i
LAPORAN HASIL PENELITIAN BERBASIS STANDAR BIAYA KELUARAN PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
TAHUN ANGGARAN 2021
JUDUL :
PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PELAKU TINDAK KRIMINAL
DI KABUPATEN GOWA
PENELITI:
Muhammad Ikram Nur Fuady, S.H., M.H.
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak terhingga, akan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penelitian Kementerian Agama berjudul Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Pelaku Tindak Kriminal di Kabupaten Gowa telah kami selesaikan sesuai apa yang kami harapkan.
Tujuan kami dalam penelitian ini untuk meningkatkan mengidentifikasi pengaruh pandemic Covid-19 terhadap tren kejahatan dan pelaku kejahatan itu sendiri. Penelitian ini dapat memberikan petunjuk kepada aparat penegak hokum dan pengambil kebijakan dalam mencegah tindak criminal terjadi di masa pandemic Covid-19.
Berkaitan dengan hal itu, ucapan terimakasih perlu kami sampaikan masing-masing kepada Ketua LP2M UIN Alauddin Makassar, Dekan FSH UINAM, dan segenap teman yang terlibat dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung atas bantuan dan partisipasinya selama kegiatan ini dilaksanakan.
Samata-Gowa, September 2021
Muhammad Ikram Nur Fuady, S.H.,M.H.
Ketua Peneliti
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...iv
DAFTAR GAMBAR ...v
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...1
C. Tujuan Penelitian ...2
BAB 2 KAJIAN TEORI A. Kajian Terdahulu yang Relevan (Literature Review) ...4
B. Teori yang Relevan ...5
BAB 3 METODE PENELITIAN ...6
A. Pendekatan Penelitian ...6
B. Populasi dan Sampel ...6
C. Teknik Pengumpulan Data ...6
D. Teknik Analisis Data ...6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...7
A. Pengaruh Pandemic Covid-19 Terhadap Tren Kejahatan 1. Pandemi Covid-19 dan Tren Kejahatan ...7
2. Modus Kejahatan yang terjadi ...9
B. Faktor Yang Menyebabkan Pelaku Kejahatan Melakukan Tindak Kejahatan Di Masa Pandemic Covid-19 ...10
1. Pandangan Pelaku Kejahatan terhadap Wabah Covid-19 ...10
2. Alasan pelaku melakukan kejahatan di masa pandemic ...11
Covid-19 a. Desakan Ekonomi ...11
b. Kondisi yang Sunyi ...12
c. Pergaulan ...12
BAB 5 PENUTUP ...13
A. Kesimpulan ...13
B. Implikasi dan Saran...13
DAFTAR PUSTAKA ...14
iv DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah kejahatan pada tahun 2018-2020. ... 8 Tabel 2. Jenis Tindak Pidana yang dilakukan ………. 10
v DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Kejahatan Per Daerah Kecamatan ...7 di Kabupaten Gowa
Gambar 2. Kejahatan Akibat Covid-19 ... …. 9 Gambar 3. Suasana wawancara terhadap responden oleh ……….. 11 enumerator
Gambar 4. Kunjungan peneliti dan enumerator ke Polres Gowa…12
1 BAB 1
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Pandemi Covid-19 dimulai di China pada akhir 2019 (Chen & Li, 2020). Selanjutnya, penyebaran virus corona mulai menyebar ke Indonesia dan negara lain (Fadli, 2020). Melihat hal tersebut, pemerintah China telah melakukan lockdown besar-besaran pada awal tahun 2020 untuk menekan penyebaran virus (Hanming Fang, Long Wang, 2020). Penerapan kebijakan lockdown yang disebut Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak Maret hingga Juni 2020 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Skala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 (Chryshna, 2020). Ini memaksa semua orang untuk tinggal di rumah untuk bekerja, dan kegiatan belajar, termasuk sekolah dan mahasiswa, diubah menjadi online. Tak hanya itu, pusat perbelanjaan dan bisnis non-esensial seperti mal dan restoran juga tutup selama periode PSBB yang berakhir pada Juni 2020 (Santia, 2020).
Penyebaran Covid-19 di Indonesia awalnya terjadi di Depok pada Maret 2020, yang diumumkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo, yang menimbulkan keributan (Ihsanuddin, 2020). Selanjutnya, penyebaran virus mulai terjadi di daerah lain, yang memaksa pemerintah untuk mengklasifikasikan wilayah berdasarkan jumlah penderita Covid-19 yang terbagi menjadi zona merah, kuning, dan hijau (Chong, 2020). Namun tidak semua daerah di Indonesia terkena virus ini, dimana masih ada beberapa daerah yang bebas terpapar Covid-19 (Shalihah, 2020).
Penutupan pusat bisnis dan pusat keramaian menjadikan kondisi tenang sebagai peluang yang sangat baik bagi penjahat untuk melakukan aksinya (Clarke, 2012). Aparat kepolisian telah dikerahkan untuk melakukan pengamanan, namun rasio jumlah aparat kepolisian dan wilayah hukum masih belum ideal sehingga peluang terjadinya tindak pidana masih tinggi (Movanita, 2017). Perubahan yang terjadi selama pandemi Covid-19 ini telah membawa Indonesia ke era baru yang disebut New Normal (Muhyidin, 2020).
Berbagai kejahatan dilaporkan selama pandemi Covid-19, tetapi ada kecenderungan penurunan tingkat kejahatan di sebagian besar wilayah.
Tren tersebut terlihat di wilayah Kota Jakarta yang melaporkan penurunan
kriminalitas sekitar 53,82%, dan gangguan ketertiban umum menurun
sekitar 34,78% (Movanita, 2020). Selanjutnya penurunan jumlah tindak
2 pidana juga terjadi di Kota Bandung (Andriyawan, 2020) dan kecamatan dan kota di Provinsi Jawa Timur sebesar 62% (Perdana, 2020).
Penurunan angka kriminalitas tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di berbagai negara di benua Eropa. Misalnya, Inggris (Dood, 2020) dan Polandia melaporkan penurunan hingga 50% dalam jumlah kejahatan (PAP, 2020). Lebih lanjut, negara-negara besar seperti Amerika Serikat juga melaporkan penurunan jumlah kejahatan di beberapa kota besar seperti Chicago sebesar 42% dan New York City sebesar 20%
(Coyne, 2020).
Hal ini juga sesuai dengan surat Al-Fussilat ayat 34. Ibnu Katsir mengatakan, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.
Maksudnya, barang siapa yang berbuat jahat terhadap dirimu, tolaklah kejahatan itu darimu dengan cara berbuat baik kepada pelakunya (Yusuf, 2020).
Oleh karena itu, bagaimana pengaruh pandemic Covid-19 kepada semua orang, termasuk pelaku kejahatan, seperti bagaimana cara pelaku kejahatan bertahan hidup dan hal lain yang menurunkan ketertarikan pelaku kejahatan untuk tidak melakukan aksinya di masa pandemic Covid- 19. Maka dari itu, penelitian ini adalah suatu hal yang urgen untuk dilaksanakan sebagai dasar pengambil kebijakan berikutnya tentang cara mencegah kejahatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun fokus pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh masa pandemic Covid-19 terhadap tren kejahatan?
2. Bagaimana faktor yang menyebabkan pelaku kejahatan kurang melakukan tindak kejahatan di masa pandemic Covid-19?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tren tindak kejahatan di masa pandemic Covid-19;
2. Mencaritahu faktor alasan yang membuat tren penurunan kejahatan
terjadi di masa pandemic Covid-19;
3 3. Memberikan alternatif solusi kepada pengambil kebijakan dalam menyusun strategi pencegahan tindak kejahatan di masa pandemik Covid-19 dan setelahnya.
4. Membantu institusi penegak hukum dalam menghadapi pelaku tindak kriminal di masa pandemi Covid-19;
5. Menjadi sumber pengetahuan kepada masyarakat agar tidak menjadi
korban kejahatan.
4 BAB 2
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TERDAHULU YANG RELEVAN (LITERATURE REVIEW)
Berikut adalah beberapa kejian terdahulu yang relevan:
1. Penelitian Clarke (2012) yang menunjukkan tindak kejahatan dapat terjadi karena adanya peluang bagi pelaku kejahatan yang memberikan ruang dan waktu yang cukup untuk melakukan aksinya (Clarke, 2012). Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kejahatan terjadi akibat adanya kecukupan ruang dan waktu yang tidak disengaja yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat. Berhubungan dengan hal tersebut, penelitian ini akan melihat alasan pelaku kejahatan tidak atau mengurangi aksi kejahatan di masa pandemic, sedangkan ruang dan waktu dapat dikatakan sangat memadai akibat kebijakan PSBB;
2. Penelitian yang dilakukan Felson (2020) menunjukkan bahwa terjadi perubahan akibat berlakunya protokol kesehatan secara permanen dalam kehidupan sehari-hari juga membawa perubahan pada aktivitas rutin masyarakat yang semakin peka terhadap orang lain.
Hal ini terlihat dari penerapan physical distancing dan social distancing yang mengubah kerumunan menjadi kesepian dalam segala aspek kehidupan (Felson et al., 2020). Berdasarkan teori peluang pidana, pelaku tindak pidana narkotika akan memanfaatkan kondisi kawasan sepi, termasuk situasi pankdemik Covid-19.
3. Penelitian selanjutnya adalah yang dilakukan oleh LeBeau dan Leitner (2011) tentang pengaruh keadaan geografis terhadap kejahatan. Dalam penelitiannya, geography crime theory yang menyatakan bahwa memiliki ruang yang cukup untuk melakukan kejahatan akan menimbulkan kejahatan yang tinggi (LeBeau &
Leitner, 2011). Sedangkan di sisi lain, banyaknya laporan penurunan tren kejahatan di masa pandemic Covid-19 menunjukkan teori kejahatan geografi (geography crime theory) perlu dilakukan peninjauan kembali. Hal tersebut dapat dilakukan melalui penelitian ini.
4. Penelitian yang dilakukan Rahman Syamsuddin, dkk (2020) tentang
bagaimana pengaruh pandemic Covid-19 terhadap kejahatan
pencurian yang dilakukan di Kota Makassar. Penelitian ini
menunjukkan peningkatan jumlah kejahatan pencurian di Kota
5 Makassar selama masa pandemic Covid-19, khususnya pada daerah rumah penduduk. Hal ini dapat menjadi acuan dalam penelitian ini dalam mencaritahu mengapa hubungan masa pandemic Covid-19 dan pelaku kriminal. Hal-hal apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam perspektif pelaku tindak kriminal dalam melakukan kejahatan akan dikaji dalam penelitian yang diajukan ini.
B. TEORI YANG RELEVAN
1. Teori Pencegahan (The Deterrence Theory) (Quackenbush & Zagare, 2020)
Teori ini merupakan teori yang telah ada sejak akhir perang dunia pertama. Teori ini telah digunakan dalam berbagai aspek, seperti strategi militer, politik, hukum, dan sebagainya Berbagai penelitian telah dilakukan hingga era modern saat ini, termasuk dalam tindak kriminal, seperti pencurian, begal, bullyng, dan sebagainya. Penelitian ini mengadopsi teori pencegahan sebagai pondasi sebagaimana perumpamaan “lebih baik mencegah daripada mengobati” yang dapat diartikan pada aspen tindak pidana, maka
“lebih baik mencegah sebelum adanya korban”.
2. Teori Kesempatan (Opportunity Theory) (Clarke, 2012b)
Teori ini menyampaikan bahwa suatu kejahatan dapat terjadi karena pertemuan ruang dan waktu yang tepat untuk melakukan kejahatan. Pertemuan ruang dan waktu yang tepat itulah yang disebut dengan kesempatan. Banyak penelitian yang telah membenarkan teori ini untuk berbagai jenis kejahatan dan bidang kehidupan.
3. Teori Kontrol Sosial (Social Control Theory) (Ridwan, 2014) Menurut Reiss bahwa kontrol sosial adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga masyarakat untuk melaksanakan norma-norma secara efektif. Selanjutnya, menurut Sadjipto Rahadjo bahwa kontrol sosial adalah proses untuk mempengaruhi dan merubah perilaku individu agar sesuai dengan harapan masyarakat.
Penelitian ini akan melihat sejauhmana pandemic Covid-19 dalam
mempengaruhi perilaku penjahat dengan berbagai informasi
penurunan tren kejahatan. Apakah pandemic Covid-19 bisa menjadi
alat kontrol social akan terjawab dalam penelitian ini.
6 BAB 3
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Marshall, 2018) dengan pendekatan etnograpi. Pendekatan ini mengharuskan peneliti untuk beradaptasi dengan lingkungan target responden.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil adalah pelaku kejahatan selama masa pandemi Covid-19. Sedangkan sampel adalah 20 pelaku kejahatan yang telah melakukan aksi kejahatan di wilayah hukum Kabupaten Gowa dengan metode purposive sampling.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan wawancara mendalam (Questionpro, 2020). Dokumentasi akan dilakukan terhadap data dari kepolisian wilayah Kabupaten Gowa. Sedangkan wawancara mendalam akan dilakukan kepada 20 sampel.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa dokumen dan
analisis audio. Teknik ini akan mengolah data dari kepolisian yang
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dilanjutkan analisis audio pada
rekaman hasil wawancara mendalam secara berulang-ulang agar
mendapatkan hasil yang akurat.
7 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pandemic Covid-19 Terhadap Tren Kejahatan Bagian ini akan dijelaskan dalam dua aspek, yaitu:
1. Pandemi Covid-19 dan Tren Kejahatan
Temuan penelitian ini adalah mencaritahu hubungan pandemic Covid-19 dengan angka kejahatan yang terjadi, dalam hal ini berfokus pada daerah hokum Kabupaten Gowa. Jika pada tren yang terjadi di berbagai bagian negara lain adalah menurun, maka temuan kami di Polres Gowa adalah juga menurun. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.
Tabel 1. Jumlah kejahatan pada tahun 2018-2020.
Tahun Jumlah
Kejahatan Keterangan Tren
2018 304 Sebelum Covid-
19
-
2019 205 Awal Covid-19 ↓32.5%
2020 182 Selama Covid-19 ↓11.2%
Sumber: Data Polres Gowa yang diolah oleh peneliti
Berdasarkan data pada table 1 dapat dilihat bahwa sepanjang tahun 2018 dimana wabah virus korona belum menyebar, terdapat 304 kejahatan untuk semua kategori tindak criminal yang terjadi di wilayah hokum Kabupaten Gowa. Ketika masuk Maret 2019, Indonesia secara resmi menyatakan wabah pertama Covid-19 hingga saat ini. Data menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2019 angka kejahatan menurun sebesar 32.5% dari total jumlah kejahatan sebelumnya, sedangkan angka kejahatan kembali menurun pada tahun 2020 sebesar 11.2%. Data tersebut diekstrak dari catatan kepolisian Kabupaten Gowa (Polres Gowa) yang tidak dapat dipublikasikan secara umum, sehingga peneliti mengambil data tersebut dengan ijin khusus demi kepentingan penelitian.
Melihat fakta ini, peneliti mengetahui bahwa pandemic Covid-19
juga mempengaruhi tren kejahatan yang terjadi di Kabupten Gowa yang
merupakan kota satelit dari ibukota Makassar dengan jumlah penduduk
sebesar ± 652.941 jiwa dan luas wilayah 1.883,32 km² (Selatan, 2021). Jika
8 merujuk pada wilayah hokum kabupaten Gowa, maka kita dapat melihat bahwa Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan, yaitu Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu, Biringbulu, Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan. Data tren angka kejahatan dapat dilihat pada data berikut.
Gambar 1. Jumlah Kejahatan Per Daerah Kecamatan di Kabupaten Gowa
Tren kejahatan tersebut menunjukkan bahwa wilayah ibukota menunjukkan angka kejahatan yang lebih tinggi daripada daerah kecamatan lain, dimana daerah ibukota merupakan pusat niaga dan administrasi pemerintahan dengan jumlah penduduk serta kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada daerah lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa kompleksitas masalah yang terjadi di daerah sekitar ibukota lebih tinggi akibat pengaruh pandemic Covid-19 yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang berujung pada berbagai masalah, utamanya demi bertahan hidup sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala satuan reserse criminal di Polres Gowa, juga menyatakan bahwa meskipun angka kejahatan secara keseluruhan menurun, tetapi sebagian besar kejahatan terjadi di daerah pusat niaga di ibukota dengan berbagai motif, tetapi Covid-19 juga menjadi salah satu motif pelaku.
50%
20%
20%
10%
Jumlah Kejahatan Per Daerah Kecamatan di Kabupaten Gowa
Kecamatan A Kecamatan B Kecamatan C Kecamatan D
9 2. Modus Kejahatan yang terjadi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 responden yang merupakan tahanan pelaku tindak pidana di Polres Gowa, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Jenis Tindak Pidana yang dilakukan
Jenis Tindak Pidana Jumlah
Penganiayaan 4
Pencurian 3
Penyalahgunaan Narkoba 2
Pelecehan Seksual 2
Menggunakan Bom Ikan 2
Pembunuhan 1
Pemerasan 1
Penculikan Anak 1
Pemerkosaan 1
Penambang tanpa izin 1
Penggelapan 1
Penyerobotan Tanah 1
Total 20
Data di atas menunjukkan bahwa tindak pidana penganiyaan adalah
modus tindak pidana yang terjadi selama masa pandemic Covid-19 di
Kabupaten Gowa. Diikuti oleh kejahatan pencurian, narkoba, pelecehan
10
60%
30%
10%
Kejahatan Akibat Covid-19
Yang Menjadikan Peluang
Yang menjadikan Hambatan Tidak Memberikan Pendapat