• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN COVID-19"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN

PENYEBARAN COVID-19 DAN SARS-CoV-2 DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

MUSTAFA ALI AZMI LUBIS 170100027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KESEHATAN DAN NON KESEHATAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN

PENYEBARAN COVID-19 DAN SARS-CoV-2 DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

MUSTAFA ALI AZMI LUBIS 170100027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)
(4)

PERNYATAAN

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti mengalir dalam setiap detik dalam kehidupan. Sholawat dan salam kehadirat junjungan agung Nabi Muhammad SAW yang memberi tuntunan menuju jalan yang lurus. Seiring dengan telah terselesaikannya karya tulis ilmiah yang berjudul

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kesehatan dan Non Kesehatan Terhadap Pencegahan dan Penyebaran Coronavirus Disease 19 (COVID-19) dan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-2-CoV) Di Universitas Sumatera Utara” penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak Rahmad Tua Lubis, SH selaku ayah saya dan Ibu Lisvi Verawati Nasution A.Md serta Rahmadila Muhrifa Al-Aura Lubis selaku kedua orang tua dan adik saya yang sudah memberikan cinta kasih selama ini dan segala dukungan yang ada, saya persembahkan cinta dan rasa terima kasih saya yang tulus.

2. Bapak Prof. Dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

3. Ibu dr. Ismiralda Siregar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan arahan dan masukan, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu dr. Vanda Virganyanti, M.Ked (Oph), Sp.M, sebagai Dosen Penguji 1 saya dan Ibu Dra. Merina Panggabean, M.MedSc sebagai Dosen Penguji 2 saya yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Dr. dr. Imelda Rey, M.Ked (PD), Sp.PD-KGEH, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menempuh proses pendidikan

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan sampai penyelesaian studi dan karya tulis ilmiah ini.

(6)

7. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dengan meluangkan waktunya dalam membantu mengisi kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai.

8. Kepada teman-teman terdekat saya Ardilla Dwi Armelia, Aulia Nadhira Rayendra Nasution, Ahmad Faridz Azhari Siregar, Ahmad Hidayat Wahid Hasibuan, Astri Miliani, Bahagia Wilibrordus Nainggolan, Celine Augla, Muhammad Thariq Siregar, Naufal Nandita Firsy, Putra Askur Taufik Ilham Ridho, Prasti Indah Ramadhani, Pradnja Paramitha, Siti Raudhah Nadhira, Teguh Firdaus, Rizky Indah Lestari Harahap, Winda Apriani yang telah memberikan dukungan selama mengikuti perkuliahan dan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Dan kepada teman-teman lainnya yang telah mendukung dan membantu penulis selama ini

Penulis menyadari penyusunan karya tulis ilmiah ini tida luput dar kekurangan. Segala kritik dan saran yang membangun penulis harapkan guna tersusunnya karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar tugas akhir ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi banyak pihak.

Medan, 10 Desember 2020

Mustafa Ali Azmi Lubis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Singkatan... xi

Daftar Lampiran ... xii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan umum ... 4

1.3.2 Tujuan khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Bagi Perguruan Tinggi ... 4

1.4.2 Bagi Subjek Penelitian ... 4

1.4.3 Bagi Peneliti ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Coronavirus Disease (Covid-19) ... 6

2.1.1 Definisi... 6

2.1.2 Etiologi Dan Faktor Resiko ... 6

2.1.3 Alur Waktu Dan EpidemiologI ... 9

2.1.4 Gejala Klinis ... 27

2.1.5 Patofisiologi ... 28

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ... 30

2.1.7 Tatalaksana Pada Pasien Belum Terkonfirmasi Covid-19 ... 35

2.1.8 Kriteria Menyatakan Pasien Sembuh Dan Pemulangan Pasien ... 38

2.1.9 Penyebaran ... 39

2.1.10 Pencegahan ... 41

2.2 SARS-2-CoV ... 51

2.2.1 Klasifikasi ... 51

2.2.2 Transmisi ... 51

2.3 Severe Acute Respiratory Syndrome... 55

2.3.1 Sejarah ... 55

2.3.2 Klasifikasi ... 55

2.3.3 Struktur ... 57

2.3.4 Siklus Hidup ... 58

2.3.5 Patogenesis... 66

2.4 Pneumonia ... 70

2.4.1 Definisi... 70

(8)

2.4.2 Etiologi, Klasifikasi Dan Faktor Resiko ... 70

2.4.3 Epidemiologi ... 72

2.4.4 Penegakan Diagnosa ... 73

2.5 Tinjauan Tentang Pengetahuan ... 76

2.5.1 Definisi Pengetahuan ... 76

2.5.2 Tingkat Pengetahuan... 77

2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 78

2.5.4 Kategori Pengetahuan ... 79

2.6 Kerangka Teori ... 80

2.7 Kerangka Konsep ... 81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 82

3.1 Rancangan Penelitian ... 82

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian... 82

3.3 Subjek Penelitian ... 82

3.3.1 Populasi Dan Sampel ... 82

3.3.2 Kriteria Inklusi ... 83

3.3.3 Pengukuran Besar Sampel ... 83

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 86

3.5 Teknik Pengambilan Sampel ... 86

3.6 Definisi Operasional ... 87

3.7 Pengelolahan Data Dan Analisis Data ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 112

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kasus Terkonfirmasi Global Sepanjang Waktu. 1 Juni 2020. ... 20

Gambar 2. 2 Perbandingan Kasus Global Berdasarkan Region 1 Juni 2020. ... 20

Gambar 2. 3 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 1 Juni 2020. ... 21

Gambar 2. 4 Kasus Terkonfirmasi Global Sepanjang Waktu 8 Juni 2020. ... 21

Gambar 2. 5 Perbandingan Kasus Global Berdasarkan Region 8 Juni 2020. ... 21

Gambar 2. 6 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 8 Juni 2020. ... 22

Gambar 2. 7 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di China 1 Juni 2020. ... 22

Gambar 2. 8 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di China 8 Juni 2020. ... 23

Gambar 2. 9 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di Indonesia 1 Juni 2020. . 24

Gambar 2. 10 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 1 Juni 2020. .... 24

Gambar 2. 11 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020. 25 Gambar 2. 12 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020. .... 26

Gambar 2. 13 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020. .... 26

Gambar 2. 14 Gambaran Radiografi DadaDan CT Yang Representatif Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Campuran Opasitas Ground- Glass Konfluen Dan Konsolidasi ... 30

Gambar 2. 15 Gambar Radiografi Dada Dan CT Representatif Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Kekeruhan Ground-Glass Murni Yang Murni Pada CT ... 30

Gambar 2. 16 Gambar Radiografi Dada Dan CT Representatif Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Lesi Nodular Tunggal ... 31

Gambar 2. 17 Proses Masuknya Virion Ke Sel Host ... 59

Gambar 2. 18 Siklus Virus ... 62

Gambar 2. 19 Foto Thoraks Pada Penderita Pneumonia Viral ... 74

Gambar 2. 20 Kerangka Teori. ... 80

Gambar 2. 21 Kerangka Konsep. ... 81

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Faktor resiko berdasarkan Fatality Rates dari COVID-19 ... 9

Tabel 2. 2 Alur waktu Coronavirus Disease-19 ... 10

Tabel 2. 3 Gejala dan presentasi kejadian pada pasien COVID-19 ... 27

Tabel 2. 4 Pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19. ... 32

Tabel 2. 5 Klasifikasi SARS-CoV ... 56

Tabel 2. 6. Nsps dan Fungsinya ... 60

Tabel 2. 7 Etiologi Pneumonia Berdasarkan Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik 71 Tabel 2. 8 Perbedaan Pneumonia Atipikal Dan Tipikal.. ... 75

Tabel 3. 1 Distribusi Jumlah Sampel Mahasiswa Kesehatan. ... 85

Tabel 3. 2 Distribusi Jumlah Sampel Mahasiswa Non Kesehatan. ... 86

Tabel 3. 3 Definisi Operasional. ... 87

Tabel 4. 1 Distribusi Karakteristik Responden Yang Diamati Berdasarkan Usia. 91 Tabel 4. 2 Distribusi Karakteristik Responden Yang Diamati Berdasarkan Angkatan. ... 92

Tabel 4. 3 Distribusi Karakteristik Responden Yang Diamati Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 93

Tabel 4. 4 Distribusi Karakteristik Responden Yang Diamati Berdasarkan Sumber Informasi. ... 94

Tabel 4. 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. ... 95

Tabel 4. 6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan. ... 96 Tabel 4. 7 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Pendidikan. 98

(11)

DAFTAR SINGKATAN 2019-nCoV : 2019-novel Coronavirus

3’UTR : Three Prime Untranslated Region ACE : Angiotensin Converting Enzymn Ang 1-7 : Angiotensin (1-7)

Ang II : Angiopoietin II

APN : Aminopeptidase-N

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome AST : Aspartate Amino Transferase

ATP : Adenosin Tri-Phospate

BCOV : Bovine Coronavirus

CAP : Community-acuired Pneumonia

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

CO2 ; Gas Karbondioksida

Cr : Creatine

CT Scan : Computed Tomography scan

CTD : Carboxy Terminal Domain

DPP4 : Dipeptidyl peptidase 4 EOC : Emergency Operation Center

ER : Endoplasmic Reticulum

ERGIC : ER-Golgi intermediate compartment

HCl : Hydrochloride

IHE : Institute of Higher Education ISNBA : Infeksi Saluran Nafas Bawah Akut

Mceacam : Murine carcinoembryonic antigen-related adhesion molecule MERS : Middle East Respiratory Syndrome

MHV : Murine Coronavirus

mRNA : mitochondria Ribonuclei Acid

MS : Multiple Sclerosis

NCIP : Novel Coronavirus-Infected Pneumonia NSP : Non structural protein

O2 : Gas Oksigen

ORF : Open Reading Frame

PCO2 : Tekanan Parsial gas Karbondioksida

PCT : Procalcitonin

PEDV : Porcine epidemic diarrhea virus PO2 : Tekanan Parsial gas Oksigen RdRp : RNA-dependent RNA polymerase RDT : Rapid Diagnostic Test

RRT : Republik Rakyat Tiongkok

RT-PCR : Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction SARS-2-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 ssRNA : single strand Ribonuclei Acid

TCID50 : Median Tissue Culture Infectious Dose

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

A Daftar Riwayat Hidup ... 119

B Ethical Clerance ... 121

C Surat Izin Penelitian ... 122

D Daftar Pertanyaan Dan Interpretasi ... 124

E Validitas ... 133

F Reabilitas ... 134

G Lembar Penjelasan, Persetujuan, dan Kuisoner ... 135

H Data Induk Penelitian ... 141

I Tabel Perhitungan Aplikasi SPSS ... 151

(13)

ABSTRAK

Latar belakang. Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akibat SARS-2-CoV yang terjadi pada 29 Desember 2019 di kota Wuhan, provinsi Hubei, China. Pada 30 Januari 2020 World Health Organization menyatakan telah terjadi outbreak dibeberapa negara diluar China. Pada 05 mei 2020 diketahui terdapat 3.695.413 kasus di seluruh dunia. Untuk menghambat penyebaran diperlukan adanya pengetahuan yang baik mengenai pecegahan COVID-19 dan penularan SARS-2CoV yang didapatkan melalui edukasi. Mahasiswa sebagai anggota masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi diharapkan mampu mengedukasi dan memiliki pengetahuan yang baik mengenai pandemi yang terjadi. Tujuan. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan antara kelompok mahasiswa kesehatan dengan mahasiswa non- kesehatan terhadap pencegahan dan penyebaran COVID-19. Metode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa metode desktiptif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan data primer yang diambil melalui survey kuisoner. Yang akan dilakukan pada 98 responden yang terbagi atas 38 mahasiswa kelompok kesehatan dan 60 mahasiswa kelompok non kesehatan. Hasil.

Dari 98 orang responden 46 memiliki tingkat pengetahuan baik dengan 33 dari kelompok non- kesehatan dan 13 dari kesehatan, 36 orang memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan 12 dari kelompok non-kesehatan dan 24 dari kesehatan, dan 16 orang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan 6 orang dari kelompok non-kesehatan dan 10 orang dari kesehatan. Kesimpulan.

Pengetahuan mahasiswa secara keseluruhan tergolong baik 46.9% dan mayoritas mahasiswa non kesehatan memiliki tingkat pengetahuan baik dan mayoritas mahasiswa kesehatan memiliki tingkat pengetahuan cukup.

Kata Kunci : Covid-19, Pengetahuan, Pneumonia, SARS-2-CoV

(14)

ABSTRACT

Background. Coronavirus Disease 2019 or COVID-19 is a respiratory infection caused by SARS- 2-CoV that occurred on December 29, 2019 in Wuhan city, Hubei province, China. On January 30, 2020 the World Health Organization stated that there have been outbreaks in several countries outside China. As of May 5, 2020, there were 3,695,413 cases worldwide. To prevent the spread, good knowledge about COVID-19 prevention and SARS-2CoV transmission is needed through education. Students as members of the community who received higher education are expected to be able to educate and have good knowledge about the pandemic that occurred. Objective. Know the knowledge level between health student groups and non-health students towards the prevention and spread of COVID-19. Method. This research used a research method in the form of a descriptive method with a cross-sectional design and using primary data taken through a questionnaire survey.

The 98 respondents were divided into 38 health group students and 60 non-health group students.

Results. Of the 98 respondents, 46 had a good level of knowledge with 33 from the non-health group and 13 from health, 36 people had sufficient levels of knowledge with 12 from the non-health group and 24 from health, and 16 people had a good level of knowledge with 6 people from the non-health group and 10 people from health. Conclusion. Overall student knowledge is classified as good at 46.9% and the majority of non-health students have good knowledge levels and the majority of health students have sufficient levels of knowledge.

Keywords: Covid-19, Knowledge, Pneumonia, SARS-2-CoV

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Coronavirus Disease 2019 atau yang dikenal sebagai COVID-19 adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akibat SARS-2-CoV yang termasuk kedalam kelompok virus dengan materi genetik berupa RNA dengan polarisasi positif dan menurut taksonomi virus ini termasuk kategori Riboviria dengan phylum Incertae sedis, Order Nidovirales, Family Coronaviridae¸ Genus Betacoronavirus, Subgenus Sarbecovirus, Species SARS, dan Sub-species SARS-2- CoV (Gorbalenya et al., 2020).

SARS-2-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome 2 Coronavirus) merupakan salah satu jenis dari beberapa Family dari Coronaviridae yang umumnya menyebabkan masalah pernafasan pada manusia. Selain itu SARS-2CoV juga merupakan subspesies dari SARS CoV. Dan selain itu terdapat beberapa virus yang tergolong dalam Family Coronaviridae seperti HCoV-OC43 (Human Coronavirus–OC4) dapat menyebabkan masalah pencernaan pada manusia dan menyebabkan common cold (Gorbalenya et al., 2020).

Pada 29 Desember 2019 telah dilaporkan terdapat 4 kasus Pneumonia yang terjadi di kota Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Kasus Pneumonia yang terjadi tidak memiliki penyebab yang telah diketahui sebelumnya (Pneumonia of unknown etiology). Setelah dilakukan pengamatan oleh pengamat dari Rumah Sakit lokal diketahui penyebab dari Pneumonia yang terjadi disebabkan adanya infeksi Coronavirus sub-spesies baru yang diberikan nama sementara sebagai nCoV-19 atau novel Coronavirus-2019 (Li et al., 2020).

(16)

2

Dalam beberapa hari telah terindentifikasi kasus serupa dibeberapa kota lainnya di dataran China dan beberapa negara lainnya. Pada 30 Januari 2020 International Health Regulations Emergency Committee of the World Health Organization menyatakan telah terjadi outbreak dari NCIP (Novel-Coronavirus (nCoV-2019)-Infected Pneumonia). 11 Pebruari 2020 WHO menganti nama NCIP menjadi COVID-19 atau Coronavirus Disease 2019 dan nama agen menyebab dari COVID-19 termasuk Family Coronaviridae subspesies SARS-2-CoV (Li et al., 2020).

Berdasarkan situation report 05 mei 2020 diketahui terdapat 3.695.413 kasus di seluruh dunia dengan 2.215.063 kasus aktif dengan pembagian 2.165.487 kasus ringan-sedang dan 49.576 kasus serius-kritis diseluruh dunia dan kasus sembuh 1.224.558 dan kematian 255.792 kasus diseluruh dunia dengan amerika serikat menepati peringkat pertama dengan terdapatnya kasus 1.225.063 dana 961.661 kasus aktif serta kasus meninggal 71.225 dan sembuh 192.177 kasus. Sedangkan Republik Rakyat Cina terdapat 82.881 kasus dengan rincian total meninggal 4.633 kasus aktif 395 dan sembuh 77.853 (WHO, 2020).

Indonesia menjadi salah satu negara yang dilaporkan adanya kasus COVID- 19 pada tanggal 02 Maret 2020 telah dikonfirmasi 2 orang yang terjangkit SARS-2- CoV melalui Local Transmission. Sedangkan pada 09 Maret 2020 telah dikonfirmasi adanya 4 orang baru yang terjangkit SARS-2-CoV sehingga jumlah orang yang terjangkit ada 6 orang dengan 0 orang meninggal. (WHO, 2020).

Situation Report tanggal 05 mei 2020 Indonesia menepati urutan ke 12 diasia dengan total jumlah kasus 12.071 dengan rincian kasus aktif 9.002 korban meninggal 872 dan yang telah sembuh 2.197 kasus (WHO, 2020).

(17)

3

SARS-CoV-2 dapat ditularkan dari manusia ke manusia (human-human transmission) meskipun sebagian besar awal kasus memiliki riwayat kontak dengan pasar Seafood Huanan (Zheng, 2020). Sebagai coronavirus baru, belum diketahui tentang bagaimana secara pasti SARS-CoV-2 menyebar. Pengetahuan terkini untuk transmisi SARS-CoV-2 sebagian besar didasarkan pada apa yang diketahui dari coronavirus yang serupa, khususnya SARS-CoV dan MERS-CoV, di mana penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui tetesan, kontak, dan fomites. SARS-CoV sebagian besar ditularkan melalui kontak tidak langsung atau langsung dengan selaput lendir di mulut, mata, atau hidung (Zheng, 2020).

Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian terhadap vaksin SARS-2- CoV dan penelitian yang terhadap regimen pengobatan yang efektif dalam menangani pasien COVID-19 serta metode pendeteksian di berbagai belahan dunia.

Pemerintah Republik Indonesia mengambil langkah pencegahan dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kewajiban penggunaan masker saat berada diluar ruangan serta penerapan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan kebiasaan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Pemerintah Republik Indonesia telah mengambil berbagai langkah dalam menangani pandemi COVID-19 seperti langkah pencegahan dengan mengikutsertakan beberapa kementerian terkait dan melakukan berbagai upaya dalam mencegah penyebaran patogen penyebab COVID-19 yakni SARS-2-CoV.

Pencegahan dilakukan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai COVID-19 dan dapat diakses melalai berbagai cara baik dari media informasi elektronik, media cetak dan lain-lain.

Sebagai anggota masyarakat yang sedang mengeyam pendidikan tinggi, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membantu memberikan edukasi pada masyarakat terkait protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 yang dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan penularan virus SARS- 2-CoV (Prayitno et al., 2020).

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian terhadap gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa terutama dari kelompok mahasiswa kesehatan dan

(18)

4

mahasiswa non kesehatan terhadap pencegahan dan penyebaran COVID-19 dan SARS-CoV-2 terutama di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kesahatan dan non- kesehatan terhadap pencegahan dan penyebaran COVID-19 dan SARS-2-CoV Universitas Sumatera Utara

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan antara kelompok mahasiswa kesehatan dengan mahasiswa non-kesehatan terhadap pencegahan dan penyebaran COVID-19 dan SARS-2-CoV.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

a. Mengetahui gambaran karakteristik kelompok mahasiswa kesehatan dengan mahasiswa non-kesehatan berdasarkan usia.

b. Mengetahui gambaran karakteristik kelompok mahasiswa kesehatan dengan mahasiswa non-kesehatan berdasarkan jenis kelamin.

c. Mengetahui gambaran karakteristik kelompok mahasiswa kesehatan dengan mahasiswa non-kesehatan berdasarkan sumber informasi mengenai pencegahan dan penyebaran COVID-19 dan SARS-2-CoV.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 BAGI PERGURUAN TINGGI

Sebagai bentuk realisasi Tridarma Perguruan Tinggi dalam menjalankan kewajibannya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

1.4.2 BAGI SUBJEK PENELITIAN

Sebagai refleksi diri bagi mahasiswa dalam hal mengenai tingkat pengetahuan tentang pencegahan dan penyebaran wabah yang terjadi. Dan diharapkan mahasiswa masih memiliki sikap kritis dalam hal ini

(19)

5

1.4.3 BAGI PENELITI

Sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan melalui proses perkuliahan dalam penelitian ilmiah secara mandiri.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )

2.1.1 DEFINISI

Coronavirus disease 2019 atau dikenal sebagai COVID-19 merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan akibat adanya infeksi virus yang masih memiliki kekerabatan dan kemiripan dengan virus SARS-CoV yang sempat merebak di tahun 2002-2003. Selain dikenal sebagai COVID-19 penyakit ini dikenal sebagai NCIP (Novel Coronavirus-Infected Pneumonia) (Qun et al., 2020).

2.1.2 ETIOLOGI dan faktor resiko 2.1.2.1 Etiologi

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavius 2 atau SARS 2 CoV merupakan agen penyebab dari penyakit Coronavirus Disease 2019 yang awalnya dikenal sebagai sebagai 2019-nCoV atau 2019-novel Coronavirus (Qun et al., 2020).

2.1.2.2 Faktor Resiko

Terdapat beberapa faktor resiko pada penderita pneumonia akibat infeksi SARS-2-CoV seperti usia dan gaya hidup yang akan menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus dan memperburuk prognosis.

Berdasarkan hasil meta-analisis menunjukkan bahwa pasien pria, berusia di atas 65 tahun dan merokok menghadapi risiko lebih besar untuk terinfeksi dan mendapatkan prognosis yang lebih buruk berdasarkan dari lima penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa secara statistik kebiasaan merokok banyak ditemukan pada pasien yang terdapat pada kelompok kritis/meninggal dibandingkan pada kelompok yang tidak kritis/meninggal (Zheng et al., 2020). Dan apabila terdapat kormobidibitas seperti adanya hipertensi kronik, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular atau pernyakit pernafasan juga sangat menjadi faktor yang mempengaruhi prognosis kedepannya dari pasien yang mengidap Coronavirus Disease-19 (COVID-19) buruk (Zheng et al., 2020).

(21)

Selain usia dan gaya hidup, jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap infeksi virus (Zheng et al., 2020).Jenis kelamin laki- laki lebih rentan mengalami infeksi virus daripada perempuan disebabkan adanya perlindungan dari kromosom X dan hormon seks yang memainkan peran penting dalam imunitas adaptif dan imunitas bawaan (Zheng et al., 2020).Selain itu gaya hidup pada laki-laki seperti merokok menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh yang menyebabkan laki-laki menjadi semakin rentan mengalami infeksi dan mendapatkan prognosis yang buruk (Zheng et al., 2020).

Dengan adanya berbagai kombinasi usia tua, jenis kelamin laki-laki, gaya hidup yang buruk seperti perokok aktif dan berat serta penyakit yang telah ada seperti diabetes dan hipertensi akan menyebabkan terjadinya stress pada tubuh secara berkepanjangan yang menyebabkan kekebalan tubuh cenderung lebih lemah akan menyebabkan lebih mudahnya seseorang mengalami infeksi virus dan mendapatkan prognosis yang buruk (Zheng et al., 2020). Pasien dengan penyakit jantung kronis lebih mudah terinfeksi karena fungsi jantungnya yang melemah dan kekebalan tubuh yang lemah. Ketika terinfeksi dengan SARS-CoV-2, akan menyebabkan semakin parahnya penyakit tersebut sedangkan pasien memiliki telah mengidap penyakit pernapasan sebelumnya seperti penyakit paru obstruktif kronis dan menyebabkan rusaknya fungsi paru-paru dan menyebabkan kekebalan tubuh menjadi lemah dan cenderung akan berkembang menjadi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) (Zheng et al., 2020).

(22)

Perokok banyak mengalami penyakit yang berhubungan dengan gangguan pernafasan seperti cold/pilek (umumnya disebabkan oleh rhinovirus, tetapi juga dapat disebabkan oleh coronavirus), influenza dan pneumonia daripada orang yang bukan perokok (Brake et al., 2020). Kerusakan paru-paru akibat merokok membuat perokok menjadi lebih rentan terhadap indeksi bakteri dan virus (Brake et al., 2020). Perokok memiliki kemungkinan 34% untuk mengidap flu daripada bukan perokok (Han et al., 2019; Lawrance et al., 2019). Merokok juga merupakan salah satu faktor etiologis dari PPOK dinegara maju dan penurunan kualitas udara serta pencemaran udara juga menjadi faktor terjadinya PPOK di negara-negara berkembang (Brake et al., 2020).

Orang yang mengidap PPOK lebih rentan terhadap infeksi virus akibat banyak dan seringnya terjadi peradangan dan berkurang serta hilangnnya fungsi paru yang akan menyebabkan buruknya prognosis pada pasien yang mengidap COVID-19 (Brake et al., 2020). China memiliki tingkat perokok dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 50% didaearah pedesaan dan 44,8% secara keseluruhan (Brake et al., 2020). Sebagian besar kematian yang diidentifikasi dari pusat wabah COVID-19 terjadi pada laki-laki dengan kelompok usia tua dan memiliki riwayat penyakit pernapasan kronis, kanker, hipertensi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular. Distribusi usia yang memiliki prognosis bagus di awal wabah COVID-19 di China pada usia rata-rata 45 tahun dan kelompok usia dengan prognosis buruk cenderung pada usia rata-rata 70 tahun (Brake et al., 2020).

(23)

Tabel 2. 1Risk Factor-Based Fatality Rates Of COVID-19 From Early Data In China. (Sumber: Smoking Upregulates Angiotensin-Converting Enzyme-2 Receptor: A Potential Adhesion Site for Novel Coronavirus SARS-CoV-2 (Covid-19),

2020)

2.1.3 ALUR WAKTU DAN EPIDEMIOLOGI

2.1.3.1 ALUR WAKTU

Sejak bulan Desember 2019 terjadi peningkatan kasus pneumonia yang disebabkan coronavirus atau dikenal sebagai NCIP (Novel coronavirus (2019- nCoV)-infected pneumonia) yang telah diidentifikasi di Wuhan, kota besar di China tengah dengan populasi 11 juta jiwa (Li et al., 2020).

29 Desember 2019 terdapat 4 kasus pertama yang dilaporkan terkait adanya pneumonia dengan etiologi yang tidak diketahui (pneumonia of unknown etiology) yang terkait dengan Seafood Wholesale Market yang terdapat di Huanan (China Selatan). Dalam beberapa hari terakhir, telah diidentifikasi infeksi serupa di kota- kota china lainnya dan lebih dari selusi negara di seluruh dunia (Li et al., 2020).

(24)

Tabel 2. 2 Alur Waktu Coronavirus Disease-19. (sumber WHO, 2020)

Tanggal Keterangan

31 Desember 2019 pneumonia of unknown etiology dilaporkan WHO di China

Pada akhir 2019, WHO diberitahu tentang pneumonia of unknown etiology, terdeteksi di kota Wuhan di provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang atau pedagang yang beroperasi di pasar Seafood Huanan (WHO, 2020).

4 January 2020 WHO merespon adanya kasus kluster pneumonia di Wuhan (WHO, 2020).

5 Januari 2020 WHO melaporkan pneumonia of unknown etiology telah terjadi di Cina (WHO, 2020) WHO menerbitkan penilaian risiko dan sarannya serta melaporkan status pasien dan respons kesehatan masyarakat oleh otoritas nasional kepada kelompok kasus pneumonia di Wuhan (WHO, 2020).

10 January 2020 WHO mengeluarkan panduan pertama tentang coronavirus baru yang terjadi di China (WHO, 2020)

Berdasarkan pengalaman dengan SARS dan MERS dan cara penularan virus pernapasan yang telah diketahui, pedoman pengendalian infeksi dan pencegahan telah diterbitkan untuk melindungi petugas kesehatan yang merekomendasikan tindakan pencegahan kontak saat merawat pasien, dan tindakan pencegahan dengan kemungkinan adanya droplet yang terbawa udara untuk prosedur pembuatan aerosol yang dilakukan oleh petugas

(25)

kesehatan. Informasi ini untuk membantu mengidentifikasi kesenjangan utama, menilai risiko, dan merencanakan penyelidikan tambahan, respons, dan tindakan pengendalian (WHO, 2020).

11 - 12 Januari 2020

China berbagi urutan genetik dari novel coronavirus, yang akan sangat penting bagi negara-negara lain dalam mengembangkan kit diagnostik khusus (WHO, 2020).

13 Januari 2020 Kasus pertama coronavirus baru di luar Tiongkok dikonfirmasi (WHO, 2020)

Pejabat yang berwenang mengkonfirmasi kasus novel coronavirus di Thailand. Bukan tidak terduga bahwa kasus-kasus novel coronavirus akan muncul di luar Cina dan memperkuat alasan WHO menyerukan pemantauan aktif dan kesiapsiagaan di negara lain (WHO, 2020).

21 January 2020 WHO melakukan kunjungan lapangan ke China (WHO, 2020)

Delegasi tersebut mengamati dan mendiskusikan proses pengawasan aktif, penapisan suhu di bandara Tianhe Wuhan, fasilitas laboratorium, pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian di rumah sakit Zhongnan dan klinik terkait dan penyebaran test kit untuk mendeteksi virus (WHO, 2020).

Delegasi tersebut juga membahas upaya komunikasi publik dan rencana China untuk memperluas definisi kasus untuk novel coronavirus, yang akan membangun gambaran

(26)

yang lebih jelas tentang spektrum keparahan virus (WHO, 2020).

Pada akhir kunjungan, Pemerintah China merilis primer dan probe yang digunakan dalam test kit untuk mendeteksi novel coronavirus dalam hal membantu negara lain untuk melakukan pendeteksian. Para ahli Cina juga berbagi serangkaian protokol yang akan digunakan dalam mengembangkan pedoman internasional, termasuk definisi kasus, protokol manajemen klinis dan pengendalian infeksi (WHO, 2020).

23 Januari 2020 Pertemuan pertama Komite Darurat mengenai wabah novel coronavirus (WHO, 2020)

Pada 22-23 Februari, Direktur Jenderal WHO mengadakan Komite Darurat untuk mempertimbangkan wabah novel coronavirus di Cina, dengan adanya kasus yang sama terjadi di Republik Korea, Jepang, Thailand dan Singapura (WHO, 2020).

Beberapa anggota Komite menganggap masih terlalu dini untuk mendeklarasikan Darurat Kesehatan Masyarakat dari Kepedulian Internasional (PHEIC/ Public Health Emergency of International Concern), mengingat sifatnya yang membatasi dan biner.

Di antara rekomendasi lainnya, komite menyarankan agar ditarik kembali dalam waktu sekitar 10 hari (WHO, 2020).

(27)

28 Januari 2020 Para pemimpin WHO dan Cina bertemu di Beijing untuk membahas penyebaran virus corona (WHO, 2020)

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing tentang wabah coronavirus (WHO, 2020).

Dr. Tedros bersama dengan Direktur Regional WHO Dr. Takeshi Kasai dan Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Dr.

Mike Ryan, dan juga bertemu dengan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi dan Menteri Kesehatan Ma Xiaowei (WHO, 2020).

Diskusi berfokus pada kolaborasi berkelanjutan pada langkah-langkah penahanan di Wuhan, langkah-langkah kesehatan masyarakat di kota- kota dan provinsi lain, melakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat keparahan dan penularan virus, terus berbagi data, dan bagi China untuk berbagi materi biologis dengan WHO. Langkah-langkah ini akan memajukan pemahaman ilmiah tentang virus dan berkontribusi pada pengembangan penanggulangan medis seperti vaksin dan perawatan (WHO, 2020).

Kedua belah pihak sepakat bahwa WHO akan mengirim para ahli internasional untuk mengunjungi Cina sesegera mungkin untuk bekerja dengan rekan-rekan Cina tentang

(28)

peningkatan pemahaman tentang wabah untuk memandu upaya respon global (WHO, 2020).

30 Januari 2020 Kesehatan Masyarakat Darurat Kepedulian Internasional diumumkan (WHO, 2020) Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan wabah 2019-nCoV sebagai Public Health Emergency of International Concern, setelah pertemuan kedua Komite Darurat yang diadakan di bawah Peraturan Kesehatan Internasional (WHO, 2020).

Telah dilaporkan kasus NICP di lima wilayah WHO dalam satu bulan, Komite mencatat bahwa deteksi dini, mengisolasi dan mengobati pasien yang terinfeksi, pelacakan orang yeng memiliki kontak dengan pasien yang terinfeksi dan social distancing dengan tingkat risiko – semua orang dapat bekerja untuk menghentikan penyebaran virus (WHO, 2020).

11 Februari 2020 Penyakit novel coronavirus diberi nama COVID-19 (WHO, 2020)

Pedoman mengamanatkan bahwa nama penyakit tidak dapat merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang. Itu juga perlu berhubungan dengan penyakit dan dapat diucapkan. Pilihan ini akan membantu menjaga terhadap penggunaan nama lain yang mungkin tidak akurat atau menstigmatisasi (WHO, 2020).

12 Februari 2020 PBB mengaktifkan Tim Manajemen Krisis yang dipimpin WHO (WHO, 2020)

(29)

Mekanisme Tim Manajemen Krisis (CMT) menyatukan WHO, OCHA, IMO, UNICEF, ICAO, WFP, FAO, Bank Dunia dan beberapa departemen Sekretariat PBB (WHO, 2020).

CMT akan dikelola oleh Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, Dr. Mike Ryan. Ini akan membantu WHO fokus pada respon kesehatan sementara badan-badan lain akan membawa keahlian mereka untuk menanggung implikasi sosial, ekonomi dan perkembangan wabah yang lebih luas (WHO, 2020).

15 Februari 2020 Direktur Jenderal WHO menyerukan solidaritas di Konferensi Keamanan Munich (WHO, 2020)

"Kita harus dibimbing oleh solidaritas, bukan stigma. Musuh terbesar yang kita hadapi bukanlah virus itu sendiri; itu adalah stigma yang membuat kita saling berhadapan. Kita harus menghentikan stigma dan kebencian."

(WHO, 2020).

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta masyarakat internasional untuk menggunakan jendela kesempatan untuk mempersiapkan COVID-19 di Konferensi Keamanan Munich, sebuah forum global terkemuka tentang krisis yang menonjol dan tantangan keamanan masa depan (WHO, 2020).

2 Maret 2020 Pakar WHO tiba di Republik Islam Iran (WHO, 2020)

(30)

Mendarat di Teheran, para ahli bertujuan untuk mengidentifikasi dinamika transmisi dan populasi berisiko, serta memberikan panduan untuk memperkuat dan meningkatkan upaya respons dan kesiapan (WHO, 2020).

Misi tersebut tiba bersamaan dengan kiriman yang berisi persediaan medis dan peralatan pelindung untuk mendukung lebih dari 15.000 petugas kesehatan dan kit laboratorium yang cukup untuk menguji dan mendiagnosis hampir 100.000 orang (WHO, 2020).

Misi ini akan dibangun di atas kesiapan COVID-19 dan pekerjaan respons yang sedang berlangsung oleh kantor negara WHO di Republik Islam Iran (WHO, 2020).

7 Maret 2020 100.000 kasus dan 100 negara (WHO, 2020) Menandai momen suram ini, WHO mengingatkan semua negara dan komunitas bahwa penyebaran virus ini dapat diperlambat secara signifikan atau bahkan dibalikkan melalui penerapan aktivitas pengendalian dan pengendalian yang kuat (WHO, 2020).

Setiap upaya untuk menahan virus dan memperlambat penyebaran menyelamatkan nyawa. Upaya ini memberi sistem kesehatan dan semua masyarakat banyak waktu untuk mempersiapkan, dan peneliti lebih banyak waktu untuk mengidentifikasi perawatan yang efektif dan mengembangkan vaksin (WHO, 2020).

(31)

Mengizinkan penyebaran yang tidak terkendali seharusnya tidak menjadi pilihan pemerintah mana pun, karena hal itu tidak hanya akan merugikan warga negara tersebut tetapi juga mempengaruhi negara lain (WHO, 2020).

Kita harus menghentikan, mengendalikan, menunda, dan mengurangi dampak virus ini di setiap kesempatan. Setiap orang memiliki kapasitas untuk berkontribusi, untuk melindungi diri mereka sendiri, untuk melindungi orang lain, baik di rumah, masyarakat, sistem perawatan kesehatan, tempat kerja atau sistem transportasi (WHO, 2020).

11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi (WHO, 2020)

Berbicara di konferensi media COVID-19, Direktur Jenderal WHO mengatakan:

"WHO telah menilai wabah ini sepanjang waktu dan kami sangat prihatin dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan, dan oleh tingkat tidak adanya tindakan yang mengkhawatirkan (WHO, 2020).

Oleh karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi (WHO, 2020).

Pandemi bukanlah kata untuk digunakan dengan ringan atau sembrono. Ini adalah kata yang, jika disalahgunakan, dapat menyebabkan ketakutan yang tidak masuk akal, atau

(32)

penerimaan yang tidak dapat dibenarkan bahwa pertarungan telah berakhir, yang mengarah pada penderitaan dan kematian yang tidak perlu (WHO, 2020).

Menggambarkan situasi sebagai pandemi tidak mengubah penilaian WHO terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh virus ini. Itu tidak mengubah apa yang dilakukan WHO, dan itu tidak mengubah apa yang harus dilakukan oleh negara (WHO, 2020).

Kami belum pernah melihat pandemi yang dipicu oleh coronavirus. Ini adalah pandemi pertama yang disebabkan oleh coronavirus (WHO, 2020).

13 Maret 2020 Eropa menjadi pusat pandemi (WHO, 2020) Eropa sekarang memiliki lebih banyak kasus dan kematian yang dilaporkan daripada seluruh dunia, selain China (WHO, 2020).

Lebih banyak kasus sekarang dilaporkan setiap hari daripada yang dilaporkan di Cina pada puncak epidemi (WHO, 2020).

24 April 2020 WHO / Eropa menerbitkan panduan tentang langkah-langkah pelonggaran bertahap yang diambil dalam menanggapi COVID-19 (WHO, 2020)

Kantor Regional WHO untuk Eropa telah menerbitkan pertimbangan utama untuk pelonggaran pembatasan lockdown secara bertahap yang diperkenalkan oleh banyak negara sebagai tanggapan terhadap penyebaran

(33)

COVID-19 di seluruh Wilayah Eropa (WHO, 2020).

Transisi dari penguncian diatur menjadi fase yang kompleks dan tidak pasti. Tantangan dan keadaan berbeda dari satu negara ke negara lain dan tidak ada pendekatan satu ukuran untuk semua. Sangat penting bahwa negara-negara dengan jelas mengomunikasikan hal ini kepada publik untuk membangun kepercayaan dan memastikan bahwa orang-orang mematuhi pembatasan khusus untuk situasi mereka (WHO, 2020).

Pada 17 April, Direktur Regional WHO untuk Eropa memberi pengarahan kepada Kementerian Kesehatan tentang pedoman yang akan datang (WHO, 2020).

(34)

2.1.3.2 Epidemilogi 2.1.3.2.1 Global

Tanggal 1 Juni 2020

Kasus terkonfirmasi : 6,194,533 (WHO, 2020).

Gambar 2. 1 Kasus Terkonfirmasi Global Sepanjang Waktu. 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Gambar 2. 2 Perbandingan Kasus Global Berdasarkan Region 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

(35)

Meninggal : 376.320 (WHO, 2020).

Gambar 2. 3 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Tanggal 8 Juni 2020

Terdapat korban dinyatakan positif sebanyak: 6.931.000 orang dengan kasus positif terbanyak berasal dari Amerika serikat sebesar 1.996.065 orang disusul oleh Brazil dengan kasus sebanyak 694.116 orang dan diikuti oleh Rusia sebanyak 476.658 orang (WHO, 2020).

Gambar 2. 4 Kasus Terkonfirmasi Global Sepanjang Waktu 8 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Gambar 2. 5 Perbandingan Kasus Global Berdasarkan Region 8 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020).

(36)

Korban meninggal secara global 400.857 dengan Amerika Serikat memiliki jumlah korban meninggal terbanyak sebesar 112.522 orang disusul oleh Britania Raya 40.597 dan Brazil 36.602 orang (WHO, 2020).

Gambar 2. 6 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 8 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

2.1.3.2.2 Regional RRT

Tanggal 1 Juni 2020

Kasus terkonfirmasi :84.597 (WHO, 2020).

Gambar 2. 7 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di China 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

(37)

Meninggal : 4,645 (WHO, 2020).

Gambar 2.16. Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di China 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Tanggal 8 Juni 2020

Kasus akumulasi yang dinyatakan positif sebanyak 84.634 kasus (WHO, 2020).

Gambar 2. 8 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di China 8 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Dengan kasus meninggal sebanyak 4.646 orang (WHO, 2020).

(38)

2.1.3.2.3 Indonesia

Tanggal 2 Juni 2020

Kasus terkonfirmasi : 26,940 (WHO, 2020).

Gambar 2. 9 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di Indonesia 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

Meninggal : 1,641 (WHO, 2020).

Gambar 2. 10 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 1 Juni 2020.

(Sumber: World Health Organization, 2020)

(39)

Tanggal 8 Juni 2020

Jumlah kasus akumulasi dinyatakan positif sebanyak 32.033 orang (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).

Gambar 2. 11 Kasus Terkonfirmasi Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020.

(Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)

(40)

Dan akumulasi kasus meninggal sebanyak 1.833 orang (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).

Gambar 2. 12 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020.

(Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)

Akumulasi kasus yang telah sembuh sebanyak 10.904 orang (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020).

Gambar 2. 13 Kasus Meninggal Sepanjang Waktu Di Indonesia 8 Juni 2020.

(Sumber: Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020)

(41)

2.1.4 GEJALA KLINIS

Presentasi gejala yang paling umum terjadi adalah demam (75,0%), batuk kering (42,8%), kelelahan (33,9%), chest distress (21,4%), dyspnea (16,1%) dan mialgia (16,1%). Gejala yang kurang umum adalah expectoration, sakit perut dan diare, sakit kepala, mual dan muntah, sakit tenggorokan, pusing dan palpitasi (Ding et al., 2020).

Tabel 2. 3 Gejala Dan Presentasi Kejadian Pada Pasien COVID-19.

(Sumber: Chest CT findings of COVID-19 pneumonia by duration of symptoms, 2020)

Gejala Persentasi (%)

Demam 84 (75,0%)

Demam ringan (37.3−38.0) 46 (41,1%)

Demam tingkat sedang (38.1−39.0) 31 (27,6%)

Demam tingkat tinggi (> 39,0) 7 (6,2%)

Batuk kering 48 (42,8%)

Expectoration 15 (13,3%)

Sakit tenggorokan 4 (3,5%)

Chest distress 24 (21,4%)

Dispnea 18 (16,1%)

Kelelahan 38 (33,9%)

Mual dan muntah 4 (3,5%)

Nyeri perut dan diare 14 (12,5%)

Mialgia 18 (16,1%)

Sakit kepala 8 (7,1%)

Pusing 2 (1,7%)

Palpitasi 2 (1,7%)

(42)

2.1.5 PATOFISIOLOGI

Coronavirus merupakan virus yang memiliki materi genetik berjenis RNA single-stranded, tidak tersegmentasi (Fehr dan Perlman, 2015). Saat ini, enam virus Corona yang menginfeksi manusia telah diidentifikasi. dan SARS-CoV-2, yang diisolasi dari saluran pernapasan bawah pasien pneumonia dengan unknown etiology di Wuhan, diidentifikasi sebagai virus corona yang menginfeksi manusia ketujuh (Ding et al., 2020).

SARS-CoV-2 menyerang sel epitel alveolar melalui Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE2). ACE2 adalah ACE isozim, yang dapat ditemukan pada sel-sel pada organ-organ kardiovaskular, ginjal, testis, paru-paru dan usus besar, dan organ lainnya (Zheng et al., 2020). ACE2 memiliki fungsi untuk membuat Ang II menghasilkan Ang 1-7, yang memediasi efek perlindungan dari vasodilatasi, anti- inflamasi dan anti-proliferasi, sebagai antagonis terhadap kontraksi otot polos yang diinduksi oleh Ang II dan juga sebagai proliferasi sel, promosi fibrosis dan peradangan pembuluh darah (Zheng et al., 2020).

Saat SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor ACE2 pada permukaan sel epitel alveolar, ekspresi ACE2 dalam sel epitel alveolar diatur down-regulated oleh mekanisme seperti internalisasi, pelepasan dan replikasi virus. Kemudian peningkatan konsentrasi Ang II menyebabkan respons inflamasi, dan eksudasi neutrofil, makrofag, dan fibrinosa, mengakibatkan paru mengalami hilangnya fungsi ventilasi dan menyebabkan tubuh kesulitan mempertahankan oksigenasi (Zheng et al., 2020).

(43)

Dan disaat yang sama, infeksi virus akan menyebabkan ketidakseimbangan respon T helper-1 dan T helper-2 , dan menginduksi infalmation storm dengan meningkatkan kadar faktor-faktor inflamasi seperti interleukin-4, interleukin-10 dan interleukin-6. Dengan adanya inflamatory storm pada pasien yang kritis akan melepaskan cytokine, menyebabkan systemic immune injury dan akhirnya akan meninduksi terjdinya multiple organ failure dan mengarahkan kekematian (Zheng et al., 2020).

Infeksi virus juga akan menyebabkan peradangan pada tubuh manusia.

Berbagai faktor inflamasi yang dihasilkan oleh inflamation storm dapat menyebabkan systemic immune injury dan bahkan menyebabkan multiple organ failure. Indikator laboratorium pasien menunjukkan PCT> 0,5 ng / mL, ada peningkatan resiko untuk berkembang menjadi penyakit kritis. Studi menunjukkan bahwa jumlah total leukosit pada tahap awal penyakit dapat dalam range normal atau lebih rendah dari normal. ketika jumlah total leukosit ditemukan lebih tinggi dari yang sebelumnya, pasien dapat dikaitkan dengan infeksi lain yang memperburuk prognosis penyakit (Zheng et al., 2020).

Ketika AST> 40U / L, LDH> 245U / L dan Cr ≥ 133 mol / L, ini menunjukkan bahwa terdapat disfungsi hati dan ginjal dan perawatan yang dilakukan harus sesuai untuk mencegah terjadinya kerusakan hati yang lebih berlanjut. Studi saat ini menunjukkan bahwa hingga 20% dari pasien COVID-19 memiliki fungsi koagulasi abnormal (Zheng et al., 2020).

Monosit dan tissue cell diaktifkan setelah terjadinya cedera pada sel, yang menyebabkan pelepasan cytokine dan pengekspresian tissue factor, dan akhirnya menyebabkan hiperkoagulabilitas darah hal ini akan meningkatkan risiko trombosis dan meningkatkan resiko terjeadinya iskemia serta hipoksia karena embolisasi viseral, yang mengarah pada perkembangan penyakit menjadi penyakit kritis atau berakhir pada kematian. Ketika D-dimer> 0,5mg / L, ini menunjukkan hiperkoagulabilitas darah (Zheng et al., 2020).

Pada saat yang sama, SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan cedera myocard secara langsung ataupun secara tidak langsung. Cedera langsung terjadi jika SARS- CoV-2 menginfeksi cardiomyocyte melalui reseptor ACE2, sedangkan cedera tidak

(44)

langsung dapat disebabkan oleh inflamation storm yang dicetuskan oleh respon imun tubuh dan adanya ketidak adekuatan pasokan oksigen yang disebabkan oleh acute respiratory distress syndrome (Zheng et al., 2020).

2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2.1.6.1 PENCITRAAN RADIOLOGI

Gambar 2. 14 Gambaran Radiografi Dada (A) Dan CT Yang Representatif (B, C) Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Campuran Opasitas Ground-Glass Konfluen Dan Konsolidasi Pada CT.A. Radiografi Dada Anteroposterior Menunjukkan Konsolidasi Perifer Multifokal Tambal Di Paru-Paru Bilateral, Kecuali Untuk Zona Paru-Paru Kiri Atas. Gambar B,

C. Coronal Dan CT Dada Toraks Menunjukkan Konfluen Campuran Ground-Glass Dan Lesi Konsolidasi Di Paru-Paru Bilateral Perifer. Konsolidasi Patchy Diskrit (Panah) Tercatat Di Lobus

Kiri Atas. Pada Gambar CT Aksial (C), Lesi Konfluen Terutama Didistribusikan Di Paru Perifer Sepanjang Bundel Bronkovaskular. Sebagian Besar Lesi Menyisakan Area Juxtapleural, Dan

Sebagian Kecil Lesi Menyentuh Pleura. Lesi Mengandung Banyak Bronkogram Udara, Dan Bronkogram Udara Pada Segmen Superior Lobus Kanan Bawah Terdistorsi (Panah). COVID-19 =

Penyakit Coronavirus 2019, CT= Computed Tomography. (Sumber : Chest Radiographic and CT Findings of the 2019 Novel Coronavirus Disease (COVID-19): Analysis of Nine Patients Treated

in Korea, 2020).

Gambar 2. 15 Gambar Radiografi Dada (A) Dan CT Representatif (B, C) Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Kekeruhan Ground-Glass Murni Yang Murni Pada CT.A. Radiografi Dada Anteroposterior Dasar Menunjukkan Kekeruhan Tanah-Kaca Yang Tidak

Merata Di Zona Paru-Paru Kanan Atas Dan Bawah Dan Konsolidasi Merata Di Zona Paru-Paru Kiri Tengah Dan Bawah. Beberapa Granuloma Yang Terkalsifikasi Secara Tidak Sengaja Dicatat

Di Zona Paru-Paru Kiri Atas. B, C. Gambar Dasar CT Dada Aksial Dan Koronal Menunjukkan Opacent Murni Ground-Glass Yang Melibatkan Kedua Paru-Paru. Sebagian Besar Kekeruhan Tanah-Kaca Konfluen Dan Merata Tentang Pleura Dan Fisura Di Paru-Paru Perifer. Beberapa Granuloma Yang Terkalsifikasi Secara Tidak Sengaja Dicatat Di Lobus Kiri Atas. (Sumber :

(45)

Chest Radiographic and CT Findings of the 2019 Novel Coronavirus Disease (COVID-19):

Analysis of Nine Patients Treated in Korea, 2020)

Gambar 2. 16 Gambar Radiografi Dada (A) Dan CT Representatif (B) Dari Pneumonia COVID-19 Yang Bermanifestasi Sebagai Lesi Nodular Tunggal. Radiografi Dada Anteroposterior Menunjukkan Konsolidasi Nodular Tunggal (Panah) Di Zona Paru-Paru Kiri Bawah. B. Gambar CT Dada Toraks Diambil Pada Hari Yang Sama Menunjukkan Lesi Nodular 2,3 Cm Yang Tidak Jelas Dengan Tanda Halo Terbalik Dengan Tepi Tebal Di Lobus Kiri Bawah, Berbatasan Dengan

Pleura Yang Berdekatan. (Sumber : Chest Radiographic and CT Findings of the 2019 Novel Coronavirus Disease (COVID-19): Analysis of Nine Patients Treated in Korea, 2020)

2.1.6.2 LABORATORIUM

2.1.6.2.1 DARAH LENGKAP/DARAH RUTIN

Tes laboratorium pertama dari semua pasien rawat inap dicatat. Sebagian besar pasien memiliki jumlah sel darah putih normal (WBC, 5,6 ± 2,9 × 109 / L) dan penurunan jumlah limfosit (1,0 ± 0,5 × 109 / L), dengan protein C-reaktif yang sedikit meningkat (CRP, 51,5 ± 81,8 mg / L) ), laju sedimentasi eritrosit (ESR, 29,1

± 25,6 mm / jam) dan lnterleukin-6 (IL-6, 30,6 ± 50,4 pg / mL) (Ding et al., 2020) Beberapa pasien mengalami peningkatan alanine aminotransferase (ALT, 34,8 ± 31,6 U / L), aspartate aminotransferase (AST, 32,3 ± 18,5 U / L), total bilirubin (TBIL 13,2 ± 6,3 μmol / L), urea (4,8 ± 2,0 mmol / L) ), kreatinin (Crea, 68,4 ± 19,2 μmol / L), laktat dehidrogenase (LDH, 260,5 ± 175,7 U / L), kreatin kinase (CK, 119,4 ± 149,5 U / L) dan creatine kinase isoenzyme MB (CK-MB, 13,6

± 6,6 U / L) (Ding et al., 2020).

(46)

Tabel 2. 4 Pemeriksaan Laboratorium Pada Pasien COVID-19.

(Sumber: Chest CT findings of COVID-19 pneumonia by duration of symptoms, 2020)

Pemeriksaan Lab Hasil

Jumlah sel darah putih, WBC (10 9 / L) 5,6 ± 2,9 (0,9-16,4) Hitungan neutrofil, N (10 9 / L) 4.2 ± 2.9 (0.4-15.7) Persentase neutrofil (%) 68.7 ± 14.6 (39.6–97.1) Jumlah limfosit, L (10 9 / L) 1,0 ± 0,5 (0,1–2,3) Persentase limfosit (%) 21.6 ± 12.0 (1.5–47.1) Jumlah monosit, M (10 9 / L) 0,4 ± 0,2 (0,1-1,1)

Persentase monosit (%) 8.6 ± 4.2 (1.0–23.5)

Jumlah sel darah merah, RBC (10 12 / L) 4.1 ± 0.5 (2.9–6.1)

Trombosit darah, PLT (10 9 / L) 210,4 ± 91.1 (62.0–469.0) Hemoglobin, HGB (g / L) 130.0 ± 15.5 (78.8–184.0) Protein C-reaktif, CRP (mg / L) 51.5 ± 81.8 (0.2–646.0) Laju sedimentasi eritrosit, LED (mm / jam) 29.1 ± 25.6 (2.0–119.0) Alanine aminotransferase, ALT (U / L) 34.8 ± 31.6 (8.0–175.0) Aspartate aminotransferase, AST (U / L) 32.3 ± 18.5 (9.0–90.0) Total bilirubin, TBIL (μmol / L) 13.2 ± 6.3 (4.6-38.2)

Albumin, ALB (g / L) 37.5 ± 6.5 (23.3–74.3)

Globulin, GLB (g / L) 30.0 ± 4.3 (22.1–43.5)

Urea (mmol / L) 4,8 ± 2,0 (1,4-14,3)

Kreatinin, Crea (μmol / L) 68,4 ± 19,2 (34,4-158,7) Glukosa darah puasa, FBG (mmol / L) 6,8 ± 2,6 (3,7-16,8)

Lactate dehydrogenase, LDH (U / L) 260.5 ± 175.7 (46.0–1305.0) Creatine kinase, CK (U / L) 119.4 ± 149.5 (1.7–882.0) Creatine kinase isoenzyme MB, CK-MB (U / L) 13.6 ± 6.6 (2.0–44.0) lnterleukin-6, IL-6 (pg / mL) 30,6 ± 50,4 (0,1–309,0)

Waktu protrombin, PT 12.9 ± 1.9 (10.4–27.4)

D-dimer (ng / mL) 2405.8 ± 7079.0 (33.0–

43142.0)

(47)

2.1.6.2.2 TES CEPAT MOLEKULER

Salah satu jenis tes diagnostik cepat/rapid diagnostic test (RDT) adalah dengan mendeteksi adanya protein virus (antigen) COVID-19 pada sampel dari saluran pernapasan seseorang. Jika konsentrasi antigen sasaran pada sampel cukup, antigen tersebut akan mengikat antibodi tertentu yang terdapat pada strip kertas terbungkus plastik dan akan menghasilkan tanda visual, biasanya dalam waktu 30 menit. Antigen yang terdeteksi hanya bisa diekspresikan saat virus aktif bereplikasi.

Oleh karena itu, tes ini paling baik digunakan untuk mengidentifikasi infeksi pada fase akut atau tahap awal infeksi (WHO, 2020)

Kinerja alat tes dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti waktu mulai munculnya gejala penyakit, konsentrasi virus pada spesimen, kualitas spesimen yang diambil dan cara pemprosesannya, serta formulasi reagen pada alat tes.

Berdasarkan pengalaman penggunaan RDT berbasis antigen untuk penyakit- penyakit saluran pernapasan lain seperti influenza, di mana konsentrasi virus pada sampel dari saluran pernapasan pasien sebanding dengan COVID-19, sensitivitas jenis-jenis tes ini diperkirakan berkisar dari 34% sampai 80% (WHO, 2020).

Sensitivitas dan spesifisitas tes antibodi adalah 83% dan 93%, 2019-nCoV IgG / IgM Rapid Test Kit pabrikan (Beijing Diagreat Biotechnologies Co., Ltd).

Mengikuti instruksi pabrik, respon diperoleh dalam 15 menit menggunakan 200 μl darah. Tes memungkinkan deteksi antibodi tunggal atau kombinasi keduanya. Ada atau tidaknya masing-masing antibodi dinyatakan sebagai + atau - .Kit uji yang baru dikembangkan ini, kit tes antibodi gabungan IgG-IgM, memiliki sensitivitas 88,66% dan spesifisitas 90,63% (Li et al., 2020).

2.1.6.2.3 RT-PCR

Karena penyebaran yang cepat dan meningkatnya jumlah penyakit coronavirus 19 (COVID-19) yang disebabkan oleh novel coronavirus, Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), deteksi cepat dan akurat virus dan / atau penyakit semakin meningkat. penting untuk mengendalikan sumber infeksi dan membantu pasien untuk mencegah perkembangan penyakit. Sejak Desember 2019, ada banyak tantangan mengenai penggunaan uji asam nukleat atau

(48)

karakteristik klinis pasien yang terinfeksi sebagai standar rujukan untuk membuat diagnosis pasti pasien COVID-19. Karena diagnosis dini COVID-19 sangat penting untuk pencegahan dan pengendalian pandemi ini, karakteristik klinis tidak bisa sendirian menentukan diagnosis COVID-19, terutama untuk pasien yang menunjukkan gejala awal (Tahamtan dan Ardibili, 2020).

Seiring dengan kemajuan dalam teknologi diagnosis medis, pendekatan berbasis deteksi asam nukleat telah menjadi teknologi yang cepat dan andal untuk deteksi virus. Di antara tes asam nukleat, metode reaksi rantai polimerase (PCR) dianggap sebagai “gold standart” untuk deteksi beberapa virus dan ditandai dengan deteksi cepat, sensitivitas tinggi, dan spesifisitas. Dengan demikian, real-time reverse transcriptase-PCR (RT-PCR) hari ini sangat menarik untuk mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2 karena manfaatnya sebagai uji kualitatif spesifik dan sederhana. Selain itu, RT-PCR real-time memiliki sensitivitas yang memadai untuk banyak membantu mendiagnosis (Tahamtan dan Ardibili, 2020).

(49)

2.1.7 TATALAKSANA PADA PASIEN BELUM TERKONFIRMASI COVID-19

Kelompok ini termasuk pasien dengan hasil rapid test serologi negatif, orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.1 TANPA GEJALA

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Pasien tidak ditemukan gejala.

- Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari - Diberi edukasi apa yang harus dilakukan

- Vitamin C 3x1 tablet (Burhan Erlina et al. 2020) 2.1.7.2 GEJALA RINGAN DAN SEDANG

Pasien dengan infeksi saluran napas oleh virus tidak berkomplikasi dengan gejala tidak spesifik seperti demam, lemah, batuk (dengan atau tanpa produksi sputum), anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak ringan, kongesti hidung, sakit kepala. Meskipun jarang, pasien dapat dengan keluhan diare, mual atau muntah. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.3 ISOLASI DAN PEMANTAUAN - Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari

- dan 2 sesuai Pedoman COVID-19 Kemenkes Pemeriksaan laboratorium RDT/PCR swab nasofaring hari (Burhan Erlina et al. 2020).

(50)

2.1.7.4 NON FARMAKOLOGIS

- Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas

- Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung jenis leukosit, dan laju endap darah

- Foto Thorax

- Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.5 FARMAKOLOGIS

- Vitamin C, 3 x 1 tablet, serta obat-obat simtomatis

- Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 3 hari) kalau tidak ada bisa pakai Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari) sambal menunggu hasil swab

- Simtomatis (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.6 GEJALA SEDANG DAN BERAT

SEDANG Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen Atau Anak- anak dengan pneumonia tidak berat dengan keluhan batuk atau sulit bernapas disertai napas cepat. BERAT Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas/pneumonia, ditambah satu dari: frekuensi napas

> 30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <93% pada udara kamar atau rasio PaO2/FiO2 < 300. Atau Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

- sianosis sentral atau SpO2 <90%;

- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);

- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.

- Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada,

- takipnea :<2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun,

≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.7 ISOLASI DAN PEMANTAUAN - Rawat di Rumah Sakit /Rumah Sakit Rujukan

(51)

- Pemeriksaan laboratorium RDT/PCR swab nasofaring hari 1 dan 2 sesuai pedoman covid kemenkes

- Pikirkan kemungkinan diagnosis lain (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.8 NON FARMAKOLOGIS

- Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen (Burhan Erlina et al. 2020).

- Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.

- Pemeriksaan foto toraks serial (Burhan Erlina et al. 2020).

2.1.7.9 FARMAKOLOGI

- Bila ditemukan pneumonia, tatalaksana sebagai pneumonia yang dirawat di Rumah Sakit.

- Kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dicurigai sebagai COVID-19 dan memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau berat (lihat bab efinisi kasus) ditatalaksana seperti pasien terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan (Burhan Erlina et al. 2020).

(52)

2.1.8 KRITERIA MENYATAKAN PASIEN SEMBUH DAN PEMULANGAN PASIEN

Pasien dinyatakan sembuh bila : - Klinis perbaikan

- Hasil PCR coronavirus SARS-COV-2 dari swab tenggorok / aspirat saluran napas 2 kali berturut turut negatif dalam selang waktu 2 hari (Burhan Erlina et al. 2020).

Keterangan :

Bila ada komorbid yang belum stabil selama perawatan, maka pasien yang dinyatakan sembuh COVID-19, dapat dikeluarkan dari ruang isolasi dipindahkan ke ruang nonisolasi (Burhan Erlina et al. 2020).

Pasien dipulangkan bila:

- Sudah dinyatakan sembuh - Komorbid teratasi dan stabil

- Pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di rumah selaman14 hari ke depan dan diberikan leaflet yang berisi informasi ntentang apa yang harus dilakukan selama di rumah (Burhan Erlina et al. 2020).

Keterangan :

Bila hasil swab pertama lebih dari 5 hari, pasien yang sudah stabil kondisi klinis dan laboratorium membaik, dapat dipulangkan sambil menunggu hasil swab pertama dan kedua namun dianjurkan bila mungkin menunggu hasil swab follow- up pertama negatif. Pastikan pasien yang dipulangkan dengan kondisi ini berada dibawah pengawasan ketat dari Rumah Sakit yang merawat (tidak diserahkan ke Faskes lain) dan isolasi dilanjutkan dirumah selama minimal 14 hari (Burhan Erlina et al. 2020).

(53)

2.1.9 PENYEBARAN

Secara umum dianggap bahwa infeksi virus penyebab masalah penrnafasan menyebar melalui kontak langsung, seperti menyentuh orang yang terinfeksi atau permukaan dan fomites yang telah disentuh oleh orang tersebut, atau tetesan sekret saluran pernafsan yang mengandung virus yang dikeluarkan oleh orang tersebut telah mendarat dipermukaan benda, dan di sana virus dapat tetap stabil selama berhari-hari (Morawska dan Cao, 2020).

Tetesan juga dapat tersimpan secara langsung pada orang yang (berjarak) dekat dengan orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, sering mencuci tangan dan menjaga jarak setidaknya satu meter (panjang lengan) dianggap sebagai tindakan pencegahan utama terhadap tertular infeksi (Morawska dan Cao, 2020).

Salah satu rute transmisi yang hanya disebutkan secara sepintas, atau tidak sama sekali, adalah transmisi partikel virus melalui udara. Segera setelah tetesan cairan mulai menguap, dan beberapa tetesan menjadi sangat kecil sehingga transmisi partikel oleh aliran udara lebih berpengaruh daripada pengaruh gravitasi.

Tetesan kecil seperti itu bebas terbawa udara dan akan tetap terbawa udara sampai puluh meter dari tempat sumbernya (Morawska dan Cao, 2020).

Gambar 2.26 Penyebaran SARS-2-COV. (Sumber : Airborne transmission of SARS-CoV-2: The world should face the reality, 2020)

Gambar

Tabel 2. 1Risk Factor-Based Fatality Rates Of COVID-19 From  Early Data In China. (Sumber: Smoking Upregulates  Angiotensin-Converting Enzyme-2 Receptor: A Potential  Adhesion Site for Novel Coronavirus SARS-CoV-2 (Covid-19),
Gambar 2. 1 Kasus Terkonfirmasi Global Sepanjang Waktu. 1 Juni 2020.
Gambar 2. 3 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 1 Juni 2020.
Gambar 2. 6 Kasus Meninggal Global Sepanjang Waktu 8 Juni 2020.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memiliki pengetahuan terkait penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran Covid-19 siswa dapat menerapkannya dengan baik pada masa New Normal

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang SADARI terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di Progran Studi Kebidanan

bahwa dalam rangka evaluasi pelaksanaan Penerapan Protokol kesehatan guna pencegahan dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Kota Surabaya, terhadap penyelenggaraan

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) melalui edukasi pencegahan Covid-19 dan pembagian masker untuk kesehatan masyarakat dapat mengurangi kasus Covid-19 dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19 Pada Mahasiswa Kebidanan

Dalam upaya pencegahan penyebaran wabah dan dampak Covid-19 di Satuan Polisi Pamong Praja maka diperlukan Penetapan Protokol Kesehatan Dalam Rangka Pencegahan dan

Sebagai regulator permasalahan kesehatan termasuk dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 ternyata perkantoran Kementerian Kesehatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 meningkat

Data tenaga kesehatan dan tenaga pendukungnya yang menangani langsung Covid- 19, melakukan pengamatan dan atau penelusuran kasus Covid-19 dengan kontak langsung pasien dan atau