• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS

GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Made Yanthi Sudarmi

1

,I Wayan Suwatra

2

, I Made Suarjana

3

1,2,3

Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: madeyanthi@yahoo.com, suwatra_pgsd@yahoo.co.id

2

,

pgsd_undiksha@yahoo.co.id3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD No. 1 Seririt Kabupaten Buleleng melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Subjek penelitian ini adalah 42 orang siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD No. 1 Seririt. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemberian tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yang kemudian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ternyata: (1) hasil belajar dari pra siklus sebesar 64,36, siklus I sebesar 74, dan siklus II sebesar 84. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai siklus I sebesar 9,64% yang berada pada kategori kurang, sedangkan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 10% berada pada kategori baik; (2) nilai KKM pada pra siklus sebesar 59,52%, siklus I sebesar 78,57%, dan siklus II sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi peningkatan dari pra siklus sampai siklus I sebesar 19,05% yang berada pada kategori cukup, sedangkan dari siklus I sampai siklus II peingkatan yang terjadi sebesar 21,43% yang berada pada kategori baik.

Kata kunci: Teams Games Tournament, hasil belajar Abstract

This study aims to determine the improvement of learning outcomes in grade IV Civics second semester of the school year in elementary 2013/2014 No. 1 Seririt Buleleng through the implementation of cooperative learning model Teams Games Tournament(TGT). The subjects were 42 fourth grade students the second semester of academic year 2013/2014 in SD No. 1 Seririt. Data collection methods used in this study is a method of giving the test to collect data about student learning outcomes were then analyzed using quantitative descriptive analysis method. The results showed that the application of cooperative learning Teams Games Tournament (TGT) turned out: (1) the results of the pre-cycle study was 64.36, the first cycle of 74, and a second cycle of 84. Based on the results obtained, an increase in student learning outcomes from pre-cycle to the first cycle of 9.64% which is in the category of less, while learning outcome from the

(2)

first cycle to the second cycle of 10% is in the good category; (2) the KKM on pre-cycle by 59.52%, 78.57% for the first cycle and second cycle of 100%. Based on the results obtained by an increase of pre-cycle to the first cycle of 19.05% which is in the category enough, whereas from the first cycle to the second cycle happens deficits improve by 21.43% which is in the good category.

Keywords: Teams Games Tournament, learning outcomes

PENDAHULUAN

Salah satu komponen penting penanggung jawab dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di sekolah adalah guru. Disinilah guru dituntut secara profesional untuk merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi

pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa SD adalah

mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil yang berkualitas. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang tepat dan benar dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, metode dan media yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa, lingkungan siswa dan materi pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2006: 19) peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Guru harus mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa seperti ceramah yang membuat siswa jenuh dan tidak kreatif.

Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari.

Guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Menurut Charles Johnsen (Dalam Sarna, 1998) seorang guru dituntut agar menguasai enam komponen pokok kemampuan profesional, yaitu (1) kinerja, (2) penguasaan materi pelajaran, (3) penguasaan landasan profesional

kependidikan, (4) penguasaan

pembelajaran, (5) kemampuan untuk

menyesuaikan diri terhadap

perkembangan zaman dan (6) integritas kepribadian (sikap, nilai dan minat yang mendalam terhadap kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran).

Dari pendapat Sanjaya dan Johnsen diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang professional adalah guru yang benar-benar memahami tugas dan perannya serta menguasai enam komponen diatas, yang

berdampak pada pelaksanaan

pembelajaran yang berkualitas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa, termasuk hasil belajar mata pelajaran PKn di SD.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar bidang studi PKn kelas IV SD No.1 Seririt didapatkan informasi bahwa siswa kurang mampu menyampaikan informasi yang didapatkan,

siswa cenderung kurang dalam

mendengarkan penjelasan guru maupun menjawab pertanyaan guru serta kebanyakan siswa kurang semangat dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan guru bidang studi PKn dilanjutkan dengan observasi kelas. Melalui observasi ditemukan beberapa

(3)

masalah antara lain : (1) pembelajaran yang dilakukan guru lebih menekankan

pada aspek pengetahuan dan

pemahaman, (2) pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya pembelajaran dilakukan hanya dengan menjelaskan teori, pemberian contoh, kemudian pemberian latihan soal-soal. Saat mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga interaksi belajar yang terjadi hanya satu arah, guru hanya berorientasi agar materi yang ditentukan untuk satu semester cepat selesai, (3) pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik sehingga siswa merasa bosan, (4) perhatian siswa saat pembelajaran masih kurang (banyak siswa yang bermain-main).

Berdasarkan dokumen arsip nilai mata pelajaran PKn kelas IV yang diperlihatkan oleh guru bidang studi, rata-rata hasil belajar PKn siswa masih rendah. Beberapa siswa belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 68 (enam puluh delapan). Siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 17 orang yaitu sebesar 40,48%, sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 25 orang yaitu sebesar 59,52%. Kondisi belajar yang seperti ini dapat dicegah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan agar siswa lebih tertarik sehingga materi yang disampaikan bisa dipahami dengan baik.

Dari beberapa temuan masalah diatas, fokus permasalahannya adalah rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas IV SD No. 1 Seririt Kabupaten Buleleng. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament (TGT) yang

dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards (dalam Trianto,2009). Model ini berpijak pada pandangan konstruktivisme. yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Anggotanya terdiri

dari 4-5 orang dengan struktur kelompok yang heterogen yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sebagai salah satu anggota dalam kelompok kerja, dalam memahami dan menyelesaikan tugas secara bertanggung jawab.

Penerapan Model Teams Games

Tournament (TGT) tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam pelaksanaannya Teams Games Tournament (TGT) juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan.

Berdasarkan gambaran

permasalahan diatas maka perlu dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan cara melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:

“Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.

LANDASAN TEORI

Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari pengelolaan kelas. Untuk menerapkan model pembelajaran ini, guru perlu melatih siswa untuk bekerja secara efektif dalam kelompok belajarnya. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang sangat produktif dan menyenangkan. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum dianggap selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Jika para siswa duduk secara bersama dalam

kelompok-kelompok kecil dan

mempersilahkan salah seorang

anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya sendiri, maka ini

bukan merupakan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya

(4)

sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari pengelolaan kelas. Untuk menerapkan model pembelajaran ini, guru perlu melatih siswa untuk bekerja secara efektif dalam kelompok belajarnya. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang sangat produktif dan menyenangkan. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum dianggap selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Jika para siswa duduk secara bersama dalam

kelompok-kelompok kecil dan

mempersilahkan salah seorang

anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya sendiri, maka ini

bukan merupakan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja kooperatif antara lain : Pertama, para siswa yang tergabung dalam satu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergantung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai prestasi yang maksimum para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berdiskusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam satu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya (Suherman, 1992).

Menurut Saco (dalam Rusman 2010: 224) model pembelajaran kooperatif TGT adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memainkan tim lain untuk memperoleh skor bagi tim permainan dengan anggota-anggota mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan –pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Menurut Slavin (2010:143) menyatakan “ TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif ”. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.

Dalam bekerja kelompok, guru

memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lain yang bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru (Rusman, 2010:224).

Dengan demikian, model

pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan setelah siswa belajar secara berkelompok, dimana dalam pelaksanaannya siswa diajak dalam suatu permainan akademik (turnamen). Permainan ini berfungsi sebagai tinjauan kembali terhadap materi pembelajaran sebelum siswa menghadapi tes individual.

(5)

Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).

Gambar 1. Pengaturan tempat duduk Cluser

Keterangan gambar

: siswa yang berkemampuan tinggi : siswa yang berkemampuan

sedang

: siswa yang berkemampuan rendah

: Guru

Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja Tournament berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2, dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 3 dan 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang berkualifikasi lebih rendah.

Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Winardi (dalam Agung, 2010:2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di

dalam kelas untuk memecahkan

permasalahan yang ada di dalam kelas dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Menurut Arikunto,dkk (2008) penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, karena dengan penelitian tindakan kelas (PTK) akan diperoleh manfaat praktis, yaitu akan diketahui secara jelas masalah-masalah yang ada atau terjadi dalam kelas dan bagaimana cara mengatasi masalah itu. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD 1 Seririt Kabupaten Buleleng, karena dalam kelas ini terdapat permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar mata Pelajaran PKn. Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD 1 Seririt Kabupaten Buleleng, Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 42 orang

x

x

(6)

siswa, yakni 21 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran PKn setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dalam beberapa siklus, sampai hasil belajar diperoleh sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Siklus berikutnya sangat tergantung pada siklus sebelumnya. Pada tindakan penelitian

penerapan model Teams Games

Tournament (TGT ) akan dilakukan dalam tahapan-tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, evaluasi/observasi dan refleksi.

Adapun siklus penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan seperti gambar 01 berikut.

Gambar 1 Model PenelitianTindakan Kelas dua Siklus

Adaptasi dari Kemmis dan Mc.Taggart (dalam Sunardi, 2008:14)

Keterangan :

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan tindakan 3. Tahap observasi/evaluasi 4. Refleksi

Metode pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai ”(Nurkancana dan Sunartana1990:34). Lebih lanjut lagi Margono (1996:170) menyatakan “tes

adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.

Setelah data diperoleh dalam penelitian ini maka lebih lanjut diadakan analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Adapun langkah-langkah analisis data akan menggunakan rumus:

Menentukan nilai setiap individu dengan menggunakan rumus

100 M X N

 (1) Keterangan :

N = Nilai setiap siswa

X

= Nilai perolehan M = Nilai maksimal ideal Setelah dilakukan penilai secara individu maka hasil belajar mata pelajaran PKn Kelas IV semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 SD 1 Seririt - Kabupaten Buleleng, maka dilanjutkan dengan tabulasi hasil Belajar PKn untuk mencari nilai rata-rata kelas

b. Rata- rata kelas

(mean) =

N

X

(2) Keterangan :

X = jumlah nilai yang diperoleh siswa

N = banyak siswa

c. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa mengacu pada rumus di bawah ini.

100% N 65 n KB   Keterangan:

KB = Ketuntasan Belajar mata Pelajaran PKn

65

n = Banyak siswa yang

memperoleh nilai 68 ke atas (KKM) N = Jumlah siswa 1 4 3 2 1 1 1 1 4 3 2

(7)

Hasil perhitungan hasil belajar mata

pelajaran PKn siswa kemudian

dibandingkan dengan tabel PAP Penilaian

Acuan Patokan) yang telah dimodifikasi seperti pada tabel 1.

Tabel 1 PAP Hasil Belajar PKn Siswa Secara Keseluruhan

Rentangan skor Ketuntasan Belajar 90 – 100 Sangat baik Tuntas (T)

80 – 89 Baik Tuntas (T)

65 – 79 Cukup Tuntas(T)

55 – 64 Kurang Belum tuntas (BT)

0 – 54 Sangat kurang Belum tuntas(BT)

Sumber : (Dimodifikasi dari Agung, 2006;97).

Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini ditentukam untuk membatasi pelaksanaan siklus dalam penelitian apabila hasil belajar siswa secara individu telah memperoleh nilai mata pelajaran PKn minimal KKM 68 dan secara klasikal telah mencapai 100%. Sedangkan nilai rata-rata mata pelajaran PKn minimal mencapai nilai 80. Maka penelitian ini dapat dihentikan karena sudah berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama penelitian tindakan kelas

(PTK) yaitu Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/201, secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus untuk, untuk masing-masing siklus dilakukan pertemuan pembelajaran sebanyak 2 (dua) kali sedang pada

pertemuan ketiga dilakukan evaluasi hasil belajar.

Data hasil belajar siswa dikumpulkan setiap akhir siklus. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya.

Rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 74%. Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan yang ditetapkan yaitu kriteria cukup (80-89), masih ada beberapa siswa yang mencapai nilai di bawah KKM dan persentase hasil belajar siswa secara klasikal masih belum mampu mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, Sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II.

Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa perhatian siswa dalam proses pembelajaran sudah berlangsung dengan optimal, rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus II sebesar 84% yang secara klasikal berada pada kategori baik (80-89), jika dibandingkan dengan siklus I sebesar 74%, berarti terjadi kenaikan sebesar 10%. Dilihat dari tindakan siklus II maka hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan

(8)

belajar siswa (KKM) sudah mencapai 100%, jika dibandingkan dengan siklus I sebesar 78,57%, berarti terjadi kenaikan sebesar 21,43%.

Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus ini telah diperoleh data bahwa hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan yang sudah ditentukan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran PKN kelas IV SD No.1 Seririt tahun pelajaran 2013/2014 yaitu siswa telah mencapai KKM. Secara umum penelitian ini sudah mampu menjawab rumusan masalah sekaligus telah mampu memecahkan permasalahan mengenai PKn dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

PENUTUP

Berdasarkan analisis dan

pembahasan hasil belajar PKn setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada

Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Singaraja.

Agung, A.A,G ( 2001/2002 ) Proposal

Penelitian Penerapan Metode

Ceramah dan metode ceramah dan metode pemecahan masalah melalui kelompok kecil untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV catur wulan III Tahun Pelajaran 2001/2002 di Sekolah

Dasar Nomor 7 Canggu,

Kecamatn Kuta, Kabupaten Badung IKIP Negeri Singaraja. Agung , A. A. Gede. 2010. Penelitian

Tindakan Kelas (teori dan analisis

data dalam PTK). Makalah

disajikan dalam workshop Jurusan PGSD FIP. Singaraja: Undiksha Arikonto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas. Cetakan

keenam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djamarah,Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar

Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Margono. 1996. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-asas

Mengajar. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang

Standar Pendidikan Nasional.

Jakarata : Dirjen Pendidikan Dasar dan Mengengah.

(9)

Purwita, Luh Juwita. 2010. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament

Berbantuan Lembar Kerja Siswa di Sekolah Dasar 2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi

Bagi Pendidik Dalam

Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta : Kencana.

Rusman. 2011. Model-model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M, 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sarna, Ketut. 1998. Pembelajaran

Partisipatif. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan dalam Negeri

PBM dan PTK kemitraan

Internasional STKIP Singaraja dan

La Trobe University, 23-24

September 1998 di STKIP Singaraja.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robet E. 1995. Kooperatif Learning. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

---. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative Learning: theory, research, and practice. 2009. Bandung: Nusa Media.

---. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Edisi Terbaru Terjemahan Narulita Yusron.

Cooperative Learning: theory,

research, and practice. 2010.

Bandung: Nusa Media

Suastra,I Wayan. 2006.model-model

pembelajaran inovatif dalam

implementasi kurikulum tingkat

satuan pendidikan.Singaraja:

Undiksha.

Suherman,Erman dkk (2003). Strategi

Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung :Tecniical

Cooperation Project for Devolopment of science and mathematics teaching for Premery and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP) Supriyono.Agus. 2009. Cooverative

Learning, teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarata : Pustaka Belajar

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif:

Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Undang- Undang Dasar Republik

Indonesia (UU 19) dan penjelasan Yang sudah diamandemen. Jakarta : Penerbit Nidya Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: DIKBUD KBRI.

(10)

Werdani, I.G.A.K,dkk.2007. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan

By showing the example through Carrie , the researcher want to proof that hyper-parenting is a parenting that has a bad impact if used to look after the children. By

Another Disisis, utilization of the graphics card into the era of General Purpose Graphical Processing Units ( GPGPU ) , namely the use of graphics cards to work umum.GPU

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pemberian mikoriza Glomus fasciculatum dengan dosis 25 gram meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman euphorbia serta

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

perbedaan pengalaman interaksi. Pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan maupun membaca pemahaman, guru harus mampu menyetarakan kemampuan siswa untuk meningkatkan

R & D adalah perusahaan yang memproduksi produk celana panjang dan jaket, dalam menentukan harga pokok produksi atau total biaya produksi perusahaan menjumlahkan seluruh