TEMBUNG TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
IMELANI BATUBARA NIM :141000034
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
TEMBUNG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
IMELANI BATUBARA NIM :141000034
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor yang Memengaruhi Rujukan Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018’ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2018
Imelani Batubara
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes Anggota : 1. dr. Fauzi, SKM
2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH
tahun 2015 (46,66%), tahun 2016 (43,22%) dan tahun 2017 (47,18%). Puskesmas idealnya tidak lebih dari 15% sesuai standar yang telah ditetapkan BPJS, hal ini bertolak belakang dengan program JKN yang seharusnya mampu memaksimalkan fungsi puskesmas. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanotory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan. Populasi penelitian ini adalah rujukan pada bulan oktober-desember tahun 2017 dengan sampel 85 responden. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan (p=0,028), sikap petugas (p=0,239), informasi tentang rujukan (p=0,246) artinya p value-nya < 0,25 sehingga variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. ketersediaan sarana dan prasarana (p= 0,531>0,25), sehingga variabel faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak dilanjutkan analisis multivariat, tetapi tetap analisis karena secara substansi merupakan variabel yang sangat penting. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen merupakan ketersediaan sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada puskesmas dan pegawai mengupayakan dan meningkatkan pelayanan kompetensinya agar pelayanan sesuai dengan standart dan mekanisme yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Rujukan, Puskesmas, JKN
2016 (43,22%) and in 2017 (47,18%). The ideal of puskesmas not more than 15%
based on the standards which is set by BPJS. This kind of thing opposites with JKN program that should be able to maximizing the function of puskesmas. This kind of research is a research which is used explanotary research research or explanotary research aims to explains the factors which is influencing to the referral. This research population is a referral in oktober-desember in 2017 with 85 samples of respondets. Data were collected by direct interview using questionaire. The result shows the knowladge variable (p=0,028), officer attitude (p=0,239), referral information (p=0,246) which is means the P value < 0,25 so that the variables can be continued to the multivariate analysis of the availability of facilities and infrastuctures (p=0,53 > 0,25). The availability of facilities and infrastuctures is not continued by the multivariate analysis, but it remains an analysis because substantially a very importat variable. The analysis showes that the most influental variable is the availability of facilities and infrastuctures.
Based on the result of research, it is expected that puskesmas and employees will seek an improve their competency services so that services are in accordance with the standards and mechanisms that have been set.
Keywords : Referral, Puskesmas, JKN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rujukan Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung tahun 2018”.
Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. Zufendri, M.Kes., selaku ketua Dapertemen Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Juanita S.E., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. dr. Fauzi, SKM., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Putri Citra Cinta Asura Nasution, SKM., MPH., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta saran- saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menjalani pendidikan.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan Seluruh staf yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepala Puskesmas Mandala dan seluruh staf puskesmas yang telah banyak membantu penulis.
10. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Zulkarnaen Batubara dan Ibu Elfidayani Lubis, serta adik saya Taudik Hanafi Batubara yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2018
Imelani Batubara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ISTILAH xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 8
TINJAUAN PUSTAKA 9
Puskesmas 9
Pengertian Puskesmas 9
Fungsi Pusekesmas 9
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 10
Pengertian BPJS Kesehatan 10
Kepersetaan BPJS Kesehatan 11
Sistem Rujukan 12
Manfaat Rujukan 12
Syarat-Syarat Pemberiaan Rujukan 13
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang 14 Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksananaan Rujukan 16
Pengetahuan 16
Sikap 18
Ketersediaan Sarana dan Prasarana 20
Informasi 20
Landasan Teori 20
Kerangka Konsep 21
Hipotesis Penelitian 22
METODE PENELTIAN 23
Jenis Penelitian 23
Lokasi dan Waktu Penelitian 23
Lokasi Penelitian 23
Waktu Penelitian 23
Populasi dan Sampel 23
Populasi 23
Sampel 23
Variabel dan Defenisi Operasional 24
Variabel Bebas (Independen) 24
Variabel Terikat (Dependen) 24
Metode Pengumpulan Data 24
Metode Pengumpulan Data 25
Wawancara 25
Kuesioner 25
Observasi 26
Metode Pengukuran Data 26
Aspek Pengukuran Variabel Independen 26
Aspek Pengukuran Variabel Dependen 26
Metode Analisis Data 27
Analisis Univariat 27
Analisis Bivariat 27
Analisis Multivariat 27
HASIL PENELITIAN 28
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 28
Letak Geografis 28
Demografi 28
Sarana Kesehatan 29
Tenaga Kesehatan 29
Analisis Univariat 30
Deskripsi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Pekerjaan, Pengetahuan, Informasi Tentang Rujukan, Sikap Petugas, KetersediaanSarana dan Prasarana Serta Rujukan di Wilayah
KerjaPuskesmas Mandala 30
Distribusi Faktor Dependent Terhadap Faktor Independent 32
Umur 32
Pekerjaan 32
Pengetahuan 33
Sikap Petugas 34
Ketersediaan Sarana dan Prasarana 34
Informasi Tentang Rujukan 35
Analisis Bivariat 35
Analisis Multivariat 37
PEMBAHASAN 39
Rujukan 39
Pengaruh Variabel Pengetahuan Terhadap Rujukan di Wilayah
KerjaPuskesmas Mandala 41
Pengaruh Variabel Sikap Petugas Rujukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Mandala 42
Pengaruh Variabel Informasi Tentang Rujukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Mandala 46
Pengaruh variabel Ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap
Rujukan di Wilayah Puskesmas Mandala 48
KESIMPULAN DAN SARAN 50
Kesimpulan 50
Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Aspek Pengukuran Variabel Independen 26
2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Mandala 28
3 Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 29
4 Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 29
5 DistribusiResponden Berdasarkan Kategori Umur, Pekerjaan,
Pengetahuan, Informasi Tentang Rujukan, Sikap Petugas, Ketersediaan Sarana dan Prasarana serta Rujukan Sesuai dan Tidak di Wilayah Kerja
Puskesmas Mandala 31
6 Distribusi Umur Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 32
7 Distribusi Pekerjaan Terhadap rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 33
8 Distribusi Pengetahuan Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 33
9 Distribusi Sikap Petugas Terhadap Rjukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandala 34
10 Distribusi Ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap Rujukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Mandala 35
11 Distribusi Informasi Tentang Rujukan Terhadap Rujukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Mandala 35
12 Hasil Analisis Bivariat 37
13 Hasil Pemodelan Multivariat 37
14 Hasil Pemodelan Multivariat (Tanpa Faktor Sikap Petugas) 37
15 Hasil Pemodelan Multivariat 38
16 Hasil Pemodelan Multivariat 38
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Sistem Rujukan Berjenjang 16
2 Kerangka Konsep Penelitian 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner 54
2 Hasil Observasi Obat-Obatan 60
3 Output SPSS 66
4 Master Data 79
5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas 91 6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan 92 7 Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Mandala 93
8 Dokumentasi 94
DAFTAR ISTILAH
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
JKN Jaminan Kesehatan Nasional KBK Kapitasi Berbasis Komitmen KNS Kasus Non-Spesialistik
Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
KK Kartu Keluarga
OR Odd Ratio
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
RRNS Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik UPT Unit Pelaksana tenis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Imelani Batubara dilahirkan pada tanggal 30 Mei 1996 di Medan. Beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Zulkarnaen Batubara dan Ibu Elpidayani Lubis. Alamat penulis jln. AR.Hakim gg.langgar No:9.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri 060800 Medan pada tahun (2002-2008), pendidikan menegah pertama di SMP Negeri 4 Medan pada tahun (2008-2011), pendidikan menengah atas di SMA Swasta Eria Medan pada tahun (2011-2014). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada tahun (2014-2018).
Medan, September 2018
Imelani Batubara
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak, salah satu jenis program jaminan sosial adalah Jaminan Kesehatan. Jaminan Kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan (UU No. 40 Tahun 2004).
Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Rujukan diberikan kepada pasien BPJS jika puskesmas tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, pelayanan dan ketenagaan, serta diagnosis pasien di luar 155 diagnosis yang harus dilayani di puskesmas (BPJS Kesehatan, 2014).
Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat
dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama (Permenkes No. 001 Tahun 2012).
Sistem rujukan bertujuan agar berjalan secara efektif sekaligus efisien yaitu berarti berkurangnya waktu tunggu dalam proses merujuk dan berkurangnya rujukan yang tidak perlu karena sebenarnya dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Era JKN-KIS kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh FKTP sangatlah penting, mengingat FKTP merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan, sekaligus sebagai gatekeeper pelayanan kesehatan. Bila kualitas FKTP tidak ditingkatkan, angka rujukan akan terus meningkat, sehingga bisa terjadi penumpukan pasien di rumah sakit. Jumlah peserta JKN-KIS semakin bertambah sehingga FKTP sebagai lini pertama
pelayanan kesehatan harus diperkuat dan terus berkomitmen supaya dapat terus memberikan pelayanan yang optimal (BPJS Kesehatan, 2014).
Angka rujukan di Indonesia tahun 2016 sebesar 15,1 juta, dari total kunjungan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama sekitar 120,9 juta kunjungan.
Berdasarkan situs resmi BPJS menyebutkan jumlah peserta JKN di Indonesia sampai pada tanggal 1 Maret 2018 sudah mencapai 193.535.881 jiwa mencapai 75,1 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Provinsi Sumatera Utara berada pada posisi ke 20 (dua puluh) dengan jumlah kepersetaan JKN terbanyak dengan presentase penduduk yang telah menjadi peserta JKN sampai dengan 31
Desember 2016 sekitar 62,36% dengan jumlah peserta 8.794.709 jiwa.
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2016, Kota Medan terdiri atas 21 (dua puluh satu) kecamatan dan memiliki puskesmas sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) unit. Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 kecamatan yang terdapat di Kota Medan, Kecamatan Medan Tembung memiliki 2 (dua) FKTP Pemerintah/Puskesmas yaitu Puskesmas Sering dan Puskesmas Mandala.
Berdasarkan laporan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2016, Puskesmas Mandala merupakan peringkat rasio rujukan tertinggi nomor dua (48,42%) setelah Puskesmas Sunggal dengan rasio rujukan yaitu (61,66%). Kondisi ini menunjukkan bahwa rujukan rawat jalan tingkat pertama di Puskesmas Mandala masih cukup tinggi dikarenakan melebihi 15%, di puskesmas idealnya tidak dari 15% total kunjungan pasien BPJS setiap bulannya, sesuai standart yang ditetapkan BPJS Kesehatan. Puskesmas Mandala telah menerapkan sistem KBK (kapitasi berbasis komitmen) mulai tahun 2017, tetapi dengan
diterapkannya KBK Puskesmas Mandala belum dapat mengurangi angka rujukan.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada bulan Maret tahun 2018 di Puskesmas Mandala, diperoleh data jumlah kunjungan dan jumlah rujukan pasien peserta JKN tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 jumlah rasio rujukan yaitu 46,66%. Pada tahun 2016 jumlah rasio rujukan yaitu 43,22%. Pada tahun 2017 rasio rujukan yaitu 47,18%. Dilihat dari data tersebut terjadi peningkatan rasio rujukan pasien peserta JKN dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Jaminan
Kesehatan Nasional dalam era BPJS memiliki kewenangan melakukan pelayanan
kesehatan primer mencakup 155 penyakit tetapi pada nyatanya Puskesmas Mandala hanya mampu menangani 144 penyakit.
Pada bulan Oktober-Desember tahun 2017 terdapat rujukan Spesialistik yang berjumlah 457 dan Kasus Non Spesialistik (KNS) yang berjumlah 134 (22%) dari total rujukan 591. Hal ini mengindikasikan bahwa Puskesmas Mandala belum menjalankan fungsinya sebagai geetkeeper dengan baik dalam memenuhi fungsi pokok pelayanan primer karena angka rujukan terutama untuk pelayanan Non-Spesialistik masih tinggi. Terdapat beberapa penyakit tertinggi yang sering di rujuk seperti : Diabetes Melitus tanpa komplikasi, Hypertensi, Astma, dan
Lypoma. Jenis penyakit ini merupakan penyakit yang wajib ditangani di
pelayanan tingkat pertama sesuai dengan panduan pelayanan medis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer.
Berdasarkan wawancara dan hasil survei yang dilakukan pada bulan Maret 2018 di Puskesmas Mandala, adapun penyebab pasien dirujuk ke FKTL (fasilitas kesehatan tingkat lanjut) diantaranya yaitu minimnya fasilitas sarana dan
prasarana. Kurangnya informasi dan pengetahuan pasien, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui prosedur rujukan di Puskesmas Mandala, sehingga sering terjadinya kasus pasien yang memaksa dan marah-marah meminta untuk dirujuk, sehingga petugas memberikan rujukan dikarenakan pasien yang memaksa. Serta ada juga beberapa pasien yang merasa sudah berulang kali
berobat tapi tak kunjung sembuh sehingga pasien meminta dirujuk ke rumah sakit, serta masih kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter di FKTP. Masih terdapat pasien yang masih meminta rujukan langsung tanpa mau diperiksa
terlebih dahulu. Masih terdapat pasien yang merasa petugas tidak ramah dan emosional sehingga pasien malas untuk berobat ke puskesmas dan lebih memilih meminta rujukan. Beberapa pasien juga dirujuk karena meminta rujukan ulang agar kembali ke rumah sakit dengan membawa surat rujukan sebelumnya untuk langsung diperpanjang.
Menurut penelitian (Khoirunnisa, 2016), pelaksanaan rujukan berjenjang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan sesuai prosedur. Masyarakat belum mengerti prosedur pelayanan sistem rujukan berjenjang yang sebenarnya sehingga banyaknya pasien yang meminta rujukan atas permintaan sendiri dan diberikan oleh dokter dengan indikasi medis yang tidak sesuai hanya karena ada keterkaitan relasi.
Penelitian lainnya (Ali dkk, 2014) menjelaskan bahwa faktor lainnya yaitu pemahaman petugas tentang kebijakan rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Ternate tahun 2014 masih tergolong kurang baik. Ketersediaan obat-obatan dan bahan habis pakai yang digunakan dokter dalam memberikan terapi kepada pasien peserta di fasilitas pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Ternate dalam kategori cukup baik namun masih ada kendala keterlambatan serta sering terjadi kekosongan stok obat. Ketersediaan fasilitas dan alat kesehatan medis masih minim dibandingkan menurat Pedoman Sistem
Rujukan Nasional. Pemahaman petugas tentang fungsi puskesmas sebagai pintu masuk/penapis rujukan (gatekeeper) menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan di
fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama di Kota Ternate cukup baik meskipun dalam prakteknya sering tidak mengikuti aturan yang ditetapkan.
Menurut (Purwati dkk, 2017) penyebab terjadinya masalah rujukan yang tidak sesuai antara lain keinginan pasien, kurangnya obat-obatan dan bahan abis pakai di puskesmas, kurangnya atau tidak adanya peralatan medis di puskesmas, kurangnya tenaga SDM, khususnya tenaga dokter, persetujuan BPJS yang
meloloskan rujukan yang tidak sesuai, rumah sakit yang meloloskan rujukan atau tidak adanya rujukan balik dari rumah sakit ke puskesmas, tidak adanya
penyeleksian alasan penyakit tersebut dirujuk.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rujukan Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di
Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung 2018”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana terhadap tingkat rujukan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala?
2. Bagaimana pengaruh sikap petugas kesehatan kepada masyarakat terhadap tingkat rujukan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala?
3. Bagaimana pengaruh pengetahuan masyarakat terhadap tingkat rujukan pelayanan keseahatan di Puskesmas Mandala?
4. Bagaimana pengaruh informasi yang didapatkan masyarakat terhadap rujukan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana terkait dengan pemberian rujukan di Puskesmas Mandala.
2. Untuk mengetahui pengaruh sikap petugas kesehatan kepada masyarakat terkait dengan pemberian rujukan di Puskesmas Mandala.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat terkait dengan pemberian rujukan di Puskesmas Mandala.
4. Untuk mengetahui pengaruh informasi yang didapatkan masyarakat terhadap rujukan pelayanan kesehatan di Puskesmas Mandala.
Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat penelitian bagi Puskesmas Mandala adalah sebagai wawasan untuk pengambilan keputusan bagi pelaksanaan rujukan ke Rumah Sakit sesuai dengan sistem jenjang rujukan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemerintah terutama dinas kesehatan dan puskesmas mengenai kebijakan yang berkaitan dengan sistem rujukan berjenjang.
3. Manfaat penelitian ini bagi peneliti dapat memberikan pengalaman praktis kepada peneliti tentang bagaimana tahapan-tahapan proses penelitian dan
meningkatkan pemahaman peneliti tentang pelaksanaan rujukan di puskesmas.
4. Manfaat bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti ilmu kesehatan masyarakat terutama tentang pelaksanaan rujukan dipuskesmas.
Tinjauan Pustaka
Puskesmas
Pengertian puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang meyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
Fungsi puskesmas. Puskesmas sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu terwujudnya kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat. Fungsi puskesmas dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya melalui, sebagai berikut:
a. Upaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
b. Keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
3. Pusat pelayanan kesehatan pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, melalui pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Herlambang, 2016).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Pengertian badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kesehatan.
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota- anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak. Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk
perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi badan hukum, 4 (empat) badan usaha milik negara yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini (Buku Saku FAQ, BPJS Kesehatan, 2013).
Kepesertaan BPJS kesehatan. Peserta BPJS kesehatan adalah setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di indonesia, yang telah membayar iuran meliputi:
1. Penerima Bantuan Iuran Jminan Kesehatan (BPJS), fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta ketentuan peraturan perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari:
Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, seperti pegawai negeri sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai yang tidak termasuk (pegawai negeri sipil, anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri) yang menerima upah termasuk WNA yang bekerja di indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, seperti: pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, pekerja yang tidak termasuk (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) yang bukan penerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, seperti: investor, pemberi kerja dan penerima pensiun (Buku Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan, 2013).
Sistem Rujukan
Sistem Rujukan Menurut Permenkes RI No. 001 Tahun 2012, sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
Manfaat rujukan. Beberapa manfaat diperoleh jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut:
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan. Jika ditinjau dari sudut pemerintahan sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain:
a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
b. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
c. Memudahkan perkerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang akan diperoleh antara lain yairu memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kinerja, ketekunan dan dedikasi, membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yaknin melalui kerjasama yang terjalin, dan memudahkan dan atau meringakan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu (Azwar, 2010).
Syarat-syarat pemberian rujukan. Rujukan diberikan dengan syarat (Permenkes RI No. 001 Tahun 2012) :
1. Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarganya.
2. Persetujuan diberikan setelah pasien / keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
3. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a. Diagnosis dan terapi/ tindakan medis yang diperlukan b. Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
c. Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan d. Transportasi rujukan
e. Risiko atau penyukit tyang dapat timbul selama dalam perjalanan.
Selain itu, ada beberapa hal yang perujuk sebelum melakukan rujukan harus perhatikan yaitu melakukan pertolongan pertama atau tindakan stabilitasi kondisi pasien sesuai dengan indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan, melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan
dapat menerima pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat dan membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.
Penerima rujukan berkewajiban:
1. Memberikan informasi mengenai keadaan sarana dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan
2. Memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.
Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan
kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan. Penerima rujukan wajib memberikan informasi kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan pasien setelah selesai memberikan pelayanan.
Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan yaitu:
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua, pelayanan kesehatan tingkat kedua diatas sekunder hanya dapat diberikan atas rujukan dari fasker primer dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakan diagnosis dan rencana
terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
Terjadi keadaan gawat darurat, kondisi kegawatan darurat mengikuti ketentuan yang berlaku. Bencana, kriteria bencana ditetapkam oleh
pemerintah pusat dan atau pemerintahan daerah. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien, untuk kasus yang sudah ditegakan renacana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan,
Pertimbangan geografis; dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat: dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi diluar kompotensi dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial: rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menenggakan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di faskes tersebut. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk (BPJS Kesehatan, 2014).
Gambar 1. Sistem rujukan berjenjang (buku panduan praktis sistem rujukan berjenjang badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan, 2014).
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Rujukan di Puskesmas Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan (Notoadmojo, 2003):
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan paling rendah, kata kerja untuk menukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kekmampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu
kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Sikap. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. (Notoatmodjo, 2003).
Bagian lain Allport (dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Wawan dan Dewi, 2010):
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan Lembaga agama
Konsep moral dan pengajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Ketersediaan sarana dan prasarana. Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti tersedianya alat untuk menangani penyakit yang diderita, terpenuhinya kebutuhan obat di masyarakat (acceptable)serta berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 71 tahun 2013 pasal 23 bahwa “Peserta berhak mendapat pelayanan obat, Alat kesehatan dan bahan medis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis, dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat jalan dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjut”.
Informasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan Perorangan, rujukan diberikan dengan syarat salah satunya yaitu menginformasikan mengenai keadaan sarana dan prasarana serta kompetensi serta alur rujukan dan memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.
Landasan Teori
Menurut pendapat Lawrence Green (1980) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2012) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya, obat-obatan, alat kesehatan dan sebagainya.
3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, sikap dan perilaku masyarakat, termasuk juga informasi yang didapat yang berkaitan dengan kesehatan.
Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Depe Variabel Independen
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian
Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri dari variabel independen yaitu ketersediaan sarana dan prasarana, sikap petugas (perawat dan dokter),
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sikap Petugas dan Dokter
Pengetahuan Masyarakat Informasi tentang rujukan
Rujukan -Sesuai -Tidak Sesuai
pengetahuan masyarakat, informasi tentang rujukan dan variabel dependen yaitu rujukan sesuai dan rujukan tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka konsep, maka didapati hipotesis penelitian ini ada pengaruh ketersediaan sarana dan prasarana, pengaruh sikap petugas (perawat dan dokter), faktor pengetahuan masyarakat, serta faktor informasi tentang rujukan terhadap besarnya angka rujukan pasien peserta BPJS di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung 2018.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018 (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Mandala, terletak di Kecamatan Medan Tembung, yang terdiri atas 4 (empat) kelurahan.
Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya rujukan pasien peserta BPJS serta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di lokasi ini.
Waktu penelitian. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai selesai. Waktu yang digunakan adalah untuk mengambil data, pengolahan data dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Peserta BPJS Kesehatan yang melakukan rujukan pada bulan Oktober-Desember tahun 2017 di Puskesmas Mandala yang berjumlah 591 rujukan.
Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah jumlah peserta BPJS Kesehatan yang melakukan rujukan pada bulan Oktober-Desember tahun 2017 di Puskesmas Mandala. Pada penelitian ini, metode pemilihan sampel menggunakan teknik
Simple Random Sampling dengan besar sampling diukur dengan rumus slovin (Sumantri, 2011) yang di formulasikan sebagai berikut :
n = Keterangan:
N = Besar populasi = 591 n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka, hasil dari penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
Besar populasi peserta BPJS di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung adalah sebanyak 591.
n =
n =
n = 85
Berdasarkan rumus di atas, besar sampel pada penelitian ini adalah sebesar 85 sampel.
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel bebas (independen). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:
1. Ketersediaan sarana dan prasarana adalah terpenuhnya segala fasilitas serta obat responden terhadap penyakitnya.
2. Sikap petugas adalah penilain Peserta BPJS terhadap tanggapan atau respon yang ditunjukkan oleh petugas dan dokter selama peserta BPJS berada di fasilitas kesehatan.
3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang BPJS dan pengunaannya di puskesmas.
4. Informasi tentang rujukan adalah asal atau sumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden tentang rujukan baik melalui tenaga kesehatan, keluarga, teman, tetangga dan perangkat desa lainnya.
Variabel terikat (dependen). Rujukan Sesuai adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang tidak dapat ditangani puskesmas, dan boleh melakukan rujukan dari satu unit ke unit yang lengkap/Rumah sakit atau dari bagian lain dalam satu unit.
Rujukan tidak sesuai yaitu suatu masalah kesehatan yang indikasi medisnya merupakan tanggung jawab puskesmas (masih terdapat dalam 144 penyakit yang wajib ditangani puskesmas) tetapi pasien tetap dirujuk.
Metode Pengumpulan Data
Wawancara. Wawancara merupakan sebuah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan utnuk menemukan masalah yang ingin ditelitidan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung (Sugiyono, 2012).
Kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pernyataan tertulis ataupun pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Teknik pengumpulan data ini cukup efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang diharapkan responden. Kuesioner juga digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2012)
Observasi. Observasi merupakan satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap kelengkapan data- data yang berhubungan dengan penelitian. (Sugiyono, 2012)
Metode Pengukuran Data
Metode pengukuran variabel independen. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi ketersediaan sarana dan prasarana, sikap petugas (perawat dan dokter), pengetahuan masyarakat, informasi tentang rujukan.
Tabel 1
Aspek Pengukuran Variabel Independen
Variabel Jlh Kategori Jawaban Kriteria Skor Skala ukur Pengetahuan 12 1 Tahu
2 Tidak Tahu
1 Baik 2 Buruk
6-12
0-5 Ordinal
Sikap
Petugas 9
1 Sangat Setuju 2 Setuju
3 Ragu-Ragu 4 Tidak Setuju
5 Sangat Tidak Setuju
1 Setuju
2 Ragu-Ragu 3 Tidak
Setuju
36-45 19-35 0-18
Ordinal
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
7 1. 1Tersedia 2 Tidak Tersedia
1 Baik
2 Buruk 5-7
0-4 Ordinal Informasi
tentang Rujukan
9 1 Pernah
2 Tidak Pernah 1 Baik 2 Buruk
5-9
0-4 Ordinal
Metode pengukuran variabel dependen. Rujukan diukur menggunakan beberapa pertanyaan kepada pasien yang melakukan rujukan. Pertanyaan tersebut dinyatakan berdasarkan observasi atau pengamatan pada pasien rujukan. Indikator
1. Sesuai : apabila penyakit yang memang pantas dirujuk (termasuk diluar 144 penyakit yang sudah ditentukan).
2. Tidak sesuai : apabila penyakit yang dirujuk merupakan penyakit yang wajib ditangani puskesmas (144 penyakit).
Metode Analisa Data
Analisis univariat. Untuk menjelaskan variabel independen yaitu sarana dan prasarana, sikap petugas, pengetahuan, serta informasi tentang rujukan pasien peserta BPJS terhadap angka rujukan yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.
Analisis bivariat. Model analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik sederhana.
Analisis multivariat. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan beberapa variabel independen.
Letak geografis. Puskesmas Mandala merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kota Medan, berdiri sejak tahun 1982 yang terletak di Jalan Kenangan Baru Kecamatan Medan Tembung. luas wilayah Puskesmas Mandala mencakup 394 Ha. Secara geografis, Puskesmas Mandala berbatasan dengan:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Perjuangan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan 3. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan 4. Sebalah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Medan Denai.
Demografi. Wilayah kerja Puskesmas Mandala terdiri dari 4 kelurahan dan 48 lingkungan dengan jumlah penduduk sebanyak 74.179 jiwa serta jumlah rumah tangga sebanyak 17.385 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 36.928 jiwa dan perempuan sebanyak 37.251 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bandar Selamat 9.046 9.497 18.543
Bantan 15.624 15.334 30.958
Bantan Timur 7.115 7.323 14.438
Tembung 5.143 5.097 10.240
Total 36.928 37.251 74.179
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Mandala Tahun 2017
Sarana kesehatan. Sarana kesehatan di Puskesmas Mandala terdiri dari Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Praktir dokter Umum, Praktek Dokter Gigi, Praktek Dokter Spesialis, Klinik Bersalin, Praktik Bidan, Apotek,
Akupuntur, Rumah sakit. Jumlah sarana dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Distribusi Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 2
3 Praktek Dokter Umum 8
4 Praktek Dokter Gigi 9
5 Praktek Dokter Spesialis 2
6 Klinik Bersalin 10
7 Praktek Bidan 15
8 Apotek 7
9 Akupuntur 1
10 Rumah Sakit 2
Jumlah Sarana kesehatan 57
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Mandala Tahun 2017
Tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mandala dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4
Distribusi Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
No Tenaga kesehatan Mandala Bantan Tembung Jumlah
1 Dokter Umum 5 1 2 8
2 Dokter Gigi 2 - 1 3
3 SKM 3 1 1 5
4 Bidan 10 6 3 19
5 DIII Keperawatan 2 3 1 4
6 Perawat Gigi 1 - 1 2
7 SMF 1 1 1 3
8 Apoteker 1 - - 1
9 DIII Gizi 1 - - 1
10 DIII Analisi 2 - - 2
11 DIII Kesling 1 - 1 2
12 S.Kep. Ns 10 - - 10
Total 39 12 11 62
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Mandala Tahun 2017
Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dalam penelitian ini meliputi umur, pekerjaan, pengetahuan, informasi tentang rujukan, sikap petugas,
ketersediaan sarana dan prasarana serta rujukan sesuai dan tidak sesuai.
Deskripsi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Pekerjaan, Pengetahuan, Informasi Tentang Rujukan, Sikap Petugas, Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Serta Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala Berdasarkan distribusi variabel umur, diketahui bahwa terdapat 13
responden antara 12-15 tahun (15,3%), 52 responden antara 26-49 tahun (61,2%), 19 responden 50-65 tahun (19%) dan 1 responden berumur >60 tahun (1,2%).
Berdasarkan distribusi pekerjaan, diketahui bahwa 11 responden pekerjaan sebagai “PNS” (12,9%), 51 responden “Wiraswasta” (60,0%), 18 responden
“IRT” (21,1%), dan 5 responden sebagai “Pelajar” (5,9%).
Berdasarkan distribusi variabel pengetahuan, kelompok responden dikategorikan baik yaitu sebanyak 32 responden (37,6%) dan pengetahuan
dikategorikan buruk yaitu sebanyak 53 responden (62,4%). Berdasarkan distribusi variabel informasi tentang rujukan, kelompok responden dikategorikan baik yaitu 5 responden (5,9%) dan 80 responden (94,1%) dikategorikan buruk.
Berdasarkan distribusi variabel sikap petugas, menunjukan terdapat 17 responden yang termasuk kategori setuju (17%), 64 responden kategori ragu-ragu dan 4 responden kategori tidak setuju. Berdasarkan distribusi variabel
ketersediaan sarana dan prasarana, terdapat 35 responden yang termasuk tersedia
sarana dan prasarananya (41,2%), dan 50 responden (58,8%) yang tidak tersedia sarana dan prasarananya.
Distribusi responden berdasarkan rujukan, dari 85 responden diperoleh sebanyak 30 responden (35,3%) rujukan sesuai sedangkan 55 responden (64,7%) yang rujukan tidak sesuai.
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Pekerjaan, Pengetahuan, Informasi Tentang Rujukan, Sikap Petugas, Ketersediaan Sarana dan Prasarana serta Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Variabel N %
Umur
12-15 tahun (Remaja) 26-49 tahun (Dewasa) 50-65 tahun (Tua)
>66 tahun (Manula)
13 52 19 1
15,3 61,2 22,4 1,2 Pekerjaan
PNS
Wiraswasta IRT
Pelajar
11 51 18 5
12,9 60,0 21,2 5,9 Pengetahuan
Baik Buruk
32 53
37,6 62,4 Informasi Tentang Rujukan
Baik Buruk
5 80
5,9 94,1 Sikap Petugas
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
17 64 4
20,0 75,3 4,7 Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Tersedia Tidak tersedia
35 50
41,2 58,8 Rujukan
Tidak Ya
30 55
35,3 64,7
Total 85 100,0
Distrubusi faktor dependen terhadap faktor independent. Antara lain sebagai berikut:
Umur. Berdasarkan distribusi umur terhadap rujukan diketahui sebagai berikut:
Tabel 6
Distribusi Umur Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Umur Rujukan Total
n % Sesuai Tidak Sesuai
n % n %
12-15 Tahun (Remaja) 4 30,8 9 69,2 13 100,0 26-49Tahun (Dewasa) 19 36,5 33 63,5 52 100,0 50-65 (Tua) 7 36,8 12 63,2 19 100,0
>66 Tahun (Manula) Total
0 0 30 35,3
1 100,0 55 64,7
1 100,0 85 100,0 Dari tabel 6 hasil penelitian menunjukan dari 13 responden yang berumur 12-15 tahun, sebanyak 4 responden (30,8%) rujukan sesuai dan 9 responden (69,2%) rujukan tidak sesuai, dari 52 responden yang berumur 26-49 tahun, terdapat 19 responden (36,5%) rujukan sesuai dan 33 responden (63,5) rujukan tidak sesuai, dari 19 responden berumur 50-65 tahun, sebanyak 7 responden (36,8%) rujukan sesuai dan 12 responden (63,2) rujukan tidak sesuai, sedangkan 1 responden yang berumur >66 tahun terdapat 1 responden (100,0%) rujukan tidak sesuai.
Pekerjaaan. Berdasarkan distribusi pekerjaan terhadap rujukan dikehatui sebagai berikut:
Tabel 7
Distribusi Pekerjaan Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Pekerjaan Rujukan Total
Sesuai Tidak Sesuai
n % n % n % PNS 5 45,5 6 54,5 11 100,0 Wiraswasta 17 33,3 34 66,7 51 100,0 IRT 7 38,9 11 61,1 18 100,0 Pelajar 1 20,0 4 80,0 5 100,0 Total 30 35,3 55 64,7 85 100,0 Dari Tabel 7 diketahui bahwa dari 11 responden yang bekerja sebagai PNS, sebanyak 5 responden (45,5%) yang rujukan sesuai dan 6 responden (54,5%) yang rujukan tidak sesuai, dari 51 respoden bekerja sebagai wiraswasta, terdapat 17 responden (33,3%) yang rujukan sesuai dan 34 responden (66,7%) dengan rujukan tidak sesuai, dari 18 responden yang IRT, sebanyak 7 responden (38,9%) yang rujukan sesuai dan 11 responden (61,1%) dengan rujukan tidak sesuai, dan terdapat 5 responden sebagai pelajar, sebanyak 1 responden (20,0%) rujukan sesuai dan 4 responden (80,0%) rujukan tidak sesuai.
Pengetahuan. Berdasarkan distribusi pengetahuan terhadap rujukan
dikehatui sebagai berikut:
Tabel 8
Distribusi Pengetahuan Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Pengetahuan Rujukan Total
Sesuai Tidak Sesuai
n % n % n % Baik 16 50,0 16 50,0 32 100,0 Buruk 14 26,4 39 73,6 53 100,0 Total 30 35,3 55 64,7 85 100,0
Berdasarkan Tabel 8 dari 32 responden pengetahuan baik terdapat 16 (50,0%) responden yang rujukan sesuai dan 16 (50,0%) responden yang rujukan tidak sesuai, dari 53 responden pengetahuan buruk terdapat 14 (26,4%) responden
Sikap petugas. Berdasarkan distribusi sikap petugas terhadap rujukan dikehatui sebagai berikut:
Tabel 9
Distribusi Sikap Petugas Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Sikap Petugas Rujukan Total
Sesuai Tidak Sesuai
n % n % n % Setuju 9 52,9 8 47,1 17 100,0 Ragu-Ragu 20 31,3 44 68,8 64 100,0 Tidak Setuju 1 25,0 3 75,0 4 100,0 Total 30 35,3 55 64,7 85 100,0 Berdasarkan Tabel 9 dari 17 responden setuju dengan sikap petugas terdapat 9 (52,9%) responden yang rujukan sesuai dan 8 (47,1%) responden yang rujukan tidak sesuai, dari 64 responden ragu-ragu dengan sikap petugas terdapat 20 (31,3%) responden yang rujukan sesuai dan 44 responden (68,8%) responden rujukan tidak sesuai, dari 4 responden tidak setuju dengan sikap petugas terdapat 1 (25,0%) responden rujukan sesuai dan 3 (75,0%) responden rujukan tidak sesuai.
Ketersediaan sarana dan prasarana. Berdasarkan distribusi sikap petugas
terhadap rujukan dikehatui sebagai berikut:
Tabel 10
Distribusi ketersediaan Sarana dan Prasarana Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Rujukan Total
Sesuai Tidak Sesuai
n % n % n % Tersedia 11 31,4 24 68,6 35 100,0 Tidak Tersedia 19 38,0 31 62,0 50 100,0 Total 30 35,3 55 64,7 85 100,0
Berdasarkan Tabel 10 dari 35 responden ketersediaan sarana dan prasarana mengatakan tersedia terdapat 11 (31,4%) responden yang rujukan sesuai dan 24
(68,6%) responden rujukan tidak sesuai, dari 50 responden ketersediaan sarana dan parasarana mengakatakan tidak tersedia terdapat 19 (38,0%) responden rujukan sesuai dan 31 (62,0%) responden yang rujukan tidak sesuai.
Informasi tentang rujukan. Berdasarkan distribusi sikap petugas terhadap rujukan dikehatui sebagai berikut:
Tabel 11
Distribusi Informasi tentang Rujukan Terhadap Rujukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandala
Informasi tentang Rujukan
Rujukan Total
Sesuai Tidak Sesuai
n % n % n % Baik 3 60,0 2 40,0 5 100,0 Buruk 27 33,8 53 66,3 80 100,0 Total 30 35,3 55 64,7 85 100,0 Berdasarkan Tabel 11 dari 5 responden yang informasi tentang rujukan baik terdapat 3 (60,0%) responden yang rujukan sesuai dan 2 (40,0%) responden rujukan tidak sesuai, dari 80 responden informasi tentang rujukan buruk terdapat 27 (33,8) responden rujukan sesuai dan 53 (66,3%) responden rujukan tidak sesuai.
Analisis Bivariat
Adapun hasil analisi bivariat yaitu sebagai berikut:
Tabel 12
Hasil Analisis Bivariat
Variabel P value OR
Pengetahuan 0,028 0.359
Sikap Petugas 0,239 0,404
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
0,531 -
Informasi Rujukan 0,246 0.340
Analisis menggunakan uji regresi logistik sederhana dengan tingkat kemaknaan nilai p < 0,25 yang akan dilanjutkan analisis multivariat, dengan hasil sebagai berikut:
1. Variabel pengetahuan (p=0,028), artinya p value-nya < 0,25 sehingga variabel pengetahuan dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Nilai OR diketahui 0,359, artinya responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang rujukan sesuai lebih tinggi 0,4 kali dari yang memiliki pengetahuan buruk.
2. Variabel Sikap Petugas (p=0,239), artinya p value-nya < 0,25 sehingga variabel sikap petugas dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Nilai OR 0,404 artinya, responden yang beranggapan sikap petugas yang setuju memiliki peluang 0,404 kali lebih besar untuk rujukan sesuai dibandingkan dengan yang berpendapat ragu-ragu, sedangkan responden yang mendapatkan sikap tidak setuju memiliki peluang 0,296 kali lebih rendah dibandingkan dengan responden yang sikapnya setuju.
3. Variabel Ketersediaan Fasilitas (p value = 0,531), berarti variabel p value-nya
> 0,25 sehingga variabel ketersedian fasilitas tidak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Akan tetapi, variabel faktor ketersediaan fasilitas tetap dianalisis karena secara substansi merupakan variabel yang sangat penting dengan kejadian rujukan sesuai dan tidak sesuai.
4. Variabel informasi rujukan (p value = 0,246), berarti variabel p value-nya <
0,25 sehingga variabel informasi rujukan dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Nilai OR = 0,340 artinya, responden yang mendapat informasi
rujukan baik beresiko rujuk sesuai sebesar 0,34 kali lebih tinggi dari yang menjawab informasi rujukan buruk.
Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap rujukan di Puskesmas Mandala. Berdasarkan uji bivariat didapatkan bahwa variabel pengetahuan, sikap petugas, dan informasi rujukan dapat dilanjutkan analisis multivariat karena p value < 0,25. Sedangkan ketersediaan falilitas (p value = 0,531) juga dapat dilanjutkan analisis multivariat karena secara substansi penting untuk dilakukan analisis tersebut. Hasil pemodelan analisis multivariat sebagai berikut:
Tabel 13
Hasil Pemodelan Multivariat
Variabel P value Exp(B)
Pengetahuan 0.067 0.393
Sikap Petugas 0.682 -
Sikap Petugas (1) 0.431 0.620
Sikap Petugas (2) 0.538 0.442
Ketersediaan Fasilitas 0.437 1.483
Informasi Rujukan 0.504 0.492
Nilai p value >0,05 maka p value yang terbesarkan adalah sikap petugas dikeluarkan. Jika semua variabel nilai p valuenya < 0,05 maka pemodelan selesai.
Tabel 14
Hasil Pemodelan Multivariat (Tanpa faktor sikap petugas)
Variabel P value OR
K_PENGETAHUAN TOTAL 0.030 0.346
K_KETERSEDIAAN FASILITAS TOTAL 0.392 1.530
K_INFORMASI RUJUKAN TOTAL 0.416 0.452
Tabel 15
Hasil Pemodelan Multivariat Variabel OR Variabel
lengkap
OR Variabel sudah dikeluarkan
Perhitungan Perubahan OR Faktor
pengetahuan
0.393 0.346 {(0,346-
0,393)/0,393} x 100%
11,95%
Faktor sikap petugas (1)
0.620 -
Faktor sikap petugas (2)
0.442 -
Faktor ketersediaan sarana dan prasarana
1.483 1.530 {(1,530-
1,483)/1,530} x 100%
3,07%
Faktor informasi rujukan
0.492 0.452 {(0,452-
0,492)/0,492} x 100%
0,08%
Setelah dilakukan perbandingan OR, tenyata variabel faktor pengetahuan berubah >10%, dengan demikian variabel faktor sikap petugas masuk kembali ke dalam model. Akhirnya model multivariat sebagai berikut:
Tabel 16
Hasil Pemodelan Multivariat
Variabel P value OR
Pengetahuan 0.067 0.393
Sikap Petugas 0.682 -
Sikap Petugas (1) 0.431 0.620
Sikap Petugas (2) 0.538 0.442
Ketersediaan Fasilitas 0.437 1.483
Informasi Rujukan 0.504 0.492
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dilihat dari nilai OR tertinggi, semakin besar nilai pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis. Dalam data ini berarti faktor ketersediaan fasilitas paling berpengaruh terhadap kejadian rujukan sesuai dan tidak sesuai dengan nilai OR sebesar 1,483.
Pembahasan
Hasil uji statistik multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda menjelaskan pengaruh pengetahuan, sikap petugas, sarana dan
prasarana, dan informasi tentang rujukan terhadap rujukan menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dilihat dari nilai OR tertinggi, semakin besar nilai pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisis. Dalam data ini berarti faktor ketersediaan sarana dan prasarana paling berpengaruh terhadap kejadian rujukan sesuai dan tidak sesuai dengan nilai OR sebesar 1,483.
Rujukan
Rujukan merupakan suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Sistem rujukan bertujuan agar berjalan secara efektif sekaligus efisien yaitu berarti berkurangnya waktu tunggu dalam proses merujuk dan berkurangnya rujukan yang tidak perlu karena sebenarnya dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Alur pemberian rujukan di Puskesmas Mandala adalah pasien datang lalu mendaftarkan diri ke ruang kartu, lalu pasien menuju keruang tunggu pasien, kemudian pasien diarahkan menuju poli yang sesuai dengan keluhannya. Setelah itu dilanjutkan pada proses pemeriksaan serta konsultasi dengan dokter, kemudian dilakukan diagnosa oleh dokter apakah pasien perlu mendapatkan rujukan atau
bagian obat lalu pulang, tetapi bagi pasien yang tidak dapat ditangani puskesmas karena berbagai pertimbangan seperti jenis penyakit, kebutuhan penanganan lanjut, dan fasilitas yang kurang mendukung, maka pasien dapat dirujuk ke pelayanan lanjutan dengan membawa surat rujukan.
Pasien yang belum memahami bagaimana sistem rujukan di era JKN dan masih banyak pasien yang beranggapan bahwa puskesmas bisa mengeluarkan surat rujukan ke rumah sakit karena itu adalah hak mereka meskipun penyakit nya masih bisa ditangani puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa dokter masih merujuk terdapat pasien yang masuk dalam 144 diagnosa wajib.
Tingginya angka rujukan disebabkan karena banyaknya pasien yang meminta dirujuk, dan pasien yang sudah berobat tapi tidak kunjung sembuh sehinnga meminta rujukan, sebagian beranggap lebih suka berobat kerumah sakit dikarenakan petugas di puskesmas tidak ramah dan emosional, sebagian juga dirujuk karena tidak tersedianya sarana dan prasarana di puskesmas.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dari 85 responden diperoleh sebayak 30 responden (35,3%) yang memilki rujukan sesuai sedangkan 55 responden (64,7%) yang memiliki rujukan tidak sesuai. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan dengan melihat apakah penyakit yang dirujuk merupakan kompetensi puskesmas (dalam 144 penyakit yang wajib ditangani puskesmas), diperoleh informasi bahwa kebanyakan rujukan tidak sesuai.
Menurut (Gulo, 2015) masyarakat tidak bisa menghindari kebiasaan yang terjadi ditahun-tahun sebelumnya terbukti pada Puskesmas Botombawo masih