• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL

Fadjry Djufry dan Ramlan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Salah satu faktor penting dalam budidaya untuk menunjang pertumbuhan hidup tanaman adalah pemupukan. Penggunaan pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Oleh karena itu, dosis yang tepat perlu diketahui.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi hijau di kabupaten Gowa Sulsel, dan mendapatkan rekomendasi dosis Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 pada tanaman sawi hijau. Penelitian dilaksanakan di Desa Bentang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan dimulai bulan Juni 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

Perlakuannya adalah: P0= Pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha), P1= 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P2= 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P3= Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P4= Pupuk dasar + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P5= Pupuk dasar + 2,5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P6= Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha), P7= Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI-Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), P8= Pupuk dasar + 12,5 ml/l air HI-Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha), dan P9= Pupuk dasar + 5 ml/l air HI-Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol.

semprot 350 l/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa (a) Penggunaan pupuk organik cair HI- Tech 19 akan memberikan produksi yang optimal jika tetap dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik, sedangkan jika diaplikasikan tanpa pupuk anorganik produksinya lebih rendah, dan (b) Penggunaan pupuk organik cair HI-Tech 19 yang diaplikasikan melalui daun memberikan produksi yang lebih tinggi dibanding yang diaplikasikan melalui tanah, dan lebih baik jika diaplikasi melalui daun dan tanah.

Kata kunci: efektivitas, pupuk organik cair plus hi-tech 19, sawi hijau

PENDAHULUAN

Diantara sayuran daun, sawi hijau atau Caisim (Brassica chinencis) merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia.

Konsumen menggunakan daun sawi hijau baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina. Selain sebagai bahan pangan, sawi hijau dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita

(2)

batuk. Sawi hijau pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al. 2001).

Bagi petani, masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas merupakan daya tarik untuk mengusahakan sawi hijau. Daya tarik lainnya adalah harga yang relative stabil dan mudah diusahakan (Hapsari 2002). Konsumsi sawi hijau diduga akan mengalami peningkatan sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatkan daya beli masyarakat, kemudahan tanaman ini diperoleh di pasar, dan peningkatan pengetahuan gizi masyarakat.

Salah satu faktor penting dalam budidaya untuk menunjang pertumbuhan hidup tanaman adalah pemupukan. Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dalam tanah, tetapi tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar yaitu berupa pupuk (Simanungkalit et al. 2006).

Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwito 2008). Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang (Amalia 2011).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar dipasaran. Jenis pupuk ini kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Menurut Salisbury dan Ross (1995), selain mengandung unsur nitrogen yang berfungsi menyusun semua protein, asam amino dan klorofil, pupuk organik cair juga mengandung unsur hara mikro yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.

Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan pupuk organik cair memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman.

(3)

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan pathogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Anonim 2004).

Penggunaan pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Hanolo 1997). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi.

Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Suwandi & Nurtika, 1987). Oleh karena itu, dosis yang tepat perlu diketahui.

Untuk itu perlu dilakukan uji efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani sawi hijau di kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sebelum direkomendasikan kepada pengguna (petani dan swasta). Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 terhadap pertumbuhan dan hasil sawi hijau di kabupaten Gowa Sulsel, mendapatkan rekomendasi dosis Pupuk Organik Cair (POC) Hi-Tech 19 pada tanaman sawi hijau.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan di Desa Bentang, Kecamatan Galesong Selatan kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan dimulai pada bulan Juni hingga November 2012.

Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 10 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

Benih disemai pada petak bedengan yang berukuran lebar 80–120 cm dan panjang 1-3 m atau sesuai kebutuhan. Dua minggu sebelum tabur benih, bedengan

(4)

7,5 g KCl. Benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 5 hari setelah semai. Tanaman siap dipindah ke bedengan penanaman setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan.

Penanaman dilakukan secara triple row pada bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. tinggi bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah dengan jarak tanam 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 t/ha. Pemberian pupuk organik dan POC diberikan sesuai perlakuan. Total luas lahan yang dibutuhkan kurang lebih 0,2 ha.

Tabel 1. Perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI- Tech 19

Simbol Perlakuan

P0 Pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) P1 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P2 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha)

P3 Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P4 Pupuk dasar + 10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P5 Pupuk dasar + 2,5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P6 Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) P7 Pupuk dasar + 7,5 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P8 Pupuk dasar + 12,5 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha) P9 Pupuk dasar + 5 ml/l air HI- Tech 19 disemprotkan ke daun (vol. semprot 350 l/ha) +

10 ml/l air HI- Tech 19 disiramkan ke tanah (vol. semprot 350 l/ha)

Tanaman sawi hijau dipelihara secara intensif. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara bijaksana (pendekatan PHT). Jenis insektisida dan fungisida yang digunakan berdasarkan bersifat sistematik (S) dan bergantian dengan fungisida kontak (K), dengan urutan S-K-K-K-S-K-K-K-S dst, jika di perlukan. Jika tidak ada hujan, dilakukan penyiraman pagi dan sore sesuai kebutuhan tanaman.

Kriteria efisiensi pupuk di ekspresikan dalam nilai peubah yang diamati/ diukur.

Adapun peubah yang diamati adalah :

a) Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, lebar kanopi, lebar dan panjang daun, dan jumlah daun/ tanaman)

b) Hasil tanaman (bobot tanaman) c) Serangan hama dan penyakit

(5)

Data hasil penelitian di analisis ragam pada P 0,05 menggunakan program SAS. Beda nyata antara rataan perlakuan, dianalisis dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada P 0,05.

Sebelum melakukan pengolahan tanah, terlebih dahulu tanah tersebut dianalisis secara lengkap untuk mengetahui pH dan sifat kimia/kesuburan tanah awal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman ditandai dengan pertambahan tinggi dan lebar kanopi.

Secara statistika pemberian pupuk organik cair HI-Tech 19 pada tanaman caisim, dengan pupuk dasar dan tanpa pupuk dasar baik yang diaplikasikan dengan penyemprotan pada daun maupun disiramkan pada tanah tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau pada umur 21, 28 dan 35 HST (Tabel 2), tetapi berpengaruh nyata terhadap lebar kanopi dan jumlah daun tanaman Sawi hijau pada umur 28 dan 35 HST (Tabel 3 dan Tabel 4).

Tabel 2. Tinggi tanaman sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hari setelah tanam

Simbol Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

21 HST 28 HST 35 HST

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

22,73a 22,40a 22,70a 26,27a 24,67a 27,07a 25,13a 27,23a 27,50a 27,60a

32,43a 31,07a 29,13a 34,67a 34,97a 34,67a 35,10a 33,07a 35,00a 35,20a

41,03a 39,40a 38,10a 42,17a 42,67a 42,40a 43,27a 43,12a 43,17a 43,47a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%.

HST = Hari Setelah Tanam

Pada pengamatan 21 HST semua perlakuan belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Pengaruh perlakuan pupuk mulai nampak pada pengamatan 28 HST sampai pada umur 35 HST. Lebar kanopi terbesar tercatat pada perlakuan dengan pupuk dasar dan diberikan pupuk organik HI-Tech 19 disemprotkan melalui daun dan disiramkan melalui tanah (63,90 cm) meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan

(6)

lainnya, dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk dasar dengan pupuk organik HI- Tech disemprotkan melalui daun dengan lebar kanopi hanya 49,28 cm.

Tabel 3. Lebar Kanopi tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hst.

Simbol Perlakuan Lebar Kanopi (cm)

21 hst 28 hst 35 hst

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

25,68 a 28,17 a 24,78 a 30,38 a 30,80 a 30,27 a 31,27 a 31,27 a 31,00 a 31,68 a

43,75 ab 46,15 ab 40,65 b 49,83 ab 49,52 ab 49,40 ab 50,45 ab 48,78 ab 49,20 ab 51,70 a

55,88 ab 54,88 ab 49,28 b 60,85 a 60,82 a 58,27 ab 62,12 a 61,40 a 61,20 a 63,90 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurutuUji Duncan 5%.

hst = Hari Setelah Tanam

Pengaruh apilikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 terhadap jumlah daun belum nampak pada pengamatan 21 dan 28 HST. Namun pada pengamatan 35 HST, jumlah daun tertinggi tercatat pada perlakuan dengan pupuk dasar dan pupuk organik Cair HI-Tech 19 diaplikasikan/penyemprotan melalui daun dan disiramkan pada tanah yaitu 15,30, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali perlakuan tanpa pupuk dasar dengan aplikasi pupuk organik Cair HI-Tech 19 disiramkan pada tanah dengan jumlah daun terendah yaitu hanya 12,03.

(7)

Tabel 4. Jumlah daun tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hari setelah tanam.

Simbol Perlakuan Jumlah Daun

21 HST 28 HST 35 HST

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

8,50 a 8,67 a 8,20 a 9,43 a 9,13 a 9,00 a 9,70 a 9,03 a 9,17 a 9,73 a

11,27 a 11,27 a 10,70 a 12,50 a 11,97 a 11,60 a 12,97 a 12,27 a 12,30 a 13,00 a

13,37 ab 13,67 ab 12,03 b 15,10 a 14,23 ab 14,83 a 15,17 a 14,93 a 13,70 ab 15,30 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%.

HST = Hari Setelah Tanam

Lebar kanopi dan jumlah daun berpengaruh berbanding lurus dengan volume produksi. Perlakuan yang menunjukkan lebar kanopi dan jumlah daun terbesar yaitu dengan pupuk dasar dan pupuk organik Cair HI-Tech 19 diaplikasikan/penyemprotan melalui daun dan disiramkan pada tanah, juga menunjukkan produksi sawi hijau tertinggi dengan berat per 10 tanaman tertinggi yaitu 358 g, sedangkan perlakuan dengan tanpa pupuk dasar dengan aplikasi pupuk organik cair HI-tech 19 disiramkan pada tanah dengan lebar kanopi dan jumlah daun terendah juga menunjukkan berat per 10 tanaman terendah yaitu hanya 179,00 g (Table 5). Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 tanpa pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) tidak memberikan hasil yang optimal pada tanaman Sawi hijau.

Berbeda halnya dengan lebar kanopi dan jumlah daun, pengaruh pupuk organik cair terhadap lebar daun nampak pada pengamatan 21 HST, namun pada pengamatan 28 dan 35 HST, pengaruh perlakukan pupuk organik cair tidak menunjukkan perbedaan nyata (Tabel 5).

Aplikasi pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha) tanpa aplikasi pupuk organik HI-Tech 19 tidak memberikan produksi Sawi hijau yang optimal. Sehingga jika ingin mendapatkan hasil sawi hijau yang optimal, maka sebaiknya aplikasi pupuk dasar (150 Kg urea/ha, 100 Kg SP-36/ha dan 75 Kg KCl/ha)

(8)

melalui daun dan disiramkan ke tanah. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun hasilnya tidak berbeda nyata, tetapi aplikasi pupuk organik cair HI- Tech 19 disemprotkan melalui daun memberikan hasil yang lebih baik dibanding aplikasi disiramkan melalui tanah (Tabel 5).

Tabel 5. Lebar daun dan produksi tanaman Sawi hijau pada berbagai perlakuan dosis dan cara aplikasi pupuk organik cair HI-Tech 19 pada umur 21, 28 dan 35 hst

Simbol Perlakuan Lebar Daun (cm) Produksi per 10 Tanaman

Sampel (g)

21 HST 28 HST 28 HST

P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9

10,07 ab 9,50 b 8,27 b 10,03 ab 9,53 b 9,83 ab 10,20 ab 9,93 ab 9,80 ab 12,53 a

13,17 a 12,93 a 11,50 a 13,53 a 13,60 a 13,43 a 14,27 a 13,80 a 13,93 a 14,63 a

14,90 a 13,93 a 15,30 a 16,03 a 15,93 a 16,13 a 16,23 a 16,03 a 17,00 a 17,17 a

239,33 ab 267,00 ab 179,00 b 354,00 a 300,67 ab 314,50 ab 354,00 a 315,30 ab 336,00 a 358,00 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan 5%.

HST = Hari Setelah Tanam

Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan bertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Anonim 2013). Akan tetapi pupuk organik Cair HI-Tech 19 bermanfaat untuk memperbaiki sifat-sifat biologi, fisika dan kimia tanah, sehingga aplikasi melalui tanah tetap penting dilakukan. Menurut Indrakusuma (2000) menyatakan bahwa pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkat kan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, lebar kanopi, lebar dan panjang daun, serta jumlah daun/tanaman), dapat meningkatkan hasil tanaman (bobot tanaman), serta mempertahankan dari serangan hama dan penyakit.

(9)

KESIMPULAN

a. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 dianjurkan untuk dikombinasikan dengan penggunaan pupuk anorganik untuk hasil yang maksimal.

b. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 dianjurkan untuk diaplikasikan dengan penyemprotan pada daun karena memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diaplikasikan pada tanah.

c. Penggunaan pupuk organik cair Hi-Tech 19 sangat dianjurkan diaplikasikan melalui daun dan tanah dengan dosis 5 cc / liter air.

DAFTAR PUSTAKA

Amilia, Y. 2011. Penggunaan pupuk organik cair untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik pada padi sawah (Oryza sativa L.). Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2 hal.

Anonim. 2011. Buncis. http://warintek. progressio.or.id/pertanian/buncis.htm (Diakses tanggal 28 Agustus 2011).

Anonim. 2013. http://staff. Uny.ac.id/sites/ default/files/pengabdian/dewi-yuanita-lestari- ssi-msc/cara-pembuatan-pupuk-organik-cair.pdf.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

50 hal.

Hanolo, W. 1997. Tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis dan cara pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika 1(1):25-29.

Hapsari, B. 2002. Sayuran genjah bergelimang rupiah. Trubus 33(396): 30-31.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya.

Jakarta. 117 p.

Indrakusuma. 2000. Pengaruh dosis dan frekuensi pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil buncis (Phaseolus vulgaris L.) dataran rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.

Salisbury, B. F. dan Ross, C. C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan . Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Simanungkalit, R.D.M, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Styorini, W. Hartatik. 2006.

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian.

Suwandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh Pupuk Biokimia “Sari Humus” Pada Tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perancangan, pengujian serta analisis data dari rancang bangun sistem komunikasi wireless untuk printer konvensional berbasis Wi-Fi yang telah

Patogenesis penyakit malaria yang pertama adala masa tunas intrinsik yaitu waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya

Semangat semacam inilah yang hendak dilakukan Muhammad Syahrur, seorang pemikir kontemporer dari Arab-Syiria, yang mencoba “menawarkan” metodologi baru dengan teori batas

Hasil perhitungan konsentrasi untuk logam zink (Zn) dalam sampel air laut yang dianalisis menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu; titik A pada jarak 5 meter adalah

Berdasarkan informasi dari informan 3 mengungkapkan bahwa kecemasan komunikasi interpersonal guru dan siswa dalam proses pembelajaran kecemasan komunikasi sudah

Sebaliknya pada penyakit gizi kurang, mungkin susunan hidangan yang dikonsumsi juga masih seimbang, hanya kuantum keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh..

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Mengetahui peran Inspektorat Pembantu Kota dan Implementasi Good Government Governance di Kota

“setiap hari ada saja kecelakaan lalu lintas di sana,” kata kasubdit penega- kan Hukum Ditlantas polda metro Jaya akBp Warsinem ketika memberikan penyuluhan Tertib