• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah prusahaan X yang berlokasi di Desa Jabong, RT 21 RW 05, Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hal yang menjadi latar belakang berdirinya perusahaan tersebut adalah karena adanya peluang pasar yang cukup besar pada usaha pendederan ikan mas. Mulai pada tahun 2010, usaha pendederan ikan mas ini berdiri. Pemilik memutuskan untuk membangun usaha agribisnis di bidang budidaya pendederan ikan mas, dengan pertimbangan bahwa lokasi yang ada kondisi lingkungannya cukup mendukung. Adanya kali Cikalong yang mengalir sepanjang tahun sehingga dapat mendukung usaha ini dalam pemenuhan kebutuhan air. Selain itu, Desa Jabong merupakan sentra budidaya pendederan ikan mas yang merupakan salah satu sentra dalam memenuhi kebutuhan ikan mas untuk subsistem pembesaran yang berada di Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta. Oleh sebab itu maka didirikanlah usaha pendederan ikan mas dengan menggunakan modal awal dari pemilik sendiri.

Berdasarkan karakteristik yang ada usaha budidaya pendederan ikan mas ini termasuk kategori industri kecil, dimana bentuk perusahaannya adalah perseorangan, tidak berbadan hukum, dan skala usaha yang dimiliki masih tergolong kecil. Sesuai dengan karakteristik industri kecil, lokasi perusahaan ini berada di pedesaan dengan sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitar tempat usaha dan sitem administrasinya yang sangat sederhana. Meskipun masih bersifat sederhana tetapi pemilik perusahaan ini berusaha untuk memisahkan antara konsumsi rumah tangga dengan biaya produksi yaitu dengan mencatat segalah aktivitas keuangan perusahaan.

4.2. Gambaran Umum Budidaya Pendederan Ikan Mas

Pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan benih ikan mas dari hasil kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan.

Setelah melalui proses pendederan, selanjutnya benih ikan mas dipelihara di

tempat pembesaran. Dalam usaha pendederan ini, perusahaan X mendapatkan

(2)

benih dari unit pembenihan rakyat (UPR) yang berada di Desa Sumur Gintung, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Selanjutnya, hasil dari pendederan ikan mas yang dilakukan oleh perusahaan X akan dijual pada tempat pembesaran ikan mas yang berada di waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dari pengamatan rangkaian proses distribusi benih ikan mas yang dilakukan oleh perusahaan X, maka dapat disusun sebuah diagram rangkaian proses penyaluran benih ikan mas seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian proses penyaluran benih ikan mas di perusahaan X 4.3. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan pengembangan usaha pendederan Ikan Mas di perusahaan X, dikaji melalui aspek-aspek yang terdapat dalam analsis kelayakan usaha. Aspek-aspek analisia kelayakan usaha yang dibahas adalah meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Peubah-peubah yang dibahas disesuaikan dengan kondisi usaha pendederan Ikan Mas di perusahaan X.

Keempat aspek analisis tersebut menjelaskan layak atau tidaknya pengembangan usaha tersebut.

4.3.1 Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dalam usaha budidaya pendederan Ikan Mas meliputi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh perusahaan pendederan X.

a. Peluang Pasar

Desa Jabong merupakan wilayah yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan usaha budidaya pendederan ikan mas, karena daerah ini merupakan salah satu sentra pendederan ikan mas yang dilalui oleh sumber air yang cukup besar yang mengalir sepanjang tahun. Selain itu daerah ini mempunyai akses untuk mendapatkan benih lebih mudah, karena lokasinya tidak begitu jauh dengan unit Pembenihan

(UPR Sumur Gintung)

Pendederan (Perusahaan X)

Pembesaran

(Waduk Jatiluhur)

(3)

pembenihan rakyat (UPR) yang berada dalam satu Kecamatan Pagaden.

Selama ini hasil produksi dari perusahaan X selalu terserap oleh pasar, karena budidaya pembesaran Ikan Mas di Jatiluhur membutuhkan benih hasil pendederan rata-rata 5 ton per hari dan baru terpenuhi sebanyak 20 persen dari petani purwakarta (Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, 2010). Untuk memenuhi kekurangan permintaan akan benih ikan hasil pendederan, sentra pendederan ikan mas di Desa Jabong hanya mampu memenuhi permintaan rata-rata 1,5 ton per hari. Total jumlah kolam yang berada di sentra pendederan Desa Jabong adalah sebanyak 98 unit kolam, yang mempunyai kafasitas produksi 0,3-1,5 ton per periode panen (Forum Masyarakat Petani Ikan Desa Jabong, 2007).

Pemasaran hasil produksi pendederan Ikan Mas dapat dilakukan melalui pemasaran secara aktif yaitu dengan cara pemilik menghubungi pedagang perantara yang ada atau para pelanggan datang secara langsung karena telah mengenal pemilik dan mengetahui lokasi usaha. Daerah pemasaran Ikan Mas dari Desa Jabong meliputi daerah Jatiluhur, Cirata, Saguling Purwakarta dan subang. Daerah tersebut merupakan daerah potensial untuk pembesaran Ikan Mas (Khairuman dkk., 2008).

b. Kebijakan Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2003), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran.

Kebijakan bauran pemasaran tersebut yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masing- masing komponen yang disesuaikan dengan kebutuhan budidaya pendederan ikan mas dalam perencanaan pengembangan usaha.

1) Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi

yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kasmir dan Jakfar

2003). Produk yang dihasilkan oleh perusahaan X adalah benih hasil

(4)

produksi pendederan ikan mas dengan ukuran 1 kg/100 ekor atau 5-8 cm/ekor. Untuk mendapatkan ukuran panen tersebut dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 5 minggu.

Ukuran benih ikan mas yang akan digunakan untuk proses pendederan adalah 1 kg/1000 ekor. Benih yang akan digunakan untuk proses pendederan ini didapat dari salah satu unit pembenihan rakyat (UPR) yang berlokasi di Desa Sumurgintung Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang dengan harga Rp. 30.000/kg. Alasan perusahaan menggunakan Ikan Mas ukuran tersebut adalah benih Ikan Mas dengan ukuran 1 kg/1000 ekor memiliki resiko kematian yang relatif kecil untuk dipelihara dikolam pendederan, ukuran tersebut juga memiliki tingkat ketahanan yang kuat terhadap penyakit. Tidak hanya itu, ukuran tersebut hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 minggu untuk dilakukan pemanenan.

Selain ukuran, mutu dari benih ikan mas perlu diperhatikan, seperti bentuk fisik ikan, sisik lengkap, kelincahan pergerakan, warna tidak terlalu hitam dan tidak ada cacat lainnya (Khairuman dkk, 2008).

Kualitas ikan sangat dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya yang dilakukan, dimulai dari pemilihan benih, pemberian pakan, proses pemeliharaan sampai pemanenan. Selain itu, usaha budidaya pendederan yang dilakukan oleh perusahaan X memiliki usaha sampingan. Usaha sampingan tersebut adalah Ikan nila dan ikan mujair, ikan ini diperoleh ketika proses pengeringan kolam yang dilakukan setiap setelah tiga periode panen. Ikan nila dan ikan mujair di sentra pendederan ikan mas dianggap sebagai hama bagi ikan mas.

2) Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan

manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan

oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh

penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Pada

usaha ini penetapan harga jual dilandasi oleh harga pasar yang

berkembang saat ini dan kondisi pemasaran disekitar usaha budidaya

(5)

pendederan ikan mas. Harga jual pruduk hasil pendederan yang dipilih adalah rata-rata harga yang ada di pasar, yaitu Rp. 21,500/kg. Selain itu, dalam pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan X akan menghasilkan produk sampingan, yaitu berupa ikan nila dan mujair. Ikan nila dan mujair tersebut dijual dengan harga Rp. 6000/kg.

3) Distribusi

Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi- fungsi yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir (Kasmir dan Jakfar, 2003). Dalam hal memasarkan produksi benih hasil pendederan (ukuran 1 kg/100 ekor) perusahaan X tidak merasa kesulitan, karena para pembudidaya telah memiliki langganan. Calon pembeli akan datang sendiri mencari pembudidaya benih ikan mas yang memiliki benih (ukuran 1 kg/100 ekor) yang siap dipanen. Para pembeli bibit ini merupakan pedagang perantara yang akan menjual benih hasil pendederan kepada pembudidaya pembesaran ikan mas.

Secara jelas mengenai saluran distribusi pemasaran pendederan ikan mas di perusahaan X dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 . Saluran pemasaran pendederan ikan mas di perusahaan X Integrasi antara subsistem dalam agribisnis ikan mas begitu terlihat dalam aspek pasar contohnya, permintaan benih dipengaruhi oleh kondisi disetiap rantai subsistem. Saat awal musim hujan permintaan benih dari waduk Jatiluhur dapat berkurang sampai 16 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya up welling di industri hilir budidaya ikan mas subsistem pembesaran waduk Jatiluhur.

Up welling adalah proses perputaran air karena terjadi perubahan

suhu dipermukaan air sehingga semua materi yang awalnya mengendap di dasar perairan berpindah kepermukaan air, termasuk limbah, sampah, beserta zat-zat polutan yang menggangu proses Perusahaan

X Pedagang perantara Pembudidaya

pembesaran Ikan

Mas

(6)

budidaya. Up welling biasanya terjadi diperairan tenang dan dalam seperti rawa, waduk, dan danau. Kejadian ini berlangsung berulang setiap tahun, biasanya terjadi antara bulan Oktober sampai Desember.

Bagi usaha budidaya pendedera kan mas fenomena ini tentu mempengaruhi proses pemasaran karena permintaan berkurang sehingga mengurangi out put yang diproduksi. Untuk mengatasi masalah ini, saat up weilling terjadi di waduk Jatiluhur penjualan produk dialihkan ke pasar lain yaitu ke budidaya kolam air deras yang ada di sentra-sentra pembesaran ikan mas di daerah Subang.

4) Promosi

Promosi adalah salah satu alat strategi memasarkan produk dengan cara memberikan informasi yang benar dan tepat agar konsumen dapat mengenalnya dan akhirnya diharapkan dapat menjadi konsumen dari produk yang dijual (Prawirosentono, 2002). Dalam memasarkan benih ikan mas perusahaan tidak menemukan masalah yang berarti, karena Desa Jabong merupakan sentra budidaya pendederan ikan mas yang sudah lama dikenal oleh para pelanggan yang merupakan pembudidaya lanjutan (pembesaran). Oleh karena itu, pembudidaya pada subsistem pendederan hampir tidak mengeluarkan biaya promosi, karena para pembeli datang langsung ke lokasi usaha.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis

Setelah dilihat dari aspek pasar dalam rencana kelayakan bisnis, tahap berikutnya yang akan dianalisis adalah menggenai aspek teknis. Aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan, karena dalam aspek ini perhitungan input usaha dan output berupa barang dan jasa dilakukan berdasarkan alur produksi sebenarnya, sehingga aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan (Umar, 2003).

Aspek teknis dari pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas adalah

meliputi pemilihan lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, besar skala operasi, dan

tahap-tahap proses produksi.

(7)

1) Lokasi Usaha

Pemilihan lokasi usaha merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan budidaya pendederan ikan mas. Faktor utama dalam pemilihan lokasi usaha adalah lahan, karena berkaitan langsung dengan manajemen budidaya, penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil.

Dalam pengembangan usaha pendederan ikan mas, aspek lingkungan cukup mendukung dimana lokasi jauh dari pemukiman penduduk dan merupakan area persawahan dengan kondisi air yang cukup baik dengan adanya aliran sungai Cikalong. Kualitas air cukup baik dan selama ini tidak pernah ada polusi. Hal ini disebabkan karena aliran sungai tidak melewati kawasan industri sehingga tidak terdapat limbah industri yang masuk kealiran sungai tersebut. Luas tempat usaha kurang lebih 3.000 m

2

meliputi dua unit kolam ikan dan saung jaga. Lokasi usaha terletak di tepi jalan desa sehingga cukup mudah menjangkau lokasi baik menggunakan sepeda motor maupun mobil.

2) Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan yaitu benih ikan mas ukuran 1 kg/1000 ekor dan pakan ikan mas. Kebutuhan benih untuk 3000 m

2

(dua unit kolam) adalah 200 kg benih. Pemenuhan kebutuhan benih dipenuhi dari UPR di Desa Sumur Gintung, Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Untuk pemenuhan kebutuhan pakan ikan mas perusahaan membeli langsung ke CV. Satrio Mas yang ada didekat lokasi usaha pendederan ikan mas. Harga dari pakan ikan mas untuk proses pendederan ini adalah Rp 6.000/kg.

3) Skala Operasi

Dengan lahan seluas 3000 m

2

, usaha budidaya pendederan ikan

mas menghasilkan benih ikan mas rata-rata sebanyak satu ton per

periode panen. Menurut pengamatan di lapangan, angka tersebut sudah

sesuai yang diharapkan karena untuk setiap unit kolam ukuran 1500 m

2

menghasilkan benih ikan mas rata-rata 500 kg/periode panen. Untuk

setiap satu unit kolam, pemeliharaan pendederan ikan mas tersebut

(8)

perusahaan dapat menghabiskan pakan ikan mas sebanyak 800 kg/periode panen. Jadi, setiap satu kali periode panen perusahaan dapat menghabiskan pakan sebanyak 1600 kg.

4) Tahap-Tahap Proses Produksi

Kegiatan pendederan ikan mas yang dilakukan pada usaha ini adalah dengan menebarkan benih ukuran 1 kg/1000 ekor atau benih berumur 3-4 minggu dan melakukan panen setelah benih berukuran 1 kg/100 ekor (5-8 cm/ekor). Pendederan ikan mas membutuhkan benih sebanyak 100 kg untuk luasan kolam 1500 m

2

. Benih ditebar setiap setelah dilakukan panen sehinggaa usaha pendederan ini dapat dilakukan secara terus menerus. Panen dilakukan setelah 5 minggu pemeliharaan, jadi dalam setahun dapat dilakukan panen sebanyak 8 kali. Proses pendederan ikan mas dilakukan dengan teknik sebagai berikut.

a) Persiapan Kolam Pendederan

Kolam pendederan merupakan wadah pemeliharaan benih ikan mas. Dalam kolam ini, pemeliharaan benih dilakukan sampai mencapai ukuran benih yang siap untuk dijual. Kolam yang digunakan untuk pendederan merupakan kolam tanah. Total luas kolam yang dipakai dalam pendederan ikan mas ini adalah kurang lebih 3000 m

2

. Persiapan kolam untuk pendederan sama halnya dengan persiapan kolam pada pembenihan. Kolam terlebih dahulu dikeringkan setelah dicangkul dan dibersihkan dari rumput-rumputan. Pengeringan kolam dilakukan selama 2-3 hari. Setelah kering, dilakukan pencangkulan dan perbaikan pematang. Kolam kemudian diisi air sampai dengan 30 cm, kemudian masukan obat (akodan) ke dalam kolam tersebut yang bertujuan untuk membunuh hama dan bibit penyakit. Selanjutnya, kolam tersebut didiamkan sampai 2-3 hari, setelah itu dilakukan pengisian air secara maksimum sampai dengan 60 cm.

b) Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan setelah persiapan kolam selesai.

Benih ditebarkan pada hari keenam sejak pemberian obat. Penebaran

(9)

benih pada usaha pendederan ikan mas dilakukan pada saat suhu masih rendah, yakni pada pagi atau sore hari. Padat penebaran benih pada usaha penederan ikan mas adalah 60-70 ekor/m

2

.

c) Pemeliharan

Dalam pemeliharaan benih ikan mas tidak dilakukan pemeliharaan secara khusus, hanya saja setelah benih ditebar akan ada pemberian pakan untuk benih berupa tepung pelet dengan merek CPP Pertiwi 888-2 dengan dosis yang diberikan sebanyak 3-5 % dari bobot biomasa yang ada. Pemberian pakan tersebut berlangsung selama dua minggu pertama. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan pakan bagi benih cukup terpenuhi. Pemberian pakan ini dilakukan dengan cara ditebarkan secara merata ke seluruh permukaan air kolam. Setelah dua minggu, kemudian pemberian pakan untuk benih yang didederkan menggunakan pelet kasar dengan merek Sinta SR 21 sebanyak 5-9 % dari bobot biomasa. Pakan ini diberikan selama 2 minggu, sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Selanjutnya selama 10 hari benih ikan mas diberi pakan apung merek CV. Pertiwi 779-4 yang diberikan dalam dosis 20-50 gram/ekor. Pakan diberikan secara

adlibitum atau selama ikan mau makan.

Hama yang biasa ditemukan pada pemeliharaan benih adalah keong mas. Hama tersebut dapat merusak pematang kolam dan menyaingi benih dalam perolehan pakan. Tindakan pencegahan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pada kolam saat persiapan kolam. Penyakit pada Ikan Mas selama dilakukan pada usaha budidaya di perusahaan X belum ditemukan. Untuk mencegah penyakit, pengobatan dapat dilakukan dengan cara memberikan kunyit yang sudah digiling halus ke dalam kolam. Pemberian kunyit ini dimaksudkan untuk menjaga daya tahan tubuh dan nafsu makan ikan.

d) Pemanenan

Setelah benih didederkan selama 5 minggu, kemudian dilakukan

pemanenan. Pemilihan waktu panen harus tepat, karena bisa

menyebabkan ikan stres, terutama akibat sengatan panas matahari.

(10)

Pemanenan dilakukan ketika suhu masih rendah yakni ketika pagi atau sore hari. Jika panen belum selesai tetapi suhu udara sudah terlanjur panas, sebaiknya kegiatan panen dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya. Ketika panen, hindari terjadinya luka pada benih, karena selain mudah terserang penyakit juga bisa menurunkan nilai jual benih tersebut. Tingkat kelangsungan hidup selama masa pemeliharaan sangat tergantung dari teknik pemeliharaan dan kualitas benih yang dipelihara. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kelangsungan hidup benih sekitar 80-90% dari seluruh jumlah yang ditebar. Pemanenan dilakukan dengan cara memasang jaring di dasar kolam tepat di bawah tempat biasa ikan diberi pakan. Setelah jaring terpasang, tebarkan pakan tepat di atas jaring tersebut lalu setelah ikan sudah berkumpul angkat jaring tersebut dan bawa kepinggir kolam untuk selanjutnya dipindahkan ke jaring lain yang sudah disiapkan. Proses penimbangan dan pengangkutan ikan dilakukan oleh pembeli ikan, yaitu pihak pedagang perantara untuk dijual kembali ke subsistem pembesaran.

Setelah itu kolam dipersiapkan untuk masa pendederan selanjutnya.

e) Penyeleksian Benih

Pada saat pemanenan, benih yang dipanen ditampung dalam

jaring berukuran 6 x 8 m. Setelah pemanenan selesai dilakukan dan

semua benih hasil panen terkumpul di dalam jaring, benih tersebut

langsung dilakukan penyeleksian. Penyeleksian ini bertujuan untuk

menyeragamkan ukuran benih. Ukuran benih hasil penyeleksian pada

proses pendederan berukuran 5-8 cm atau biasa disebut belo. Pada

tahap selanjutnya hasil penyeleksian ini ditampung dan dikumpulkan

dalam satu jaring untuk selanjutnya hasil penyeleksian ini siap dijual

kepada pembesar. Alur proses teknik pendederan dapat dilihat pada

Gambar 4.

(11)

Persiapan Kolam

Penebaran Benih

Pemeliharaan Benih

Pemanenan

Penyeleksian ikan

Gambar 4. Alur proses teknik pedederan ikan mas (Perusahaan X, 2011)

4.3.3 Analisis Aspek Manajemen

Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga usaha dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Aspek manajemen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi fungsi manajemen yang terdiri perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling). Keempat fungsi ini semuanya terkait dengan usaha budidaya pendederan ikan mas di perusahaan X.

1) Perencanaan (Planning)

Fungsi perencanaan dalam usaha ini terdiri dari penyusunan

rencana kerja dan penjadwalan rencana kerja. Rencana kerja ini terdiri

dari emat komponen utama, yakni persiapan kolam, penebaran benih,

pemeliharaan dan pemanenan. Pada penjadwalan kerja pemeliharaan

benih menjadi prioritas karena inilah bagian krusial dari usaha

budidaya pendederan ikan mas, dimana proses inilah yang akan

berpengaruh besar pada panen yang dihasilkan. Jika pemeliharaan

dilakukan dengan baik maka hasil panen ikan mas diharapkan bisa

optimal (minimal sesuai dengan target yang ditetapkan), sebaliknya

(12)

jika pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik, maka hasil panen ikan mas dikhawatirkan akan rendah sehingga tidak sesuai dengan target yang ditetapkan.

2) Pengorganisasian (organizing)

Fungsi perorganisasian dalam usaha ini terdiri atas struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, sistem kompensasi tenaga kerja dan sistem penerimaan tenaga kerja.

a) Struktur Organisasi

Dalam usaha ini, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur sederhana, yakni struktur yang dicirikan rentang kendali yang luas dan wewenang yang terpusat pada satu orang saja. Struktur organisasi perusahaan terdiri dari pemilik dan pengelola. Dalam kepengurusan perusahaan, pemilik usaha turut serta dalam kepengurusan usahanya, maka dalam penelitian ini pemilik usaha dimasukan ke dalam bagian struktur organisasi.

Gambar 5. Struktur organisasi budidaya pendederan ikan

mas di perusahaan X

b) Deskripsi Pekerjaan

Struktur organisasi line atau garis akan memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung dengan pembagian kerja yang sederhana. Deskripsi pekerjaan yang ada pada usaha budidaya pendederan ikan mas

1) Pemilik merupakan posisi tertinggi dalam pengembangan usaha dalam pendederan ikan mas. Pemilik memiliki tugas yang diantaranya mengelola usaha, memimpin tenaga kerja dan memberikan kebijakan-kebijakan yang ada di dalam

PEMILIK

PENGELOLA

(13)

pengembangan usaha. Tidak hanya itu, pemilik bertugas mengelola, menjalankan dan mengkoordinir kegiatan dan jalanya perusahaan.

Pemilik memegang seluruh kebijakan yang ada di perusahaan, termasuk urusan manajerial, administrasi dan keuangan perusahaan.

Wewenang pemilik adalah menentukan kegiatan perusahaan, menentukan arah perusahaan, memecat tenaga kerja, mengatur kompensasi tenaga kerja dan kebijakan perusahaan.

2) Pengelola bertugas dalam hal teknis budidaya, yaitu dalam hal pemeliharaan ikan sampai dengan proses pasca panen. Selain itu pengelola juga bertugas dalam hal komunikasi harga ikan di pasar dan koordinasi penjualan hasil panen atau produksi.

c) Sistem Kompensasi Tenaga Kerja

Sistem penggajian tenaga kerja yang terlibat pada pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas adalah mengikuti aturan penggajian yang ada di daerah setempat. Cara penggajiannya adalah disesuaikan berdasarkan hasil panen yang diperoleh. Jika hasil panen yang diperoleh sebanyak 500 kg/periode, maka gaji tenaga kerja pengelolah sebesar Rp.500.000/periode.

d) Sistem Penerimaan Tenaga Kerja

Proses penerimaan tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan cukup selektif. Hal tersebut dilakukan agar usaha budidaya pendederan ikan mas mendapatkan tenaga kerja yang ahli dibidangnya dan memiliki kejujuran. Proses penerimaan tenaga kerja yang dilakukan adalah dengan rekomendasi dari warga setempat yang sudah dipercaya dan wawancara langsung. Wawancara dilakukan agar pihak perusahaan mengetahui keseriusan calon tenaga kerja untuk bekerja di perusahaan. Selain itu wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana calon tenaga kerja memiliki keahlian di bidang yang dibutuhkan oleh perusahaan.

3) Pelaksanaan (Actuating)

Penerapan fungsi aktualisasi dalam usaha ini adalah pada

pembentukan pengaruh yang diberikan kepada karyawan kepada

(14)

perusahaan. Perusahaan melakukan pengarahan langsung kepada pihak pengelola dengan tujuan agak pengelola dapat bekerja dengan baik dan lebih baik lagi. Pelaksanaan yang baik adalah setiap pekerjaan yang telah direncanakan mampu diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

4) Pengendalian (Controling)

Dalam penelitian ini, fungsi pengendalian (controlling) dijabarkan sebagai berikut.

a. Pencegahan Terhadap Kesalahan

Untuk mencegah adanya kesalahan atau penyimpangan, perusahaan melaksanakan pemantauan secara langsung terhadap pekerjaan di lapangan yang dilakukan oleh pihak pengelolah.

b. Cara Memperbaiki Kesalahan Apabila Terjadi

Apabila kesalahan tersebut benar-benar terjadi, perusahaan memberi pengarahan kepada pelaksana untuk segera dilakukan perbaikan atas kesalahan tersebut. Selain itu, diharapkan dengan adanya perbaikan ini, penyimpangan maupun kesalahan akan dapat diminimalisir atau dihilangkan.

4.3.4 Analisis Aspek Keuangan

Analisis aspek keuangan dalam usaha budidaya pendederan ikan mas dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah usaha budidaya pendederan ikan mas. Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan.

Kemudian meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha dijalankan. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat berkembang terus (Umar, 2003).

Analisis aspek keuangan dalam pengembangan usaha budidaya

pendederan ikan mas ini meliputi:

(15)

a) Rencana Kebutuhan Fisik

Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas meliputi persiapan bangunan dan kolam, peralatan dan perlengkapan, bahan baku, dan tenaga kerja. Luas lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan usaha ini adalah 3000 m

2

yang dibagai menjadi dua unit kolam.

Proses kebutuhan fisik bangunan dimulai dari persiapan pondok jaga dan kolam pemeliharaan. Kebutuhan fisik tenaga kerja, bahan baku, peralatan dan perlengkapan meliputi berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses pemeliharaan benih ikan mas sampai panen. Kebutuhan fisik ini juga mencakup berapa banyak bahan baku dan perlengkapan yang dibutuhkan. Secara terperinci rencana kebutuhan fisik dapat dilihat pada Lampiran 9.

b) Indeks Harga

Indeks harga adalah nilai uang atau harga per unit atas kebutuhan fisik usaha ini. Indeks harga meliputi sewa kolam dan pondok jaga per tahun. Selain sewa bangunan, harga juga mencakup jumlah harga bahan baku dan perlengkapan yang dibutuhkan, serta besarnya upah tenaga kerja yang dibutuhkan selama pengembangan usaha. Lebih rinci, indeks harga dapat dilihat pada Lampiran 10.

c) Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan jumlah biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha ini. RAB mencakup biaya investasi dan operasional yang merupakan hasil kali dari jumlah unit rencana kebutuhan fisik dan indeks harga per unit.

Rincian RAB dapat dilihat pada Lampiran 11.

d) Biaya Penyusutan

Perhitungan biaya penyusutan digunakan untuk menentukan nilai

sisa atas investasi pada tahun ke-0 dan beban penyusutan selama tahun

analisa. Biaya penyusutan pada pengembangan usaha ini tidak ada,

karena lahan yang digunakan adalah sewa dan semua semua peralatan

dan perlengkapan habis terpakai.

(16)

e) Struktur Modal dan Rencana Penerimaan

Untuk menjalankan usaha ini, perusahaan menginvestasikan modal sebesar Rp. 3.780.000,00. Keseluruhan modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas pribadi sendiri.

Berdasarkan perhitungan biaya investasi secara keseluruhan dalam RAB, jumlah ini adalah cukup untuk membiayai usaha ini sehingga tidak memerlukan tambahan modal pinjaman dari bank.

Tabel 6. Struktur modal

No Keterangan Proporsi (%) Jumlah Nominal

1 Rencana Kebutuhan Investasi Rp. 3.780.000

2 Sumber pendanaan:

a. Modal Sendiri 100 Rp. 3.780.000

b. Pinjaman Bank 0

Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah output dengan harga jual per satuan. Pada pengembangan usaha ini, harga jual berfluktuatif, dimana dari data yang diperoleh selama tiga tahap produksi diperoleh harga yang berbeda dengan rata-rata sebesar Rp.

21.500,00/kg. Rincian stuktur modal dan penerimaan ini dapat dilihat pada tabel 6 dan 7

Tabel 7. Rencana penerimaan

No Keterangan Jumlah Panen (Kg/periode)

Harga Jual (Rp/Kg)

Jumlah

periode/Th Penerimaan 1 Penjualan ikan

mas 1.000 21.500 8 172.000.000

2 Penjualan ikan

nila dan mujair 300 6.000 2 3.600.000

f) Biaya Operasional

Biaya operasional usaha ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dalam pengembangan usaha pendederan ikan mas, biaya tetap yang dikeluarkan mencakup gaji karyawan dan sewa kolam.

Sedangkan untuk biaya variabel yang dikeluarkan mencakup biaya

pakan, benih, obat, kunyit, dan upah kerja harian. Biaya operasional

yang dikeluarkan pada tahun pertama sebesar Rp.135.568.000,00

(17)

sedangkan tahun ke dua dan seterusnya sebesar Rp.138.568.000,00.

Perhitungan biaya operasional secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 12.

g) Arus Kas

Arus kas (cash flow) memberikan informasi mengenai arus kas masuk (inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Dalam analisis arus kas (cash flow), manfaat yang diterima oleh perusahaan dalam melakukan pengembangan usaha pendederan ikan mas berasal dari penjualan produk, yaitu benih ikan mas. Tidak hanya itu, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa komponen-komponen investasi. Namun, dalam perhitungan jangka pendek atau per periode, nilai sisa ini tidak dimasukan (Solihin, 2007).

Arus kas dalam usaha ini terdiri dari kas masuk dan kas keluar.

Kas masuk berasal dari modal sendiri (tahun ke-0) dan laba bersih (mulai tahun ke-1). Kas keluar meliputi investasi awal (tahun ke-0) dan biaya operasional (tahun ke-1). Kas masuk dan kas keluar ini kemudian dikalkulasikan guna menghasilkan kas bersih, kas awal tahun dan kas akhir tahun.

Pada tahun ke-0, kas masuk sebesar Rp.3.780.000,00 berasal dari modal sendiri. Pada tahun ini juga ada investasi awal sebesar Rp.3.780.000,00 sebagai kas keluar. Pada tahun ke-1, ada perolehan laba bersih sebesar Rp.37.694.000,00 sebagai keuntungan awal dari panen selama delapan periode dalam setahun. Perhitungan arus kas secara keseluruhan dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 13.

h) Analisis Kelayakan Investasi

Kriteria yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha ini terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net

Benefit-Cost (B/C Ratio), Payback Period (PP), dan Profitability Ratio

(PR).

a. Net Present Value (NPV)

Berdasrkan perhitungan NPV pada Lampiran 13, usaha ini

memiliki nilai NPV sebesar Rp.269.027.000,00 dimana hasil ini lebih

(18)

besar dari 0 sehingga jika dianalisa dari nilai NPV tersebut usaha ini layak untuk dijalankan (NPV>0).

b. Internal Rate Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan, usaha ini memiliki nilai IRR sebesar 41,93%. Tingkat suku bunga deposito yang berlaku adalah 6,2%. Nilai IRR usaha ini berada di atas tingkat suku bunga deposito yang berlaku. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada pengembangan usaha ini dari pada ke bank.

Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Kemudian, nilainya dibandingkan dengan nilai investasi awal. Jika nilai investasi awal lebih kecil, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati (Umar, 2003). Perhitungan nilai IRR lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 14.

c. Net Benefit-Cost (Net B/C) Ratio

Perhitungan net B/C dilakukan dengan cara membagi NPV

positif dengan NPV negatif. Untuk usaha ini, perhitungan net B/C

secara lebih terperinci terdapat pada Lampiran 14, dimana berdasarkan

perhitungan tersebut nilai net B/C usaha ini adalah 72,17 yang artinya

(19)

lebih besar dari 1 (satu), sehingga bisa disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria net B/C usaha ini layak untuk dijalankan.

d. Gross Benefit-cost (Gross B/C) Ratio

Perhitungan gross B/C adalah dengan membandingkan jumlah PV dari nilai Gross Benefit dengan jumlah PV dari biaya kotor (Firdaus, 2008). Untuk perhitungan Gross B/C dapat dilihat pada Lampiran 15, dimana berdasarkan perhitungan tersebut nilai Gross B/C adalah 1,26 artinya pengembangan usaha budidaya pendederana ikan mas menguntungkan pada tingkat bunga yang berlaku saat itu.

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria Gross B/C usaha ini layak untuk dijalankan.

e. Payback Period (PP).

Perhitungan Payback Period (PP) lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai PP pada pengembangan usaha ini adalah 0,2 tahun. Artinya pada pengembangan usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi dengan jumlah keuntungan bersih yang telah dideskontokan setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 2,4 bulan.

Pengembangan usaha ini mampu menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir, maka pengembangan usaha ini layak untuk diimplementasikan.

f. Profitability Ratio (PR).

Perhitungan Profitability Ratio (PR) lebih lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil sebesar 72,2 yang artinya nilai PR usaha ini berada di atas 0 (nol) sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria ini, usaha ini layak untuk dijalankan.

Berdasarkan hasil penilaian kriteria investasi pengembangan

usaha tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara analisis

pengambangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan

X layak untuk diimplementasikan pada kondisi dan asumsi yang telah

ditetepkan.

(20)

Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis kelayakan pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X

NO Kriteria Kelayakan satuan nilai Keterangan

1

NPV (Sebelum Pengembangan Usaha)

(000Rp) 128.088

Menurut Khadariah, et al. (1999) jika nilai NPV>0, maka usaha layak untuk dijalankan. Nilai NPV sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan.

NPV (setelah pengembangan Usaha)

(000Rp) 269.027

2

IRR (Sebelum Pengembangan Usaha)

%/Th 41,91

Khusus untuk usaha agribisnis, batas minimum IRR adalah sebesar 20 – 35 % (AIA & Associates, 2007). Nilai IRR sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan.

IRR (setelah pengembangan Usaha)

%/Th 41,93

3

Net B/C (Sebelum Pengembangan Usaha)

- 68,41

Menurut Khadariah, et al. (1999) jika nilai Net B/C1, maka usaha layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C sesudah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan.

Net B/C (setelah pengembangan Usaha)

- 72,17

5

PP (Sebelum Pengembangan Usaha)

Th 0,2

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), periode payback periode maksimum yang disyaratkan, sulit ditentukan untuk digunakan sebagai angka pembanding.

Periode PP pada usaha ini adalah 2,4 bulan.

PP (setelah pengembangan Usaha)

Th 0,2

6

PR (Sebelum Pengembangan Usaha)

- 68,4

Menurut Firdaus (2008), jika Profitability Ratio (PR) ≥ 0 maka proyek layak untuk dijalankan. Nilai PR setelah dilakukan pengembangan mempunyai nilai lebih besar dari sebelum dilakukan pengembangan, maka usaha ini perlu dilakukan pengembangan.

PR (setelah pengembangan Usaha)

- 72,2

(21)

4.3.5 Analisis Sensitivitas

Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian. Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003). Untuk itu, penelitian ini menggunakan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas dengan mengubah beberapa faktor penting.

Analisis sensitivitas pada pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas dilakukan untuk melihat kepekaan usaha apabila terjadi perubahan harga pada faktor produksi maupun volume penjualan. Analisis ini dilakukan berdasarkan rata-rata tingkat inflasi selama 2011 sebesar 6,16% dan penurunan volume penjualan sebesar 16%. Penurunan volume penjualan ini terjadi ketika awal musim hujan. Permintaan benih dari waduk Jatiluhur dapat berkurang sampai 16%. Hal ini disebabkan karena terjadinya up welling di waduk Jatiluhur.

Tabel 9. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi dengan tingkat inflasi 6,16% dan penurunan volume penjualan 16%

No Krieria Investasi Hasil perhitungan keterangan

1 Net Present Value (NPV) Rp.6.225.000 Layak

2 Internal Rate of Return (IRR) 34% Layak

3 Net B/C 2,65 Layak

Terjadinya inflasi sebesar 6,16% dan diikuti dengan penurunan volume

penjualan sebesar 16% masih membuat pengembangan usaha yang dilakukan ini

layak untuk dijalankan. Indikator kelayakan yang diperoleh pada perhitungan ini

adalah NPV Rp.6.225.000, artinya pengembangan usaha budidaya pendederan

ikan mas ini masih memperoleh keuntungan sebesar Rp.6.225.000 selama umur

proyek. Net B/C 2,65 menunjukan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar

Rp.1,00 akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp.2,65 selama umur proyek. IRR

34% menunjukan nilai yang lebih tinggi dari nilai suku bunga deposito, sehingga

pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini masih layak untuk

dijalankan.

(22)

Tabel 10. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi dengan analisis switching value pada tingkat inflasi 18% dan penurunan penjualan 8,22%

No Krieria Investasi Hasil perhitungan

1 Net Present Value (NPV) Rp.0,0

2 Internal Rate of Return (IRR) 6,2%

3 Net B/C 1,00

Dalam pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas ini, juga dilakukan metode switching value terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan hingga nilai NPV sama dengan nol. Analisis switching value digunakan untuk mencari batas kelayakan suatu usaha. Dalam analisis ini digunakan skenario tingkat inflasi 18%, dan penurunan volume penjualan sebesar 8,22%. Berdasarkan skenario tersebut, pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas berada pada batas kelayakan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai NPV Rp.0, Net B/C 1, dan IRR sama dengan 6,2%.

Referensi

Dokumen terkait

Tempatkan kursor di kiri atas gambar atau bidang yang akan dipindahkan ke file MS Word, klik kanan tombol mouse – tekan – geser ke kanan bawah, sedemikian rupa sehingga muncul

Penelitian ini akan mengkaji tentang memodelkan peramalan harga cabai merah dimasa mendatang menggunakan model fungsi linier piecewise dengan menggunakan penjumlahan dua fungsi

Sebagaimana pengertian dari soft skills pada pembahasan di atas bahwa, terkait dengan kompetensi sosial seorang guru atau bisa dimaknai dengan keterampilan seseorang

Fluks bahang tanah pada perkebunan kelapa sawit dewasa lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam di Jambi, sedangkan fluks bahang terasa dan fluks bahang laten yang sedikit

Hasil akhir yang diperoleh dari analisis untuk mengetahui usia ketiga bahasa, yaitu bahasa Melayu Langkat dan bahasa Melayu Deli merupakan bahasa tunggal pada 216 ± 48 tahun yang

Tugas akhir yang berjudul “Denoising Citra Menggunakan Metode Estimasi Threshold untuk Citra Kamera VGA” ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan tingkat

Tanggapan warga terhadap partisipasi dalam program pembinaan kampung hijau berarti merupakan suatu pernyataan masyarakat tentang persepsi atau proses inderawi individu

Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar buah. Kloset Duduk keramik merk Mono Blok