Universal Description Discovery and Integration (UDDI) adalah sebuah service registry bagi pengalokasian web service. UDDI mengkombinasikan SOAP dan WSDL untuk pembentukan sebuah registry API bagi pendaftaran dan pengenalan service. Ia menyediakan sebuah area umum dimana sebuah organisasi dapat mengiklankan keberadaan mereka dan service yang mereka berikan (web services).

2.5 NuSOAP

NuSOAP merupakan toolkit web service berbasis komponen. NuSOAP didistribusikan oleh NuSphere Corporation (http://www.nusphere.com) sebagai open source toolkit di bawah lisensi GNU LGPL.

NuSOAP adalah sebuah kumpulan class-class PHP yang memungkinkan user untuk mengirim dan menerima pesan SOAP melalui protokol HTTP. NuSOAP memiliki sebuah class dasar yang menyediakan method seperti serialisasi variable dan pemaketan SOAP Envelope. Interaksi web service dilakukan dengan class. Client yang disebut dengan class “soap-client” dan class server yang disebut dengan class “soap-server”. Class-class ini mengizinkan user untuk melakukan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan SOAP dengan bantuan beberapa class-class pendukung lainnya untuk melengkapi proses tersebut. (Ayala dkk., 2003).

2.6 Data dan Integrasi Data

McLeod (2001) menyatakan bahwa data merupakan fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Data akan memiliki arti apabila data tersebut telah diolah atau diproses. Data yang telah memiliki arti tersebut disebut sebagai informasi.

(9)

III. Cara Penelitian

3.1 Perancangan Arsitektur Sistem Integrasi Data

Rancangan arsitektur sistem merupakan sebuah prototipe sistem yang didesain untuk keperluan integrasi data laporan kejadian perkara yang bersumber dari masing-masing sumber data / basis data Satuan Reserse Kriminal di wilayah hukum Polda Lampung dengan menggunakan teknologi web services dan koneksi internet.

Satuan Reserse Kriminal yang digunakan dalam skema integrasi hanya 3 satuan yang akan mewakili 9 Satuan Reserse Kriminal. Skema integrasi seperti yang disajikan pada Gambar 3.1, merupakan prototipe sistem integrasi data laporan kejadian perkara dari 3 satuan reserse kriminal yang diwakili oleh Satuan Reserse Kriminal Polda Lampung, Satuan Reserse Kriminal Poltabes Bandar Lampung, dan Satuan Reserse Kriminal Polres Lampung Selatan.

Gambar 3.1 Rancangan arsitektur sistem integrasi data berbasis web services

3.3 Perancangan Arsitektur Keamanan Web Services

NuSOAP versi terakhir dan pada saat penelitian ini dilaksanakan, belum menyediakan fasilitas yang mendukung konsep standar keamanan web services. Oleh karena itu untuk dapat mencapai tujuan keamanan, diperlukan modifikasi terhadap rutin fungsi-fungsi didalam class library NuSOAP dan penambahan beberapa rutin program untuk keperluan keamanan pesan SOAP.

3.3.1 Perancangan Mekanisme Otentikasi User sistem Integrasi Data

(10)

Gambar 3.2 Rancangan mekanisme otentikasi user

3.3.2 Perancangan Mekanisme Keamanan Pesan Sistem Integrasi Data

Rancangan mekanisme keamanan pesan/data pada sistem integrasi data bertujuan untuk menjaga kerahasiaan data atau pesan SOAP request dan SOAP response dengan merancang rutin program untuk keperluan enkripsi dan dekripsi data yang ditanamkan pada framework NuSOAP. Mekanisme keamanan pesan SOAP akan dilaksanakan dengan cara menyediakan fungsi dan rutin program untuk keperluan pembangkitan kunci, enkripsi dan enkripsi.. Mekanisme otentikasi user sistem integrasi data disajikan pada Gambar 3.2.

(11)

3.4 Perancangan Proses

Gambar 3.4 merupakan rancangan Data Flow Diagram level 0 atau diagram konteks untuk sistem integrasi data laporan kejadian perkara Satuan Reserse Kriminal, diagram tersebut menggambarkan interaksi atau hubungan antara sistem dengan entitas-entitas di luar sistem.

Gambar 3.4. DFD Level 0 (Diagram Konteks)

Entitas-entitas yang berinteraksi dengan sistem integrasi data adalah 1 entitas Ditreskrim (D) dan 3 entitas Satreskrim yang mewakili 10 Satreskrim di wilayah hukum Polda Lampung. Ketiga entitas tersebut masing-masing adalah Satreskrim Polda Lampung (A), Satreskrim Poltabes Bandar Lampung (B), dan Satreskrim Polres Lampung Selatan (C). Entitas Ditreskrim (D) akan berinteraksi dengan aplikasi sistem integrasi data laporan kejadian perkara, dan entitas Satreskrim (A, B dan C) akan berinterasi dengan aplikasi sistem informasi dan administrasi laporan kejadian perkara satuan reserse kriminal.

3.5 Perancangan Data

Perancangan data pada sistem ini difokuskan pada perancangan basis data laporan kejadian perkara satuan reserse kriminal untuk keperluan integrasi data. Aspek detail data yang tidak relevan, berusaha tidak diimplementasikan dengan tujuan agar sistem tidak berkembang lebih luas dan prototipe sistem akan dapat disajikan lebih lugas.

(12)

Gambar 3.5. Rancangan Entity Relationship Diagram

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Implementasi Skenario Integrasi Data

Sistem yang dikembangkan memiliki sifat penyembunyian basis data, yang merupakan kunci sukses keberhasilan proses integrasi. Tanpa adanya sifat ini, maka partisipan dalam sistem integrasi harus berurusan dengan detail dari basis data yang bisa sangat beragam dalam implementasinya.

Dalam skenario integrasi data, masing-masing Satreskrim merupakan partisipan yang bertindak sebagai penyedia layanan (services provider) yang memiliki sebuah database dan web server. Satreskrim dalam prototipe sistem juga dapat bertindak sebagai konsumen layanan (service requestor) integrasi data laporan kejadian perkara dari Satreskrim lainnya.

(13)

Gambar 4.1 Arsitektur dan skenario integrasi data

4.2 Hasil dan Pembahasan Skenario Integrasi Data

Skenario integrasi data melibatkan 2 macam sistem, yaitu sistem untuk keperluan administrasi data laporan perkara dan sistem integrasi data laporan kejadian perkara, dimana masing-masing server saling interkoneksi melalui jaringan internet.

4.2.1 Sistem Administrasi Data Laporan Kejadian Perkara

Sistem administrasi data laporan kejadian perkara berfungsi sebagai tool untuk melakukan kegiatan administrasi dan pengolahan data laporan kejadian perkara yang di masing-masing Satuan Reserse Kriminal. Melalui sistem ini pula dimungkinkan client dari salah satu Satuan Reserse Kriminal juga dapat memperoleh data tertentu dari database web server dari Satuan Reserse Kriminal lainnya.

Aplikasi sistem administrasi data laporan kejadian perkara memiliki layanan berupa pengolahan data laporan kejadian perkara meliputi administrasi data laporan, data pelapor, data terlapor, data terlapor dalam laporan, data pelanggaran terlapor, data barang bukti, data korban, data penyidik dan data penyidik laporan perkara.

4.2.2 Sistem Integrasi Data Laporan Kejadian Perkara

Sistem integrasi data laporan kejadian perkara merupakan aplikasi sistem yang digunakan untuk mengintegrasikan data laporan kejadian perkara yang bersumber dari seluruh database web server Satuan Reserse Kriminal. Melalui sistem ini, data yang diperoleh dari proses integrasi data sebagian besar disajikan kepada user Ditreskrim dalam bentuk tabel rekapitulasi data atau grafik.

(14)

1. Rekapitulasi data kejadian perkara, adalah layanan integrasi data keperluan

rekapitulasi data kejadian perkara berdasarkan jenis perkara dari masing-masing satuan reserse kriminal.

2. Rekapitulasi Laporan kejadian perkara, adalah layanan integrasi data keperluan

rekapitulasi data laporan kejadian perkara dari masing-masing satuan reserse kriminal.

3. Rekapitulasi data pelapor, adalah layanan integrasi data keperluan rekapitulasi data

pelapor dalam laporan kejadian perkara dari masing-masing satuan reserse kriminal. 4. Rekapitulasi data terlapor, adalah layanan integrasi data keperluan rekapitulasi data

terlapor dalam laporan kejadian perkara dari masing-masing satuan reserse kriminal. 5. Rekapitulasi data korban, adalah layanan integrasi data keperluan rekapitulasi data

korban dalam laporan kejadian perkara dari masing-masing satuan reserse kriminal. 6. Rekapitulasi data daftar pencarian orang, adalah layanan integrasi data keperluan

rekapitulasi data daftar pencarian orang (DPO) dari masing-masing satuan reserse kriminal.

7. Rekapitulasi data penyidik, adalah layanan integrasi data keperluan rekapitulasi

data penyidik dari masing-masing satuan reserse kriminal.

Berikut ini adalah contoh proses rekapitulasi data kejadian perkara melalui proses integrasi data laporan kejadian perkara dari masing-masing database server satuan reserse kriminal.

Pada Gambar 4.2 ditunjukan sebuah tabel rekapitulasi data kejadian perkara yang berisi angka-angka hasil perhitungan jumlah laporan kejadian berdasarkan jenis perkara dari masing-masing sumber data Satuan Reserse Kriminal.

Gambar 4.2 Layanan rekapitulasi data kejadian perkara

Proses integrasi data rekapitulasi data kejadian perkara berdasarkan jenis perkara, dihasilkan dari mekanisme pemanggilan method-method dan penciptaan dokumen WSDL pada alamat sumber “endpoint” dari masing-masing server satuan reserse kriminal.

(15)

Tabel 4.1 Informasi dokumen WSDL method “GetPerkara”

Elemen

Konten Elemen

Name GetPerkara

Binding Perkara2ListServicesBinding

Endpoint Alamat url file services WSDL Satuan reserse kriminal SOAPaction urn: Perkara2list#GetPerkara

Pemanggilan method “GetPerkara” dilakukan pada aplikasi client integrasi data Direktorat Reserse Kriminal, dengan rutin berikut ini :

$urlsatpol = $rdatasatpol[$i]['urlservices']; //alamat url endpoint satreskrim $param2 = array('dtid' => trim($dtid), 'Tahun'=> trim($tahun));

$uri2=$urlsatpol."/responder/s_get_perkara2.php?wsdl"; $client2 = new nusoap_client($uri2, 'wsdl');

$header2 = $client2->SetSecurityToken($username,$password);

$rdtperkara = $client2->call('GetPerkara', array('param' => $param2),'','',$header2,false);

Implementasi mekanisme otentikasi dan kerahasiaan data dalam transaksi web services menggunakan NuSOAP yang telah dimodifikasi, mengakibatkan nilai opsional elemen header SOAP request pada proses permintaan layanan menjadi wajib (mutlak) digunakan dalam proses integrasi data satuan reserse kriminal.

Sebuah permintaan layanan dari client dengan pemanggilan method web services ke services provider, inisialisasi security token dilakukan dengan cara memanggil fungsi “SetSecurityToken” sebelum proses pemanggilan method “call” dilakukan oleh client. Inisialisasi dengan memanggil fungsi “SetSecurityToken” oleh client diilustrasikan dalam rutin program berikut ini :

(16)

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan serangkaian kegiatan mulai dari perancangan, implementasi dan pengujian terhadap sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Teknologi web services merupakan infrastruktur yang dapat digunakan untuk keperluan integrasi data laporan kejadian perkara dari masing-masing database server satuan reserse kriminal yang tersebar di wilayah Polda Lampung pada skala web.

2. Data-data dari hasil proses integrasi dapat digunakan sebagai sumber data dan informasi untuk mendukung program transparansi penyidikan, mendukung pelaksanaan fungsi Direktorat Reserse Kriminal dalam proses pengambilan keputusan dan mendukung optimalisasi tugas administrasi penyidikan seluruh Satuan Reserse Kriminal.

3. Mekanisme otentikasi yang ditanamkan pada SOAP request dan SOAP respon pada framework NuSOAP dapat menjamin bahwa sebuah transaksi request dan respon web services dilakukan oleh user yang benar. Mekanisme enkripsi pesan SOAP request dan SOAP respon dapat menjamin kerahasiaan data sebuah transaksi request dan respon web services yang mengalir dijalur koneksi publik seperti internet.

4. Mekanisme keamanan transaksi web services yang didesain pada framework NuSOAP, memperpanjang waktu tunggu client dalam menerima respon atau hasil dari service provider. Hal ini dikarenakan meningkatnya beban kerja dan waktu yang diperlukan oleh server service provider untuk melakukan proses otentikasi, enkripsi dan dekripsi pesan SOAP.

5.2 Saran

Berdasarkan proses perancangan, implementasi dan pengujian terhadap sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini, akan dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Informasi yang berkualitas dari masing-masing sistem yang terintegrasi dalam skema

integrasi data satuan reserse kriminal adalah kebutuhan wajib dan harus tersedia, disarankan agar user yang bertugas sebagai administrator pada masing-masing sistem dan satuan reserse kriminal harus selalu melakukan pengawasan dan update terhadap data laporan kejadian perkara.

2. Sistem integrasi data satuan reserse kriminal merupakan sebuah prototipe sistem yang dikhususkan untuk keperluan integrasi data laporan kejadian perkara, dan disarankan agar Ditreskrim dapat mengembangkan prototipe tersebut menjadi sebuah sistem yang dapat mendukung fungsi dan tugas operasional Satuan Reserse Kriminal di wilayah hukum Polda Lampung secara nyata.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ayala, D., Browne, C., Chopra, V., Sarang, P., Apshankar K., dan McAllister T.,

2006, Professional Open Source Web Services, Wrox.

Booth, D., Haas, H., Eric, Ferris C., Orchard, D., Oktober 2003,

Web Services Architecture,

World

Wide

Web

Consortium

(W3C)

Proposed

Recommendation, http://www.w3.org/TR/2004/NOTE-ws-arch-20040211

Gerami, E., 2002,

Web Services Essential, Distributed Application with XML-RPC, SOAP, UDDI & WSDL

, O’Reilly & Ass

ociates, Inc., USA.

Han, J. Dan Kamber, M., 2001,

Data Mining : Concept and Technique, Morgan

Kauffmen Publisher, USA.

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur komponen  web services (Gerami, 2002)
Gambar 3.1  Rancangan arsitektur sistem integrasi data berbasis web services
Gambar 3.2 Rancangan mekanisme otentikasi user
Gambar 3.4 merupakan rancangan Data Flow Diagramkonteks untuk sistem integrasi data laporan kejadian perkara Satuan Reserse Kriminal, diagram tersebut menggambarkan interaksi atau hubungan antara sistem dengan entitas- level 0 atau diagram entitas di luar
+5

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Islam dalam pembagian warisan saat ini, tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merupakan sekumpulan materi hukum Islam yang ditulis dalam pasal demi

Penelitian mengenai faktor-faktor kondisi yang mendukung kontinuitas aktivitas budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Teluk Lampung telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009.

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Pengelolaan lingkungan hidupnya dapat berhasil menunjang pembangunan berkelanjutan, apabila administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif dan terpadu.

Nyeri kepala pada penderita epilepsi dibagi menjadi: preictal headache yaitu nyeri kepala yang timbul tidak lebih dari 24 jam sebelum serangan dan berakhir saat serangan dimulai,

Aliran fluida ke atas dengan kecepatan tertentu dan tetap, sehingga untuk butiran dengan ukuran atau densitas tertentu terbawa ke atas, ukuran atau densitas yang lebih besar

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

•Kedua sektor merupakan bagian integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.. •Keduanya menghadapi masalah