• Tidak ada hasil yang ditemukan

COPING STRESS PADA WIRAUSAHA DI MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "COPING STRESS PADA WIRAUSAHA DI MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

COPING STRESS PADA WIRAUSAHA DI MASA PANDEMI COVID-19

Rini Indryawati

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat

rini_indry@yahoo.co.id Abstrak

Saat ini di masa pandemi covid-19 semua orang diharuskan untuk berdiam diri di dalam rumah. Mulai dari sekolah, kerja, beribadah juga diharuskan di rumah, dan banyak masyarakat yang di-PHK dari pekerjaannya. Coping stress merupakan segala pikiran dan perilaku yang berhasil mengurangi atau menghilangkan stessor atau ancaman, baik secara dikenali oleh individu maupun tidak. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk fenomenologi untuk mengetahui coping stress pada wirausaha di masa pandemi covid-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek cukup baik dalam menghadapi masalah di masa pademi. Berdasarkan tipe-tipe coping stress yang pertama dari tipe problem focused coping, subjek menjelaskan bahwa memotivasi diri lah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah di masa pademi ini dan juga berfikir bahwa masalah yang dihadapi pasti akan cepat berlalu. Subjek membutuhkan orang lain dalam mengatasi stress, bertemu teman-teman dan bercanda tawa cukup merefresh diri dan sangatlah membantu dalam menghilangkan jenuh dan penat yang terjadi

Kata kunci : Coping stress, pandemic covid-19

Abstract

In this time of the COVID-19 pandemic, everyone is required to stay at home. Starting from school, work, worship is also required at home, and many people have been laid off from their jobs. Coping stress is all thoughts and behaviors that successfully reduce or eliminate stressors or threats, whether recognized by the individual or not. This research approach uses a qualitative approach in the form of phenomenology to find out coping stress in entrepreneurs during the covid-19 pandemic. The results of this study indicate that the subject is quite good at dealing with problems during the pandemic. Based on the first types of stress coping from the type of problem focused coping, the subject explained that self- motivation was the best way to solve problems in this pandemic and also thought that the problems faced would pass quickly. Subjects need other people to cope with stress, meet friends and laugh enough to refresh themselves and are very helpful in eliminating boredom and fatigue that occurs.

Keywords: Coping stress, pandemic covid-19

PENDAHULUAN

Saat ini di masa pandemi covid-19 semua orang diharuskan untuk berdiam diri di dalam

rumah. Mulai dari sekolah, kerja, beribadah juga diharuskan di rumah, dan banyak

masyarakat yang di-PHK dari pekerjaannya. Adapun dampak negatif yang sangat dirasakan

oleh masyarakat antara lain terbatasnya aktivitas, berkurangnya perputaran ekonomi

masyarakat, model belajar dengan menggunakan online menimbulkan kebosanan dan

kejenuhan karena kurang efektifnya interaksi secara online dan hal lainnya. Dampak negatif

(2)

sangat mungkin menimbulkan stress. Stress tersebut bisa dialami oleh siswa/mahasiswa yang biasa belajar di sekolah maupun kampus, serta karyawan/pekerja yang biasa bekerja di kantor maupun perusahaan. Kuantitas tuntutan yang diberikan dan kejenuhan, serta kekhawatiran akan di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat mereka bekerja.

Kemudian dampak negatif juga merugikan wirausaha pada masa pandemi ini dapat menyebabkan stress itu sendiri (Moh. Muslim, 2020).

Salah satu upaya menurunkan angka pengangguran dengan berwirausaha. Berwirausaha merupakan salah satu pilihan rasional mengingat sifatnya yang mandiri, karena tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang ada, serta mampu menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan pasar (Hisrich, Peters & Sheperd, 2008).

Wirausaha juga merupakan penyumbang pajak bagi pemerintah, APBN Indonesia 70% lebih dibiayai oleh pajak. Jumlah wirausaha yang semakin banyak, akan menambah penerimaan negara dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Uno, 2008 dalam Sabela, 2014).

Pandemi ini sangat berdampak pada sektor wirausaha, yang harusnya mereka bekerja di luar lingkungan dan harusnya usaha mereka itu ramai, ketika pandemi ini terpaksa harus bekerja dirumah saja, dan bisa saja menjadi sepi. saat pandemi juga kita diharuskan untuk menghindari stress dengan cara membuka usaha baru yang bisa membuat orang tertarik dengan tempat yang kita buat. Dapat didefinisikan juga bahwa wirausaha menurut Drucker (1995) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Untuk menciptakan sesuatu yang diperlukan kreativitas jiwa inovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa inovator yang berpikir untuk mencari atau menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya. Wirausaha melakukan sebuah proses yang disebut penghancuran kreatif untuk menghasilkan nilai tambah (nilai tambah) menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Untuk itu keterampilan wirausaha (keterampilan wirausaha) berintikan kreativitas.

Kewirausaahaan tidak semata-mata berkaitan dengan soal bisnis dan perdagangan.

Kewirausahaan dapat diartikan sebagai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan individu

dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,

menerapkan cara kerja teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam

rangka memberikan pelayanan yang lebih dan memperoleh keuntungan yang besar (Anoraga

(3)

& Sudantoko, 2002). Wirausaha adalah seseorang yang jeli menemukan peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan usahanya, di mana kelangsungan hidupnya tergantung pada tindakannya sendiri (Riyanti, 2003). Individu dapat menghindari situasi-situasi yang menimbulkan stres dan berisiko. Namun dengan begitu individu tersebut juga akan kehilangan kesempatan untuk belajar dan bertumbuh yang mungkin akan membawanya pada kesuksesan (Maddi & Koshaba, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baron (2009) ditemukan bahwa wirausaha yang sudah merasakan berbagai pengalaman sejak merintis usaha hingga dapat berjalan stabil memiliki kemampuan memproses informasi, pengambilan keputusan dan kemampuan kognitif lainnya yang lebih baik daripada wirausaha pemula. Artinya, semakin banyak pengalaman yang dihadapi, individu tersebut semakin lebih dapat mentolerir peluang-peluang berisiko, semakin tahan terhadap situasi-situasi stres serta memiliki kemampuan coping stres yang lebih efektif daripada sebelumnya.

Masing-masing individu memiliki strategi mengatasi stres yang berbeda-beda. Ada yang menghindari sumber stres untuk mengatasi rasa tertekan, ada pula yang mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang menyebabkan stres. Strategi yang digunakan oleh individu dalam mengatasi stres inilah yang disebut coping stress yaitu suatu proses pemulihan kembali dari pengaruh pengalaman stress atau reaksi fisik dan psikis yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan yang sedang dihadapi individu yang meliputi strategi kognitif dan perilaku yang digunakan untuk mengelola situasi penuh stres dan emosi negatif yang tidak menguntungkan. Para ahli mendefinisikan stress dengan redaksi yang berbeda-beda. Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

Stress dapat terjadi ketika seseorang tidak dapat mengatasi problem yang disebabkan

karena tekanan yang dialami. Untuk mengurangi tekanan-tekanan stress seseorang cenderung

akan mengambil tindakan ”fight or flight” (menghadapinya atau meninggalkannya). Dampak

stressor tergantung pada nilai petingnya, durasinya, efek kumulatif, kebergantungan

(multiplicity) dan immunance (kekuatan dari dalam diri). Meskipun hampir secara umum

ketegangan bersangkut paut dengan masalah, sumber ketegangan yang melibatkan aspek-

aspek kehidupan individu yang penting, cenderung menampilan taraf ketegangan yang tinggi

pada banyak orang. Misalnya, kematian orang yang dicintai, perceraian, kehilangan

pekerjaan, dan serangan penyakit yang serius (Wiramihardja, 2007).

(4)

Stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu.

Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah (Weinberg & Gould, 2003). Stress adalah perasaan tertekan, perasaan tertekan ini membuat orang mudah tersinggung, mudah marah, dan konsentrasi terhadap pekerjaan menjadi terganggu. Lingkungan bisa menjadi sumber stres bagi orang, karena tuntutan menghadapi keinginan atau target tertentu dan konflik-konflik yang lainnya bisa menimbulkan stress. Stress adalah lebih kepada suatukeadaan yang bersifat internal, yang disebabkan oleh tututan fisik (badan), atau lingkungan, situasi sosial, yang ber- potensi merusak dan tidak terkontrol (Widhiastuti & Harsoyo, 2020).

Stress sebagai akibat ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi juga stress yang dialami individu, dan akan mengancam. Stress merupakan reaksi negatif dari orang-orang yang mengalami tekanan berlebih yang dibebankan kepada mereka akibat tuntutan, hambatan, atau peluang yang terlampau batas (Asih, Widhiastuti & Dewi, 2018).

Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and psychological) and response capability, under condition where failure to meet that demand has importance concequences”, artinya, ada ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial. Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa stress terjadi apabila hubungan antara individu dan lingkungannya dinilai oleh individu sangat membebani atau melebihi sumber daya yang dimilikinya, serta membahayakan kesejahteraannya. Faktor faktor yang dapat menyebabkan stress disebut stressor. Stress tidak hanya tergantung pada kondisi eksternal, tetapi juga pada kerentanan konstitusional individu dan pada mekanisme pengolahan kognitifnya.

Relevan dengan perbedaan individu dalam merespon situasi penuh stres merupakan konsep coping, yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Bahkan diantara mereka yang menilai suatu situasi yang penuh stres, efek stres dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut.

Coping stress merupakan segala pikiran dan perilaku yang berhasil mengurangi atau

menghilangkan stessor atau ancaman, baik secara dikenali oleh individu maupun tidak. Jadi

individu dapat disebut melakukan coping meskipun individu tersebut tidak menyadari atau

tidak mau mengakuinya (Breakwell, 1998). Coping Stress adalah coping bisa melibatkan

(5)

berbagai macam pikiran, emosi, dan tindakan. Sebagaimana para psikolog telah mempelajari coping dalam dua dekade terakhir, ini telah menjadi konstruksi yang semakin kompleks. Hal ini dilihat sebagai usaha keras untuk mengatasi stress yang berada di luar jangkauan fungsi

"normal", dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari penyebab stress tersebut (Snydern, 2001). Coping Stress sebagai "pendekatan" atau "penghindaran" tidak memadai dalam kebanyakan situasi. Kelemahan dari berbagai jenis pendekatan atau strategi coping menghindar bertentangan dengan hal ini. Bergantung pada jenis strategi yang berfokus pada masalah jika mereka berfungsi sebagai "waktu istirahat" yang memungkinkan individu untuk menyusun kembali sumber daya mereka (Aldwin, 2007).

Lazarus dan pada koleganya mengidentifikasi dua strategi coping (Lazarus dan Folkman, 1984), yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem –focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah maslah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya.

Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotional-focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkam, 1984).

Terkadang individu dapat menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu (Taylor, 1991).

Rasmun mengatakan bahwa coping adalah dimana seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologi dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari yang memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressful. Coping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi. (Rasmun, 2004).

Menurut Weiten dan Lloyd (Mashudi, 2014) yang mengemukakan bahwa coping

merupakan upaya-upaya untuk mengatasi, megurangi, atau menoleransi ancaman dan beban

perasaan yang tercipta karena stress. Coping merupakan strategi untuk menejemen tingkah

laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, serta berfungsi untuk

membebaskan diri dari masalah yang nyata dan coping merupakan semua usaha secara

kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi, dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan

(distress demands) (Safaria dan Saputra, 2012).

(6)

Stress adalah suatu keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Sehingga harus melakukan coping stress bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku. Menurut Mustapa (2018) stress yang terjadi pada individu terjadi karena adanya ketidaksesuaian atau perbedaan pandangan antara harapan atau keinginan sesuai dengan daya biopsikososial seseorang. Saat seseorang mengalami kondisi stress menyebabkan munculnya berbagai gangguan sebagai reaksi terhadap stress tersebut akan menganggu keseimbangan diri individu untuk dapat beraktivitas secara normal, gangguan yang muncul dapat berupa gangguan fisik maupun gangguan jiwa.

Menurut Fakhriyani (2019) stress merupakan kondisi psikofisik yang ada (inhern) dalam setiap individu. Garis besarnya dalah stress dapat dialami oleh siapa saja, bayi, anak-anak, remaja, ataupun dewasa; dialami oleh laki-laki maupun perempuan, pejabat ataupun rakyat biasa, pengusaha ataupun karyawan, guru ataupun siswa, anak-anak maupun orangtua.

Kondisi stress ini tidak hanya dihadapi oleh manusia, tetapi hewan juga bisa dalam kondisi ini yang disebabkan oleh hal-hal tertentu. Kemudian stress merupakan hal yang respon adaptif individu terhadap situasi yang merupakan stimulus, yang diterima sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaanya. Kondisi psikologis orang yang mengalami stress, misalnya perasaan khawatir, tertekan, letih, ketakutan, depresi, cemas, dan cenderung marah.

Coping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologi dalam kondisi yang penuh stres (Yani, 1997). Menurut Sarafino (2002), coping adalah usaha untuk menetralisasi atau mengurangi stres yang terjadi. Dalam pandangan Haber dan Runyon (1984), coping adalah semua bentuk perilaku dan pikiran (negatif atau positif) yang dapat mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stress. Menurut Lazarus dan Folkman (2003) ada dua tipe coping utama yang biasanya dapat menurunkan stress, yaitu: Problem-focused coping atau coping berfokus pada masalah, Emotion-focused coping atau coping berfokus pada emosi.

Lazarus (2007) membagi dua jenis coping, yaitu: Tindakan langsung, Peredaan atau peringatan (Paliantion). Keliat (1999) mengatakan bahwa cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu sendiri, yaitu: kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan social, dukungan social, materi.

METODE PENELITIAN

(7)

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk fenomenologi untuk mengetahui coping stress pada wirausaha di masa pandemi covid-19. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dan pengambilan data diambil saat situasi pandemi, sehingga peneliti dan subjek hanya bisa melihat dari video conference yaitu aplikasi zoom sehingga membuat peneliti agak kesulitan berinteraksi dengan subjek dan mengobservasi subjek. Observasi dilaksanakan video conference yaitu aplikasi zoom. Suasana pada saat wawancara berlangsung cukup kondusif. Namun terdapat beberapa hambatan yang terjadi saat wawancara berlangsung adalah terganggunya koneksi internet, sehingga suara menjadi terputus-putus, dan terdengar suara adzan yang mengakibatkan suara tidak terdengar dengan jelas.

Berdasarkan hasil wawancara, menunjukkan bahwa subjek cukup baik dalam menghadapi masalah di masa pademi. Berdasarkan tipe-tipe coping stress. Yang pertama dari tipe problem focused coping, subjek menjelaskan bahwa memotivasi diri lah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah di masa pademi ini dan juga berfikir bahwa masalah yang dihadapi pasti akan cepat berlalu. Subjek membutuhkan orang lain dalam mengatasi stress, bertemu teman-teman dan bercanda tawa cukup merefresh diri dan sangatlah membantu dalam menghilangkan jenuh dan penat yang terjadi.

Tipe yang kedua yaitu emotion-focused coping. Subjek menjelaskan dalam keseharian menjalankan usaha ada kala nya ekonomi menurun dan subjek tidak merasa terpengaruh akan hal tersebut, yang lebih mempengaruhi subjek masalah-masalah yang terjadi pada saat bekerja dan hal yang terjadi sekarang yaitu pademi menurut subjek hanya butuh waktu untuk menyelesaikan masalah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Subjek menggunakan coping stress dengan baik untuk mengatasi stress yang dialami nya

akibat usahanya yang terdampak pada masa pandemi ini. Coping stress yang digunakan

subjek berupa memotivasi dirinya sendiri dan saat sedang merasakan stress subjek bermain

musik, bermain dengan teman-temannya, membuat puisi. Pada saat subjek sedang mengalami

stress, subjek lebih memilih menghadapi masalah tersebut agar dapat cepat terselesaikan.

(8)

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berharap subjek untuk lebih semangat dalam menjalankan usahanya dan menerapkan coping stress dengan cara-cara positif dan bijaksana.

Disarakan untuk masyarakat yang sedang mengalami stress agar dapat mengurangi atau menghilangkan dengan cara-cara yang positif agar tidak menimbulkan dampak buruk untuk masyarakat lainnya. Disarankan untuk dapat menjadi acuan untuk penelitian lain yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti, misalnya coping stress pada wirausaha di masa pandemi COVID-19 dan dapat meneliti dengan lebih cermat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Adam J. Moleong, Steven. (1999). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anoraga, P. & Sudantoko, D. (2002). Koperasi, kewirausahaan, dan usaha kecil. Jakarta:

Rineka Cipta.

Fakhriyani, D., V. (2019). Kesehatan mental. Madura: Duta Media Publishing.

Fitrah, M., & Luthfiyah. (2017). Metodologi penelitian; penelitian kualitatif, Tindakan Kelas

& Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.

Folkman, S and Lazarus, R. (1984). Analysis of coping in middle age community Sample.

Journal of health and social behavior. Vol 19, 219-239.

Haber, A., and Runyon, R. P. (1984). Psychology of adjustment. Illinois: The Dorsey Press.

Hamid, Achir Yani S. (1997). Analisa konsep koping. Jurnal keperawatan Indonesia volume I 1-5.

Hisrich, R. D., Peters, M. P. & Shepherd, D. A. (2008). Entrepreneurship: kewirausahaan.

Jakarta: Salemba Empat.

Keliat, B.A. et al. (2005). Proses Keperawatan Jiwa edisi 2. Jakarta: EGC.

Lazarus, R.S. and Folkman, S. (1984). Stress, Apraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Maddi, S. R. & Khoshaba, D. M. (2005). Resilience at work. New York: Amacom.

Mustapa, Z. (2018). Perilaku organisasi dalam perspektif manajemen organisasi. Makassar:

Celebes Media Perkasa.

Riyanti, B. P. D. (2003). Kewirausahaan dari sudut pandang psikologi kepribadian. Jakarta:

Gramedia.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku organisasi: konsep, kontroversi, aplikasi jilid 1 edisi 8.

Jakarta: Prenhallindo.

(9)

Rukin. (2019). Metodologi penelitian kualitatif. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendikia Indonesia.

Sabela, I., Ariati, J. dan Setyawan, I. (2014) Jurnal Psikologi Undip. Vol.13 No.2, 170-189.

Sarafino, E.P. (2002). “Health psychology: biopsychosocial interactions” Fourth Edition.

New Jersey: HN Wiley.

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Weinberg, Robert S & Daniel Gould. 2003. Foundations of sport and exercise psychology Ed

3

rd

. USA: Human Kinetics..

Referensi

Dokumen terkait

bermain peran, bekerja gotong royong; dan (b) beberapa faktor yang mendukung keberhasilan anak mengembangkan bakat seni, yaitu guru memiliki pengetahuan dan pemahaman

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light- star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai

WAKATOBI, TEL-U – Muhammad Erfan Apriyanto, mahasiswa Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri Telkom University, menjadi wakil di Indonesia Student & Youth Forum

Arsitektur Sistem Pemantauan Aktivitas Pengguna Pada Jaringan Client-Server Komputer client berisi aplikasi viewer/ client bertugas mengendalikan kerja seluruh sistem

Produk pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif pada mata kuliah bahasa Inggris merupakan materi pembelajaran bahasa yang telah dikembangkan

MX Sheet adalah software digunakan untuk mengambil data dari plant yang akan digunakan untuk identifikasi maupun untuk analisa data dari kontroler yang dibuat, tampilan

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku merokok (status merokok, jumlah, umur pertama kali merokok, lama, jenis, dan keaktifan

panjang jaringan BMCA, sehingga nilai arus gangguan hubung singkat pada ujung.. jaringan PKDM lebih besar daripada nilai arus gangguan hubung singkat