PENGARUH POLONIA TOASTMASTERS CLUB TERHADAP PUBLIC SPEAKING
(Studi Korelasional Pengaruh Polonia Toastmasters Club Terhadap Kemampuan Public Speaking Anggotanya di Kota Medan)
SKRIPSI
ARDO KHOMARUDIN 120904058
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
MEDAN 2016
PENGARUH POLONIA TOASTMASTERS CLUB TERHADAP PUBLIC SPEAKING
(Studi Korelasional Pengaruh Polonia Toastmasters Club Terhadap Kemampuan Public Speaking Anggotanya di Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1(S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
ARDO KHOMARUDIN 120904058
Public Relations
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
MEDAN 2016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertanggungjawabkan oleh:
Nama : Ardo Khomarudin
NIM : 120904058
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PENGARUH POLONIA TOASTMASTERS CLUB
TERHADAP PUBLIC SPEAKING
(Studi Korelasional Pengaruh Polonia Toastmasters Club dalam Meningkatkan Kemampuan Public Speaking Anggotanya di Kota Medan)
Medan, 04 Januari 2017 Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP: 196507031989032001 NIP: 196208281987012001
Dekan FISIP USU
Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia di proses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Ardo Khomarudin
NIM : 120904058
Tanda Tangan :
Tanggal : 04 Januari 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan rahmat, karunia, serta bimbingan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi yang berjudul PENGARUH POLONIA TOASTMASTERS CLUB TERHADAP PUBLIC SPEAKING (Studi Korelasional Pengaruh Polonia Toastmasters Club dalam Meningkatkan Kemampuan Public Speaking Anggotanya di Kota Medan) ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat unutk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini, merupakan hal yang sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dikarenakan menerima bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak. Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang membantu dan membimbing dalam proses penyelesaian tugas akhir peneliti
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang terus memberikan arahan dan penerangan kepada peneliti
4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas dukungan dan saran yang telah diberikan kepada peneliti dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini
5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D selaku dosen Penasehat Akademik peneliti
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
7. Keluarga inti peneliti, Mama dan Babe. Terima kasih atas dukungan doa, motivasi, dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
Tidak lupa juga kepada Suyudi Khomarudin yang merupakan adik peneliti yang sedang menjalankan studi Program Sarjana Strata 1, program studi hukum di Universitas Gadjahmada, yang telah memberi semangat dan sharing pengetahuan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Sutarno, selaku senior Klub Polonia Toastmaster yang telah memfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penelitian.
9. Ibu Dewi Suryani, selaku Presiden Klub Polonia Toastmaster yang telah memberi izin dan memudahkan proses pengumpulan data dalam penelitian
10. Bapak Rudy Sie, yang telah membantu banyak dalam proses pengumpulan data di lapangan ketika pertemuan reguler Klub Polonia Toastmaster
11. Seluruh responden dalam penelitian skripsi ini. Terima kasih telah bekerjasama dengan baik dalam mengisi kuesioner yang menjadi data utama dalam penelitian ini.
12. Sahabat peneliti yang lain, Fathia Disa, Martha, Bagus, Rahman, Syarra, Fiqie, Haris, Ray, dan Ardi yang selalu siap sedia untuk peneliti selama perkuliahan hingga desakan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Sukses buat kalian semua!
13. Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah menjadi keluarga peneliti
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ardo Khomarudin
NIM : 120904058
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : : PENGARUH POLONIA TOASTMASTERS CLUB TERHADAP PUBLIC SPEAKING (Studi Korelasional Pengaruh Polonia Toastmasters Club dalam Meningkatkan Kemampuan Public Speaking Anggotanya di Kota Medan) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : 04 Januari 2017
Ardo Khomarudin
( )
ABSTRAK
Skripsi ini mengenai pengaruh pelatihan yang dilakukan oleh Polonia Toastmasters Club dengan kemampuan public speaking yang dimiliki oleh anggotanya di kota Medan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh Polonia Toastmaster Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya. Teori yang digunakan adalah teori public speaking yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rachmat tentang tahap-tahap berpidato sebagai indikator utama dalam mengukur kemampuan public speaking. Metodologi penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel yang satu berkaitan dengan variabel yang lain. Populasi penelitian berjumlah 21 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dimana semua anggota populasi menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan pengisian kuesioner. Uji hipotesis menggunakan rumus Spearman dan test signifikansi, data yang dikumpulkan diolah dalam program SPSS. Hasil penelitian melalui uji hipotesis menunjukkan angka sig, (2-arah) adalah 0,106 dimana nilai yang > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh antara pelatihan Polonia Toastmasters Club dengan kemampuan public speaking anggotanya. Hasil uji determinasi menyatakan bahwa pelatihan pada Polonia Toastmasters Club mempengaruhi kemampuan public speaking anggotanya di kota Medan sebesar 13,18%. Selebihnya 86,82% faktor-faktor penentu lain.
Kata Kunci : Pengaruh, Pelatihan Toastmasters, Public Speaking
ABSTRACT
This thesis about effect of the training undertaken by Polonia Toastmasters Club with public speaking skills of its members in the city of Medan. The objectives of this research is to see the influence of Polonia Toastmaster Club of the public speaking skills of its members. The theory used is public speaking theories advanced by Jalaluddin Rachmat about the stages of speech as the main indicator in measuring the ability of public speaking. The methodology of this study is correlational aims to examine the extent to which one variable relates to other variables. The study population numbered 21 people. The sampling technique used is total sampling where all members of the population into the study sample. The technique of collecting data using questionnaires. Hypothesis testing using the formula of Spearman and test of significance, the collected data is processed in SPSS program.
The results of research through hypothesis testing showed sig, (2-tailed) is 0.106 whereas values > 0.05 then Ho accepted and Ha rejected, meaning that there is no influence between Polonia training Toastmasters Club with public speaking skills of its members. The test results of determination stated that the training at Toastmasters Club Polonia affect the public speaking skills of its members in the city of Medan at 13.18%. The rest 86.82% of other determinants.
Keywords: Public Speaking, Rhetoric, Toasmasters Club
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : URAIAN TEORITIS ... 7
2.1 Kerangka Teori ... 7
2.1.1 Public Speaking ... 7
2.1.1.1 Dasar-Dasar Public Speaking ... 9
2.1.1.2 Prinsip dan Ciri Pembicara Yang Baik... 11
2.1.1.3 Persiapan, Penyusunan, dan Penyampaian Public Speaking ... 12
2.2 Kerangka Konsep ... 21
2.3 Variabel Penelitian... 22
2.4 Definisi Operasional ... 23
2.5 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 26
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.3 Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1 Populasi ... 30
3.3.2 Sampel ... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.5 Teknik Analisis Data ... 32
3.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 32
3.5.2 Analisis Tabel Silang ... 32
3.5.3 Uji Hipotesis ... 32
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Proses Pengumpulan Data ... 35
4.1.1 Langkah-langkah Pengumpulan Data... 35
4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 36
4.2.1 Deskriptif Karakteristik Responden ... 36
4.2.2 Pelatihan Public Speaking Polonia Toastmasters Club ... 40
4.2.3 Kemampuan Public Speaking ... 46
4.2.3.1 Tahap Persiapan ... 47
4.2.3.2 Tahap Penyusunan ... 49
4.2.3.3 Tahap Penyampaian ... 52
4.3 Analisis Tabel Silang ... 56
4.4 Uji Hipotesis ... 76
4.5 Pembahasan ... 79
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
5.1 Kesimpulan... 84
5.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
01. Jenis Kelamin ... 36
02. Lama Keanggotaan ... 37
03. Profesi ... 37
04. Penghasilan ... 38
05. Intensitas Menjadi Speaker... 38
06. Intensitas Kehadiran ... 39
07. Intensitas Membaca Buku ... 41
08. Penguasaan Buku ... 42
09. Praktek 10 Project... 43
10. Evaluator, Grammarian, Ah-Counter, Topicmaster, General Evaluator, dan Timer. ... 44
11. Kontes pidato, workshop, dan konferensi Toastmasters. ... 46
12. Persiapan Menentukan Jenis Pidato ... 47
13. Persiapan Memilih Topik ... 47
14. Persiapan Memilih Tujuan ... 48
15. Persiapan Pengembangan Bahasan ... 48
16. Persiapan Penggunaan Contoh, Analogi, Data Statistik ... 49
17. Penyusunan Pesan Pidato ... 49
18. Penyusunan Organisasi Pesan ... 50
19. Penyusunan Garis-Garis Besar Pidato ... 50
20. Penyusunan Pembukaan, Isi, dan Penutup ... 51
21. Penyusunan Pemilihan Kata / Diksi ... 51
22. Cara Membuka Pidato ... 52
23. Penyusunan Kesimpulan Pidato ... 52
24. Penyampaian Membangun Kepercayaan Diri dan Kredibilitas ... 53
25. Penyampaian Penggunaan Kontak Mata ... 53
26. Penyampaian Penggunaan Alat Bantu Visual ... 54
27. Penyampaian Penggunaan Intonasi dan Penekanan ... 54
28. Penyampaian Penggunaan Kecepatan Berbicara ... 55
29. Penyampaian Penggunaan Gerakan Tubuh / Gesture ... 55
30. Penyampaian Penggunaan Mimik / Ekspresi Muka ... 56
31. Hubungan Antara Penguasaan Buku Competent Commmunication : a Practical Guide to Becoming a Better Speaker terhadap Persiapan Menentukan Jenis Pidato... 56
32. Hubungan Antara Penguasaan Buku Competent Commmunication : a Practical Guide to Becoming a Better Speaker terhadap Persiapan Memilih Topik Pidato ... 58
33. Hubungan Antara Penguasaan Buku Competent Commmunication : a Practical Guide to Becoming a Better Speaker terhadap Persiapan Pengembangan Bahasan ... 59
34. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 3 terhadap Penyusunan Organisasi Pesan ... 61
35. Hubungan Antara Penguasaan Buku Competent Commmunication : a Practical Guide to Becoming a Better Speaker terhadap Penyusunan Garis-Garis Besar Pidato... 62
36. Hubungan Antara Frekuensi Partisipasi Grammarian terhadap Penyusunan Pemilihan kata / diksi ... 64 37. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 2 terhadap Penyusunan Cara
Membuka Pidato ... 65 38. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 2 terhadap Penyusunan Kesimpulan Pidato... 67 39. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 10 terhadap Penyampaian Kontak
Mata ... 68 40. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 8 terhadap Penyampaian
Penggunaan Alat Bantu Visual ... 70 41. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 6 terhadap Penyampaian
Penggunaan Intonasi dan Penekanan ... 72 42. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 9 terhadap Penyampaian
Penggunaan Gerakan Tubuh / Gesture ... 73 43. Hubungan Antara Frekuensi Praktek Project 5 terhadap Penyampaian
Penggunaan Mimik / Ekspresi Muka ... 75 44. Hasil Uji Korelasi ... 77
DAFTAR GAMBAR
01. Kerangka Konsep ... 22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang berintiraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi yang dilakukan tentunya membutuhkan strategi agar pesan yang disampaikan kepada mitra bicara dapat diterima dan dipahami dengan baik. Bentuk interaksi seperti ini lah yang kita sebut sebagai berkomunikasi.
Komunikasi merupakan cara manusia menyampaikan maksud atau pesan kepada pendengarnya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.
Kemampuan untuk menyampaikan dan menerima pesan tersebut terus berkembang dalam sejarah kehidupan manusia hingga melahirkan ilmu retorika. Retorika adalah bentuk komunikasi manusia yang paling tua.. Zaman terus berkembang, hingga pada abad kedua puluh retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Sejak saat itulah ilmu retorika pun mulai bergeser berganti istilah menjadi Public Speaking .
Amy Slagel (2009:194) dalam buku 21st century communication: a Reference Handbook, yang diedit oleh William F.Adie, menjelaskan secara terperinci tentang apa itu public speaking. Secara global Slagel menyatakan bahwa inti dari public speaking adalah menyampaikan pesan bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan bahasa tubuh, suara, dan gambar. Ruang lingkup public speaking meliputi: retorika, pidato, master of ceremony (MC), presenter, narasumber, pembicara, penceramah, khatib dan lain sebagainya.
Dewasa ini, ilmu public speaking menjadi hal yang populer di kalangan masyarakat perkotaan. Hal ini dikarenakan public speaking merupakan ilmu terapan untuk berani berbicara didepan orang banyak, lebih jauh lagi untuk meyakinkan orang banyak mengenai pesan yang disampaikan yang ditujukan sampai kepada perubahan sikap pada pendengar sesuai dengan yang diharapkan pembicara. Salah satu keterampilan berbahasa, berbicara, yaitu aktivitas mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagian besar orang menganggap public speaking tidak terbatas pada seni retorika saja, namun dibutuhkan ingatan yang kuat, pengetahuan yang luas, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat untuk dapat membuat audiens setuju dengan apa yang disampaikan oleh pembicara.
Public speaking merupakan sebuah keterampilan yang harus dimulai dengan pemahaman dan kemampuan dalam melaksanakan, sehingga ilmu ini dapat dipelajari dan memberikan sejumlah manfaat kepada orang yang mampu menguasainya, diantaranya adalah; mampu meningkatkan kepercayaan diri; meningkatkan kemampuan kepemimpinan; dan mengembangkan kemampuan untuk menjual.
Berbagai profesi yang berhadapan dengan publik seperti CEO perusahaan, public relation, juru bicara, diplomat, motivator, dan marketing dituntut untuk menguasai ilmu public speaking dalam rangka memberikan informasi, mempengaruhi orang banyak, meningkatkan penjualan perusahaan, dan sukses dalam me-lobby klien. Fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit profesi-profesi diatas dibayar mahal untuk kemampuan mereka dalam menerapkan ilmu public speaking .
Fakta pendukung lain yang memperkuat pentingnya keberadaan ilmu public speaking, masyarakat sudah tidak asing dengan adanya acara pelatihan, seminar, talk
show, front group discussion, dan workshop yang memberikan pengetahuan dan memfasilitasi berbagai pihak seperti mahasiswa, organisasi, dan para karyawan untuk meningkatkan dan mengeksplorasi kemampuan public speaking mereka di depan orang banyak. Berbagai lembaga, kursus dan sekolah khusus yang menawarkan pelatihan untuk public speaking telah tumbuh di kota-kota besar di Indonesia bahkan macanegara seperti John Robert Powers.
Peneliti memilih sebuah kelompok yang bersedia untuk memfasilitasi dan menjadi wadah bagi anggotanya untuk mengasah kemampuan public speaking, yaitu Toastmasters. Toastmasters adalah sebuah organisasi nirlaba dimana keanggotaannya bersifat intenasional. Organisasi ini didirikan oleh Ralph C.Smedley pada tahun 1924. Smedley memberi nama kelompok ini Toastmasters yang memiliki arti “menawarkan kesenangan dan atmosfir sosial yang menarik bagi kaum muda”. Bermula dari kelompok diskusi kecil di YMCA (Young Men’s Christian Association) di Santa Ana, California, kelompok ini terus berkembang, hingga pada tahun 1930 nama Toastmasters berubah menjadi Toastmasters International setelah klub diskusi di New Westminster, British Columbia, Kanada menyatakan ingin bergabung dengan organisasi tersebut. Saat ini Toastmasters telah berkembang sangat pesat, terdapat di 116 negara, dengan 13.500 klub dan anggota tercatat sebanyak 280.000 anggota. (http://www.toastmasters.org/about/history.aspx).
Toastmasters sendiri masuk ke kota medan semenjak 1998, dimana setiap klub dibagi kedalam district, division, dan area tertentu. Polonia Toastmaster Club merupakan salah satu klub yang berada pada District, Divisi, dan area dan merupakan salah satu klub dengan jumlah member terbanyak dibandingkan dengan klub lain yang berada di kota Medan saat ini. Polonia Toastmaster Club juga merupakan klub yang menyampaikan setiap modul dengan bahasa inggris.
Hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti, di kota Medan terdapat 20 klub yang aktif dengan total member sebanyak 660 orang , merupakan jumlah yang cukup banyak untuk sebuah klub pelatihan public speaking. Anggota yang terdiri dari berbagai profesional bahkan pelajar dan mahasiswa yang telah berprestasi dalam kompetisi debat internasional juga ikut dalam pelatihan ini. Salah satunya Widopo Hanly yang mengatakan “Saya merasa dapat berkembang setelah mengikuti pelatihan di klub Toastmasters ini dengan metode praktek dan evaluasi yang dilakukan membuat kita dapat mengetahui hal yang salah dan mengubah menjadi benar”. Selain itu di Indonesia masih belum terdapat banyak gelar DTM dalam Toastmasters, salah satu diantaranya adalah Prof. DR. Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal-hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui pelatihan dalam Toastmasters ini sebesar apa mampu berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan public speaking pada anggotanya yang semakin banyak.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana peran dari Polonia Toastmasters Club yang mana didirikan oleh Smedley bertujuan untuk memberikan pelatihan public speaking berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan beretorika bagi seluruh anggotanya dengan judul“ Pengaruh Polonia Toastmasters Club Terhadap Public Speaking Anggotanya”
1.2 Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitin ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh Polonia Toastmasters Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya.
2. Penelitian ini difokuskan pada anggota atau member di Polonia Toastmasters Club.
3. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 dengan mengambil populasi anggota atau member aktif Polonia Toastmasters Club.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, menyangkut Polonia Toastmasters Club dapat meningkatkan kemampuan public speaking anggotanya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh Polonia Toastmasters Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya?
1.4 Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Polonia Toastmasters Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya.
2. Untuk melihat pengaruh Polonia Toastmaster Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi khususnya ilmu public speaking
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian yang lain, maupun penelitian yang lebih lanjut tentang pokok bahasan yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan kepada Polonia Toastmasters Club dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas anggotanya khususnya pada kemampuan public speaking.
b. Memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh Polonia Toastmasters Club pada kemampuan public speaking anggotanya.
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Public Speaking
Retorika adalah bentuk komunikasi manusia yang paling tua. Pengertian retorika yakni pemekaran bahasa bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa sebagai kemampuan berkomunikasi dalam media pikiran (Olii, 2010:5).
Istilah Public Speaking berawal dari para ahli retorika yang mengartikan sama yaitu seni (keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah berkembang sejak abad sebelum masehi. Ilmu retorika terus berkembang melalui peradaban bangsa Romawi, abad pertengahan, sampai pada pengembangan retorika modern.
Seiiring perkembangan zaman, pada abad kedua puluh, retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Sejak saat itu istilah retorika mulai digeser oleh salah satu istilahnya Public Speaking (Rakhmat, 2008:13). Hal utama yang menyebabkan pergeseran tersebut dikarenakan ilmu retorika tidak didasarkan pada penguasaan teori semata, namun melibatkan kecakapan untuk mempengaruhi dan meyakinkan audiens tentang pesan yang ingin disampaikan, sehingga peran ilmu psikologi dan sosiologi mempengaruhi aktivitas tersebut.
Heun menyatakan “Public Speaking is ther process of one person using spoken language in a continous message to call up an intended respone within a specific group, the sender in public speaking is called the speaker, the message is called a speech, and the receivers are called the audience.”. Public speaking adalah proses dimana orang menggunakan bahasa lisan dalam menyampaikan pesan secara
terus-menerus untuk memancing respon daripada sebuah kelompok tertentu, orang yang menyampaikan pidato disebut pembicara, pesan yang disampaikan adalah pidato, dan penerima disebut audiens (Heun dan Heun, 1986:8).
Public speaking tidak terbatas pada seni retorika, namun dibutuhkan ingatan yang kuat, pengetahuan yang luas, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat untuk dapat membuat audiens setuju dengan apa yang disampaikan oleh pembicara.
Kemampuan public speaking dapat dilatih karena merupakan sebuah keterampilan yang membutuhkan pemahaman dan pengetahuan serta pengalaman praktis.
Adapun Jaffe mengemukakan “Public Speaking means that one person prepares and delivers a presentation to a group who listen, generally without interrupting the flow of ideas” menurutnya public speaking berarti seseorang yang mempersiapkan dan memberikan presentasi kepada kelompok yang mendengarkan, pada umumnya tanpa mengubah ide-ide yang ingin disampaikan (Jaffe, 1995:3).
Tahap perencanaan dan penyampaian menjadi unsur terpenting yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan kegiatan public speaking.
Kegiatan-kegiatan yang masuk ke dalam raung lingkup public speaking meliputi: retorika, pidato, master of ceremony (MC), presenter, narasumber, speaker, penceramah, khatib, dan lain sebagainya. Hal yang perlu dipahami adalah titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan public speaking memiliki cakupan yang lebih luas memuat unsur psikologi dan sosiologi dari audiens sehingga menuntuk kreativitas, pengetahuan, dan daya berpikir cepat.
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam buku “Retorika Modern, Pendekatan Praktik”, retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran,kesenian,dan kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, benar dan mengesankan. Hal ini menuntut orang harus dapat berbicara jelas, singkat dan efektif (Utami, 2013:16).
2.1.1.1 Dasar-Dasar Public Speaking
Perkembangan yang semakin pesat dari public speaking membuat banyak ahli retorika yang menyampaikan dasar-dasar, elemen, hingga bagaimana seharunya seseorang pembicara hendaknya mempersiapkan pidatonya sehingga memberikan penampilan yang maksimal guna tercapainya komunikasi yang efektif sampai pada audiens.
Adapun elemen-elemen yang menjadi dasar pada kegiatan public speaking diantaranya adalah (Lucas,2001:16) (Hidajat,2006:25):
1. Pembicara (Speaker)
Orang yang menyampaikan pesan kepada pendengar disebut sebagai pembicara. Perkenalan terhadap pendengar merupakan hal yang kritis dalam persiapan dan sepanjang penyampaian suatu pembicaraan. Meskipun pokok-pokok materi pembicaraan sama, latar belakang dari pendengar akan mempengaruhi mereka bagaimana menjelaskan, dan merancang nada dan sikap pembicara.
Sebagai pembicara, seharusnya melihat keberagaman yang luas dari pendengar, laki-laki dan perempuan, perbedaan usia, suku, kelompok etnis, kebangsaan, agama, kesamaan dalam ekonomi, atau kemampuan fisik.
2. Pesan (Message)
Pesan menjadi hal yang disampaikan oleh pembicara dan mewakili makna yang ingin disampaikan dan dibagikan kepada audiens. Pesan yang disampaikan meliputi pesan verbal maupun nonverbal. Bahasa verbal adalah kata- kata yang disampaikan dan mewakili makna yang dimaksudkan, sedangkan bahasa nonverbal adalah makna yang disampaikan diluar dari pada kata-kata, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan penekanan suara yang digunakan untuk menyampaikan makna.
3. Saluran (Channel)
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesat dapat melalui berbagai macam pengaruh pada indera. Media yang hanya memanfaatkan indera pendengaran, yaitu telepon dan radio, media yang memanfaatkan indera penglihatan saja seperti tulisan, brosur, dan spanduk, media yang lebih efektif dengan memanfaatkan pendengaran dan penglihatan, yaitu siaran televisi dan video, ataupun media yang paling efektif langsung mencapai audiens tanpa menggunakan media elektronik adalah presentasi seminar.
Setiap media yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam penggunaanya, pilihan yang paling efektif, yaitu disesuaikan dengan tujuan dilaksanakannya komunikasi.
4. Pendengar (Audience)
Tujuan berbicara di depan umum adalah memperoleh tanggapan yang bermanfaat dari pendengar, bagaimana mereka berpikir, merasakan, atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pembicara. Untuk tercapainya tujuan pembicaraan, pembicara harus memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang mendengar termasuk kerangka kehidupan atau kerangka referensi.
Setiap pendengar akan menjemput pembicaraan dengan suatu kerangka pembicaraan. Suatu pidato yang disampaikan dengan tema yang sama akan diintepretasikan berbeda-beda di kalangan pendengar.
5. Umpan Balik (Feedback)
Pendengar tidak pasif dalam menerima pesan. Bahkan, mereka akan membuat penilaian mengenai pembicara dan pesan tersebut pada saat pidato sedang berlangsung, dan komunikasi penilaiaan tersebut melalui umpan balik. Hal yang berkaitan dengan tujuan akhir daripada kegiatan tersebut tergantung dari bagaimana komunikator menanggapi umpan balik tersebut secara proporsional sehingga tujuan dari pembicaraan dapat tercapai.
6. Gangguan (Interference)
Termasuk dalam faktor-faktor yang mengganggu dalam proses penyampaian pesan dan penerimaan pesan, baik dari internal maupun eksternal.
Internal adalah faktor yang muncul dari dalam pendengar, seperti gangguan kesehatan, sedangkan eksternal muncul dari kondisi ruangan yang kurang nyaman, gangguan media, dan sebagainya.
Seorang pembicara harus mampu untuk terus mendapatkan perhatian dari pendengar walaupun ada gangguan yang muncul.
7. Situasi (Situation)
Situasi dari pada penempatan kegiatan public speaking, kondisi cuaca, momen penyampaian juga memberi pengaruh pada konsentrasi dari pada pendengar.
Maka dari itu penting untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut.
2.1.1.2 Prinsip dan Ciri Pembicara Yang Baik
Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan keefektifan keseluruhan dari sebuah pidatoadalah cara penyampaian. Audiens akan mendengarkan dengan
penuh perhatian kepada seorang pembicara walaupun memiliki cara penyampaian yang buruk, selama pesan yang disampaikan memiliki kualitas dan bermanfaat.
Namun demikian, audiens akan terus mendengarkan untuk menghargai pembicara.
Terdapat tujuh prinsip dasar penyampaian yang diberikan oleh White dan Henderlider dalam Practical Public Speaking (Carpio dan Encarnacion, 2005, 50), yaitu, penyampaian yang efektif menggunakan sepenuhnya baik kode yang tampak maupun kode yang terdengar, disesuaikan dengan seluruh situasi pembicara, bersifat jujur , sederhana dan tidak dibuat-buat, disampaikan dengan yakin dan meyakinkan, tidak berusaha menarik perhatian kepadanya sendiri, penuh semangat dan hidup.
Menurut Rusmiati dalam buku Mari Belajar Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Isah Cahyani (2009:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri pembicara yang baik untuk dikenal,dipahami dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal berikut; (1)Memilih topik yang tepat, (2)Menguasai materi, (3)Memahami latar belakang pendengar, (4) Mengetahui situasi, (5)Tujuan jelas, (6)Kontak dengan pendengar, (7)Kemampuan linguistiknya tinggi, (8)Menguasai pendengar, (9)Memanfaatkan alat bantu, (10)Penampilan meyakinkan, (11)Berencana.
2.1.1.3 Persiapan, Penyusunan, dan Penyampaian Public Speaking
Seorang pembicara yang ingin melakukan kegiatan public speaking hendaknya memperhatikan persiapan, penyusunan naskah pidato, dan mempersiapkan penampilan pidato yang baik, adapun tahapan yang perlu dipersiapkan menurut Hidajat dalam bukunya “ Public Speaking dan Teknik Presentasi” (Hidajat, 2006:29) dapat dirangkum sebagai berikut:
Persiapan pertama untuk berbicara di depan umum adalah fokus pada pemilihan topik yang tepat dan menarik. Topik adalah pokok atau subjek pembicaraan. Menurut Teri Gamble dan Michael Gamble dalam Hidajat (2006:29), pemilihan topik yang tepat adalah didasarkan pada beberapa hal. Menganalisis diri pembicara untuk mengidentifikasi bahwa topik itu menarik minat dan perhatian pembicara, dan secara khusus berada dalam penguasaan pengetahuan pembicara, selanjutnya menganalisis pendengar untuk mengidentifikasi hal-hal mengenai keinginan,kebutuhan dan pengetahuan mereka yang berdampak pada pemilihan topik, fokus berikutnya kepada identifikasi kejadian terhadap pembicaraaan, temasuk setiap permintaan khusus dari penyelenggara atau adanya peristiwa alam yang menyebabkan timbulnya pembicaraan, dan pemilihan area subjek pembicaraan yang umum dan kemudian dipersempit pada subjek.
Kedua pembicara harus dapat merumuskan secara jelas mengenai tujuan umum, tujuan khusus, dan ide sentral suatu pembicaraan. Tujuan umum dari suatu pembicaraan antara lain menyampaikan informasi, meyakinkan, atau memberi instruksi kepada pendengar. Tujuan khusus suatu pembicaraan adalah tergantung dari tujuan umum pembicaraan itu. Sedangkan ide sentral adalah inti dari pembicaraan itu, biasanya dikemas hanya dalam satu kalimat yang mudah diserap dan diingat oleh pendengar.
Ketiga menyusun isi pembicaraan dapat memenuhi standar mutu setidaknya apabila bahan untuk pembicaraan itu dianggap telah cukup dan dikuasai oleh pembicara. Mengumpulkan bahan atau informasi antara lain dengan membaca buku dan penerbitan berkala seperti majalah, buletin, jurnal, mencari beberapa informasi dalam internet, mewawancarai narasumber yang memahami akan topik pembicaraan, atau merangkum hal berdasarkan kehidupan pribadi sendiri.
Tahapan berikutnya menyusun bagian pendahuluan, batang tubuh, transisi, dan kesimpulan. Pendahuluan merupakan bagian penting dari suatu pembicaraan.
Berfungsi sebagai pengantar ke arah pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan mental pendengar. Dihimbau agar dapat menarik perhatian dan memberikan kesan pertama yang baik bagi pendengar.
Membagi batang tubuh pembicaraan menjadi dua atau 3 bagian utama yang akan menjelaskan atau membuktikan ide sentral. Ide sentral ini dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan atau apa yang diharapkan oleh pendengar. Berikan argumentasi dan bukti statistik, serta kutipan beberapa ahli untuk menguatkan pesan yang disampaikan. Memperhatikan penggunaan transisi akan membawa pendengar beralih secara mulus dari satu bagian ke bagian pembicaraan lain dengan memberikan “aba-aba” secara halus dan jelas. Transisi akan membantu pendengar mengingat butir-butir atau bagian-bagian penting dan struktur dari pembicaraan itu. Bagian kesimpulan merupakan ringkasan dan penegasan dari butir-butir utama dan dapat merupakan seruan terakhir kepada pendengar untuk mengingatkan pendengar pulang membawa ide sentral pembicaraan.
Susun semua bagian dari isi pembicaraan, pendahuluan, batang tubuh, simpulan, dan transisi dalam satu kerangka acuan. Disusun secara rapi untuk membantu pembicara menjelaskan, melukiskan, atau membuktikan ide sentral.
Kemudian susun dalam sebuah catatan kecil yang berisi butir-butir penting dari pembicaraan dan digunakan sebagai pedoman pada saat berada diatas podium.
Mempersiapkan kepustakaan dan alat peraga visual yang akan mendukung kualitas dari suatu pembicaraan dapat dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan.
Pelatihan beberapa kali terhadap pidato yang telah disusun menjadi agenda penting yang harus dilakukan. Pembicara yang baik akan berusaha untuk mengulang ide-ide seperti apa yang tertuang dalam catatan kecil bukan sebaliknya dengan menghafal.
Bagi seorang pembicara menurut beberapa pakar public speaking, antara lain Dale Carnegie, H.N Casson, Stuart Turner, David Zarefsky, Hamilton Gregory, Larry King, di depan umum hendaknya perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan permulaan terhadap audiens, mengatasi kegugupan dan demam panggung, membuat ketertarikan dengan pendengar, menjaga ketepatan berbicara, kejernihan dan volume suara, perlu untuk mempercayai kemampuan sendiri dengan memperbanyak perbendaharaan kata-kata, berlatih memberikan tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat, menepati waktu yang telah ditetapkan, lancar berbicara dan memiliki rasa humor, berbicara hal yang menyenangkan, wajar, gerakan tubuh secara alamiah, penampilan yang serasi, dan menutup pidato dengan kesimpulan.
Jalaluddin Rachmat juga mengemukakan sejumlah tahap-tahap yang harus dilalui ketika ingin menyampaikan pidato (2008:16), tahap-tahap inilah yang digunakan peneliti sebagai indikator utama dalam mengukur kemampuan public speaking, tahapan tersebut terdiri dari:
1. Tahap Persiapan Pidato
Pada tahap ini hendaknya pembicara menentukan jenis pidato, memilih topik dan tujuan dari penyampaian pidato, serta mengembangkan bahasan melalui penjelasan, contoh, analogi, testimoni dan statistik.
Menentukan jenis pidato, terdapat beberapa jenis pidato berdasarkan persiapan dari pembicara, dengan metode impromptu, penyampaian pidato dilaksanakan secara spontan tanpa persiapan dan naskah. Metode manuskrip, pembicara akan menyampaikan pidato dengan menggunakan naskah. Pembicara juga dapat menulis pesan pidato dan kemudian diingat kembali kata demi kata, disebut metode memoriter. Terakhir adalah metode ekstempore, jenis pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya berupa out-line dan pokok-pokok penunjang bahasan, tetapi pembicara tidak berusaha mengingat kata demi kata, out-line hanya digunakan untuk mengatur gagasan di dalam pikiran.
Setelah menentukan jenis pidato, pembicara harus memilih topik dan tujuan dalam rangka mengetahui lebih dulu apa yang akan pembicara sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari audiens. Tahap persiapan merupakan dimana pembicara harus menguasai semua hal yang berhubungan dengan topik yang akan disampaikan. Hal ini dapat diperoleh dari pengalaman dan pengetahuan hingga mempersiapkan riset tambahan agar topik yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh audiens. Adapun kriteria topik yang baik adalah sebagai berikut :
a. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara b. Topik harus menarik minat pembaca
c. Topik harus menarik minat pendengar
d. Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar e. Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasnya f. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
g. Topik harus dapa ditunjang dengan bahan yang lain
Selain daripada topik biasanya pembicara juga harus menenukan judul pidatodan tujuan pidato. Bila topik adalah pokok yang akan diulas, maka judul
adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahlu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan lebih dahulu. Judul yang baik adalah judul yang relevan yang berarti ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan, provoaktif yang mana dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme audiens dan singkat yang berarti mudah ditangkap maksudnya.
Tujuan pidato ada dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pidato biasanya bersifat informatif, persuasif , dan rekreatif. Pidato informatif, ditujukan untuk menambah pengetahuan audiens. Audiens diharapkan dapat memperoleh penjelasan, menaruh minta, dan memiliki pengertian terhadap persoalan yang disampaikan pembicara. Adapula pidato persuasif yang ditujukan agar audiens mempercayai sesuatu untuk melakuaknnya. Keyakinan, tindakan dan semangat adalah bentuk reaksi audiens yang diharapkan pembicara. Serta pidato rekreatif yang ditujukan untuk memberikan perhatian, kesenangan, dan humor kepada audiens.
Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Dalam merumuskan topik dan tujuan, pembicara harus memerhatikan dan menganalisis audiens seperti melihat psikologi audiens, demografi audiens, situasional audiens dan mengadaptasi audiens.
Tahap terakhir dalam mempersiapkan pidato ialah mengembangkan bahasan. 6 macam teknik yang biasa digunakan untuk mengembangkan bahasan, diantaranya adalah (1) menggunakan penjelasan / keterangan penunjang lainnya, pemberian definisi, (2) menyertakan contoh untuk mengkonkretkan bahasan, (3) analogi untuk membandingkan dua hal untuk lebih mengetahui persamaan dan perbedaaan, (4) menggunakan testimoni, (5) menggunakan data statistik untuk
menimbulkan kesan kuat dan meyakinkan, (6) menggunakan perulangan, untuk menegaskan dan mengingatkan audiens pada gagasan yang ingin disampaikan.
2. Tahap Penyusunan Pidato
Pembicara selanjutnya dapat mengembangkan konteks pidato yang lebih detail, dengan menyusun pesan pidato, membuat garis-garis besar pidato, melakukan pemilihan kata, dan menentukan strategi dalam membuka dan menutup pidato.
Menyusun pesan dalam pidato terdapat dua tahap, yaitu mengorganisasi pesan dan menyusun pesan. Untuk mengorganisasi pesan terdapat 6 macam urutan:
a. Deduktif, dimulai dengan menyatakan dahulu gagasan utama, dan kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang
b. Induktif, dimana kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan
c. Kronologis, pesan disampaikan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa
d. Logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat, atau akibat ke sebab.
e. Spasial, pesan disusun berdasarkan tempat
f. Topikal, pesan disusun berdasarkan topic pembicaraan, klasifikasinya Selanjutnya apabila pesan telah teroganisir dengan baik, maka selanjutnya pesan disusun sesuai dengan cara berpikir audiens.
Membuat garis-garis besar pidato akan menjadi alat pelengkap yang sangat penting bagi pembicara, khususnya pembicara baru. Garis-garis besar akan memberikan petunjuk terhadap penampilan pembicara saat pidato. Menurut Alan. H Monroe, terdapat tiga garis besar, yaitu ; garis besar lengkap, diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam
penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan dibawahnya disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian. Dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi pidato itu secara keseluruhan. Garis besar berikutnya adalah singkat, diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja. Biasanya digunakan oleh pembicara yang ahli dalam penyajian pidato. Didalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Garis besar terakhir ialah alur teknis, dimana dapat ditulis sejajar dengan garis besar lengkap diletakan pada kertas lain. pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan sebagainya.
Memilih kata-kata, kata-kata bukan saja dapat mengungkapan, tetapi juga memperhalus, dan bahkan menyembunyikan kenyataan. Seorang pembicara yang baik akan memperhatikan pemilihan kata yang sesuai dengan kondisi dan latar belakang audiensnya. Selain itu, kata-kata juga dapat mencerminkan tingkah laku dan struktur sosial pembicara. Glenn. R. Capp dan Richard Capp Jr, merumuskan beberapa ketentuan, kata-kata yang disampaikan harus jelas. Ini berarti bahwa kata- kaya yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda (ambigues), tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat. Kata-kata yang disampaikan harus tepat, ini berarti kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kepribadian pembicara, jenis pesan, keadaan khalayak, dan situasi komunikasi. Kata-kata yang disampaikan harus menarik, ini berarti kata-kata harus menimbulkan kesan yang kuat, hidup dan merebut perhatian audiens
Menentukan cara membuka dan menutup pidato. Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan, kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan
pidato ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik bagi pembicara. Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian yang paling menentukan. Jika permulaan pidato harus dapat menganarkan pikiran dan menambatkan perhatian pada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus memberikan fokus pada pikiran dan perasaan audiens pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Karena itu penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya perusasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
3. Tahap Penyampaian Pidato
Membangun kepercayaan diri dan kredibilitas serta memperhatikan prinsip- prinsip penyampaian pidato yang melibatkan kontak dengan audiens, olah vokal dan olah visual menjadi hal-hal yang patut diperhatikan dan dilakukan pembicara selama menyampaikan pidato.
Membangun kepercayaan diri dan kredibilitas, penyampaian dan pelaksanaan pidato adalah unsur terpenting. Kecemasan dalam berbicara sering kali menghilangkan keterampilan, percaya diri dan kredibilitas pembicara saat melakukan kegiatan public speaking.
Melakukan kontak visual dan kontak mental dengan audiens memberikan efek emosional yang lebih dengan audiens. Memperhatikan olah vokal, dengan mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokan makna kata, ungkapan atau kalimat. Memperhatikan olah visual dengan menggunakan wajah,tangan , dan tubuh pembicara.
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan diatas, maka penelitian ini akan menggunakan tahap-tahap penyampaian pidato yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rachmat yang relevan dengan kondisi pelatihan yang dilakukan oleh Toastmasters Club, yang terdiri dari sebelas tahap akan dijabarkan dalam butir-butir pertanyaan kuesioner untuk mengukur kemampuan public speaking anggotanya.
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yan dicapai dan menghantarkan peneliti pada perumusan hipotesa.
Sedangkan konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada hipotesis (Nawawi,2001:40)
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 01. Kerangka Konsep 2.3 Variabel Penelitian
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi (Sugiono,2008:61):
a. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, accident.
Dalam bahasa Indonesia yang sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Polonia Toastmaster Club (X)
• Pelatihan Public Speaking, meliputi:
• Penguasaan materi buku Competent Communication
• Praktek 10 modul
• Evaluator
• Gramarrian
• Ah-Counter
• Topicmaster
• General Evaluator
• Timer
• Mengikuti Workshop kecil atau besar
Polonia Toastmaster Club
(Variabel X)
• Berpidato
• Tahap Persiapan
• Menentukan jenis pidato
• Memilih topik dan tujuan
• Mengembangkan bahasan
• Tahap Penyusunan
• Menyusun pesan pidato
• Membuat garis besar pidato
• Memilih kata-kata
• Cara membuka dan menutup pidato
• Tahap Penyampaian
• Membangun kepercayaan diri dan kredibilitas
• Kontak visual
• Olah vokal
• Olah visual Kemampuan Public Speaking
(Variabel Y)
b. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan Public Speaking (Y)
2.4 Definisi Operasional
Definisi operational merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara- cara untuk mengukur konsep-konsep yang akan diteliti yang bersifat operasional.
Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X), yaitu Polonia Toastmasters Club, yang terdiri dari:
a. Penguasaan materi buku Competent Communication : anggota menguasai materi dalam buku competent communication
b. Praktek 10 modul : anggota telah mempraktekan 10 modul dalam practical guide sebagai speaker.
c. Evaluator : anggota pernah berpartisipasi sebagai evaluator dalam pertemuan reguler klub untuk mengevaluasi pidato speaker.
d. Grammarian : anggota pernah berpartisipasi sebagai grammariandalam pertemuan reguler klub untuk memperkenalkan kata-kata baru dan mengavaluasi tata bahasa Inggris pidato.
e. Ah-Counter : anggota pernah berpartisipasi sebagai ah-counter dalam pertemuan reguler klub untuk mencatat kata-kata dan suara yang digunakan untuk “jeda” oleh siapa pun yang berbicara di dalam pertemuan.
f. Topicmaster : anggota pernah berpartisipasi sebagai topicmaster dalam pertemuan reguler klub untuk membawa sesi topicmaster, dimana seluruh member harus berbicara dalam setiap pertemuan g. General Evaluator : anggota pernah berpartisipasi sebagai general
evaluator, dimana akan mamperkenalkan evaluator dan mengevaluasi keseluruhan pertemuan.
h. Timer : anggota pernah berpartisipasi sebagai timer, dimana akan menjelaskan peraturan waktu setiap sesi.
i. Mengikuti Workshop kecil atau besar : anggota pernah mengikuti kontes pidato, pelatihan komunikasi, dan konferensi dalam Toastmasters Club.
2. Variabel Terikat (Y), yaitu Kemampuan Public Speaking, yang terdiri dari:
a. Tahap Persiapan
1. Menentukan jenis pidato : pembicara menentukan jenis impromptu, manuskrip, memoroter, atau ekstempore.
2. Memilih topik dan tujuan : pembicara melakukan pemilihan topik dan tujuan berdasarkan analisis pendengar.
3. Mengembangkan bahasan : pembicara mengembangkan bahasan topik menggunakan analogi, penjelasan dan contoh.
b. Tahap Penyusunan
1. Menyusun pesan pidato : pembicara mengatur organisasi pesan dan isi pesan yang ingin disampaikan kepada pendengar.
2. Membuat garis besar pidato : pembicara membuat garis besar pidato yang terdiri dari pembuka isi dan penutup.
3. Memilih kata-kata : pembicara melakukan pemilihan kata dalam menyusun pidato yang jelas, tepat dan menarik.
4. Cara membuka dan menutup pidato : pembicara mempersiapkan cara membuka dan menutup yang menarik dan memberi kesimpulan.
c. Tahap Penyampaian
1. Membangun kepercayaan diri dan kredibilitas : pembicara mampu mengatasi rasa cemas berkomunikasi dan membangun kredibilitas diri yang baik di mata para audiens.
2. Kontak visual : pembicara melakukan tatapan mata yang baik serta alat bantu visual untuk para audiens saat berpidato.
3. Olah vokal : pembicara menggunakan intonasi, cepat lambat bicara ketika menyampaikan pidato.
4. Olah visual : pembicara menggunakan mimik muka, gerakan tubuh, serta pose tubuh yang meyakinkan saat berpidato.
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis asosiatif (Sugiyono,2006:86) adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi hipotesis yang ingin diajukan peneliti terhadap penelitian ini adalah:
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Polonia Toastmasters Club dengan kemampuan public speaking.
Ha : Ada pengaruh antara Polonia Toastmasters Club dengan kemampuan public speaking.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Alasan peneliti memilih kota Medan sebagai lokasi penelitian antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan merupakan lokasi yang paling dekat dengan peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terkait.
2. Dari sekian banyak klub yang berada di kota Medan yang berjumlah 20 klub yang aktif melakukan pertemuan. Polonia Toastmaster Club merupakan klub yang secara rutin melakukan pertemuan secara reguler di kota Medan dengan jumlah anggota terbanyak saat ini.
Toastmasters adalah sebuah organisasi nirlaba dimana keanggotaannya bersifat intenasional. Organisasi ini didirikan oleh Ralph C.Smedley pada tahun 1924. Smedley memberi nama kelompok ini Toastmasters yang memiliki arti
“menawarkan kesenangan dan atmosfir sosial yang menarik bagi kaum muda”.
Bermula dari kelompok diskusi kecil di YMCA (Young Men’s Christian Association) di Santa Ana, California, kelompok ini terus berkembang, hingga pada tahun 1930 nama Toastmasters berubah menjadi Toastmasters International setelah klub diskusi di New Westminster, British Columbia, Kanada menyatakan ingin bergabung dengan organisasi tersebut. Saat ini Toastmasters telah berkembang sangat pesat, terdapat di 116 negara, dengan 13.500 klub dan anggota tercatat sebanyak 280.000 anggota. ( http://www.toastmasters.org/about/history.aspx).
Toasmasters International mengembangkan dua jalur kurikulum dalam memberikan pelatihan kepada membernya, yaitu komunikasi dan kepemimpinan.
Pada jalur komunikasi, seseorang akan melewati proses melakukan public speaking sekurang-kurangnya 40 kali, belum termasuk beberapa workshops kecil (durasi 15 menit) hingga besar (durasi minimal 60 menit). Setiap anggota Toasmasters International berkesempatan untuk berbicara juga mengevaluasi pidato orang lain.
Hal yang cukup menarik adalah setiap anggota yang berhasil menjalankan modul- modul tersebut akan dihargai dengan pencantuman title tertentu di belakang namanya. Secara berurutan adalah CC (Competent Communicator), ACB (Advanced Communicator Bronze). ACS (Advanced Communicator Silver), dan ACG (Advanced Communicator Gold). Jika orang tersebut telah menyelesaikan modul komunikasi dan menyelesaikan modul kepemimpinan melalui HPL (High Performance Leadership) Project, maka anggota tersebut akan memperoleh penghargaan status tertinggi dalam jenjang Toasmasters International, yaitu DTM (Distinguished Toastmasters).
Adapun kurikulum dasar setiap Toasmasters International akan melakukan sepuluh modul public speaking yang didesain bertahap untuk dilalui setiap anggotanya, kesepuluh modul tersebut adalah:
Pertama, Ice Breaker, agar belajar merasa nyaman berbicara di hadapan public. Kedua, Organize Your Speech, belajar menyusun agenda (pembuka,isi, dan penutup) dan tujuan pidato. Ketiga, Get to the Point, belajar menyusun maksud umum dalam berpidato (to inform, to persuade, to entertain, to inspire)serta maksud khususnya (makna apa yang akan dibawa pulang oleh audiens). Keempat, How to Say It, belajar melakukan pilihan kata dengan tepat agar inti pesan dapat
tersampaikan dengan efektif. Kelima, Your Body Speaks, belajar menggunakan bahas tubuh (gesture, gerk badan, mimic muka, dan tatapan mata). Keenam,Vocal Variety, belajar menggunakan/memaksimalkan ragam vocal (volume, pitch, rate/paca, pause). Ketujuh, Research Your Topic, belajar menyusun pidato berdasarkan data.
Kedelapan, Get Comfortable With Visual Aids, belajar mengkoordinasikan presentasi dengan dukungan visual. Kesembilan, Persuade With Power, belajar menggunakan logical support agar dapat mempengaruhi orang lain secara efektif. Kesepuluh, Inspire Your Audience, belajar menginspirasi audiens agar menjadi lebih baik dalam kepribadian, emosi, profesi, rohani, dan lainnya.
Sedangkan untuk meningkatkan kapasitas di bidang public speaking telah dipersiapkan sejumlah modul-modul yang secara bebas dipilih untuk memperkuat kompetensi para member, diantaranya adalah: the entertaining speaker, speaking to inform, public relations, the discussion leader, speciality speeches, speeches by management, the professional speaker, technical presentations, persuasive speaking, communicating on television, storytelling, interpretive reading, interpersonal communication, special occasion speeches, dan humorously speaking.
Agenda yang dilaksanakan pada setiap pertemuan. Pertama, adalah kata sambutan yang akan disampaikan oleh ketua klub atau yang biasa disebut dengan presiden klub. Selanjutnya memasuki sesi pertama, yaitu Table Topics, dimana pada sesi ini salah seorang anggota akan membawakan sebuah topik sekaligus memediasi para anggota lain maupun tamu yang datang pada pertemuan (guest) untuk memberikan komentar atas topik yang disampaikan. Kemudian sesi Prepared Speech, pada sesi inilah hanya para anggota terdaftar resmi yang mampu membawakan pidatonya kedepan yang biasanya telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Dilanjutkan dengan sesi Evaluation, dimana akan dilakukan evaluasi oleh anggota yang dianggap lebih senior dan kompeten untuk mengevaluasi pidato yang disampaikan pada sesi sebelumnya, penyampaiaan beberapa komentar dari beberapa guest yang hadir dan ditutup kembali oleh presiden. Setiap sesi yang berlangsung akan ada beberapa petugas, yaitu timer sebagai pencatat waktu, “ah” counter yang akan mencatatkan kata “ah, eh, o” atau kata-kata yang tidak perlu, dan grammarian yang akan memberikan evaluasi penggunaan kalimat yang lebih tepat, dan semua petugas akan menyampaikan laporannya pada akhir acara.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam riset kuantitatif, riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Kriyantono,2007:57). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam menjelaskan antara dua objek.
Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada-tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Polonia Toastmasters Club terhadap kemampuan public speaking anggotanya di kota Medan. Adapun cara yang
digunakan adalah dengan mengambil data melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi yang dikemukakan oleh Sugyiono (2008:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif Polonia Toastmaster Club dengan jumlah 21 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel yang dituliskan oleh Arikunto (2006:131) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel, yang dimaksud oleh menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Metode penarikan sample dalam penelitian ini dikarenakan jumlah populasi yang hanya berjumlah 21 orang, maka peneliti mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Teknik yang digunakan adalah total sampling atau sensus, yang artinya adalah jumlah total populasi diteliti. Keuntungan dari metode sensus adalah memungkinakan data yang lengkap karena mencerminkan seluruh sifat-sifat populasi. Sensus dapat dilakukan bila :
a. Anggota populasi tidak terlalu besar, hal ini sesuai dengan anggota aktif yang berjumlah 21 orang. Dan variabilitas karakteristik anggota populasi
yang tinggi atau heterogenitasnya tinggi, yang juga sesuai dengan Polonia Toastmaster Club yang anggotanya berasal dari lata belakang usia dan profesi yang berbeda-beda.
b. Sensus lebih tepat dilakukan jika penelitian bermaksud untuk menjelaskan karakteristik setiap anggota populasi.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan sekunder dalam suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Pengumpulan data suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan (Siregar, 2013:39)
Menurut Kriyantono (2006:93) metode pengumpulan data yang umum digunakan dalam suatu penelitian adalah :
1. Kuesioner
Penelitian ini menggunakan kuesioner, kuesioner juga terbagi menjadi dua yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Kuesioner dikatakan tertutup apabila pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalam bentuk pilihan ganda. Jadi, kuesioner jenis responden ini tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.
3.5 Teknik Analisis Data 3.5.1 Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan membagi- bagi variabel ke dalam kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi dasar. Analisis ini adalah langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu jumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Suyanto, 2011:106).
3.5.2 Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Suyanto, 2011:107).
3.5.3 Uji Hipotesis
Menurut Kriyantono (2006:174), pengujian hipotesis merupakan pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, dengan skala data ordinal dengan variabel lain juga data ordinal maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank – Ordern Correlation), dimana data variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar.
𝑟ℎ𝑜 = 1 − 6 𝑑2 𝑁(𝑁2− 1)
(dalam Kriyantono, 2006:174)
Keterangan :
rs (rho)= koefisien korelasi rank-order