• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STRES DENGAN PRODUKSI ASI DI KE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN STRES DENGAN PRODUKSI ASI DI KE"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STRES DENGAN PRODUKSI ASI DI KECAMATAN GUGUAK PANJANG

KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2010

Oleh Roza Nelita1, Delmi Sulastri2, Yaslinda Yaunin 3

ABSTRAK

Pemberian ASI masih rendah di Indonesia, Tahun 2006 UNICEF melaporkan bahwa kesadaran ibu memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan sampai usia 4 bulan. Berdasarkan SDKI tahun 2006-2007, ASI eksklusif di bawah usia 2 bulan hanya 67%. Persentase menurun seiring bertambahnya usia bayi, yakni 54% usia 2-3 bulan dan 19% usia 7-9. Di Sumatera Barat tahun 2007 pemberian ASI eksklusif (61,58%) dan tahun 2008 terjadi penurunan (56,61%). Di Bukittinggi tahun 2008 (61,84%). Di Guguak Panjang pemberian ASI eksklusif tahun 2007 (64.53%), tahun 2008 terjadi penurunan (54,12%). Alasan yang dikemukakan produksi ASI kurang dan tidak ada ASI. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI salah satunya stres.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan stres dengan produksi ASI. Disain penelitian ini adalah crosssectional yang berlokasi di kecamatan Guguak Panjang kota Bukittinggi. Sampel sebanyak 155 ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 6 bulan. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian didapatkan dari 155 reponden didapatkan produksi ASI kurang 56 orang (36,1%), stres sedang 49 orang (31,6%), BBLR 5 orang (3,23%), memberikan makanan tambahan 110 orang (70,97%), kehamilan preterem 5 orang (3,23%), kontrasepsi tidak untuk ibu menyusui 20 orang (12,90%). Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode Chi-square untuk menguji hubungan stres dengan produksi ASI, didapatkan p < 0,05 dengan OR 6,43. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa ada hubungan stres dengan produksi ASI, dimana ibu yang stres sedang mempunyai peluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang dibandingkan dengan ibu yang normal. Analisis statistik multivariat untuk menguji hubungan antara stres dengan produksi ASI dengan mengontrol variabel pengganggu dengan metode regresi logistik tidak dapat dilakukan, karena pada uji bivariat tidak didapatkan pada variabel pengganggu nilai p < 0,25. Hal ini menunjukkan hanya stres mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi ASI dan tidak ada variabel lain yang mengganggu.

(2)

RELATIONSHIP BETWEEN STRESS AND MILK PRODUCTION IN GUGUAK PANJANG BUKITTINGGI IN 2010

By : Roza Nelita1, Delmi Sulastri2, Yaslinda Yaunin 3

ABSTRACT

Breastfeeding is still low in Indonesia, In 2006 UNICEF reported that the awareness of breastfeeding mothers in Indonesia has only 14%, and even then given until 4 months of age. Based on the SDKI 2006-2007, exclusive breastfeeding under the age of 2 months only 67%. The percentage decreases with age infants, 54% aged 2-3 months and 19% ages 7-9. In West Sumatra in 2007 of exclusive breastfeeding (61.58%) and in 2008 there is a decrease (56.61%). In Bukittinggi in 2008 (61.84%). In Guguak Panjang in 2007 (64.53%), in 2008 there is a decrease (54.12%). The reason of milk production is less and no production of milk. One of factors affecting milk production is stress. Target of research to determine the relationship between stress and milk production. Design this research is crosssectional which located in kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi. The sample of 155 mothers who had infants aged 0 to 6 months. Collecting data using a questionnaire instrument. Results of research obtained from 155 respondents are less milk production 56 persons (36.1%), stress moderate 49 persons (31.6%), LBW 5 persons (3.23%), supplementary feeding 110 persons (70.97%), preterem gestational age5 persons (3.23%), contraceptives not for breastfeeding 20 persons (12.90%). Based on statistical analysis was done by Chi-square method to test the relationship of stress with the production of milk, obtained p < 0.05 with OR 6,43. The result of this calculation shows that there is a relationship of stress with milk production, where mothers who are stressed have a 6,43 times chance of having breast milk production is less than the norm mothers. Multivariate statistical analysis to examine the relationship between stress and breast milk production by controlling the confounding variables with logistic regression methods can not be done because the bivariate test was not obtained on confounding variable value of p <0.25. This shows only the stress had significant associations with milk production and no other variables that with interfere.

(3)

PENDAHULUAN

Bayi merupakan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.

Kesehatan dan gizi pada tahun pertama kehidupan bayi akan menentukan tingkat

kesehatan, intelektual, prestasi dan produktivitas di masa depan. Mendapatkan air

susu ibu (ASI) merupakan permulaan terbaik di awal kehidupan bayi yang

berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak di masa depan. ASI adalah suatu

emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi

oleh kedua belah kelenjar payudara ibu merupakan cairan biologis kompleks yang

bersifat spesifik dan mengandung semua nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan

fisik dan perkembangan anak.1

Kenyataan dilapangan pemberian ASI masih belum sesuai target yang

diharapkan.Laporan menyusui Amerika Serikat menyatakan bayi yang mendapatkan

ASI sampai 6 bulan sebanyak 43.4% serta sampai 12 bulan hanya 22,7% dan

diberikan secara eksklusif hanya 13,6% 2. Secara tradisional di Turki hampir semua

wanita menyusui, namun studi yang dilaksanakan di Istambul hanya 47%

memberikan ASI secara eksklusif 3. Berdasarkan survey Demografi Kesehatan Iran

pada tahun 2000 pemberian ASI eksklusif hanya 44% dan tahun 2004 menurun

menjadi 27% 4.

Data menurut Survey Sosial Ekonomi Indonesia 2004, menunjukkan

pemberian ASI cenderung menurun di Indonesia, dilaporkan bahwa 75% ibu

menyusui ASI bayi mereka paling sedikit 12 bulan dan hanya 12% ibu menyusui ASI

(4)

ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai

bayi berusia empat bulan 6

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2006-2007 Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup

67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan

bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia

7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu

formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan 7

Di Sumatera Barat pemberian ASI masih rendah, terlihat dengan rendahnya

cakupan pemberian ASI eksklusif. Berdasar Profil Kesehatan Propinsi Sumatera

Barat tahun 2007 pemberian ASI eksklusif hanya 61,58% dan pada tahun 2008 terjadi

penurunan yaitu 56,61%8. Demikian juga halnya di kota Bukittinggi pemberian ASI

eksklusif masih rendah dari target yang ditetapkan (80%), didapatkan data tahun 2007

pemberian ASI eksklusif di kota Bukittinggi 56,93%,Tahun 2008 61,84%9,10.

Keberhasilan pemberian ASI berhubungan dengan produksi ASI. Salah satu

faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah : Stres. Ibu yang cemas dan stres

dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena

menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu

yang merasa rileks dan nyaman 11.

Kecamatan Guguak Panjang merupakan salah satu kecamatan dari 3 kecamatan yang

ada di kota Bukittinggi. Tidak didapatkan data tentang pemberian ASI secara rinci

menurut usia bayi, namun pemberian ASI eksklusifnya masih belum mencapai target

(5)

Panjang 64.53%. Pada Tahun 2008 terjadi penurunan yaitut 54,12% 9,10. Tujuan

Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan produksi ASI di

Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi

potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan di Kecamatan Guguk Panjang

Kota Bukitttinggi , di laksanakan pada bulan Mei – Desember 2010.

Pupolasi penelitian adalah ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 6 bulan

di Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi yang berjumlah 257 orang. Hasil

perhitungan didapatkan besar sampel dalam penelitian ini adalah 155 responden.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara multistage random sampling.

Analisa data yang dilakukan adalah Analisis Univariat , Analisa Bivariat dengan

menggunakan uji Chi square, untuk melihat tingkat kemaknaan hubungan dengan

nilai p≤0.05 pada CI 95% serta Analisa Multivariat menggunakan Regresi Logistic

dengan CI 95%. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner

yang berisi pertanyaan tentang produksi ASI dan stress.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Univariat

Stres Ibu

Tidak ditemukan responden yang mengalami stres berat namun didapatkan

sebagian kecil responden mengalami stres sedang (31,61%). Hasil ini lebih rendah

(6)

wanita 6 bulan pospartum di Victoria dan Australia Selatan dimana didapatkan 38,2%

yang mengalami stres12.

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena adanya perbedaan karakteristik

individu. Pada penelitian ini ditemukan 35,48% premipara sementara pada penelitian

yang dilakukan Jane 44,3% premipara, dimana pengalaman primipara akan

memperberat kecemasan/stres dalam postpartum. Hasil penelitian Maes (2004)

menyatakan bahwa premipara menderita kecemasan yang lebih besar dibanding

multipara 13. Sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Grajeda (2002) yang

menyatakan perempuan premipara dua kali lebih tinggi tingkat cortisol (hormon

stres) di banding perempuan multipara14.

Produksi ASI

Didapatkan sebagian kecil responden mempunyai persepsi produksi ASInya

kurang (36,1%). Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian

yang dilakukan Dian (2006) dimana didapatkan produksi ASI kurang 59,38 % dan

penelitian yang dilakukan oleh Darwin (2009) didapatkan produksi ASI yang tidak

lancar 65,79%. Rendahnya hasil penelitian ini karena perbedaan karakteristik sampel

penelitian, dimana sampel pada penelitian yang dilakukan Dian dan Darwin adalah

ibu-ibu yang premipara sedangkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu

premipara maupun multipara yang mempunyai bayi 0 sampai 6 bulan 15,16. Studi

Maes (2004) menunjukkan bahwa premipara menderita kecemasan yang lebih besar

dibanding multipara13. Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Grajeda (2002)

yang menyatakan perempuan premipara dua kali lebih tinggi tingkat cortisol (hormon

(7)

mengganggu pelepasan oksitosin, hormon yang bertanggung jawab untuk hubungan

ibu-bayi dan untuk refleks ejeksi susu. Jika refleks ejeksi ASI terganggu, produksi

ASI akan terganggu17.

Berat Badan Bayi Baru Lahir

Didapatkan sebagian kecil responden mempunyai bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) (3,23%). Angka ini lebih kecil bila dibandingkan dengan angka

BBLR di Propinsi Sumatera Barat tahun 2007 yaitu 8,3% dan demikian juga bila

dibandingkan dengan angka BBLR secara Nasional yaitu 11,5%18.

Pemberian Makanan Tambahan

Didapatkan sebagian besar responden memberikan makanan tambahan pada

bayinya (70,97%). Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan cakupan ASI

eksklusif Kota Bukittinggi tahun 2008 (61,84%) maupun Kecamatan Guguak Panjang

(54,12%)10.

Umur Kehamilan

Didapatkan sebagian kecil responden umur kehamilannnya preterem (3,23%).

Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan

Rudi (2006) di Palembang (9,91%)19.

Jenis Kontrasepsi

Didapatkan sebagian kecil responden menggunakan jenis kontrasepsi tidak

untuk ibu menyusui (12,90%). Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibanding dengan

penelitian yang dilakukan Baharika (2009) didapatkan 21,28% yang menggunakan

(8)

Hasil Bivariat.

Hubungan Stres dengan Produksi ASI

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stres

dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2010,

dengan nilai p < 0,05. Hasil analisa diperoleh nilai OR = 6,43 artinya ibu yang stres

sedang mempunyai peluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang dibandingkan

dengan ibu yang normal.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ueda T (1994),

bahwa frekuensi pelepasan oksitosin secara signifikan lebih rendah pada kelompok

stres dibandingkan kelompok kontrol tanpa stres. Pada saat menyusui terjadi

pelepasan oksitosin, dan stres psikologis mengurangi pelepasan oksitosin17.

Kathleen Richardson (2008) mengemukakan penurunan produksi ASI

berhubungan dengan stress, walaupun seorang ibu berkomitmen untuk menyusui

bayinya, namun saat itu ibu mengalami stres, menyebabkan ibu akan jarang dan tidak

sama sekali menyusui bayinya, sehingga faktor stres dan faktor lain dalam reaksi

terhadap stres dapat menyebabkan produksi ASI kurang21.

Beth Szczepanski (2003) menjelaskan bahwa relaksasi sangat penting untuk

keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang santai akan menyediakan makanan yang

terbaik untuk bayinya. Bila ibu-ibu cemas dalam menyusui, meningkatkan tingkat

stres mereka dan membuat keberhasilan menyusui sangat kecil. Kekhawatiran bahwa

bayi tidak menerima susu yang cukup dapat memperburuk stres dan membuat banyak

(9)

Hubungan Berat Badan Bayi Lahir dengan Produksi ASI.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

berat badan bayi lahir dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota

Bukittinggi Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan

yang dikemukakan Prentice (1984) bahwa berat badan lahir bayi berhubungan dengan

volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi,dan lama

penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. De Carvalho (1982) menemukan

hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari

pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).

Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama

penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI23.

Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Produksi ASI .

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

pemberian makanan tambahan pada bayi dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak

Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Chapman (1999) yang menyatakan

bahwa produksi ASI akan terganggu jika memberikan makananan tambahan dalam

hal ini susu formula pada bayi. Whitehead R.G (1983) juga mengemukakan, faktor

yang mempengaruhi produksi ASI adalah pemberian makanan tambahan secara dini

(10)

frekuensi dan lama penyusuan yang sudah berkurang yang akan mempengaruhi

stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI24.

Hubungan Umur Kehamilan dengan Produksi ASI.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna umur

kehamilan dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi

Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang

dikemukakan bahwa umur kehamilan mempengaruhi pengeluaran ASI. Perbedaan

hasil pada penelitian ini menurut peneliti terjadi karena pada penelitian ini ditemukan

hanya 3,25% kehamilan ibu preterem dengan usia kehamilan berkisar antara 30-33

minggu. Sandra Lang (2000) menyatakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan

30-32 minggu tetap dapat diberikan ASI dengan mengisap langsung pada payudara ibu

serta dapat mengisap dengan kuat walaupun lambat, sehingga tidak mempengaruhi

stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Hal ini

menyebabkan umur kehamilan (aterem dan preterem) pada penelitian ini tidak

berkonstribusi terhadap adanya hubungan stres dengan produksi ASI25.

Hubungan Jenis Kontrasepsi dengan Produksi ASI.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

jenis kontrasepsi dengan produksi ASI di Kecamatan Guguak Panjang Kota

Bukittinggi Tahun 2010 dengan nilai p > 0,05. Hasil penelitian ini berbeda dengan

teori yang dikemukakan Koetsawang (1987) dan Lonerdal (1986), bahwa penggunaan

pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin (kontrasepsi tidak untuk ibu

(11)

hanya mengandung progestin (kontrasepsi ibu menyusui) maka tidak ada dampak

terhadap volume ASI26,27.

Hasil Multivariat

Hasil uji bivariat didapatkan hanya stres sebagai variabel independen yang

nilai p < 0.25 sedangkan untuk variabel pengganggu tidak didapatkan nilai p < 0,25

sehingga uji multivariat tidak dapat dilakukan. Hal ini menunjukkan hanya stres

mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi ASI dan tidak ada variabel

lain yang mengganggu

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ueda T (1994),

bahwa frekuensi pelepasan oksitosin secara signifikan lebih rendah pada kelompok

stres dibandingkan kelompok kontrol tanpa stres. Pada saat menyusui terjadi

pelepasan oksitosin, dan stres psikologis mengurangi pelepasan oksitosin17.

Beth Szczepanski (2003) menjelaskan bahwa relaksasi sangat penting untuk

keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang santai akan menyediakan makanan yang

terbaik untuk bayinya. Bila ibu-ibu cemas dalam menyusui, meningkatkan tingkat

stres mereka dan membuat keberhasilan menyusui sangat kecil. Kekhawatiran bahwa

bayi tidak menerima susu yang cukup dapat memperburuk stres dan membuat banyak

ibu berpaling pada susu formula22.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dari analisis univariat untuk variabel independen di

didapatkan sebagian kecil responden mengalami stres sedang (31,61%) dan tidak

(12)

sedangkan untuk variabel pengganggu didapatkan sebagian kecil responden

mempunyai bayi berat badan lahir rendah (BBLR) (3,23%), sebagian besar responden

memberikan makanan tambahan pada bayinya (70,97%), sebagian kecil responden

umur kehamilannnya preterem (3,23%) dan sebagian kecil responden menggunakan

jenis kontrasepsi tidak untuk ibu menyusui (12,90%) .

Hasil penelitian dari analisis bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara

stres dengan produksi ASI dengan hasil uji didapatkan OR6,43 (95% CI : 3.0-13.5)

yang berarti ibu yang stres berpeluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang,

dibanding ibu yang normal setelah dikontrol dengan variabel pengganggu. Berat

badan bayi lahir, pemberian makanan tambahan, umur kehamilan dan kontrasepsi

tidak ada hubungannya dengan produksi ASI.

Analisa multivariat tidak dapat dilakukan sehubungan dengan hasil uji

bivariat didapatkan hanya stres sebagai variabel independen yang nilai p < 0.25

sedangkan untuk variabel pengganggu tidak didapatkan nilai p < 0,25. Hal ini

menunjukkan hanya stres mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi

ASI dan tidak terdapat variabel pengganggu dalam hubungan stres dengan produksi

ASI.

SARAN

Disarankan pada ibu meningkatkan ketaqwaan serta meningkatkan ketahanan diri ibu

dan mempersiapkan fisik dan mental ibu untuk memberikan ASI yang sudah dimulai

pada masa hamil dengan mengikuti program pembinaan. Bagi suami /keluarga

diperlukan dukungan pada ibu dalam menyusui serta kepedulian untuk menciptakan

(13)

memberikan konseling, perhatian khusus dan dukungan terus-menerus pada ibu

dalam menyusui. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana

laktasi yang baik dan benar, dan selalu bersikap positif terhadap pemberian ASI.

Bagi Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan pelatihan secara rutin pada petugas

kesehatan dalam pelayanan antenatal dan postnatal serta mendukung untuk

terbentuknya kelas ASI dan diperlukan terobosan perubahan kebijakan cuti

melahirkan bagi ibu bekerja (dari 3 bulan menjadi 6 bulan) sesuai kaidah ASI

eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih (1997) ASI: Petunjuk Untuk Tenaga kesehatan, Penerbit EGC

Jakarta.

2. Centers for Disease Control and Prevention National Immunization Survey,

Provisional Data, 2006 births. Breastfeeding Report Card, United States,

Available from : http://www.cdc.gov/breastfeeding [Accessed 10 Juli 2010]

3. Helen L, Della F, 2006, Initial Breastfededing Attitudes And Practices Of Women Born in Turkey, Vietnam and ASustralia Ater Giving Birth In Australia,

International Breastfeding journal, Available from <http://www

internationalbreastfeedingjournal .com> [Accessed 10 Juli 2010]

4. Beheshteh O, Khalil V, Abtin H, 2009, Breastfeeding In Iran : Prevalence,

Duration And Current Recommendations, International Breastfeding journal,

Available from http://www internationalbreastfeedingjournal .com> [Accessed

(14)

5. Dania,(2009), Promosi ASI Eksklusif, Tersedia Dalam

:http://dania-aprilia.blogspot.com, [Diakses 28 April 2010].

6. Unicef, (2006), ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia,

Tersedia Dalam : http://situs.kesrepro.info/kia, [Diakses 28 April 2010].

7. Sentra Laktasi Indonesia, ( 2010) Menyusui, Langka Perlindungan, Tersedia

Dalam :http://sentralaktasiindonesia.wordpress.com, [Diakses 28 April 2010].

8. Dinas Kesehatan Propinsi Sumbar, 2007, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera

Barat.

9. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2007, Profil Kesehatan Kota Bukittinggi.

10. Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2008, Profil Kesehatan Kota Bukittinggi.

11. Referensi Kesehatan (2008), Produksi ASI Dan Faktor Yang Mempengaruhinya,

Tersedia dalam: http:/creasoft.wordpress.com [Diakses 8 Mei 2010].

12. Jane Yelland, Georgina Sutherland, Stephanie J Brown,(2010), Postpartum anxiety, depression and social health: findings from a population-based survey of Australian women, BMC Public Health 10:771, Available from <http://www.biomedcentral.com> [Accessed 22 Februari 2011] .

13. Maes M, Bosmans E, Omhelet W (2004), In the puerperium, primiparae exhibit higher levels of anxiety and serum peptidase activity and greater immune response than multiparae, J Clin Psychiatry; 65:71-76. Available from <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed> [Accessed 20 Februari 2011] .

14. Grajeda R, Pérez-Escamilla R,(2002), Stress during labor and delivery is associated with delayed onset of lactation among urban Guatemalan women,Department of Nutritional Sciences, University of Connecticut, Available from : <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed,> [Accessed 22 Februari 2011] .

(15)

16. Darwin Syamsul,(2009), Hubungan teknik menyusui dengan produksi ASI pada ibu post partum primipara di wilayah kerja puskesmas Sail Pekanbaru, tersedia dalam : http://helvetia.ac.id/library [Diakses 10 Januarai 2011].

17. Ueda T, Yokoyama Y, Irahara M, Aono T.(1994), Influence of psychological stress on suckling-induced pulsatile oxytocin release, Department of Obstetrics and Gynecology, University of Tokushima, School of Medicine, Japan, 259-62, Available from<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed>, [Accessed 8 Mei 2010].

18, Depkes,(2008), Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta

19. Rudi, (2006), Tinjauan Angka Kejadian Dan Faktor Resiko Persalinan Preterem di Rumah Sakit Dr.Muhammad Hoesen, Bagian Obstetri dan Ginekologi ,Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Tersedia dalam : http://digilib.unsri.ac.id [Diakses 7 Januari 2011]

20. Baharika,(2009),Hubungan penggunaan kontrasepsi progestin oleh ibu menyusui dengan kecukupan produksi ASI, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, tersedia dalam :http://www.fk.unair.ac.id [Diakses 10 Januari 2011].

21. Kathleen Richardson ,(2008),The effect of stress on breast milk production, lactation consultant la leche le Available from : <http://www.helium.com> [Accessed 8 Mei 2010].

22. Beth Szczepanski,(2003),The effect of stress on breast milk production, lactation consultant la leche le Available from : <http://www.helium.com> [Accessed 8 Mei 2010].

23. De Carvalho, (1982), dalam Referensi Kesehatan (2008), Produksi ASI Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Tersedia dalam: http:/creasoft.wordpress.com [Diakses 8 Mei 2010].

24. Whitehead.R, (1983), Breastfeeding Capacity, and Lactational Infertility, The United Nations University.

(16)

26. Koestsawang, (1984), Effects of hormonal contraceptives on milk volume and infant growth, WHO Special Programme of Research, Development and Research Training in Human Reproduction Task force on oral contraceptives, Available from :<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed> [Accessed 8 Mei 2010].

27. Lonnerdal, Elisabet Forsum, and Leif Hambraeus,(1980),Effect of oral contraceptives on composition and volume of breast mi1k, The American Journal

Referensi

Dokumen terkait

Tepat w aktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang usang (terlambat) tidak mempunyai niali yang baik, sehingga bila digunakan sebagai dasar

Irene kemudian sekitar pukul 19.00 Wit Terdakwa datang bersama 3 (tiga) orang temannya dan Saksi tidak tahu identitasnya dalam keadaan mabuk selanjutnya Terdakwa

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mendekatkan pipi dan telinga penolong kehidung korban dan mata penolong tertuju pada dada dan perut korban, rasakan hembusan udara yang keluar

a) Jenis dan bentuk serat dapa dibeli di pasaran haruslah sesuai dengan tujuan penangkapan ikan yang digunakan, dimana jenis serta itu seperti; benang PA

memilih tempat penelitian di KSSP Bina Insan Mandiri Karanganyar, sedangkan untuk penelitian sekarang memilih tempat di Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo. Pengaruh

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

Di tengah keterpurukan praktik berhukum di negara Indonesia yang mewujud dalam berbagai realitas ketidakadilan hukum, terutama yang menimpa kelompok

Bagian call center bertugas membuat WO pada bagian terkait sesuai dengan jenis pengaduan yang diterima, variasi ini menuju ke aktivitas menerima WO oleh 3