• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA TANGERANG SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA TANGERANG SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

YOGA ALVIN ADRIAN NIM: 11150480000161

PRO G RA M S T U DI I L MU H UK UM FAK UL T AS S Y ARI AH DA N H UK UM S YARIF H IDA YAT UL L AH JAK ART A

1442 H / 20 21

(2)

i

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

YOGA ALVIN ADRIAN NIM: 11150480000161

HALAMAN JUDUL

PRO G RA M S T U DI I L MU H UK UM FAK UL T AS S Y ARI AH DA N H UK UM S YARIF H IDA YAT UL L AH JAK ART A

1442 H / 20 21

(3)

ii Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Perseyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.) PERSETUJUAN PEMBIMBING

Oleh :

YOGA ALVIN ADRIAN NIM: 11150480000161

Pembimbing I

Ir. Nadratuzzaman,M.Sc., Ph.D NIP. 196106241985121001

Pembimbing II

Nisrina Mutiara Dewi, SE.Sy., MH NUPN. 992011286

(4)

iii

dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Januari 2021 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Program studi Ilmu Hukum.

Jakarta, Januari 2021 Mengesahkan

Dekan

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.H.,M.A.

NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H.,M.H. (...) NIP. 19670203 201411 1 001

Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H.,M.Hum. (...) NIP. 19650908 199503 1 001

Pembimbing I : Ir. Muh. Nadratuzzaman, MS., M.Sc., Ph.D. (……….) NIP. 19610624 198512 1 001

Pembimbing II:Nisrina Mutiara Dewi, SE.Sy., M.H. (...) NUPN. 99201128 62

Penguji I : Dr. Nahrowi, S.H., M.H.

NIP. 19730215 199903 1 002 (...) Penguji II : Dr. Ria Safitri, S.H., M.H.

NIP. 19711120 200604 2 005 (...)

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Yoga Alvin Adrian

NIM : 11150480000161

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. Gotong Royong II, no. 49, Larangan, Tangerang

Kontak : 081295424644

Email : kotaksurat.yogaalvin@gmail.com

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari ditemukan hasil karya penelitian ini plagiat maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2021

Yoga Alvin Adrian NIM: 11150480000161

(6)

v ABSTRAK

YOGA ALVIN ADRIAN 11150480000161, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA TANGERANG, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1443H/2021M. IX + 60 halaman + 35 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bentuk perlindungan hukum pekerja anak di kota Tangerang dan bentuk kebijakan yang diterbitkan pemerintah kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupa kajian kepustakaan (Library Research).

Spesifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Deskriptif Analitis, data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah wawancara kepada beberapa anak yang menjadi pekerja anak di bawah umur dan sebagai data sekunder pada penelitian ini diperoleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perda Tangerang Nomor 2 Tahun 2015, dan Perwal Tangerang Nomor 65 Tahun 2016 yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini kemudian dari data-data yang diperoleh dirangkai dengan metode deskriptif.

Hasil dari penelitian memberikan kesimpulan bahwa meskipun adanya perlindungan hukum dan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah kota Tangerang dalam menangani masalah pekerja anak di bawah umur masih banyak pemeberi kerja yang melakukan pelanggaran. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dan menambah kemampuan baru bagi peneliti serta memberi masukan bagi pemerintah daerah Tangerang terutama sebagai acuan pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan bagi anak-anak yang mendapat eksploitasi.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, anak di bawah umur

Pembimbing Skripsi : 1. Ir. Muh. Nadratuzzaman, MS., M. Sc., Ph. D.

2. Nisrina Mutiara Dewi, S.E. Sy., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1984 sampai Tahun 2018

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat- Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI KOTA TANGERANG” dapat diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini. Penelitian skripsi ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta kesabaran dalam membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai guna menyelesaikan penelitian skripsi ini.

5. Kedua orang tua peneliti tersayang Ibu Rokhayati dan Bapak Hadiatma yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada hentinya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(8)

vii

6. Semua Pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi serta saran dalam pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Terima Kasih.

Jakarta, Februari 2021

Yoga Alvin Adrian

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian... 8

E. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI INDONESIA ... 12

A. Tenaga Kerja ... 12

1. Pengertian Tenaga Kerja ... 12

2. Klasifikasi Tenaga Kerja ... 15

3. Hukum Ketenagakerjaan ... 16

4. Hak dan Kewajiban Pekerja Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan ... 20

B. Perlindungan Hukum ... 21

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 21

2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum... 23

3. Jenis Perlindungan Hukum Tenaga Kerja ... 24

C. Perlindungan Hukum Terhadap Anak ... 24

1. Pengertin Perlindungan Hukum Terhadap Anak ... 24

2. Pengertian Hak Anak ... 25

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Anak ... 27

4. Perlindungan Hukum Pekerja Anak ... 27

5. Pengertian Anak Menurut Hukum Positif ... 28

D. Tinjauan (Review) Terdahulu ... 29

BAB III TENAGA KERJA ANAK DIBAWAH UMUR DI KOTA TANGERANG ... 32

A. Profil Kota Tangerang ... 32

1. Riwayat Berdirinya Kota Tangerang ... 32

2. Letak Geografis ... 33

3. Demografi Kota Tangerang ... 34

(10)

ix

4. Jumlah Penduduk Angkatan Kerja, Pengangguran, dan

Bekerja. ... 35

B. Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk bagi Anak (BPTA) ... 36

C. Alasan Anak Bekerja... 37

BAB IV 39PERLINDUNGAN HUKUM PADA PEKERJA ANAK DIBAWAH UMUR DI KOTA TANGERANG ... 39

A. Perlindungan Hukum Pekerja Anak di Bawah Umur di Kota Tangerang ... 39

1. Faktor Ekonomi ... 42

2. Faktor Lingkungan Sosial ... 44

3. Faktor Kurangnya keahlian ... 47

4. Faktor Budaya ... 48

B. Kebijakan Pemerintah untuk Mengurangi Pekerja Anak di Kota Tangerang ... 52

BAB V PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Rekomendasi ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pekerja anak bukanlah sesuatu temuan baru di masyarakat, bahkan di desa banyak anak yang sudah dilatih kerja sejak dini oleh orang tua mereka. Pada awalnya anak bekerja hanya untuk membantu orang tuanya menyelesaikan pekerjaan domestik di rumah tangga. Sebagian masyarakat pedesaan beranggapan memberi pekerjaan bagi anak di usia dini merupakan bagian dari proses belajar mengajar pada perkembangannya kemudian, ternyata anak tidak hanya terlibat dalam pekerjaan domestik, melainkan di sektor publik dalam rangka mencari uang layaknya pekerja dewasa atau orang tuanya, perubahan ini terjadi karena tekanan ekonomi keluarga-keluarga miskin.1

Perlindungan anak adalah segala untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat serta kemanusiaan, sehingga mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Perkembangan zaman membuat tenaga kerja menjadi bidang yang penting untuk menunjang ekonomi di negara kita ini, karena dengan terciptanya suatu usaha yang dipelopori oleh penguasa dan terwujud dibantu oleh pekerja.

Setiap pengusaha baik perseorangan maupun badan hukum pasti membutuhkan peran tenaga kerja. Tenaga kerja berperan penting dalam membantu meningkatkan prospek perusahaan menjadi lebih baik lagi, terutama dalam hal proses produksi perusahaan. Jika kita lihat kebelakang, banyak tenaga kerja laki-laki yang dipekerjakan pada suatu perusahaan. Namun, sekarang ini perusahaan tidak hanya memperkerjakan tenaga kerja laki-laki saja, tetapi juga memperkerjakan tenaga kerja perempuan bahkan anak-anak yang masih belum cukup umur untuk dapat dipekerjakan.

1 Bagong Suyanto, Pekerja Anak dan Kelangsungan Pendidikannya, (Surabaya: Airlangga University Press, 2003), h. 21.

(12)

Di dalam perkembangan zaman yang seperti saat sekarang ini tumbuh begitu sangat pesat tidak terbatas pada waktu, tempat dan umur sehingga segala sesuatu sudah bisa dipraktikan oleh semua kalangan tanpa melihat usia. Seperti hal inilah yang akan menjadi fokus utama saat dimana ini yang terjadi di kalangan anak-anak walaupun secara minat dan bakat anak-anak menonjolkan pada hal-hal yang seperti itu tetapi kita seringkali juga memperhatikan dan melihat bahwa anak juga butuh proses dalam berkembang di bidang-bidang lain selain dari keprofesiannya menjadi selebriti. Hal seperti ini juga tentu akan menjadi perhatian khusus dari orang tua di dalam menjaga tumbuh kembang dari pada anak tersebut, di dalam Hukum Indonesia tidak juga secara jelas mengatur mengenai masalah-masalah ketenagakerjaan dimana yang kebanyakan anak- anak di bawah umur. Sehingga dalam hal ini terjadi kekosongan hukum di mana perubahan yang begitu cepat terjadi di dalam masyarakat yang menjadi masalah berkaitan dengan hal yang belum diatur atau tidak diatur di dalam suatu peraturan perundang-undangan yang dapat dikatakan tidak begitu jelas atau bahkan tidak lengkap.

Seperti yang kita ketahui artis cilik yang bernama Tatan alias Jonathan R Sugianto yang saat ini menjadi sangat terkenal karena kelucuannya yang membuat ia menjadi di kenal banyak orang. Di dalam dunia keartisan yang sebenarnya bukanlah suatu bentuk untuk pengenmbangan bakat bagi anak.

Walaupun ada pengembangan bakat anak yang berprofesi sebagai artis itupun hanya sebagian kecil karena yang sangat menonjol ialah upah atas apa yang sudah dikerjakannya sebagai artis. Pada kenyataannya di dalam mencari uang sangatlah sulit dan juga dengan persaingan yang begitu ketat di era seperti sekarang ini digunakan untuk kesempatan. Sebagai orang tua disinilah peran mereka yang seharusnya tidak tega melihat anaknya menjadi bintang selebritis karena menjadi terkenal dengan aktivitas yang penuh setiap harinya. Di sisi lain namun sebenarnya anak-anak itu tidak hidup normal tidak seperti layaknya sebagai anak-anak itu tidak hidup normal tidak seperti layaknya sebagai anak- anak seusia mereka. Anak-anak itu mempunyai jadwal di siang maupun malam hari sehingga hak-hak dasar mereka seperti anak-anak pada umumnya itu

(13)

menjadi tidak terpenuhi. Terkadang juga mereka bisa mengalami hal-hal yang sulit sehingga akan membuatnya melakukan tindakan yang melanggar hukum.

Dengan demikian sebenarnya anak-anak yang di pekerjakan tidaklah layak untuk dipekerjakan seperti layaknya orang yang sudah dewasa.

Anak itu memiliki hak untuk memanfaatkan waktunya untuk belajar, bergembira, bermain dan merasa aman, mendapatkan hak yang sama dalam kesempatan dan fasiltas untuk manggapai cita-cita yang ingin mereka raih. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tidak boleh bekerja. Mereka berkesempatan untuk menerima perkembangan psikologi, fisik, intelektual dan sosialnya secara penuh. Berbalik dengan harapan yang harusnya diterima, banyak anak-anak di bawah usia yang telah terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi yang seharusnya ditanggung oleh orang tuanya.

Kenyataan yang ada di masyarakat, pekerja anak tidak hanya isu belaka yang menjalankan pekerjaan dengan perolehan upah, akan tetapi banyak anak yang terkena eksploitasi, pekerjaan yang membahayakan yang menghambat pendidikan, fisik, psikis dan sosial anak. Ada beberapa temuan kasus yang bisa dikualifikasikan sebagai tindakan yang tidak bisa ditolerir untuk anak-anak.

Salah satu masalah anak yang harus memperoleh perhatian khusus, adalah isu mengenai pekerja anak (Child labor). Isu ini telah menggelobal karena begitu banyak anak-anak di seluruh dunia yang masuk bekerja pada usia sekolah. Pada kenyataannya isu pekerja anak bukan sekedar isu anak menjalankan pekerjaan dengan memperoleh upah, akan tetapi lekat sekali dengan eksploitasi, pekerjaan berbahaya, terhambatnya akses pendidikan dan menghambat perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Bahkan dalam kasus dan bentuk tertentu pekerja anak telah masuk sebagai kualifikasi anak-anak yang bekerja pada situasi yang paling tidak bisa ditolerir (the intolerable form of child labor).2

Eksploitasi anak terjadi karena banyak anak-anak yang terlantar dan memaksa mereka untuk bekerja karena kurangnya ekonomi. Fakta berbicara

2Muhammad Joni dan Zuechaina Z, Tanamas.Aspek Hukum Perlindungan Anak dan Perspektif Konvensi Hakhak Anak, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 8.

(14)

bahwa pekerja anak di Indonesia tidak terlindungi, meskipun banyak regulasi yang mengatur anak untuk tidak bekerja, kita masih bisa melihat banyak anak- anak yang bekerja di sekitar kita. Karena tidak terlindunginya pekerja anak di negara kita, anak pasti akan memiliki hambatan untuk menjalani hidupnya sebagai pekerja. 1. Ketidaksiapan mental atau fisik untuk melakukan pekerjaan yang akan dihadapi, 2. Anak harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan untuk melangsungkan hidupnya, dan yang ke 3. Apabila anak tidak bekerja, tidak akan ada yang menanggung kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan adanya peningkatan jumlah dari pekerja anak dalam kurun waktu tiga tahun. Besar peningkatan mencapai 0,4 juta dari tahun 2017 yang sebesar 1,2 juta menjadi 1,6 juta pada tahun 2019. Berdasarkan data itu Pemerintah Indonesia mencanangkan Indonesia Bebas Pekerja Anak Tahun 2022. Sebuah upaya percepatan jangka Panjang yang komprehensif dalam menghapus pekerja anak di seluruh Indonesia dengan melibatkan semua pihak. Namun, jumlah pekerja anak di Indonesia belum mendekati “nol” meski tenggat kian dekat. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019 mendata masih ada sekitar 1,6 juta anak berusia 10-17 tahun yang “terpaksa” bekerja. 3

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pemerintah menghadapi banyak masalah dalam menangani pekerja anak. Hal ini dikarenakan alasan ekonomi yang membuat anak terpaksa harus bekerja, seorang anak harus dapat menghabiskan masa kecilnya dengan baik tanpa dibebani oleh masalah yang tidak dapat diselesaikan.4

Pemerintah Indonesia secara jelas telah menentukan langkah dan upaya nyata meratifikasi dua konvensi ILO dan Konvensi Hak Anak (CRC). Klausul ini menetapkan standar internasional terkait pekerja anak, yaitu usulan ILO untuk mengadopsi undang-undang tersebut. Konvensi No. 138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Keputusan Nomor 182 tentang

3 Diakses dari https://lokadata.id/artikel/pekerja-anak-di-indonesia-masih-jauh-dari-nol, pada tanggal 26 Januari 2021 pukul 20.08

4 Marjudin, Analisis Perspektif Perlindungan Hukum Pidana Terhadap Pekerja Anak, Bandar Lampung, Fakultas Hukum Unila, 2006, h. 2.

(15)

Pengadopsian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, Keputusan Presiden Nomor 32 dari Konvensi Hak Anak (KHA), melarang dan mengambil tindakan segera untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, Konvensi Nomor 36 Tahun 1990. Ketiga konvensi yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia tersebut merupakan bentuk penegasan kembali komitmen masyarakat internasional untuk menciptakan masa depan yang bebas pekerja anak, dengan kata lain pelarangan mempekerjakan anak.5

Menurut Konvensi Anak Nomor 138 tanggal 2 September 1990, perlindungan khusus anak telah dijelaskan.Konvensi Hak Anak adalah Resolusi PBB 44/25 tentang Konvensi Hak Anak (CRC). Instrumen internasional. Pasal 40 mengatur ketentuan khusus tentang anak yang melanggar hukum. Pasal ini antara lain memuat asas perlindungan hak anak yang melanggar hukum, yang biasanya menekankan asas kesejahteraan anak dan asas proporsionalitas.6

Berdasarkan undang-undang nomor 13/2003 tentang ketenagakerjaan tentang ketenagakerjaan pasal 68 dengan jelas mengatur bahwa perusahaan tidak boleh mempekerjakan anak, Pasal 69 juga mengatur bahwa perusahaan tidak boleh mempekerjakan anak berusia 16 tahun dan harus mendapatkan izin orang tua. Selain itu, jam kerja maksimal anak juga dibatasi yaitu tidak lebih dari tiga jam, serta harus dijamin keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur ketenagakerjaan anak. Pasal 1 "UU Ketenagakerjaan" No. 13 tahun 2003 (selanjutnya disebut "UU Ketenagakerjaan") mengatur bahwa semua anak adalah orang yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun. Menurut ketentuan Pasal 68 UU Ketenagakerjaan, pengusaha dilarang mempekerjakan anak, namun ketentuan pasal ini dapat dikecualikan berdasarkan Pasal 69 (1), yaitu mereka yang berusia 13 hingga 15 tahun. Selama anak tidak mempengaruhi perkembangan dan kesehatan fisik, psikologis dan sosial mereka, mereka dapat melakukan pekerjaan ringan. Pasal 69 ayat (2) UU

5 Lalu Muhammad Wahyu Ramdhany, 2013, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi Seks Komersial. Skripsi. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya. h. 3.

6Nandang Sambas, Pembaruan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia, (Yogyakarta, Graham Ilmu, 2010), h. 193.

(16)

Ketenagakerjaan juga mengatur bahwa pengusaha yang mempekerjakan anak untuk industri ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Izin tertulis dari orang tua atau wali

2. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali 3. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam

4. Dilakukan pada siang hari dan tidak menggunakan waktu sekolah 5. Keselamatan dan kesehatan kerja

6. Adanya hubungan kerja yang jelas, dan

7. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Perjanjian kerja yang dibuat harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pasal 1 angkat 14 Undang-Undang Nomor 13 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa :

“Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha/pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak”

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan dituangkan dalam suatu penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI BAWAH UMUR”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Tidak adanya perlindungan hukum terhadap pekerja dibawah umur di Kota Tangerang

b. Dampak lingkungan kerja yang tidak sesusai terhadap pekerja di bawah umur

c. Tidak ada pertanggungjawaban hukum dari pemerintah daerah yang mempekerjakan anak di bawah umur.

d. Tidak terpenuhinya persyaratan untuk mempekerjakan anak di bawah umur oleh pengusaha

(17)

e. Implikasi hukum ketenagakerjaan terhadap pengusaha yang mempekerjakan anak di bawah umur

2. Pembatasan Masalah

Agar terfokus dan tidak terlalu melebar dalam pembahasannya, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penulisan ini mengenai ketentuan- ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pekerja anak di Kota Tangerang.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti memfokuskan pada masalah utama yaitu perlindungan dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Tangerang terkait pekerja anak. Untuk mempertegas arah dari masaslah utama yang diuraikan maka peneliti menjabarkan penulisan ini melalui rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan:

a. Bagaimana perlindungan hukum bagi pekerja anak dibawah umur di Kota Tangerang?

b. Bagaimana kebijakan Pemerintah Kota Tangerang tentang pekerja anak di bawah umur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menjelaskan perlindungan hukum bagi pekerja anak dibawah umur di Kota Tangerang jika ditinjau dari Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

b. Untuk mengetahui kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Tangerang dalam mencegah eksploitasi anak sebagai pekerja di bawah umur 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan landasan teoritis bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan dapat

(18)

memberikan memberikan informasi mengenai perkembangan perlindungan hukum khususnya masalah perlindungan hukum pekerja anak.

2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi baru serta masukan untuk penelitian selanjutnya, dan menjadi kontribusi pemikiran terhadap insan akademis pada jurusan Ilmu Hukum konsentrasi Hukum Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah dan tempat lain.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada praktisi hukum di dalam menangani kasus eksploitasi anak dalam dunia ketenagakerjaan.

2) Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pemikiran dalam menangani dan mengawasi maraknya kasus pekerja anak yang dilakukan oleh pelaku usaha di Indonesia.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris, yaitu penelitian hukum yang menerapkan ketentuan hukum normatif pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi di masyarakat. Pada saat yang sama, hukum empiris diimplementasikan dengan mengecek langsung keberlakuan peraturan perundang-undangan terkait penegakan hukum dan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang diyakini dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan penegakan hukum.

2. Pendekatan Penelitian

(19)

Pendekatan jenis ini merupakan pendekatan hukum yang menitik beratkan pada ketentuan perundang-undangan, sedangkan pendekatan kasus berfokus pada peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.7

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber hukum primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier berdasarkan bahan pustaka.

a. Sumber data primer yaitu adalah hasil wawancara dengan narasumber dan peraturan terkait pekerja anak. Data wawancara didapat dari:

Pekerja Anak dan Staff Disnaker Kota Tangerang. Selanjutnya sumber hukum atau ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-undangan yang telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia terkhusus Undang-Undang sebagai berikut:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak b. Sumber data sekunder yaitu adalah sumber data yang diperoleh secara

tidak langsung yang telah mendapatkan proses pengkajian terlebih dahulu seperti: Jurnal ilmiah, skripsi, buku, kesimpulan diskusi serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mereview berbagai dokumen (literatur) yaitu data pembantu yang terkait dengan penelitian / penelitian yang dilakukan, dan analisis data pembantu digunakan sebagai analisis terhadap seluruh kegiatan penelitian.

Pelajaran sekolah menengah akan mencakup berbagai buku teks, jurnal, makalah ilmiah dan literatur terkait lainnya. Literatur atau

7 I Made Diantha, “Metodologi Penelitian Hukum Normatif”, (Kencana: Jakarta, 2017), h.

156.

(20)

tinjauan pustaka adalah metode pengumpulan data melalui penelitian, analisis dan analisis dokumen, arsip, catatan, dan lain lain.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium. Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab permasalahan penelitian.Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.

5. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dengan menyederhanakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier serta data-data yang ada terkait dengan penelitian ini menjadi beberapa bagian yang diperlukan menjadi metode deskriptif kualitatif. Para peneliti merangkum penyederhanaan tersebut. Berasal dari bahan hukum atau data hukum.

6. Metode Analisis Data

Bahan primer, sekunder dan non hukum serta data primer, sekunder dan tersier ditulis secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pengolahan informasi hukum dilakukan secara deduktif, yaitu dari kesimpulan yang diambil dari masalah umum hingga masalah khusus yang dihadapi guna menemukan jawaban atas masalah tersebut.

7. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian sesuai dengan sistematika penelitian yang terdapat pada Buku Pedoman Penelitian Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2017.

(21)

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan menjadi 5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : Bab ini memperkenalkan latar belakang masalah secara keseluruhan, identifikasi masalah, penyajian masalah dan batasannya, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistem penelitian.

BAB II : Bab ini memperkenalkan penelitian teoritis dan review (review) hasil penelitian sebelumnya. Pertama, pembahasan pada bab ini dimulai dengan penerapan kerangka konseptual, kemudian menjelaskan teori yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian.

BAB III : Bab ini memperkenalkan data penelitian. Memberikan data berupa deskripsi data variabel yang dideskripsikan secara obyektif.

BAB IV : Bab ini memperkenalkan analisis dan interpretasi hasil. Analisis data penelitian meliputi empat aspek yaitu: deskripsi, pengelompokan atau klasifikasi, dan menghubungkan beberapa bagian data dengan data lain.

BAB V : Bab ini memperkenalkan kesimpulan yang berisi kesimpulan yang diambil dari uraian, yaitu menjawab pertanyaan berdasarkan data yang diperoleh dan memberikan rekomendasi.

(22)

12 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK DI INDONESIA

A. Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Pekerja adalah penduduk usia kerja. Tenaga kerja mengacu pada siapa saja yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam pekerjaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan kebutuhan masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kategori yaitu pekerja dan non pekerja.

Penduduk yang telah mencapai usia kerja diklasifikasikan sebagai tenaga kerja. Batasan usia untuk bekerja di Indonesia adalah 15-64 tahun.

Menurut definisi ini, setiap orang yang dapat bekerja disebut pekerja.

Ada banyak pendapat tentang usia para pekerja ini, ada yang mengatakan berusia di atas 17 tahun, ada yang di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebut usianya di atas karena anak jalanan termasuk dalam angkatan kerja. Dalam "UU Ketenagakerjaan" 14 tahun 1969, ketenagakerjaan mengacu pada setiap orang yang dapat bekerja di dalam dan di luar hubungan kerja.

Dalam hubungan ini makan pembinaan tenaga kerja merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan. Menurut Dr. Payaman dikutip A. Hamzah (1990), tenaga kerja adalah (man power) adalah produk yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari pekerjaan, serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain.

Seperti bersekolah, ibu rumah tangga.Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja:

a. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan penganggur atau sedang mencari kerja.

b. Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-

(23)

lain atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan, dan lain-lain.

Disamping itu menurut Dr. A. Hamzah SH, tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Tenaga kerja juga merupakan penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antar 15 hingga 64 tahun.

Sumarsono mengatakan, buruh adalah semua orang yang mau bekerja.

Definisi tenaga kerja mencakup mereka yang bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarganya tetapi tidak dibayar dalam bentuk upah, atau mereka yang bersedia bekerja, mampu bekerja tetapi tidak memiliki kesempatan kerja, dan oleh karena itu terpaksa kehilangan pekerjaannya. Tenaga kerja adalah setiap orang yang memiliki kemampuan melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa yang memenuhi kebutuhan dirinya dan masyarakat.8

Tenaga kerja juga mengacu pada tenaga kerja fisik dan tenaga kerja mental yang digunakan dalam proses produksi, juga dikenal sebagai sumber daya manusia. Karyawan bekerja pada sumber daya produksi alam. Manusia tidak hanya mengkonsumsi energi fisik, tetapi juga energi mental. Tenaga kerja fisik mengacu pada tenaga kerja yang bergantung secara fisik atau fisik dalam proses produksi. Sedangkan tenaga kerja mental adalah tenaga yang membutuhkan pemikiran untuk melakukan kegiatan proses produksi.9

Sitanggang dan Nachrowi10, memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain:

8 Devi Lestyasari, Hubungan Upah Minimum Provinsi Dengan Jumlah Tenaga Kerja Formal Di Jawa Timur, (Surabaya: Fakultas Ekonomi, Unesa) Tersedia Di Jurnamahasiswa.Unesa.Ac.Id/Article/5910/53/Article.Pdf

9 Suroso, Ekonomi Produksi. (Bandung: Lubuk Agung 2004) h. 109

10 Sitanggang Dan Nachrowi,Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik Di 30 Propinsi Pada 9 Sektor Di Indonesia

(24)

a. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa.

Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja memintan tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah bekerja, maka mereka akan menerima imbalan berupa upah atau gaji.

b. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan.

Pemerintah memandang persoalan ketenagakerjaan sebagai salah satu hal yang penting dalam pembangunan nasional, karena ketenagakerjaan pada hakikatnya merupakan kekuatan pembangunan yang telah banyak memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk pembangunan sektor ketenagakerjaan itu sendiri. Pembangunan manusia bertujuan untuk:

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum, b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan pembangunan nasional,

c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahterannya, dan

d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

Dalam hal pembangunan ketenagakerjaan, diharapkan pemerintah mampu menyusun dan menetapkan rencana ketenagakerjaan. Perencanaan ketenagakerjaan dimaksudkan sebagai dasar dan acuan perumusan kebijakan.

Strategi dan implementasi rencana pembangunan manusia yang berkelanjutan. Sebagian besar masyarakat di muka bumi Indonesia mengetahui bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, angkatan kerja memegang peranan dan peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembangunan. Sejalan dengan itu, pembangunan manusia bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembangunan dan kontribusinya bagi pembangunan yang berlandaskan martabat manusia, serta melindungi

(25)

hak-haknya. Pengembangan sumber daya manusia didasarkan pada prinsip integrasi dan kemitraan. Tenaga kerja mengacu pada seseorang yang dapat melakukan pekerjaan atau terlibat dalam tugas tertentu baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

2. Klasifikasi Tenaga Kerja

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut standar yang ditemukan. Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan akan ketenagakerjaan yang sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah ditemukan yaitu:

a. Berdasarkan penduduknya 1) Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja.

Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yakni orang-orang yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun.

2) Bukan Tenaga Kerja

Bukan tenaga kerja adalah Orang yang dianggap tidak mampu bekerja dan tidak mau bekerja meski dengan persyaratan pekerjaan.

Menurut "Undang-Undang Ketenagakerjaan" Nomor 13/2003, anak di bawah umur, yaitu penduduk berusia di bawah 15 tahun ke atas 64 tahun. Contoh kelompok tersebut termasuk pensiunan, lanjut usia (lansia) dan anak-anak.

b. Berdasarkan batas kerja 1) Angkatan kerja

Angkatan kerja mengacu pada penduduk usia produksi antara 15-64 tahun yang telah memiliki pekerjaan tetapi untuk sementara tidak bekerja, atau sedang aktif mencari pekerjaan.

2) Bukan angkatan kerja

Mereka yang berusia di atas 10 tahun dan hanya terlibat dalam kegiatan sekolah, mengurus keluarga, dll. Bukanlah buruh. Contoh

(26)

dari kelompok ini adalah: anak sekolah dan pelajar, ibu rumah tangga dengan disabilitas dan penganggur sukarela.

c. Berdasarkan kualitasnya

1) Tenaga kerja terdidik (skill labour)

Tenaga terdidik (tenaga terampil) adalah tenaga kerja yang telah mengenyam pendidikan formal di bidang tertentu tetapi belum pernah mendapatkan pelatihan di bidang tersebut, maka tenaga kerja yang berpendidikan baik tersebut tergolong tenaga kerja yang belum berpengalaman.

2) Tenaga kerja Terlatih (trained labour)

Yang disebut pekerja terlatih adalah pekerja yang bekerja sesuai bidangnya dan pernah mengikuti pelatihan, misalnya yang telah menyelesaikan akuntansi dapat diklasifikasikan sebagai pekerja terlatih, dan pekerja terlatih tersebut dapat disetarakan dengan pekerja berpengalaman.

3) Tenaga kerja tidak terlatih (unskill labour)

Pekerja tidak terlatih adalah pekerja berpendidikan dan pekerja selain pekerja terlatih. Pekerja tidak terlatih ini merupakan proporsi terbesar dari total angkatan kerja. Mereka biasanya hanya mengenyam pendidikan formal tingkat yang lebih rendah, dan karena mereka tidak memiliki pengalaman kerja dan pengetahuan profesional yang tidak memadai, pekerja yang bekerja untuk mereka biasanya tidak membutuhkan keterampilan khusus. Misalnya seorang siswa (SD, SMP, SMA) putus sekolah, sehingga dapat digolongkan sebagai tenaga kerja tidak terlatih.

3. Hukum Ketenagakerjaan

Menurut Imam Soepomo, hukum ketenagakerjaan diartikan sebagai seperangkat aturan tertulis dan tidak tertulis terkait dengan kejadian seseorang bekerja untuk orang lain dan dibayar. Definisi ini sama dengan konsep hukum ketenagakerjaan. Cakupan hukum ketenagakerjaan lebih

(27)

luas dari pada hukum ketenagakerjaan. Ruang lingkup undang-undang ketenagakerjaan lebih luas daripada undang-undang ketenagakerjaan, dalam arti luas undang-undang ketenagakerjaan tidak hanya mencakup hubungan kerja yang bekerja di bawah kepemimpinan pengusaha, tetapi juga pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tentang Ketenagakerjaan tahun 1997, ketenagakerjaan sendiri mengacu pada segala hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan sebelum, selama dan sesudah bekerja.Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan bangsa Indonesia diatur dengan undang-undang, termasuk hubungan perburuhan. di. Ketentuan ini untuk mewujudkan hak pekerja agar tidak mengeksploitasi dan melanggar hak asasi pekerja.

Di Indonesia, pengaturan ketenagakerjaan diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa undang-undang ketenagakerjaan adalah seperangkat peraturan tentang segala hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan sebelum, selama dan setelah bekerja. Profesor Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa fungsi hukum adalah untuk menyarankan reformasi masyarakat.Dalam kerangka pembangunan, makna pemutakhiran rekomendasi merupakan saluran bagi kegiatan manusia untuk berkembang ke arah yang diharapkan oleh pembangunan.

Pembangunan manusia merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional yang bertujuan mengatur, membina, dan mengawasi segala kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya manusia dalam rangka menjaga ketertiban dan keadilan. Perkembangan tersebut berubah dari hari ke hari, untuk mengantisipasi permintaan perencanaan tenaga kerja, meningkatkan hubungan kerja dan meningkatkan perlindungan tenaga kerja.

(28)

Tujuan dari hukum ketenagakerjaan itu sendiri ialah sebagai berikut : a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawi

b. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.

c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.

d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya11 Sumber hukum ketenagakerjaan lain:

a. Peraturan Perundang-undangan.

b. Putusan Pengadilan Hubungan Industrial.

c. Traktat.

d. Kebiasaan.

Sifat hukum ketenagakerjaan sendiri yaitu private atau public. Privat dalam arti bahwa hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan antara orang dengan orang atau badan hukum, yang dimaksudkan di sini ialah antara pekerja dengan pengusaha. Namun hukum ketenagakerjaan juga bersifat public, yaitu negara campur tangan dalam hubungan kerja dengan membuat peraturan perundang-undangan yang bersifat memaksa bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dengan membatasi kebabasan berkontrak.

Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Hubungan kerja terdiri dari dua macam yaitu hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWT) dan hubungan kerja berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja yang dibuat tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja yang dipersyaratan secara tertulis harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan

11 Elvira Rahayu. “Hukum Ketenagakerjaan”, diakses dari https://elvira.rahayupartners.id/id/know-the-rules/manpower-law, pada tanggal 15 Desember 2020 pukul 15.18

(29)

perundang-undangan yang berlaku. Mengenai hubungan kerja tersebut diatur di Bab IX Pasal 50-66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibentuk antara pengusaha dan pekerja/buruh haruslah berlandaskan dan sesuai dengan substansi dari UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan hukum lainnya yang terkait.

Di dalam menjalankan aktivitas perusahaan, pengusaha mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak dari setiap pekerja. Hak pekerja tersebut diantaranya yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi atas dasar apapun, hak untuk mengembangkan kompetensi kerja, hak untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya, hak untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak untuk mendapatkan perlindungan, kesejahteraan, kesehatan, dann keselamatan kerja.

Apabila pekerja merasa bahwa hak-haknya yang dilindungi dan diatur di dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut merasa tidak terpenuhi dan diabaikan oleh pengusaha maka hal tersebut akan dapat menyebabkan perselisihin-perselisihan tertentu antara pengusaha dan pekerja. Jika perselisihin itu terjadi, maka peraturan hukum di Indonesia telah mengaturnya di dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak. Perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Setiap bentuk perselisihan tersebut memiliki cara atau prosedur tersendiri untuk menyelesaikannya baik itu melalui perundingan bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.

(30)

4. Hak dan Kewajiban Pekerja Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang tenaga kerja dalam. melaksanakan pekerjaannya, yang mana Undang-Undang tersebut berfungsi untuk melindungi dan membatasi status hak dan kewajiban para tenaga kerja dari para pemberi kerja (pengusaha) yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam ruang lingkup kerja.

Hak-hak dan kewajiban para tenaga kerja di dalam ruang lingkup Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdiri dari:

a. Hak-Hak Tenaga Kerja

1) Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.

2) Pasal 6 : Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.

3) Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.

4) Pasal 12 ayat (3) : Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.

5) Pasal 18 ayat (1) : Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan di tempat kerja.

6) Pasal 27 : Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.

7) Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri.

b. Kewajiban Tenaga Kerja

(31)

1) Pasal 102 ayat (2) : Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.

2) Pasal 26 ayat (1) : Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama.

Ayat 1 : Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja.

3) Pasal 136 ayat (1) : Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara musyawarah untuk mufakat.

4) Pasal 40 ayat (1) : Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan setempat.

B. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Keberadaan hukum dalam masyarakat merupakan anjuran untuk menegakkan ketertiban dalam masyarakat agar kepentingan anggota masyarakat dapat terjaga dalam relasinya. Hukum tidak lebih dari perlindungan kepentingan manusia melalui norma atau aturan. Hukum, sebagai suatu aturan atau kumpulan aturan, memuat muatan yang umum dan normatif, yang bersifat umum karena berlaku untuk semua orang, dan

(32)

normativitas karena menentukan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan, dan bagaimana mencapai kepatuhan terhadap aturan.12

Menurut Sudikno Mertokusumo, undang-undang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban masyarakat, dengan demikian diharapkan dapat melindungi kepentingan manusia untuk mencapai tujuannya, serta berbagi hak dan kewajiban antar individu dalam masyarakat, berbagi kekuasaan, dan mengutamakan penyelesaian masalah hukum serta menjaga kepastian hukum.13

Pada hakikatnya terdapat keterkaitan antara subjek hukum dan objek hukum yang dilindungi undang-undang dan menimbulkan kewajiban.Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi undang-undang agar masyarakat merasa aman untuk menjalankan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan sebagai jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan memperoleh hak dan kewajibannya sehingga membuat mereka merasa aman.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlindungan hukum dalam arti sempit diberikan kepada subjek hukum dalam bentuk dokumen hukum yang bersifat preventif dan represif, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Meskipun perlindungan hukum dalam arti luas berlaku tidak hanya untuk semua makhluk hidup dan semua ciptaan Tuhan, tetapi juga untuk digunakan bersama dalam rangka keadilan dan kehidupan damai, tetapi Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila, sehingga sistem perlindungan hukum yang dianut harus Dibangun di atas dasar Pancasila. Artinya tidak hanya mementingkan hak dan kewajiban masyarakat.

12 Mertokusumo, Sudikno, Mengenal hukum(suatu pengantar),(Yogyakarta, 1999) h. 39

13 Mertokusumo, Sudikno, Mengenal hukum(suatu pengantar),(Yogyakarta, 1999), h. 57-61

(33)

2. Bentuk-bentuk Perlindungan Hukum

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Perlindungan hukum yang preventif

Perlindungan hukum semacam ini memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentang pendapatnya sebelum diambil keputusan oleh pemerintah, oleh karena itu perlindungan hukum semacam ini dirancang untuk mencegah perselisihan dan memiliki arti penting bagi tindakan pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bergerak.

Dengan adanya perlindungan hukum preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait prinsip-prinsip Emerson Liberal Party, dan masyarakat dapat menolak atau berkonsultasi dengan keputusan yang direncanakan tersebut.

b. Perlindungan hukum yang represif

Perlindungan hukum ini digunakan untuk menyelesaikan sengketa. Saat ini di Indonesia terdapat berbagai lembaga yang sebagian memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat, lembaga tersebut terbagi menjadi dua (dua) lembaga :

1) Pengadilan dalam yurisdiksi pengadilan biasa Saat ini, dalam praktiknya, pihak berwenang telah mengadopsi metode tertentu untuk mengajukan kasus tertentu ke pengadilan biasa. Ini adalah tindakan pihak berwenang yang ilegal.

2) Instansi Pemerintah sebagai lembaga pembanding administratif memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat melalui lembaga pemerintah sebagai lembaga banding administratif, yaitu himbauan terhadap tindakan pemerintah oleh pihak-pihak yang tidak puas dengan tindakan pemerintah. Instansi pemerintah yang berwenang melakukan perubahan bahkan dapat membatalkan tindakan pemerintah tersebut, yaitu:

(34)

Badan-badan khusus merupakan badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu sengketa. Badan-badan khusus tersebut antara lain adalah Kantor Urusan Perumahan, Pengadilan Kepegawaian, Badan Sensor Film, Panitia Urusan Piutang Negara, serta Peradilan Administrasi Negara.14

3. Jenis Perlindungan Hukum Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

C. Perlindungan Hukum Terhadap Anak

1. Pengertin Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Pengertian perlindungan anak adalah kegiatan kolektif yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang baik pemerintah maupun organisasi swasta, dan tujuannya adalah untuk memperoleh dan mewujudkan kesejahteraan spiritual dan sosial anak yang didasarkan pada kepentingan anak dan perlindungan hak asasi manusia.15 Pengertian lain dari perlindungan anak adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk melindungi dan melindungi anak dan hak-haknya agar mereka dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat manusia dan perlindungan dari kekerasan dan

14 Hudjon., M., Philipus., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya., Bina Ilmu,1987) h. 2-5

15 Murni Tukiman, Perlindungan Anak terhadap segala bentuk ketelantaran kekerasan dan eksploitasi. Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Anak dilihat dari segi Pembinaan Generasi Muda, PT Binacipta. Jakarta : 1984, h. 53

(35)

diskriminasi. Menurut Undang-Undang Nomor 35 tentang Perlindungan Anak tahun 2014, definisi anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun.

a) Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

b) Dapat dikecualikan bagi anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.

c) Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi persyaratan

d) Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja anak hars dipisahkan dari tempat kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa.

e) Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

Dilarang bagi siapa pun untuk mempekerjakan dan mempekerjakan anak dalam bentuk pekerjaan terburuk, termasuk semua pekerjaan:

digunakan dalam perbudakan atau bentuk serupa, menyediakan atau menyediakan anak untuk prostitusi, pornografi, pertunjukan pornografi atau perjudian. Mereka yang menggunakan, menyediakan, atau melibatkan anak dalam produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan / atau membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

2. Pengertian Hak Anak

Konvensi hak anak disahkan oleh majelis umum PBB pada tanggal 20 November 1989, setahun kemudian, pada tahun 1990 Indonesia meratifikasi konvensi ini melalui Kepres Nomor 36 Tahun 1990.

Perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi merupakan bagian dari hak terhadap kelangsungan hidup. Di sini berarti negara penanggung jawab perlindungan anak harus mampu mengambil anak harus mampu

(36)

mengambil kebijakan yuridis, sosial, serta melakukan kerjasama internasional dalam rangka melindungi hak anak dari eksploitasi ekonomi.

Hal ini tentunya termasuk harmonisasi hukum nasional terhadap instrument hukum internasional yang mengatur perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi.

Masalah perlindungan hukum dan perlindungan anak merupakan salah satu aspek dari metode perlindungan anak Indonesia. Untuk menjamin terlaksananya perlindungan hak-hak anak secara teratur, tertib dan bertanggung jawab, Pancasila dan UUD 1945 sepenuhnya mencerminkan peraturan perundang-undangan yang sejalan dengan perkembangan masyarakat Indonesia, namun upaya tersebut belum menunjukkan bahwa hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dan hasil.

Hasil yang cukup. Perkembangan masyarakat Indonesia. Keadaan ini disebabkan oleh kondisi dan kondisi serta keterbatasan pemerintah, dan masyarakat sendiri belum memungkinkan untuk merumuskan regulasi hukum yang sebenarnya ada.16

Sejak anak-anak masih dalam kandungan, hak asasi mereka telah diakui dan dilindungi. Sebagai penandatangan Konvensi Hak Anak, Indonesia wajib melakukan berbagai upaya perlindungan hak asasi manusia, antara lain:

a. Melakukan pencegahan agar anak tidak terhindar dari penculikan, penyelundupan dan penjualan.

b. Melindungi anak dari kehilangan keluarga, eksploitasi ekonomi baik secara fisik maupun psikolog, prostitusi, segala bentuk diskriminasi dan dalam keadaan krisis dan darurat seperti dalam pengungsian, konflik bersenjata dan anak yang berkonflik dengan Hukum.

c. Menjamin hak anak yang menjadi korban konflik bersenjata, penelantaran, penganiayaan dan eksploitasi.

16 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: PT Refika Adiatma, 2006), cet. Ke-1 h.67.

(37)

d. Dilarang memberikan perlakuan atau hukuman yang keja, penjatuhan hukuman mati, penjara seumur hidup, penahanan semena-mena dan perampasan kemerdekaan.

Menurut Konvensi, negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak anak, keluarga dan masyarakat. Kewajiban melindungi hak anak merupakan kewajiban semua pihak. Sehingga sejak Resolusi No. 35/2014 tentang Perlindungan Anak, perlindungan anak Indonesia memiliki dasar hukum yang lebih kuat. Hak anak relatif lengkap, dan terdapat cukup banyak ketentuan dalam Pasal 4 sampai 18 Undang-Undang Perlindungan Anak tentang hak dan kewajiban anak dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014.17

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Anak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tentang Perlindungan Anak tahun 2014, Pasal 2 dan 3 secara jelas mengatur tentang prinsip dan tujuan perlindungan anak. Kedua pasal ini menjadi ruh pasal lainnya, karena kedua pasal ini sangat membantu untuk memahami semua pasal tentang perlindungan anak dalam UU Nomor 35 Tahun 2014.

4. Perlindungan Hukum Pekerja Anak

a) Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28B ayat (2)

b) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 64.

c) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang ini mendefinisikan anak sebagai seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk yang masih dalam kandungan.

d) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak merupakan implementasi dari Konvensi Hak Anak (KHA) yang disetujui oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 30 November 1989. Secara garis besar konvensi hak anak dapat

17 Rona Smith, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Pusat Studi HAM UII, 2008), cet.

Ke-1, h. 36.

(38)

dikategorikan sebagai berikut: yang pertama penegasan hak-hak anak, kedua perlindugan anak oleh negara, ketiga peran serta berbagai pihak (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak anak.18 Hak anak adalah sesuatu kehendak yang dimiliki oleh anak yang dilengkapi dengan kekuatan dan yang diberikan oleh sistem hukum/tertib hukum kepada anak yang bersangkutan.19 5. Pengertian Anak Menurut Hukum Positif

Anak dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” diartikan sebagai keturunan. Anak juga termasuk pengertian manusia, masih sangat kecil, kecuali bahwa anak pada dasarnya adalah orang-orang yang berada pada tahap perkembangan tertentu dan cenderung menjadi dewasa.20

Anak-anak adalah kekayaan negara dan generasi penerus bangsa, mereka harus dilindungi dan kesejahteraannya harus terjamin. Dalam masyarakat, anak harus dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan kejahatan yang dapat membahayakan keselamatan anak. Sesuai dengan tujuan nasional bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Pasal 4 UUD 1945, yaitu: “melindungi bangsa Indonesia dan segala keturunannya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berperan serta dalam penyelenggaraan ketertiban dunia”.

Terlihat dari tujuan nasional ini bahwa bangsa Indonesia akan melindungi seluruh warga negara, termasuk anak-anak, dari segala ancaman yang dapat membahayakan keselamatan dirinya. Anak-anak tetap perlu dilindungi dari orang dewasa, dan mereka sangat rentan terhadap kejahatan.

Secara umum konsep anak dipahami oleh masyarakat sebagai generasi kedua keturunan dari orang tua. Bahkan jika itu adalah hubungan ilegal dari sudut pandang hukum. Ia masih disebut anak-anak, jadi tidak ada batasan usia dalam definisi ini. Padahal, menurut Undang-Undang

18 Mugiyati dan Sutriya, Aspek hukum Perlindungan Terhadap Anak, Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan HAM, Jakarta : 2010, h. 17.

19 Maulana Hasan Wadong, PengantarAdvokasi Dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo, Jakarta : 2000, h. 28.

20 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) h.30

(39)

Perkawinan Indonesia, anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun atau belum pernah menikah dikendalikan oleh orang tua mereka. Salama dan mereka tidak kehilangan kekuasaan.

D. Tinjauan (Review) Terdahulu

Untuk menjaga keaslian judul dan masalah peneliti ajukan dalam proposal skripsi ini tentu saja perlu dilampirkan juga beberapa rujuan yang menjadi bahan pertimbangan sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Novi Triana Wati21, Jurusan Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun 2017. Berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Pada Penambangan Pasir di CV. Mitra Murni Sejati Blitar (Tinjauan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenegakerjaan dan Hukum Islam)”. Skripsi ini membahas mengenai pelanggaran praktek kerja anak terkait izin tertulis dari orang tua atau wali dari pekerja anak, yang telah diatur pasal 69 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Waktu bekerja yang diberlakukan bagi pekerja anak lebih 3 jam dalam sehari, pekerjaan dilakukan sampai malam hari, pemilik perusahaan juga tidak mendaftarkan para pekerjanya di program JAMSOSTEK. Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian peneliti melihat dari objeknya. Skripsi tersebut menetapkan perlindungan pekerja anak di CV. Mitra Murni Sejati Blitar, sedangkan penelitian peneliti membahas perlindungan pekerja anak di kota Tangerang. Persamaan dari skripsi dan penelitian peneliti adalah sama-sama membahas perlindungan pada pekerja anak di bawah umur.

2. Skripsi yang ditulis oleh Dea Praheta Sari22, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, Tahun 2019. Berjudul “Analisis Penegakan Hukum Pidana

21 Novi Triana Wati, Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Anak Pada Penambangan Pasir di CV. Mitra Murni Sejati Blitar (Tinjauan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenegakerjaan dan Hukum Islam), Repository UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017.

22 Dea Praheta Sari, Analisis Penegakan Hukum Pidana Terhadap Badan Usaha Yang Mempekerjakan Anak (Studi Pada PT Panca Buana Cahaya Sukses), Repository Universitas Lampung, 2019.

(40)

Terhadap Badan Usaha Yang Mempekerjakan Anak (Studi Pada PT Panca Buana Cahaya Sukses)”. Skripsi ini membahas tentang penegakan hukum pidana terkait kasus pekerja anak di PT Panca Buana Cahaya Sukses.

Terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Formulasi, 2. Tahap Aplikasi, 3. Tahap Eksekusi. Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian skripsi adalah pembahasannya. Skripsi tersebut menganalisa penegakan hukum pidana dari kasus tersebut sedangkan peneliti membahas terkait upaya hukum terhadap perlindungan pekerja anak di bawah umur. Persamaan skripsi tersebut dengan penelitian peneliti adalah sama-sama memiliki objek penelitian yang sama, yakni kasus yang terjadi di kota Tangerang.

3. Jurnal yang tulis oleh Ida Bagis Dalem, Try Utama Manuaba, dan I Gusti Agung, Ayu Dike Widhiyaastuti23, Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana. Berjudul “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Anak Di Indonesia”. Penelitian ini membahas mengenai asas-asas hukum terkait perlindungan pekerja anak, dan sanksi yang telah tertuang dalam peraturan-peraturan tersebut jika ada pelanggaran yang terjadi terkait perlindungan pekerja anak. Penelitian peneliti lebih memfokuskan kepada perlindungan hukum bagi anak dalam kasus yang terjadi di kota Tangerang.

Persamaan jurnal dan penelitian peneliti adalah sama-sama membahas perlindungan tenaga kerja anak.

4. Jurnal yang ditulis oleh Netty Endrawati24, Berjudul Dinamika Hukum Vol.

12 No.2 Mei 2012. Subab “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus Di Kota Kediri)”. Universitas Islam Kediri. Penelitian ini membahas terkait perlindungan hukum tenaga kerja di sektor informal di kota Kediri belum sesuai dengan perlindungan hukum tenaga kerja, berdasarkan fakta bahwa dalam praktek banyak pelanggaran terhadap persyaratan mempekerjakan anak, seperti tidak ada perjanjian kerja, izin orang tua, upah yang rendah, waktu kerja yang

23 Ida Bagis Dalem dkk, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Anak Di Indonesia, Repository Universitas Udayana.

24 Netty Endrawati, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus Di Kota Kediri), Repository Universitas Islam Kediri, 2012.

(41)

panjang. Penelitian peneliti lebih memfokuskan kepada perlindungan hukum bagi anak dalam kasus yang terjadi di kota Tangerang. Persamaan jurnal dan penelitian peneliti adalah sama-sama membahas perlindungan tenaga kerja anak.

(42)

32 BAB III

TENAGA KERJA ANAK DIBAWAH UMUR DI KOTA TANGERANG

A. Profil Kota Tangerang

1. Riwayat Berdirinya Kota Tangerang

Berdirinya Kota Tangerang tidak terlepas dari sejarah perjuangan Kesultanan Banten melawan penjajahan Belanda. Nama "Tangerang"

mengacu pada sebuah kawasan di tepi Sungai Cisadane yang dahulu bernama Untung Jawa, dan telah terjadi beberapa kejadian di masa lalu hingga secara resmi disebut "Tangerang".

Sejarah mencatat lahirnya Tangerang bermula dari sebutan kepada sebuah bangunan tugu berbahan dasar bamboo yang didirikan oleh Pangerang Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.

Tugu tersebut terletak di bagian Barat Sungai Cixsadane yang diyakini saat ini berada di wilayah kampung Garendeng. Oleh masyarakat sekitar, bangunan tugu tersebut disebut “tengger” dan tetengger” yang dalam bahasa sunda berarti tanda atau penanda.

Sesuai dengan julukannya, tugu tersebut berfungsi untuk menandai pembagian wilayah antara Kesultanan Banten dan VOC Belanda.

Kesultanan Banten berada di sebelah barat, sedangkan wilayah kekuasaan VOC berada di sebelah timur Sungai Sadana bagian barat.

Beralih ke latar belakang berubahnya istilah “Tangeran” menjadi

“Tangerang”. Hal ini bermula pada tanggal 17 April 1684, pada saat ditandatanganinya perjanjian antara Sultan Haji atau Sultan Abunnashri Abdulkahar putra Sultan Ageng Tirtayasa pewaris Kesultanan Banten dengan VOC. Pada salah satu pasal perjanjian tersebut menyebutkan bahwa wilayah yang kala itu dikenal dengan “Tangerang” sepenuhnya menjadi milik dan ditempati oleh VOC.

Dengan adanya perjanjian tersebut, daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Kala itu, tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda tetapi juga merekrut warga pribumi di antaranya dari

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khususnya meliputi: (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu (usia, paritas, jenis persalinan, pendidikan, dan pekerjaan) dan karakteristik bayi BBLR

sangat penting untuk memperkuat positioning produk ramah lingkungan Pertamax ini. Kedua, hasil penelitian juga menemukan bahwa sikap memediasi pengetahuan lingkungan terhadap

Skripsi yang berjudul “Pemodelan Interaksi Turunan Potensial Asam Benzoil Salisilat dengan Reseptor Enzim Siklooksigenase - 2” ini disusun dan diajukan untuk memenuhi

Thomas Engel has taught chemistry for more than 20 years at the University of Washington, where he is currently Professor of Chemistry and Associate Chair for the Undergraduate

Jika konsep pelayanan yang coba dibangun oleh penulis Petrus dalam teks ini dijalankan dalam pelayanan dewasa ini maka akan terbentuk sebuah persekutuan yang bekerjasama

Tindak pidana persetubuhan dipengaruhi oleh bebebrapa faktor dan dari faktor yang ada maka timbulah urgensi penerapan prinsip restorative justice dalam proses penyidikan

Pengukuran SOD dan MDA dilakukan untuk mengetahui stres oksidatif dan peroksidasi lipid yang dihasilkan oleh radiasi dengan dosis 300 rad serta perubahannya

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan mengenai Perancangan Batik Samin Jatiwangi Sebagai Upaya Pengenalan Batik Kabupaten Blora, terdapat beberapa saran yang