• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SURAH AT-TIIN DI SDN PUAIN KIWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SURAH AT-TIIN DI SDN PUAIN KIWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SURAH AT-TIIN DI SDN PUAIN KIWA

Marni

Program Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Palangka Raya, Indonesia E-mail: marnisdnpk@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas peserta didik dalam penerapan model discovery learning dalam pembelajaran membaca surah ‘At-Tiin dan untuk mengetahui penggunaan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca surah ‘At-Tiin Pada peserta didik Kelas V SDN Puain Kiwa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus.

Penelitian ini menyatakan bahwa (1) Hasil observasi aktivitas guru siklus I diperoleh skor 75 (Baik). Siklus II diperoleh skor 87,5 (Sangat Baik). (2) Hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh nilai 67,5% (Aktif). Siklus II diperoleh nilai 86% (Sangat Aktif).

(3) Hasil belajar siswa siklus I pada aspek keterampilan diperoleh rata-rata nilai 68,90 dengan ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II rata-rata 74,00 dengan ketuntasan klasikal 100%.

Kata kunci : Model Pembelajaran Discovery Learning, Kemampuan Membaca, Surah At-Tiin

PENDAHULUAN

Pendidikan Agama Islam adalah suatu pelajaran yang sangat penting bagi peserta didiknya pada tiap sekolah. Karena Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang biasa menjadi pemandu dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran tersebut memiliki manfaat dalam mengembangkan sikap spiritual peserta didik, sehingga menjadikan sebagai mata pelajaran yang harus diperhitungkan keberadaannya.

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Pendidikan agama Islam di SD memiliki ruang lingkup antara lain : Al-Qur’an dan hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam di sekolah yang sedang berlangsung belum semuanya memenuhi harapan kita sebagai umat Islam mengingat kondisi dan kendala yang dihadapi. Pendidikan Agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta

(2)

didik sekolah agar menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Materi pendidikan agama Islam kelas V semester pertama (ganjil) dalam kurikulum 2013, dengan kompetensi dasar keterampilan yaitu membaca Q.S.

‘At-Tiin dengan baik dan benar. Dilihat pada nilai ulangan harian (formatif) materi Q.S. ‘At-Tiin pada tahun pelajaran sebelumnya masih belum memuaskan.

Dari 8 orang siswa kelas V tahun pelajaran 2020/2021, rata-rata kelas diperoleh 60,00 dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 37,8%. Hal ini menunjukkan hasil belajar masih dibawah KKM yang ditetapkan SDN Puain Kiwa untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu 65.

Rendahnya hasil belajar di atas disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru meliputi pengembangan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, sedangkan faktor siswa meliputi aktivitas belajar siswa serta kemampuan memahami materi yang diberikan.

Selama ini guru terlalu dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran yang keduanya berimplikasi kepada rendahnya hasil belajar siswa seperti dikemukakan di atas.

Kenyataan ini kalau tidak dilakukan perbaikan maka akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa kelas V dan PAI secara keseluruhan.

Dampak lebih jauh yaitu siswa tidak memiliki bekal keterampilan membaca dan memahami makna surah-surah pendek sebagai salah satu bagian penting melakspeserta didikan ibadah sholat dalam kehidupan sehari-hari jika siswa telah aqil baligh (dikenakan wajib sholat).

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi membaca surah ‘At-Tiin di kelas V masih menggunakan pembelajaran tradisional (konvensional), yaitu guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan metode demonstrasi. Pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih banyak peserta didik yang tidak aktif dalam proses pembelajaran di kelas, hanya sebagian kecil yang cukup pintar dan aktif di kelas. Selain itu, masih sedikit peserta didik yang berani bertanya kepada guru perihal pelajaran yang belum dipahaminya.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif adalah model pembelajaran discovery learning. Menurut Suprijono (2010: 69) discovery learning merupakan pembelajaran beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses belajar model ini meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Proses informasi, pada tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa melakukan penyandian atau encoding atas informasi yang diterimanya. Berbagai respon diberikan siswa atas informasi yang diperolehnya. Ada yang menganggap

(3)

informasi yang diterimanya sebagai sesuatu yang baru. Ada pula yang menyikapi informasi yang diperolehnya lebih mendalam dan luas dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Surah ‘At-Tiin Kelas V di SDN Puain Kiwa”.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (Mc.

Millan & Schumacher).

Penelitian tindakan menuntut adanya perkembangan. Menurut Arikunto (2006: 18), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Karakteristik utama penelitian ini adalah partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang ”dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penenlitian Tindakan Kelas atau PTK. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek (Igak W. dan Kuswaya, 2007: 3).

Pada penelitian ini, yang dilakukan tahap perencanaan adalah: 1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik (menetukan pokok bahasan,mengembangkan skenario pembelajaran); 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

3) Membuat lembar kerja siswa (LKS); 4) Membuat instrument yang digunakan dalam PTK; 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

Pelaksanaan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan tahap perencanaan di atas. Pelaksaan terdiri dari kegiatan pembukaan dan kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir disertai penutup. Nilai- nilai praktis dari penggunaan model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa

(4)

konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik 2001: 219).

Model discovery-inquiry atau discovery learning menurut Suryosubroto (2002) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Discovery adalah proses mental yang membuat siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Kegiatan inti merupakan penerapan dari langkah-langkah menggunakan model discovery learning, yaitu: 1) Stimulation (Pemberian Rangsangan); 2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah); 3) Data Collection (Pengumpulan Data); 4) Data Processing (Pengolahan Data); 5) Verification (Pembuktian); 6) Generalization (Menarik Kesimpulan).

Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan mengobservasi atau mengamati aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan dibantu teman sejawat untuk mengamati tahapan-tahapan belajar mengajar menggunakan model discovery learning. Selain aktivitas guru yang diamati oleh teman sejawat, guru sendiri juga mengamati aktivitas peserta didik dan hasil belajar berupa kemampuan membaca surah At-Tiin. Peneliti bersama observer mengamati dan mencatat hasil atau dampak tindakan serta kekurangan/kelemahan peneliti dalam melakspeserta didikan tindakan untuk dijadikan bahan acuan dalam kegiatan refleksi.

Refleksi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peserta didik dalam perkembangan menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif.

Dalam hal ini, refleksi merupakan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap tahapan-tahapan pembelajaran guru dan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran melalui penggunaan model discovery learning. Setiap pertemuan harus direfleksi. Tahap ini sebagai kajian untuk perbaikan proses pembelajaran dalam tindakan kelas untuk pertemuan berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada peserta didik kelas V SDN Puain Kiwa Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong. Peserta didik yang menjadi subyek penelitian berjumlah 10 orang terdiri dari 3 orang peserta didik laki-laki dan 7 orang peserta didik perempuan.

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sekaligus pengumpul dan penafsir data. Instrumen observasi berupa lembar aktivitas peserta didik dan lembar hasil pengembangan peserta didik beserta dengan rubriknya. Kemudian, setelah didapat data aktivitas peserta didik, maka akan diperoleh data aktivitas peserta didik secara keseluruhan. Sedangkan data aktivitas guru diobservasi

(5)

oleh teman sejawat (observer) yang dimintai bantuannya oleh peneliti sendiri karena sudah memenuhi syarat. Instrumen observasi berupa lembar aktivitas guru berserta dengan rubriknya.

Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengolah dan menyusun data. Data yang telah diambil dan terkumpul dapat menghasilkan suatu kesimpulan dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Data yang diperoleh dianalisis menjadi analisis kualitatif (data kualitatif). Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik yang diolah secara naratif atau digambarkan berupa kata-kata.

Adapun indikator penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yakni aktivitas guru, aktivitas peserta didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin.

Penelitian dinyatakan berhasil jika aktivitas guru dalam melakspeserta didikan proses pengembangan secara keseluruhan mencapai rentang skor 81-100%

dengan kategori sangat baik. Aktivitas peserta didik dengan jumlah persentase yang telah dicapai minimal 81-100% dengan kategori sangat aktif. Secara individu ialah peserta didik dapat dikatakan berhasil apabila mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal apabila jumlah peserta didik yang mendapatkan di atas KKM telah mencapai 80%

dari jumlah keseluruhan peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tersebut.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi observasi terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran PAI materi Q. S ‘At-Tiin melalui model pembelajaran discovery learning, diperoleh adanya perbaikan pada aktivitas guru dari setiap pertemuan. Berikut adalah perbandingan hasil observasi aktivitas guru.

Dilihat dari peningkatan aktivitas guru berdasarkan perolehan skor dari lembar observasi dapat dijelaskan yaitu siklus I, aktivitas guru hanya 75 dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk dalam rentang 61 - 80 dengan kategori “Baik”. Berdasarkan rekomendasi yang dilakukan bersama observer pada kegiatan refleksi, guru berusaha meningkatkan aktivitasnya pada siklus II dan diperoleh hasilnya sebesar 87,5 dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk dalam rentang 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan aktivitas guru dalam penelitian ini.

Aktivitas peserta didik mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua meningkat. Aktivitas peserta didik pada siklus I dengan peserta didik yang memperoleh kriteria Aktif dengan nilai hanya mencapai 67,5%, meningkat pada siklus II menjadi 86%.

Hasil kemampuan membaca surah At-Tiin peserta didik melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning berkembang

(6)

sesuai yang diharapkan. pada siklus I rata-rata nilai aspek keterampilan didapat 68,90 dengan ketuntasan klasikal hanya 50%. Hasil ini meningkat pada silklus II dengan rata-rata 74,00 dengan ketuntasan klasikal 100%.

Berikut ini adalah grafik perbandingan hasil aktivitas guru, aktivitas peserta didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin menggunakan model pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas V SDN Puain Kiwa Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.

Gambar 1. Grafik Perbandingan Peningkatan Hasil Aktivitas Guru, Aktivitas Peserta didik, dan Kemampuan Membaca Surah At-Tiin

Menurut grafik di atas, hasil observasi aktivitas guru, aktivitas peserta didik, dan kemampuan membaca surah At-Tiin peserta didik melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning dari setiap pertemuannya semakin meningkat dan berhasil sesuai harapan.

Tercapainya hasil yang diharapkan dari tiap-tiap faktor yang diamati saling berkaitan satu sama lain. Aktivitas guru adalah faktor paling mendukung penentu keberhasilan aktivitas peserta didik dan perkembangan motorik peserta didik. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatkan aktivitas guru, maka berkembang pulalah aktivitas peserta didik beserta kemampuan membaca surah At-Tiin.

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

(7)

Berdasarkan penilaian kegiatan guru tersebut, terjadi peningkatan penilaian aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran PAI materi Q. S At- Tiin melalui model pembelajaran discovery learning. Dilihat dari peningkatan aktivitas guru berdasarkan perolehan skor dari lembar observasi dapat dijelaskan yaitu siklus I, aktivitas guru hanya 75 dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk dalam rentang 61 - 80 dengan kategori “Baik”.

Berdasarkan rekomendasi yang dilakukan bersama observer pada kegiatan refleksi, guru berusaha meningkatkan aktivitasnya pada siklus II dan diperoleh hasilnya sebesar 87,5 dikaitkan dengan kriteria yang telah ditetapkan masuk dalam rentang 81-100 dengan kategori “Sangat Baik”. Hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan aktivitas guru dalam penelitian ini.

Parameter yang mengalami peningkatan aktivitas guru secara signifikan antara lain aspek 1) Pemberian rangsangan (stimulation); 2) Pengumpulan data (data collection); dan 3) Menarik simpulan/generalisasi (generalization). Hanya pada aspek pembuktian (verification), guru tidak menunjukkan peningkatan aktivitasnya, hal ini karena guru lebih mendominasi dan hanya sebagian kecil besar yang terlibat. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa guru telah dapat mengorganisasikan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan sangat baik.

Selama pelaksanaan penelitian Siklus I guru masih mengalami kendala dalam pelaksanaannya disebabkan siswa sebagian tidak bersedia berkelompok (berkumpul) dengan perbedaan jenis kelamin, sehingga terkesan bekerja sendiri- sendiri. Namun pada pertemuan berikutnya kekurangan dapat diperbaiki, guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang dapat melaksanakan aspek aktivitas belajar anak dengan baik, sehingga anak dalam kelompok berkompetisi secara positif melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Aspek yang menjadi fokus pengamatan pada aktivitas siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media visual ini meliputi:

mengorganisasikan tugas, Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan, Mengolah data dan informasi yang telah diperoleh, Melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, Membuat kesimpulan.

Kemajuan aktivitas siswa terlihat dalam mengorganisasikan tugas, siswa pada awalnya belum mampu membagi tugas dalam kegiatan kelompok sehingga hanya beberapa orang dalam kelompok yang aktif mengerjakan tugas, sedangkan yang lainnya pasif dan menunggu hasilnya saja. Pada kegiatan berikutnya sudah mampu mengorganisasikan tugas dalam masing-masing kelompok. Sehingga masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikannya.

(8)

Pada aspek mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan kemajuan pada antusiasnya siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, meskipun pada awalnya masih banyak siswa yang bingung karena berhubungan dengan pengorganisasian tugas pada aspek sebelumnya tidak terlaksana dengan baik. Pada siklus II, siswa telah dapat memahami dan menyelesaikan tugas masing-masing yang menjadi tanggung jawabnya dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, bertanya dengan orang di sekitar, termasuk mencari di internet.

Sedangkan pada aspek mengolah data dan informasi yang telah diperoleh terlihat pada siswa yang terlibat secara aktif baik dalam membantu temannya maupun secara aktif mencari informasi dari berbagai sumber.

Hasilnya mereka rangkum dalam bentuk satu laporan sederhana melalui panduan pada LKPD sesuai dengan pemecahan masalah yang diberikan.

Aspek melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis terlihat pada ketuntasan siswa menyelesaikan tugas-tugas secara kelompok maupun secara individual. Hasilnya dipresentasekan melalui LKPD. Hasil kerja kelompok dalam menyusun laporan sederhana berdasarkan masalah yang diberikan terjadi saling diskusi diantara mereka sebelum merangkumnya dalam bentuk laporan sederhana. Aktivitas inipun terkait dengan pelaksanaan aktivitas pada aspek sebelumnya yang telah dilaksanakan dengan sangat baik.

Aspek membuat kesimpulan kemajuan terlihat dari kesimpulan yang mereka buat dalam laporan sederhana dengan melibatkan anggota kelompok.

Hasilnya terlihat adanya sinkronisasi antara masalah dan pemecahan masalah yang mereka temukan dari berbagai sumber.

Aktivitas siswa pada siklus I ada yang memiliki kriteria cukup aktif dan aktif. Sedangkan pada siklus II menjadi sangat aktif. Peningkatan aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran disebabkan siswa mendapatkan pengalaman dari belajar. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran ini disebabkan siswa tampak senang dan bersemangat dalam belajar.

Peningkatan hasil perkembangan terjadi pada setiap pertemuan baik dari siklus I sampai dengan hasil pelaksanaan siklus II. Peningkatan ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat, tetapi dari pengalaman yang didapat dalam proses pembelajaran. Siklus I ketuntasan klasikal hanya mencapai 50%, hal ini disebabkan adanya siswa yang kurang aktif dan tidak tepat dalam pemecahan masalah yang diberikan. Siswa terkesan hanya sekedar menyelesaikan tugas tanpa memperhatikan ketepatan antara permasalahan dan penyelesaian masalah. Hal ini berimbas pada penilaian keterampilan yang dilaksanakan di akhir pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan melalui pemahaman kegiatan pembelajaran

(9)

berdasarkan hasil siklus I, maka terjadi peningkatan pada siklus II yaitu ketuntasan klasikal mencapai 100%, sehingga indikator keberhasilan minimal 80%

siswa mencapai KKM telah tercapai dengan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan membaca surah ‘At-Tiin Pada peserta didik Kelas V SDN Puain Kiwa Kabupaten Tabalong.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut: (1)Hasil observasi aktivitas guru siklus I diperoleh skor 75 (Baik). Siklus II diperoleh skor 87,5 (Sangat Baik). (2) Hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh nilai 67,5%

(Aktif). Siklus II diperoleh nilai 86% (Sangat Aktif). (3) Hasil belajar siswa siklus I pada aspek keterampilan diperoleh rata-rata nilai 68,90 dengan ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II rata-rata 74,00 dengan ketuntasan klasikal 100%.

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut: Guru yang mengajar di kelas V, khususnya muatan pelajaran PAI, agar dapat menggunakan model-model pembelajaran kreatif dan inovatif yang berpusat pada siswa dan media pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar, salah satunya melalui penggunaan model pembelajaran discovery learning, Siswa diharapkan agar selalu aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena hasil belajar didapat lebih dipengaruhi pengalaman belajar dengan melakukan sendiri, bukan hapalan-hapalan, Kepada kepala sekolah hendaknya dapat memberikan masukan atau saran kepada guru- guru untuk dapat menggunakan berbagai model.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta

Brown, Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching, Fourth Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hanafiah Nanang dan Cucu Suhada. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Muhammad Nurdin. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional,Jogjakarta, Prismasophie Cet. I,

Moedjiono, Dimyati. 1993. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

(10)

Sund, R.B. & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa. http://www.erlangga.co.id. (Diunduh pada Tanggal 4 Agustus 2021).

Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1. Grafik Perbandingan Peningkatan Hasil Aktivitas Guru, Aktivitas Peserta  didik, dan Kemampuan Membaca Surah At-Tiin

Referensi

Dokumen terkait

Bagi guru, saat pembelajaran matematika berbasis masalah agar dapat lebih menekankan proses meninjau ulang proses dan hasil agar kemampuan berpikir tingkat

1) Aktivitas mengajar guru melalui penerapan model discovery learning dalam proses pembelajaran IPA Biologi materi Pencemaran Lingkungan secara keseluruhan dikategorikan

Hasil analisis.. Perancangan metode dilakukan dengan menetapkan factor-faktor dari berbagai teori maupun best practice dalam bidang e-learning readiness. Kemudian Menyusun

menghargai dan dan memperhatikan teman kelompoknya presentasi supaya ketika tidak dipahami bisa ditanyakan. 3) Terdapat beberapa siswa masih tidak semangat dalam

Kepentingan nonpengendali mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset bersih dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan, secara langsung maupun tidak langsung, pada

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan kontribusi terhadap penggiat industri kreatif, khususnya dalam bidang musik, agar dapat membuat penjualan

Dari pengamatan SEM memang jelas terlihat bahwa material LiTi2(PO4)3 5 wt.% PVA memiliki kisaran ukuran partikel yang paling kecil (sebagian <100nm), sehingga memberi