PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Made Yanthi Sudarmi
1,I Wayan Suwatra
2, I Made Suarjana
31,2,3
Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: madeyanthi@yahoo.com, suwatra_pgsd@yahoo.co.id
2,
pgsd_undiksha@yahoo.co.id3 Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD No. 1 Seririt Kabupaten Buleleng melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Subjek penelitian ini adalah 42 orang siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2013/2014 di SD No. 1 Seririt. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemberian tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa yang kemudian dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ternyata: (1) hasil belajar dari pra siklus sebesar 64,36, siklus I sebesar 74, dan siklus II sebesar 84. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai siklus I sebesar 9,64% yang berada pada kategori kurang, sedangkan peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 10% berada pada kategori baik; (2) nilai KKM pada pra siklus sebesar 59,52%, siklus I sebesar 78,57%, dan siklus II sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang diperoleh terjadi peningkatan dari pra siklus sampai siklus I sebesar 19,05% yang berada pada kategori cukup, sedangkan dari siklus I sampai siklus II peingkatan yang terjadi sebesar 21,43% yang berada pada kategori baik.
Kata kunci: Teams Games Tournament, hasil belajar Abstract
This study aims to determine the improvement of learning outcomes in grade IV Civics second semester of the school year in elementary 2013/2014 No. 1 Seririt Buleleng through the implementation of cooperative learning model Teams Games Tournament(TGT). The subjects were 42 fourth grade students the second semester of academic year 2013/2014 in SD No. 1 Seririt. Data collection methods used in this study is a method of giving the test to collect data about student learning outcomes were then analyzed using quantitative descriptive analysis method. The results showed that the application of cooperative learning Teams Games Tournament (TGT) turned out: (1) the results of the pre-cycle study was 64.36, the first cycle of 74, and a second cycle of 84. Based on the results obtained, an increase in student learning outcomes from pre-cycle to the first cycle of 9.64% which is in the category of less, while learning outcome from the
first cycle to the second cycle of 10% is in the good category; (2) the KKM on pre-cycle by 59.52%, 78.57% for the first cycle and second cycle of 100%. Based on the results obtained by an increase of pre-cycle to the first cycle of 19.05% which is in the category enough, whereas from the first cycle to the second cycle happens deficits improve by 21.43% which is in the good category.
Keywords: Teams Games Tournament, learning outcomes
PENDAHULUAN
Salah satu komponen penting penanggung jawab dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di sekolah adalah guru. Disinilah guru dituntut secara profesional untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa SD adalah
mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil yang berkualitas. Guru harus melaksanakan pembelajaran yang tepat dan benar dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, metode dan media yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa, lingkungan siswa dan materi pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2006: 19) peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Guru harus mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa seperti ceramah yang membuat siswa jenuh dan tidak kreatif.
Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari.
Guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Menurut Charles Johnsen (Dalam Sarna, 1998) seorang guru dituntut agar menguasai enam komponen pokok kemampuan profesional, yaitu (1) kinerja, (2) penguasaan materi pelajaran, (3) penguasaan landasan profesional
kependidikan, (4) penguasaan
pembelajaran, (5) kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap
perkembangan zaman dan (6) integritas kepribadian (sikap, nilai dan minat yang mendalam terhadap kemanusiaan, pendidikan dan pengajaran).
Dari pendapat Sanjaya dan Johnsen diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang professional adalah guru yang benar-benar memahami tugas dan perannya serta menguasai enam komponen diatas, yang
berdampak pada pelaksanaan
pembelajaran yang berkualitas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa, termasuk hasil belajar mata pelajaran PKn di SD.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar bidang studi PKn kelas IV SD No.1 Seririt didapatkan informasi bahwa siswa kurang mampu menyampaikan informasi yang didapatkan,
siswa cenderung kurang dalam
mendengarkan penjelasan guru maupun menjawab pertanyaan guru serta kebanyakan siswa kurang semangat dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Setelah selesai melakukan wawancara dengan guru bidang studi PKn dilanjutkan dengan observasi kelas. Melalui observasi ditemukan beberapa
masalah antara lain : (1) pembelajaran yang dilakukan guru lebih menekankan
pada aspek pengetahuan dan
pemahaman, (2) pembelajaran masih bersifat konvensional, artinya pembelajaran dilakukan hanya dengan menjelaskan teori, pemberian contoh, kemudian pemberian latihan soal-soal. Saat mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga interaksi belajar yang terjadi hanya satu arah, guru hanya berorientasi agar materi yang ditentukan untuk satu semester cepat selesai, (3) pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik sehingga siswa merasa bosan, (4) perhatian siswa saat pembelajaran masih kurang (banyak siswa yang bermain-main).
Berdasarkan dokumen arsip nilai mata pelajaran PKn kelas IV yang diperlihatkan oleh guru bidang studi, rata-rata hasil belajar PKn siswa masih rendah. Beberapa siswa belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 68 (enam puluh delapan). Siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 17 orang yaitu sebesar 40,48%, sedangkan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 25 orang yaitu sebesar 59,52%. Kondisi belajar yang seperti ini dapat dicegah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan agar siswa lebih tertarik sehingga materi yang disampaikan bisa dipahami dengan baik.
Dari beberapa temuan masalah diatas, fokus permasalahannya adalah rendahnya hasil belajar PKn siswa kelas IV SD No. 1 Seririt Kabupaten Buleleng. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) yang
dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards (dalam Trianto,2009). Model ini berpijak pada pandangan konstruktivisme. yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Anggotanya terdiri
dari 4-5 orang dengan struktur kelompok yang heterogen yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sebagai salah satu anggota dalam kelompok kerja, dalam memahami dan menyelesaikan tugas secara bertanggung jawab.
Penerapan Model Teams Games
Tournament (TGT) tidak memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam pelaksanaannya Teams Games Tournament (TGT) juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Berdasarkan gambaran
permasalahan diatas maka perlu dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan cara melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul:
“Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari pengelolaan kelas. Untuk menerapkan model pembelajaran ini, guru perlu melatih siswa untuk bekerja secara efektif dalam kelompok belajarnya. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang sangat produktif dan menyenangkan. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum dianggap selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Jika para siswa duduk secara bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan
mempersilahkan salah seorang
anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya sendiri, maka ini
bukan merupakan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari pengelolaan kelas. Untuk menerapkan model pembelajaran ini, guru perlu melatih siswa untuk bekerja secara efektif dalam kelompok belajarnya. Sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang sangat produktif dan menyenangkan. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum dianggap selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Jika para siswa duduk secara bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan
mempersilahkan salah seorang
anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan kelompoknya sendiri, maka ini
bukan merupakan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja kooperatif antara lain : Pertama, para siswa yang tergabung dalam satu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergantung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai prestasi yang maksimum para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berdiskusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam satu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya (Suherman, 1992).
Menurut Saco (dalam Rusman 2010: 224) model pembelajaran kooperatif TGT adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memainkan tim lain untuk memperoleh skor bagi tim permainan dengan anggota-anggota mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan –pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Menurut Slavin (2010:143) menyatakan “ TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif ”. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.
Dalam bekerja kelompok, guru
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lain yang bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru (Rusman, 2010:224).
Dengan demikian, model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan setelah siswa belajar secara berkelompok, dimana dalam pelaksanaannya siswa diajak dalam suatu permainan akademik (turnamen). Permainan ini berfungsi sebagai tinjauan kembali terhadap materi pembelajaran sebelum siswa menghadapi tes individual.
Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
Gambar 1. Pengaturan tempat duduk Cluser
Keterangan gambar
: siswa yang berkemampuan tinggi : siswa yang berkemampuan
sedang
: siswa yang berkemampuan rendah
: Guru
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja Tournament berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2, dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 3 dan 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa yang berkualifikasi lebih rendah.
Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Winardi (dalam Agung, 2010:2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di
dalam kelas untuk memecahkan
permasalahan yang ada di dalam kelas dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Menurut Arikunto,dkk (2008) penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, karena dengan penelitian tindakan kelas (PTK) akan diperoleh manfaat praktis, yaitu akan diketahui secara jelas masalah-masalah yang ada atau terjadi dalam kelas dan bagaimana cara mengatasi masalah itu. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD 1 Seririt Kabupaten Buleleng, karena dalam kelas ini terdapat permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar mata Pelajaran PKn. Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II SD 1 Seririt Kabupaten Buleleng, Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 42 orang
x
x
siswa, yakni 21 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran PKn setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dalam beberapa siklus, sampai hasil belajar diperoleh sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Siklus berikutnya sangat tergantung pada siklus sebelumnya. Pada tindakan penelitian
penerapan model Teams Games
Tournament (TGT ) akan dilakukan dalam tahapan-tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, evaluasi/observasi dan refleksi.
Adapun siklus penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan seperti gambar 01 berikut.
Gambar 1 Model PenelitianTindakan Kelas dua Siklus
Adaptasi dari Kemmis dan Mc.Taggart (dalam Sunardi, 2008:14)
Keterangan :
1. Tahap perencanaan
2. Tahap pelaksanaan tindakan 3. Tahap observasi/evaluasi 4. Refleksi
Metode pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai ”(Nurkancana dan Sunartana1990:34). Lebih lanjut lagi Margono (1996:170) menyatakan “tes
adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Setelah data diperoleh dalam penelitian ini maka lebih lanjut diadakan analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Adapun langkah-langkah analisis data akan menggunakan rumus:
Menentukan nilai setiap individu dengan menggunakan rumus
100 M X N
(1) Keterangan :N = Nilai setiap siswa
X
= Nilai perolehan M = Nilai maksimal ideal Setelah dilakukan penilai secara individu maka hasil belajar mata pelajaran PKn Kelas IV semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 SD 1 Seririt - Kabupaten Buleleng, maka dilanjutkan dengan tabulasi hasil Belajar PKn untuk mencari nilai rata-rata kelasb. Rata- rata kelas
(mean) =
N
X
(2) Keterangan :
X = jumlah nilai yang diperoleh siswa
N = banyak siswa
c. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa mengacu pada rumus di bawah ini.
100% N 65 n KB Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar mata Pelajaran PKn
65
n = Banyak siswa yang
memperoleh nilai 68 ke atas (KKM) N = Jumlah siswa 1 4 3 2 1 1 1 1 4 3 2
Hasil perhitungan hasil belajar mata
pelajaran PKn siswa kemudian
dibandingkan dengan tabel PAP Penilaian
Acuan Patokan) yang telah dimodifikasi seperti pada tabel 1.
Tabel 1 PAP Hasil Belajar PKn Siswa Secara Keseluruhan
Rentangan skor Ketuntasan Belajar 90 – 100 Sangat baik Tuntas (T)
80 – 89 Baik Tuntas (T)
65 – 79 Cukup Tuntas(T)
55 – 64 Kurang Belum tuntas (BT)
0 – 54 Sangat kurang Belum tuntas(BT)
Sumber : (Dimodifikasi dari Agung, 2006;97).
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini ditentukam untuk membatasi pelaksanaan siklus dalam penelitian apabila hasil belajar siswa secara individu telah memperoleh nilai mata pelajaran PKn minimal KKM 68 dan secara klasikal telah mencapai 100%. Sedangkan nilai rata-rata mata pelajaran PKn minimal mencapai nilai 80. Maka penelitian ini dapat dihentikan karena sudah berhasil sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama penelitian tindakan kelas
(PTK) yaitu Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/201, secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus untuk, untuk masing-masing siklus dilakukan pertemuan pembelajaran sebanyak 2 (dua) kali sedang pada
pertemuan ketiga dilakukan evaluasi hasil belajar.
Data hasil belajar siswa dikumpulkan setiap akhir siklus. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya.
Rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus I sebesar 74%. Hasil yang diperoleh tersebut masih di bawah kriteria ketuntasan yang ditetapkan yaitu kriteria cukup (80-89), masih ada beberapa siswa yang mencapai nilai di bawah KKM dan persentase hasil belajar siswa secara klasikal masih belum mampu mencapai kriteria keberhasilan yang ingin dicapai peneliti, Sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II.
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa perhatian siswa dalam proses pembelajaran sudah berlangsung dengan optimal, rata-rata hasil belajar PKn siswa pada siklus II sebesar 84% yang secara klasikal berada pada kategori baik (80-89), jika dibandingkan dengan siklus I sebesar 74%, berarti terjadi kenaikan sebesar 10%. Dilihat dari tindakan siklus II maka hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan
belajar siswa (KKM) sudah mencapai 100%, jika dibandingkan dengan siklus I sebesar 78,57%, berarti terjadi kenaikan sebesar 21,43%.
Penelitian dihentikan pada siklus II karena pada siklus ini telah diperoleh data bahwa hasil belajar siswa telah mencapai kriteria ketuntasan yang sudah ditentukan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran PKN kelas IV SD No.1 Seririt tahun pelajaran 2013/2014 yaitu siswa telah mencapai KKM. Secara umum penelitian ini sudah mampu menjawab rumusan masalah sekaligus telah mampu memecahkan permasalahan mengenai PKn dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
PENUTUP
Berdasarkan analisis dan
pembahasan hasil belajar PKn setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada
Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas IV Semester II SD No 1 Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Singaraja.
Agung, A.A,G ( 2001/2002 ) Proposal
Penelitian Penerapan Metode
Ceramah dan metode ceramah dan metode pemecahan masalah melalui kelompok kecil untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV catur wulan III Tahun Pelajaran 2001/2002 di Sekolah
Dasar Nomor 7 Canggu,
Kecamatn Kuta, Kabupaten Badung IKIP Negeri Singaraja. Agung , A. A. Gede. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas (teori dan analisis
data dalam PTK). Makalah
disajikan dalam workshop Jurusan PGSD FIP. Singaraja: Undiksha Arikonto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Cetakan
keenam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djamarah,Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Margono. 1996. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Nasution. 2004. Didaktik Asas-asas
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Permendiknas No.22 tahun 2006 Tentang
Standar Pendidikan Nasional.
Jakarata : Dirjen Pendidikan Dasar dan Mengengah.
Purwita, Luh Juwita. 2010. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament
Berbantuan Lembar Kerja Siswa di Sekolah Dasar 2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi
Bagi Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta : Kencana.
Rusman. 2011. Model-model
Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A.M, 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sarna, Ketut. 1998. Pembelajaran
Partisipatif. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan dalam Negeri
PBM dan PTK kemitraan
Internasional STKIP Singaraja dan
La Trobe University, 23-24
September 1998 di STKIP Singaraja.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robet E. 1995. Kooperatif Learning. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
---. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative Learning: theory, research, and practice. 2009. Bandung: Nusa Media.
---. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Edisi Terbaru Terjemahan Narulita Yusron.
Cooperative Learning: theory,
research, and practice. 2010.
Bandung: Nusa Media
Suastra,I Wayan. 2006.model-model
pembelajaran inovatif dalam
implementasi kurikulum tingkat
satuan pendidikan.Singaraja:
Undiksha.
Suherman,Erman dkk (2003). Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung :Tecniical
Cooperation Project for Devolopment of science and mathematics teaching for Premery and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP) Supriyono.Agus. 2009. Cooverative
Learning, teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarata : Pustaka Belajar
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Undang- Undang Dasar Republik
Indonesia (UU 19) dan penjelasan Yang sudah diamandemen. Jakarta : Penerbit Nidya Pustaka.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: DIKBUD KBRI.
Werdani, I.G.A.K,dkk.2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta :