4. PEMBAHASAN
4.1 Profil PT. Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja
PT. Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja merupakan salah satu cabang perusahaan dari PT. Charoen Pokphand Indonesia berlokasi di Jalan Raya Serang Km. 30, Cangkudu, Balaraja, Tangerang. Produk yang dihasilkan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja terdiri dari pakan untuk unggas (ayam dan bebek), babi, dan sapi perah. Produksi dijalankan selama 24 jam dalam lima hari kerja untuk memenuhi permintaan konsumen. Ada tidaknya kegiatan produksi pada hari Sabtu dan Minggu tergantung pada keputusan production planner dengan mempertimbangkan ketersediaan stock dan customer order.
Proses produksi pakan dimulai dari penuangan bahan baku di lubang intake. Bahan baku yang dituang dapat berupa padatan, butiran kasar, dan butiran halus. Bahan baku selanjutnya disalurkan oleh chain dan elevator menuju ke tempat penyimpanan atau ke proses selanjutnya. Proses selanjutnya yang dapat dituju adalah proses grinding atau proses mixing. Lubang intake dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Lubang Intake
Proses kedua dalam pembuatan pakan adalah proses grinding, yaitu pemecahan atau penghalusan bahan baku padat yang berbutir kasar menjadi berbutir halus. Jenis bahan baku yang melalui proses ini adalah jagung, wheat bran, soy bean meal, rape seed meal, dan lain-lain. Proses grinding didukung oleh dua jenis mesin, yaitu hammermill dan rollermill. Mesin hammermill dibedakan menjadi dua jenis, yaitu vertikal hammer mill (Hammermill Buhler) dan horizontal hammer mill (Hammermill Champion). Perbedaan dari kedua mesin ini terletak pada putaran motor secara vertikal atau horizontal. Mesin hammermill dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Gambar 4.2 Hammermill Buhler
Rollermill merupakan mesin grinding yang dikhususkan untuk memecahkan jagung menjadi ukuran 8 mm. Hasil dari proses grinding akan menjadi input untuk proses mixing. Rollermill dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Rollermill
Proses ketiga dalam pembuatan pakan adalah proses mixing, yaitu pencampuran bahan baku baik berupa butiran atau cairan yang akan disatukan dengan cara diaduk untuk mencapai campuran komposisi yang homogen. Bahan baku yang akan di-mixing direncanakan oleh oleh bagian PPIC dan material preparation. Hasil dari proses mixing digunakan sebagai input untuk proses pelletizing atau proses packing bergantung pada jenis pakan yang diproduksi.
Mesin mixer dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Mesin Mixer
Proses keempat dalam pembuatan pakan adalah proses pelletizing, yaitu
pengolahan bahan pakan berbutir halus menjadi bentuk pellet dengan cara diberi
tekanan atau kompresi. Proses pembentukan pellet dilalukan dengan menyalurkan
input dari proses mixing menuju mesin conditioner untuk diproses steam. Proses
berikutnya adalah menghancurkan pakan tersebut menggunakan roller dan
melewatkannya pada dies sehingga pakan yang keluar berbentuk pellet. Dies
merupakan mesin berbentuk silinder yang memiliki lubang-lubang dengan
diameter 3,5 mm-4 mm. Pakan yang telah berbentuk pellet selanjutnya
dimasukkan dalam cooler untuk didinginkan. Mesin pellet dapat dilihat pada
Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Mesin Pellet
Proses terakhir dalam pembuatan pakan adalah proses packing, yaitu pengemasan pakan yang sudah jadi ke dalam karung. Input proses packing berasal dari hasil mixing atau hasil pelletizing. Input dari hasil mixing adalah pakan berupa tepung, sedangkan dari hasil pelletizing adalah pakan berupa pellet. Proses packing diakhiri dengan menjahit karung dan menyimpannya ke tempat penyimpanan melalui conveyor. Mesin packing dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Mesin Packing
4.2 Mesin Mixer
Mesin mixer adalah mesin yang digunakan untuk mencampur bahan baku baik berupa padatan atau cairan yang akan disatukan dengan cara diaduk untuk mencapai campuran komposisi yang homogen. Input dari mesin mixer berasal mixing bin. Mixing bin merupakan tong/tempat penyimpanan sementara bahan baku dalam bentuk padatan yang telah halus (telah melewati proses grinding) dan siap akan dicampur dalam proses mixing. Jumlah mixing bin di perusahaan ini adalah 103 bin dengan pembagian 58 bin untuk mixer A dan 45 bin untuk mixer B. Masing-masing mixing bin menyimpan satu jenis bahan baku.
Setiap mixer memiliki lima mixing scale. Mixing scale 1 dan 2
merupakan mixing scale yang berguna untuk menimbang bahan baku utama,
mixing scale 3 untuk bahan baku liquid, mixing scale 4 dan 5 untuk bahan baku
tambahan. Mixing scale yang akan dibahas pada penelitian ini hanya mixing scale
1 dan 2 saja. Bahan baku akan turun dari mixing bin dan ditimbang pada mixing
scale. Mixing scale terletak pada salah satu slide dimesin mixer dan akan
dijelaskan lebih lanjut pada paragraf selanjutnya.
Mixing bin dilengkapi dengan slide yang bertugas untuk membuka dan menutup sesuai dengan yang diperintahkan oleh SERA. SERA merupakan software yang telah terintegrasi dari keseluruhan sistem di PT. Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja dan berfungsi sebagai pengendali proses serta manajemen data. Slide pada mixing bin akan terbuka ketika SERA memberikan instruksi untuk menimbang dan bahan baku akan turun dari mixing bin menuju mixing scale. Slide akan menutup kembali ketika bahan baku telah mencukupi.
Seluruh bahan baku akan ditampung pada mixing scale hingga lengkap sesuai dengan kebutuhan yang dituliskan pada SERA.
Mesin mixer juga dilengkapi dengan dua slide. Slide pertama merupakan slide yang dilengkapi dengan timbangan dan berfungsi untuk menimbang bahan baku yang turun dari mixing bin. Slide pertama ini merupakan tempat mixing scale berada. Slide kedua berada di bawah slide pertama dan berfungsi sebagai penahan angin. Proses penumpahan bahan baku dari mixing scale ke dalam mixer menimbulkan angin sebesar 1,68 m/s. Slide penahan angin berfungsi untuk menghalangi angin agar tidak menggerakkan slide pertama, sebab jika timbangan terkena tekanan yang besar maka timbangan menjadi tidak valid dan harus ditera ulang.
Ketika semua bahan baku telah lengkap, maka slide pada masing-masing
mixing scale akan terbuka, baik slide pertama maupun slide kedua dan bahan baku
akan turun dari mixing scale menuju ke dalam mesin mixer. Setiap mixing scale
dilengkapi dengan corong sehingga pada tiap mixer terdapat dua corong yaitu
corong scale 1 dan corong scale 2. Struktur mixing scale dapat dilihat pada
Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Ilustrasi Mesin Mixer
Proses mixing terdiri dari dua tahap, yaitu dry mixing dan wet mixing,
Dry mixing adalah proses pengadukkan bahan baku tanpa adanya penyemprotan
bahan baku yang berupa cairan. Wet mixing adalah proses pengadukkan bahan
baku dengan adanya penyemprotan bahan baku yang berupa cairan. Hasil dari
proses mixing selanjutnya masuk ke dalam hopper mixer. Hopper mixer berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara sebelum masuk ke mesin pellet atau
packing. Hasil mixing masuk ke mesin pellet jika feed yang diproduksi merupakan
berbentuk pellet. Hasil mixing masuk ke mesin packing jika feed yang diproduksi
berbentuk serbuk/tepung.
Gambar 4.10 Mesin Mixer A
Gambar 4.11 Mesin Mixer B
Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 merupakan dua mixer yang dimiliki oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja. Kedua mixer merupakan tipe STOLZ dan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Rotor power : 160 KW Shaft rounds : 33 rpm
Transmission : 2 reducers/gear box
Tare weight : 17000 Kg Volume : 8000 liters Height : 3000 mm
Width : 5000 mm
Length : 3500 mm
Pulley : Ø 450
Belt : Ø 4100
Kapasitas produksi mixer adalah 5 ton/110 detik. Lama waktu tersebut terdiri dari proses dry mixing selama 30 detik dan wet mixing selama 80 detik.
4.3 Define
Penyelesaian permasalahan dilakukan dengan menggunakan metode
DMAIC. Langkah awal dalam melakukan DMAIC adalah menentukan (define)
masalah yang dihadapi perusahaan. Tahap define dilakukan dengan menggunakan
bantuan suatu tools, yaitu SIPOC diagram (Supplier, Input, Process, Ouput,
Customer). SIPOC diagram digunakan untuk memperjelas scope permasalahan
agar menjadi lebih fokus dan terarah. SIPOC diagram dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 SIPOC Diagram Permasalahan
Supplier Input Process Output Customer
Proses pendefinisian masalah diawali dengan mengamati pihak-pihak, proses, dan hal-hal yang terkait dengan mesin mixer. Mesin mixer akan memulai proses produksi jika mendapat perintah dari petugas material preparation.
Petugas material preparation merupakan orang yang mengatur dan menyediakan kebutuhan bahan baku yang akan diproses dalam mesin mixer sehingga ditetapkan sebagai supplier pada permasalahan ini.
Petugas material preparation akan memerintahkan sistem SERA untuk menumpahkan bahan baku yang diperlukan ke dalam mesin mixer. Bahan baku yang akan di-mixing dapat berupa jagung, bungkil kacang kedelai (BKK), dedek, dan lain sebagainya, tergantung pada jenis feed yang akan diproduksi. Mesin mixer akan memulai proses mixing jika mendapat input berupa bahan baku.
Proses mixing dimulai ketika terjadi penumpahan bahan baku dari mixing bin ke mixing scale. Banyaknya bahan baku yang tumpah dari mixing bin ke mixing scale diatur oleh petugas material preparation dan dituliskan dalam Petugas
“Material Preparation”
Bahan Baku
Penimbangan pada mixing
scale
Penumpahan dari mixing
scale
Dry Mixing Penumpahan
dari mixing bin
Wet Mixing
Campuran Bahan
Baku
Mesin Packing
Hopper mixer
Mesin
Pellet
SERA. Process selanjutnya adalah penimbangan bahan baku pada mixing scale.
Mixing bin akan berhenti menurunkan bahan baku jika jumlah bahan baku telah sesuai dengan yang tertulis pada SERA. Process yang sama terjadi untuk setiap jenis bahan baku, jika seluruh bahan baku telah lengkap maka seluruh bahan baku tersebut akan ditumpahkan dari mixing scale ke dalam mesin mixer. Bahan baku tersebut akan melalui dua process, yaitu dry mix dan wet mix. Selama proses mixing, slide penahan angin akan menutup sehingga tidak ada angin yang keluar menuju timbangan. Hal ini bertujuan agar tidak merubah kalibrasi timbangan yang telah diatur sebelumnya.
Output yang dihasilkan dari process yang ada, yaitu campuran bahan baku. Campuran bahan baku ini selanjutnya akan disalurkan ke dalam hopper mixer. Hopper mixer akan menyalurkannya menuju mesin pellet atau mesin packing, bergantung pada jenis feed yang diproduksi. Hopper mixer, mesin pellet, dan mesin packing berperan sebagai elemen customer dalam diagram karena menerima output dari process.
Bahan baku akan jatuh ke dalam corong mixer jika terjadi proses mixing.
Jadi, permasalahan yang terjadi di perusahaan terletak pada bagian process yang ada pada SIPOC diagram. Perusahaan melalukan proses mixing selama 24 jam sehari sehingga jumlah bahan baku yang jatuh sangat banyak. Bahan baku yang jatuh ini merupakan bahan baku yang baik dan seharusnya ikut dalam proses mixing. Bahan baku yang jatuh menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena bahan baku ini dianggap sebagai feed buruk sehingga dijadikan bin. Bin memiliki harga jual yang sangat murah dibandingkan dengan feed baik. Jadi, permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah banyaknya bahan baku yang jatuh ke dalam corong mixer dan menjadi bin.
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan selama Bulan Maret 2015, rata-rata jumlah bin yang dihasilkan mesin mixer/hari mencapai 257,791 kg.
Bin terbanyak/hari yang pernah dihasilkan selama Bulan Maret mencapai 301,95
kg. Bin yang dihasilkan mesin mixer setiap harinya selama satu bulan dapat dilihat
pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Jumlah Bin Mixer/Hari Bulan Maret 2015
4.4 Measure
Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah banyaknya bahan baku yang jatuh ke dalam corong mixer dan menjadi bin. Permasalahan ini tentunya menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena bin memiliki harga jual yang sangat murah. Tahap measure merupakan tahap kedua yang bertujuan untuk mengetahui banyaknya kerugian yang dialami perusahaan akibat bin. Banyaknya kerugian yang dialami perusahaan dapat dihitung dengan mengetahui banyaknya bin yang dihasilkan oleh mesin mixer setiap harinya.
Tahap measure diawali dengan proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data dilakukan secara full day dengan meminta bantuan petugas kebersihan. Petugas kebersihan merupakan pegawai yang di ambil alih oleh PT.
Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja untuk mengumpulkan karung yang berisi bin. Petugas kebersihan untuk setiap shift berbeda-beda bergantung pada jadwal kerja mereka.
Data yang dikumpulkan merupakan data hasil timbangan karung yang
berisi bin. Petugas shift 1 menimbang karung setiap pukul 14.00 WIB, shift 2
setiap pukul 22.00 WIB, dan shift 3 setiap pukul 06.00 WIB. Setiap selesai
menimbang, petugas kebersihan selalu mengganti karung yang berisi bin tersebut
dengan karung kosong. Karung yang berisi bin selanjutnya disimpan di dalam tempat penyimpanan bin.
Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 6 Maret 2015. Form pengumpulan data dapat dilihat pada Lampiran 1. Form pengumpulan data berisi tanggal, nama petugas yang bertugas pada masing-masing shift, jumlah bin dari masing-masing scale mixer, dan total bin dari masing-masing mixer.
Hasil pengumpulan data dari tanggal 6 Maret hingga 31 Maret 2015 telah direkap dan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data hasil pengumpulan data awal dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4.2 Hasil Pengumpulan Data Rata-Rata Bin Mixer A/Hari 215,08 kg Rata-Rata Bin Mixer B/Hari 49,6 kg Total Bin Mixer/Hari 264,68 kg
Rata-rata bin dari mixer A/hari adalah 215,08 kg dan mixer B/hari adalah 49,6 kg.
Bin yang dihasilkan mixer A mencapai 81,26% dari total bin keseluruhan.
Gambar 4.13 Rata-Rata Bin/Hari
Gambar 4.14 Sumber Bin Mixer A
Sumber bin terbanyak dari mixer A ditemukan dari corong scale 2, yaitu 165,957 kg/hari atau sekitar 77% dari total bin mixer A. Bin dari corong scale 1 mencapai 49,1226 kg/hari atau sekitar 23% dari total bin mixer A. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.15 Sumber Bin Mixer B
Sumber bin terbanyak dari mixer B ditemukan dari corong scale 2, yaitu
26,825 kg/hari atau sekitar 54% dari total bin mixer B. Bin dari corong scale 1
mencapai 22,775 kg/hari atau sekitar 46% dari total bin mixer B. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 4.15.
Bin yang dihasilkan berdampak pada kerugian yang dialami oleh perusahaan. Harga feed baik adalah Rp. 6.800,-/Kg, sedangkan harga bin (feed buruk) adalah Rp. 1.000,-/Kg sehingga kerugian perusahaan akibat bin adalah Rp 5.800,-/Kg. Rata-rata bin yang dihasilkan mesin mixer/hari berdasarkan Tabel 4.2 adalah 264,68 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian yang dialami PT.
Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Balaraja akibat dari jatuhnya bahan baku ke dalam corong mixer adalah:
Tabel 4.3 Kerugian Perusahaan Akibat Permasalahan Bahan Baku yang
terbuang/bin (Kg)
Kerugian Perusahaan
Hari 264,68 Rp. 1.535.144,-
Bulan 7940,4 Rp. 46.054.320,- Tahun 95284,8 Rp. 552.651.840,-
4.5 Analyze
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisa penyebab jatuhnya bahan baku ke dalam corong mixer. Akar penyebab permasalahan diuraikan dalam sebuah diagram dan dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Permasalahan utama digambarkan dalam kotak berwarna merah, sedangkan akar
penyebab permasalahan digambarkan dalam kotak berwarna hijau.
Bahan baku jatuh ke dalam corong mixer dan
menjadi bin
Adanya angin dari dalam mesin mixer
Bahan baku ringan sehingga berterbangan
ketika tertiup angin Adanya celah sebagai jalan
keluarnya bahan baku dari dalam mesin mixer ke
corong
Adukan pedal dari dalam mesin mixer menghasilkan angin
Proses penjatuhan bahan baku dari mixing scale ke dalam mixer menghasilkan angin
Ukuran bahan baku sangat kecil
Celah di desain sebagai jalan keluar masuknya handle yang
berada di belakang plat penampang bawah Celah didesain untuk menghindari pergesekkan slide dan plat penampang atas/bawah
slide
Posisi handle berada dibelakang plat penampang bawah sehingga
keluar/masuk terhalang plat penampang bawah Slide dan plat penampang atas/
bawah terbuat dari besi
Permasalahan Utama Akar Permasalahan