HUKUM DAN MASYARAKAT
Dr. Mulyanto, S.H., M.Hum
Apa itu Paradigma ?
Ada dua rombongan turis Taiwan datang ke sebuah pulau di Jepang, kondisi jalan sangat buruk, lubang dimana-mana…
Seorang guide minta maaf dan mengatakan bah wa jalan itu seperti orang bopeng.
Guide yang kedua, dengan puitis berkata, “Bapak Ibu, inilah jalan lesung pipit
yang terkenal itu”.
Look at this picture: what do you see?
Images nearby ... and far away
And here:
How many hidden images?
Horse Bear
Lion Eagle
Wolf Father Woman And ???
Hukum
Tingkah laku/gejala sosial (law in action, optik deskriptif)
Norma/kaidah (law in the books, optik preskripsi)
Isi:
Suruhan Larangan kebolehan
Roscoe Pound
Hukum adalah alat untuk mengubah
memperbaiki keadaan masyarakat (law is social engineering)
Land
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia
Mayers
Hukum adalah keseluruhan norma atau kaidah dan penilaian yang berhubungan dengan
perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat dan yang harus diperhatikan oleh penguasa dalam melaksanakan tugasnya.
Soetandyo Wignjosoebroto :
Hukum adalah asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal (law as what ought to be).
Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang- undangan hukum nasional.
5 Konsep Hukum
Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concreto, tersistematisasi sbg judge made law.
Hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga eksis sebagai variabel sosial yang empiris.
Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.
Soerjono Soekanto
Hukum dalam arti ilmu (pengetahuan)
Hukum dalam arti disiplin atau sistem ajaran tentang kenyataan
Hukum dalam arti kaedah atau norma
Hukum dalam arti tata hukum atau hukum posistif Hukum dalam arti keputusan pejabat
Hukum dalam arti petugas
Hukum dalam arti proses pemerintahan
Hukum dalam arti perilaku yang teratur dan ajeg Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai
Meliputi
Ilmu-ilmu yang mencakup normwissenschaft atau sollenwissenschaft dan tatsacheneissenschaft.
Yang pertama mencakup ilmu tentang kaidah dan ilmu pengertian (dogmatik hukum);
Yang kedua mencakup sosiologi hukum, antropologi hukum, psikologi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum (ilmu kenyataan hukum)
Politik hukum, yang mencakup kegiatan memilih nilai-nilai serta menterapkan nilai-nilai
Filsafat hukum, yang kegiatannya mencakup perenungan nilai-nilai, perumusan nilai-nilai serta penyerasian nilai-nilai.
Pohon ilmu (Science tree)
Disiplin Dasar
Filsafat hukum, sosiologi dan antropologi hukum, psikologi hukum, sejarah hukum dan perbandingan hukum
Disiplin Pokok
Ilmu Kaedah, ilmu tentang pengertian (Dogmatik hukum)
Disiplin Cabang
Ilmu hukum tata negara, ilmu hukum administrasi negara, ilmu hukum pribadi, ilmu hukum harta kekayaan, ilmu hukum keluarga, ilmu hukum waris, ilmu hukum pidana.
KONSEP DASAR SOSIOLOGI HUKUM
SOSIOLOGI : mempelajari masyarakat dlm
konteks hubungan atau interaksinya antar warga.
ILMU HUKUM : mempelajari sekumpulan aturan- aturan untuk membimbing perilaku manusia yang diterapkan & ditegakkan diantara anggota
masyarakat (Negara).
SOSIOLOGI HUKUM : Ilmu pengetahuan ttg interaksi manusia yg berkaitan dg hukum dlm kehidupan bermasyarakat. Sosiologi hukum sbg pengetahuan yg bersifat multi disipliner
approach.
“ubi societas ibi ius “
(dimana ada masyarakat, disitu ada hukum)
Manusia adalah makhluk yang mempunyai hasrat hidup bersama (zoon politicon) bahwa manusia itu sebagai makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainya
Adagium hukum tsb menyiratkan bahwa masyarakat tidak akan
dapat hidup tanpa adanya suatu tatanan atau keteraturan (hukum).
Terminologi hukum harus dimaknai secara luas, tidak hanya sebatas sebuah aturan tertulis saja ( undang-undang), tetapi juga hukum tak tertulis yang berkembang di dalamasyarakat dan telah
mengatur suatu tatanan kehidupan dalam mayarakat itu
Konsep “the living law” (hukum yang hidup‟): Eugen Ehrlich 1913
Melalui “living law’, Ehrlich menunjukkan bahwa
kebermaknaan hukum tidak terletak pada proses formal pembentukannya, melainkan ketika hukum menyatu dengan praktik dan interaksi sosial.
Ehrlich menyatakan bahwa “At the present as well as at any
other time, the center of gravity of legal development lies
not in legislation, not in judicial decisions, but in society
itself” (Pada saat ini maupun pada waktu lainnya, pusat dari
pengembangan hukum tidak terletak pada undang-undang,
bukan pada keputusan pengadilan, tetapi dalam masyarakat
itu sendiri)
Emmanuel Kant,
Hukum sebagai keseluruhan kondisi-kondisi dimana terjadi
kombinasi antara keinginan2 pribadi seseorang dengan keinginan2 pribadi orang lain, sesuai dG hukum-hukum ttg kemerdekaan.
Artinya hukum dan masyarakat mrpkn bangunan yang terus
berkembang dan tidak terjebak kepada bentuk normatif yang mati rasa.
Pandangan hukum yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
Teori hukum alam selalu menuntun kembali sekalian wacana dan institusi hukum kepada basisnya yang asli, yaitu dunia manusia dan masyarakat.
Kebenaran hukum tidak dapat dimonopoli atas nama otoritas para pembuatnya, seperti pada aliran positivisme, melainkan kepada asalnya yang otentik…norma hukum alam, kalau boleh disebut demikian, berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan cita-cita keadilan yang wujudnya berubah-ubah dari masa ke masa.
Tujuan hukum dalam masyarakat :
Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat: hukum berfungsi menunjukkan manusia mana yang baik, dan mana yang buruk, sehingga segala sesuatu dapat berjalan tertib dan teratur.
Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin:
hukum dapat memberi keadilan, dalam arti dapat menentukan siapa yang salah, dan siapa yang benar, dapat memaksa agar peraturan dapat ditaati dengan ancaman sanksi bagi pelanggarnya.
Sebagai sarana penggerak pembangunan: daya mengikat dan
memaksa dari hukum dapat digunakan atau didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Hukum adalah alat untuk membuat masyarakat yang lebih baik.
Sebagai penentuan alokasi wewenang secara terperinci siapa yang boleh melakukan pelaksanaan (penegak) hukum, siapa yang harus menaatinya, siapa yang memilih sanksi yang tepat dan adil: seperti konsep hukum konstitusi negara
Satjipto Rahardjo (Begawan Sosiologi Hukum UNDIP) Hukum Progresif
Berfikir secara progresif berarti harus berani keluar dari
mainstream pemikiran absolutisme hukum, kemudian menempatkan hukum dalam persoalan kemanusiaan.
Bekerja berdasarkan pola pikir atau paradigma hukum progresif akan melihat faktor utama dalam hukum itu adalah manusia,
sedangkan paradigma hukum yang positivisme meyakini kebenaran hukum atas manusia. Manusia boleh dimarjinalkan asalkan hukum tegak. Sebaliknya paradigma hukum progresif berfikir bahwa justru hukumlah yang harus dimarjinalkan untuk mendukung proses
eksistensi kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan.
Agenda utama hukum progresif adalah menempatkan manusia sebagai sentralisasi utama perbincangan tentang hukum. Bagi
hukum progresif hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
Definisi Sosiologi Hukum
Secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial (Soerjono Soekanto)
Pengetahuan hukum terhadap pola perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya (Satjipto Rahardjo)
Hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala sosial secara empiris analitis (R. Otje Salman)
Sosiologi hukum mempelajari kehidupan hukum yang ada di
tengah-tengah masyarakat dan tidak akan pernah puas kalau
hanya mempelajari hukum sebagai aturan tertulis dalam kitab
undang-undang (Soetandyo Wignjosoebroto)
Sosiologi Hukum
Sociology of law
Kajian Ilmu sosial tentang hukum (social science on law) khususnya sosiologi hukum (Sociology of law)
Sosiologi dg fokus kajiannya masalah kehidupan hukum
Berkembang di tradisi Eropa (Civil Law) dg tokoh-tokoh (sosiolog) Karl Marx, Henry S. Maine, Emile
Durkheim dan Max Weber
Tradisi hakim sbg penemu hukum sebagai corong/mulut yg
membunyikan bunyi UU
Membahas ketertiban sosial
termasuk kaidah hukum khususnya variabel pnyebab bukan teknik,
sistematika hukumnya
Pendekatan analitis deskriptif
Sociological Jurisprudence
Mazab Sociological jurisprudence tumbuh dilingkungan kajian ilmu hukum (Jurisprudence)
Aliran sosiologis dalam ilmu hukum
Berkembang diAmerika dg tradisi Common Law (anglo Saxon) dg tokoh hakim Oliver W. Holmes, Benjamin N. Cardozo dan Roscoe Pound (Dekan, Guru Besar Hukum Universitas Harvard)
Tradisi jugde made law (hakim
menciptakan hukum, bukan sekedar menemukan hukum
Membahas kaidah hukum dengan pendekatan multidisipliner
(komprehensif)
Pendekatan analitis evaluatif
Metode kajian Sosiologi Hukum
Karena sosiologi hukum mrpkn cabang sosiologi, maka metode kajiannya dg pendekatan sosiologi
yakni melihat objek kajian dg kacamata penglihatan deskriptif
Memahami objek tanpa memberika ihwal apa-apa tentang baik buruknya (bebas nilai)
Hanya memberikan keadaan kualitas dan/atau
kuantitas objek sebagaimana “apa adanya”.
Objek (paradigma) Sosiologi Hukum
Berhukum adalah medan pergulatan dan perjuangan manusia. Bekerjanya hukum seyogyanya dilihat dalam konteks yg lebih besar…Hukum tidak ada untuk diri dan
keperluannya sendiri, melainkan untuk manusia, khususnya kebahagiaan manusia (Prof Satjipto Rharjo)
Hukum sbg government’s social control (D. Black)
Hukum hendaknya memilih hakikatnya sebuah objek studi yg
interdisipliner…Keragaman aspek dari hukum itu tidak dapat
dijelaskan tanpa memanfaatkan disiplin ilmu pengatahuan
lain spt antropologi, sosiologi dsb (Prof Esmi Warassih, Guru
Besar Sosiologi UNDIP)
Ruang Lingkup Sosiologi Hukum
Pola-pola perikelakuan (hukum) warga masyarakat
Hubungan timbal balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dengan perubahan-perubahan sosial budaya
Sosiologi Hukum meneliti mengapa manusia patuh
pada hukum, mengapa dia gagal mentaati hukum,
serta faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya
Masalah-masalah yang disoroti Sosiologi Hukum
Hukum dan Sistem Sosial Masyarakat
Persamaan dan Perbedaan sistem-sistem hukum
Sifat sistem hukum yang dualistis
Hukum dan kekuasaan
Hukum dan nilai-nilai sosial budaya
Kepastian hukum dan keadilan
Peranan hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat
Dan sebagainya
Guna Sosiologi Hukum
Sosiologi Hukum berguna untuk memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum dalam konteks sosial
Pengunaan konsep-konsep sosiologi hukum dapat memberikan kemampuan untuk mengadakan
analisis terhadap efektifitas hukum dalam masyarakat
Sosiologi Hukum memberikan kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum
di dalam masyarakat
MANFAAT MEMPELAJARI SOSIOLOGI HUKUM
Mengetahui dan memahami perkembangan hukum positif (tertulis/tdk tertulis) di dalam masyarakat.
Mengetahui efektifitas berlakunya hukum positif di dalam masyarakat.
Mampu menganalisis penerapan hukum di dalam masyarakat.
Mampu mengkonstruksikan fenomena hukum yg terjadi di masyarakat.
Mampu mempetakan masalah-masalah sosial dalam kaitan dengan penerapan hukum di masyarakat.
(Baca Sosiologi, Hukum dan Sosiologi Hukum. B.R. Rijkschroeff)
KONSEP KEBENARAN
KEBENARAN :
Absolut (kitab suci).
Otoriter (kekuasaan)
Mistik (Dewa, Paranormal, Dukun dll).
Ilmiah (pakar, ilmuwan).
KEBENARAN HUKUM → Normatif
KEBENARAN SOSIOLOGIS → Bebas Nilai (values free) FAKTA SOSIAL
KEBENARAN SOSIOLOGI HUKUM
NORMA-NORMA Tidak sama dg kebenaran hukum
(Baca Sosiologi Moralitas, Taufik Abdullah)
STRUKTUR/SUSUNAN ILMU
Struktur ilmu diilustrasikan sebagai sebuah limas atau piramid.
Pada bagian dasar terdiri atas fakta-fakta, kemudian ke
bagian atas terdiri atas: klasifikasi, definisi, hipotesa,
hukum, dan teori pada bagian puncaknya.
TEORI
Memahkotai sistem ilmiah
Terdiri atas hukum-hukum ilmiah.
Pernyataan-pernyataan umum yang memaut hubungan teratur antar fakta/gejala.
Berfungsi untuk memberi eksplanasi, prediksi dan
pemahaman terhadap berbagai fakta/gejala.
Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum
Anzilotti (1882) Sosiologi Hukum
Dipengaruhi Oleh:
Filsafat Hukum
Ilmu Hukum
Sosiologi yang berorientasi pada hukum
Filsafat Hukum
Muncul akibat kebimbangan akan kebenaran dan keadilan dari hukum
Ketidakpuasan terhadap hukum yang berlaku
Isi dari peraturan yang berlaku dianggap tidak adil
dan tidak bisa digunakan untuk menilai perilaku
orang
Madzab/Aliran-aliran Pemikiran Filsafat Hukum
Aliran Natural Yurisprudence
Aliran Formalitis
Mazhab Sejarah dan Kebudayaan
Aliran Utilitarianism
Aliran Sociological Jurisprudence
Aliran Legal Realism
1. Teori Hukum Alam (Natural Yurisprudence)
Tokoh: Plato, Aristoteles, Cicero, Thomas Aquinas
Mengakui adanya norma-norma hukum yang lebih tinggi (higher law) atas norma-norma hukum yang berlaku di berbagai negara (hukum positif).
Norma-norma hukum alam berfungsi sebagai
pembenaran maupun penolakan atas norma-norma hukum positif.
Norma-norma hukum alam berasal dari tuhan, brsift universal tdk terikat ruang & waktu
Hukum positif semestinya berasal dari hukum alam
Hukum alam diwarnai ajaran canonik bhw hukum
alam sm dg hkm Tuhan yg brsifat abadi (lex aeterna)
2. Aliran Positivism/Formalism jurisprudence
Positivisme merupakan salah satu aliran yang telah mendominasi pemikiran dan konsepsi-konsepsi hukum di berbagai negara sejak abad XIX.
Penganut paham ini akan senantiasa menggunakan parameter hukum positif – bahkan cenderung mengagung-agungkan hukum
positif – untuk melakukan penilaian terhadap suatu masalah dengan mekanisme hirarki perundang-undangan.
Dengan penggunaan aliran ini – di mana penegakkannya
mengandalkan sanksi bagi siapa yang tidak taat – para pengikutnya berharap (bahkan telah memitoskan) akan tercapai kepastian dan ketertiban serta mempertegas wujud hukum dalam masyarakat.
Aliran ini mendekonstruksi kosep2 Hk aliran HK Alam, dari
konsepnya yg semula metafisik (hk sbg ius atau asas2 keadilan yg
abstrak) kekonsepnya yang lebih positif (hk sebagai lege atau aturan
perundang2an), oleh sebab itu harus dirumuskan secara jelas dan
pasti.
1. Suatu tatanan hukum negara berlaku bukan karena
mempunyai dasar dalam kehidupan sosial, jiwa bangsa, dan hukum alam, melainkan karena mendapat bentuk positifnya suatu instansi yg berwenang.
2. Dalam mempelajari hukum hanya bentuk yuridisnya yang dipandang. Hukum sbg hukum hanya ada dg bentuk
formalnya.
3. Material hk memang ada, tetapi tdk dipandang sbg bahan ilmu pengetahuan hukum, krn isi mrp variabel yg bersifat sewenang2. Isi hk tergantung dr situasi etis dan politik suatu negara, mk hrs dipelajari ilmu pengtahuan lain.
PRINSIP DASAR POSITIVISME HUKUM
H.L.A.HART
1. Undang-undang adalah perintah manusia;
2. Tidak perlu adanya hubungan hk antara hk dg moral atau hk yang ada dan yang seharusnya ada;
3. Analisis dari konsepsi-konsepsi hkum:
a) layak dilanjutkan;
b) harus dibedakan dari penelitian2 historis mengenai sebab2 atau asal-usul dari UU dari penelitian2 sosiologis mengenai
hubungan hk dg gejala sosial lainnya, dan kritik atau
penghargaan hk apakah dalam arti moral atau sebaliknya.
4. system hukum adalah system logis tertutup, artinya,
putusan2 hk yang tepat dapat dihasilkan dengan cara-cara yang logis dari peraturan2 hk yang telah ditentukan lebih
dahulu tanpa mengingat tuntutan2 social, kebijaksanaan, norma2 moral;
5. penilaian-penilaian moral tidak dapat diberikan atau dipertahankan.
Hukum merupakan perintah dari kekuasaan politik yg berdaulat dalam suatu negara .
Hukum merupakan sistem yang logis, tetap dan tertutup
Hukum Tuhan dan hukum manusia
Hukum yang sebenarnya berisi (perintah, sanksi, kewajiban, kedaulatan) dibuat oleh penguasa dan hukum tidak sebenarnya dibuat oleh
kelompok/badan tertentu
John Austin (1790-1859)
(analytical jurisprudence)
Tokoh Aliran Formalitis
Hans Kelsen
Menulis 2 buku legendaris: The Grand Theory of Law and State & Pure Theory of Law menegaskan bhw ilmu hukum adalah suatu ilmu ttg norma yg
keberadaannya lepas dari kondisi sosial disekitarnya.
Hukum tdk terkait ilmu sosial. Hukum hnya utk
membrikn justifikasi ttg benar atau salah thp kasus.
Dengan Stufenbau theory : bangunan hierarkhis dr
sistem hkum yg terpenting bhw Hukum hrs menjaga
ketaatan thp struktur norma scr keseluruhan guna
menjamin kepastian hukum, maka harus taat pada
asas-asas hukum
lanjutan
Sistem hukum merupakan suatu sistem
pertanggapan dari kaidah-kaidah dimana suatu kaidah hukum tertentu dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yang lebih tinggi
Kaidah dasar (Grundnorm) merupakan puncak
Pengaruh Aliran Formalitis
Penekanan pada pemisahan:
Hukum – Moral
Hari ini – Akan datang
Hukum – kebiasaan
3. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan
Friedrich Karl Von Savigny
Hukum dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan dimana hukum tersebut timbul
Hukum merupakan perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat (Volksgeist)
Sistem Hukum merupakan bagian dari sistem sosial yang lebih luas
Kekuatan untuk membentuk hukum terletak pada rakyat yg terdiri dr kompleksitas individu dan perkumpulan2.
Pembuat UU hrs mdpt bahannya dr rakyat dan ahli hukum dg mempertimbangkan perasaan hukum dan perasaan
keadilan masyarakat
Tokoh Mahzab Sejarah
Sir Henry Maine
Hubngan hukum yang didasarkan pada status warga masyarakat yang masih sederhana, akan hilang
apabila masyarakat berkembang menjadi modern
dan kompleks
4. Aliran Utilitarianism
Jeremy Bentham
Manusia bertindak untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan
Setiap kejahatan harus disertai dengan hukum yang sesuai dan penderitaan yang dijatuhkan tidak lebih dari yang diperlukan
untuk mencegah terjadinya kejahatan (Hedonistic utilitarianism)
Hukum harus bermanfaat bagi masyarakat
Baik buruknya hukum harus diukur dari baik buruknya akibat yg dihasilkan oleh penerapan hukum itu. Suatu ketentuan hukum baru dapat dinilai baik, jika akibat2 yg
dihasilkan dr penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan
sebesar-besarnya, dan mengurangi penderitaan.
Tokoh Aliran Utilitarianism
Rudolph von Ihering (Social Utilitarianism)
Hukum merupakan alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuannya
Aliran Sociologycal Jurisprudence
Roscoe Pound (Penggagas SJ):
(Dekan, Guru Besar Hukum Universitas Harvard)
Hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga
kemasyarkatan yg berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Hukum sebagai suatu konsep yang dapat dikembangkan
sedemikian rupa untuk dijadikan alat rekayasa sosial. “Law as a tool of social engineering”
Yeheskel Dror: Law as a tool of directed social change.
5. Aliran Sociologycal Jurisprudence
Eugen Ehrlich
Hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (Living Law)
Perkembangan dari hukum terletak dalam masyarakat
Benyamin Cardozo:
Hukum sbg kaidah yg perkembangannya sangat bergantung pd komponen2 di luarnya . Logika,
sejarah, adat istiadat, pedoman perilaku yg benar,
hakikatnya mrpk kekuatan2 yg berpengaruh besar
terhadap perkembangan hukum.
6. Aliran Legal Realism
Legal Realism (Karl llewellyn, Jerome Frank & Oliver Wendell Holmes)
Hakim tidak hanya menemukan hukum (eropa kontinental), tetapi membentuk/
menciptakan hukum (tradisi anglo saxon)
Hukum bukanlah apa yang tertulis dengan indah dalam undang-undang melainkan hukum yang diterapkan dalam realitas sehari-hari oleh polisi, jaksa, hakim.
Aparatur hk dan masy, tempat hukum itu diterapkan bukanlah komponen2 mekanis yg serta merta mentaati perintah hk, melainkan jg punya potensi menyimpangiUU.
HK dilihat dr tujuan sosial yg ingin dicapai dan akibat-akibat yg timbul dr bekerjanya hk
Oliver Wendel Holmes: (the life of law has not been logic, it is experience):
Roberto unger
Studi Hukum Kritis (SHK) melanjutkan tradisi Legal Realist yang melakukan kajian empris terhadap hukum. Secara radikal SHK menggugat teori, doktrin atau asas-asas seperti netralitas hukum, otonomi hukum, dan pemisahan hukum dengan politik. (Gerry Spence, With justice for none; Pizzi, Trials Without Truth)
CLS tetap berada pada dalam wilayah jurisprudence, tapi beralih dari alur berfikir normologik kecara berpikir nomologik yg menekankan pada realitas ketimbang kepada teks
Karena tidak seperti dikonstruksikan oleh teorinya, proses-proses hukum bekerja bukan di ruang yang hampa melainkan bekerja dalam realitas yang tidak netral dan nilai yang ada dibelakangnya adalah subyektif. Ide dasar SHK bertumpu pada pemikiran bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari politik
dan hukum tidak tercipta dalam suatu ruang hampa yang bebas nilai.
Hukum lahir melalui „pertempuran‟ politik yang cenderung memihak dan subyektif untuk keuntungan golongan tertentu. Inilah yang kemudian memunculkan komentar bawa ‘hukum itu cacat sejak dilahirkan’.
7. Critical legal study
8. Aliran Hukum Progresif
Pemikiran Hukum Progresif dimunculkan Satjipto Rahardjo sejak tahun 2002 yang merasa prihatin terhadap keterpurukan hukum di Indonesia yang dianggap gagal mengantarkan manusia kepada kehidupam yang adil, sejahtera dan membuat
manusia bahagia. Bahkkan hukum di Indonesia telah mendapat predikat salah satu sistem hukum yang
terburuk di dunia.
Asumsi yg mendasari Hukum Progresif
1) hukum adalah untuk manusia, dan tidak untuk dirinya sendiri; (hukum untuk hukum).
2) hkm itu selalu berada pd status law in the making dan tidak bersifat final;
3) hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan, dan bukan teknologi yg tdk berhatinurani.
Tidak hanya berfikir tekstual normatif tetapi juga kontekstual empiris (ke luar dari tradisi konvensional)
Kriteria Hukum Progresif sbb:
1. mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia;
2. memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat;
3. hukum yg membebaskan dlm ranah praktik dan teori;
4. bersifat kritis dan fungsional.
MAZDHAB ILMU (TEORI) HUKUM / FILSAFAT HUKUM
• HK. adl yg dipraktekkan pelaksana hk.
• Pembentuk hk bkn mutlak pemegang kekuasaan
• Hakim bukan mulut UU, tetapi pencipta hk.
• Hk./UU hrs sesuai dng hk. yg hidup dlm masy.
• Hk. bisa diciptakan sbg tool of social engineering.
• Hk dibedakan : law in the books
& law in action
• Hk. utk mendatangkan kebahagiaan (mengurangi penderitaan)
• Pemberian sanksi hk tdk boleh berlebihan
•Hk adl cermin jiwa rakyat (volkgeist)
• Hk. bagian dari st sosial budaya
• Kekuatan membentuk hukum pada rakyat
•Hk. bukan dibuat tetapi ditemukan
• HK
berkembang sesuai
perkembangan masy.
• HK adl perintah penguasa
•Sumber hk kekuasaan
politik berdaulat
•Hk dipisahkan dari moral
•St. Hk. bersifat logis, tetap, tertutup
•Hk. hrs
mengandung : perintah, sanksi, kewajiban, kedaulatan
•Hk. mrpk
sistem norma yg bersumber pada Grundnorm
Hk. bersumber pada akal (alam) dan ajaran Tuhan
Hk bertujuan memberi
keadilan
Hk. menyatu dengan
moralitas
Karl Llewlllyn, Oliver Windell Holmes, Eugen Ehrlich,
Roscoe Pound Jeremy Bentham,
Rudolf von Jhering Friedrich Carl von
Savigny, Henry Maine
H.L.H. Hart, John Austin, Hans Kelsen Plato, Aristoteles,
Cicero, Thomas Aquinas
LEGAL REALISM SOCIOLOGICAL
JURISPRUDENCE UTILITARIANISM
JURISPRUDENCE HISTORCAL &
CULTURAL JURISPRUDENCE POSITIVISM/
FORMALISM JURISPRUDENCE NATURAL
JURISPRUDENCE