• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN. NOTA DINAS Nomor: HK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN. NOTA DINAS Nomor: HK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN

NOTA DINAS

Nomor: HK.02.02.53.533.10.21.43

Yth. : Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Dari : Direktur Pengawasan Produksi Pangan Olahan

Hal : Tindak lanjut terhadap Permintaan Masukan Program Prioritas

Penyusunan Peraturan Perundangan-undangan tahun 2022 dan Progres tahun 2021

Lampiran : 2 (dua) berkas Tanggal : 18 Oktober 2021

Menindaklanjuti nota dinas Saudara No HK.03.22.2213.09.21.1336 tanggal 22 September 2021 dan rapat yang telah dilaksanakan pada 30 September 2021, kami sampaikan hal sebagai berikut:

1. Usulan program prioritas penyusunan perundang-undangan Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan pada tahun 2022 yaitu Revisi Peraturan BPOM tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Beserta Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT yang merupakan penyesuaian terhadap Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan berusaha Berbasis Risiko dan simplifikasi dari Peraturan Kepala Badan POM:

a. Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) b. Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata

Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Kajian terlampir (Lampiran 1).

2. Progres penyusunan peraturan perundang-undangan untuk tahun 2021:

Rancangan Peraturan BPOM tentang Perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan: carry over ke tahun 2022 karena masih terdapat lampiran berupa pedoman yang belum selesai. Kajian terlampir (Lampiran 2).

Demikian kami sampaikan. Atas kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih

Cendekia Sri Murwani

(2)

USULAN PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2022

REVISI PERATURAN BPOM TENTANG CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK BESERTA TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PIRT

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang No 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja 2. Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan

3. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6617);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 249, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6442)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6619);

8. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 tahun 2018 tentang Peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 808)

10. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1003);

11. Peraturan Kepala Badan POM No 23 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengawasan Pangan Industri Rumah Tangga

12. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 292);

13. lnstruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan

14. Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)

15. Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

B. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia, pemenuhan pangan tersebut mencakup kecukupan gizi, mutu dan keamanan pangan. Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 Lampiran 1

(3)

pasal 67 ayat (1) menyatakan bahwa keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, sehingga setiap orang yang memproduksi pangan bertanggung jawab untuk mengendalikan keamanan pangan dengan menjamin bahwa produknya bermutu dan aman untuk dikonsumsi dengan menerapkan sistem jaminan keamanan dan mutu pangan salah.

Badan POM selaku otoritas keamanan pangan, melakukan pengawasan baik sebelum beredar (pre-market) maupun setelah pangan beredar di masyarakat (post-market control) terhadap pemenuhan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan. Pengawasan post- market dilakukan untuk melihat konsistensi terhadap pemenuhan ketentuan, antara lain kesesuaian terhadap Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) IRTP melalui pemeriksaan/pengawasan sarana produksi.

Pendekatan pengawasan pangan mempunyai aspek permasalahan dengan dimensi yang sangat luas dan kompleks. Pengawasan tidak dapat dilakukan hanya pada produk akhir yang beredar di masyarakat, tetapi harus dilakukan sejak awal proses mulai bahan baku, proses produksi, produk setengah jadi, produk jadi sampai produk tersebut beredar di masyarakat. Hal-hal tersebut menjadi rangkaian yang tidak terpisahkan dalam melakukan pemeriksaan sarana produksi pangan. Sehingga dengan terbitnya UU Nomor 11 Tahun 2011 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, yang mana terdapat penyederhanaan perizinan berusaha berdasarkan tingkat risiko suatu kegiatan usaha dalam menentukan jenis perizinan berusaha dan kualitas/frekuensi pengawasan serta dengan telah direvisinya Pedoman Codex Alimentarius Commision General Principle of Food Hygiene CXC-1-1969 Rev. 2020, maka BPOM perlu mereview dan menyusun perangkat inspeksi/pedoman inspeksi yang

lebih teknis yang akan digunakan oleh pengawas pangan termasuk Pengawas Pangan Kabupaten / Kota (DFI - District Food Inspector / DFI) dan tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) pengawas pangan dan Penyuluh Keamanan Pangan dalam melakukan pengawasan dan pembinaan IRTP.

C. Tujuan

1. Memberikan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan dalam penerapan CPPOB-IRTP yang berbasis risiko (risk based) dan bersifat pencegahan (preventive approach) 2. Sebagai panduan/rujukan bagi Pelaku Usaha IRTP dalam pemenuhan persyaratan

CPPOB-IRTP untuk menjamin keamanan dan mutu pangan serta meningkatkan daya saing IRTP dan produk yang dihasilkan

3. Sebagai panduan bagi Pengawas Pangan, termasuk Pengawas Pangan Kabupaten / Kota (DFI - District Food Inspector / DFI) dan tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) pengawas pangan dan Penyuluh Keamanan Pangan dalam melakukan pengawasan dan pembinaan dan pengawasan IRTP.

D. PEMBAHASAN

Aspek perubahan substansi yang akan diakomodir pada revisi Peraturan BPOM antara lain:

a. Penggabungan Ketentuan CPPOB-IRTP beserta Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT

b. Penyesuaian ketentuan aspek CPPOB-IRTP sebagai berikut:

I. Lokasi dan Lingkungan II. Bangunan dan Fasilitas

III. Fasilitas dan Program Higiene Sanitasi

(4)

IV. Kesehatan Dan Higiene Personel V. Penyimpanan

VI. Pengendalian Proses VII. Pelabelan Pangan

VIII. Penanganan Ketidaksesuaian

IX. Sistem Ketertelusuran Dan Penarikan Pangan X. Budaya Keamanan Pangan

c. Penyesuaian ketentuan Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT

Timeline penyusunan rancangan Revisi Peraturan BPOM Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Beserta Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT

Kegiatan Waktu Pelaksanaan

2021 2022

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 Pengumpulan

data

Studi Pustaka Drafting awal Pembahasan draft

Konsultasi Publik

Pembahasan draft akhir Harmonisasi Finalisasi Sosialisasi

(5)

USULAN PROGRAM PRIORITAS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN

No Judul Landasan/

Dasar Hukum Latar Belakang Tujuan Sasaran

Jangkauan dan Arah Pengaturan

Target Waktu Penyelesaian 1. Revisi Peraturan BPOM

tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik (Peraturan Kepala

BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012) beserta Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT (Peraturan Kepala

BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012)

1. UU. No 11/2020 tentang Cipta Kerja

2. UU No. 18 /2012 tentang Pangan

3. PP No 5/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko

4. Codex Alimentarius Commision General Principle of Food Hygiene CXC-1-1969 Rev.

2020

5. Peraturan Kepala BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB- IRT)

6. Peraturan Kepala BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2207 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Bahwa penerapan CPPOB- IRTP beserta tata cara pemeriksaan sarana PIRT yang telah diatur dalam Peraturan Kepala BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2206 dan Peraturan Kepala BPOM No.

HK.03.1.23.04.12.2207 perlu disesuaikan dengan pendekatan berbasis risiko (risk based) dan bersifat pencegahan (preventive approach) sehingga perlu direview dan direvisi.

TUJUAN:

1. Memberikan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan dalam penerapan CPPOB- IRTP yang berbasis risiko (risk based) dan bersifat pencegahan (preventive approach)

2. Sebagai panduan/rujukan bagi Pelaku Usaha IRTP

dalam pemenuhan

persyaratan CPPOB-IRTP untuk menjamin keamanan dan mutu pangan serta meningkatkan daya saing IRTP dan produk yang dihasilkan

3. Sebagai panduan bagi Pengawas Pangan, termasuk Pengawas Pangan Kabupaten / Kota (DFI - District Food Inspector / DFI) dan tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) pengawas pangan dan Penyuluh Keamanan Pangan

dalam melakukan

pengawasan dan pembinaan dan pengawasan IRTP.

Perubahan Substansi:

1. Penggabungan Ketentuan CPPOB-IRTP beserta Tata Cara

Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT

2. Penyesuaian ketentuan aspek CPPOB- IRTP

3. Penyesuaian ketentuan Tata Cara

Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT

2022

(6)

No Judul Landasan/

Dasar Hukum Latar Belakang Tujuan Sasaran

Jangkauan dan Arah Pengaturan

Target Waktu Penyelesaian SASARAN:

Tersusunnya Rancangan Revisi Peraturan Badan POM tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Beserta Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi PIRT yang dapat menjadi acuan dalam melakukan pengawasan terhadap penerapan CPPOB- IRTP

(7)

USULAN PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2022

REVISI PERATURAN BPOM NOMOR 21 TAHUN 2019 TENTANG PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI PANGAN

A. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (Lembaran Negara Tahun 2021 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6617)

4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);

5. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1002);

6. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 292)

B. LATAR BELAKANG

1. Bahwa penerapan Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan yang telah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum sehingga perlu diganti.

2. Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko menyebutkan bahwa PMR termasuk dalam penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko untuk sektor kesehatan, obat dan makanan. Berdasarkan PerBPOM No 21 Tahun 2019 tentang PMR di Industri Pangan, penerapan PMR diberlakukan wajib untuk Industri Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus dan Pangan Steril Komersial, serta dapat diterapkan secara sukarela untuk industri pangan risiko sedang dan rendah

3. Revisi PerBPOM tersebut ditujukan untuk memperbaharui dan menambahkan komponen- komponen dalam penerapan PMR yang akan menjadi acuan bagi Badan POM cq.

Direktorat Pengawasan Produksi Pangan Olahan dalam melakukan pengawasan penerapan Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan.

Lampiran 2

(8)

C. TUJUAN

1. Memberikan acuan bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan penerapan Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

2. Tersusunnya Rancangan Revisi Peraturan Badan POM tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan yang dapat menjadi acuan dalam melakukan pengawasan terhadap penerapan PMR

D. PEMBAHASAN

Aspek perubahan substansi yang akan diakomodir pada revisi Peraturan BPOM antara lain

1. Penambahan ketentuan penerapan secara bertahap bagi UMK Risiko Tinggi 2. Penambahan ketentuan standar PMR

3. Penambahan ketentuan mekanisme kerja pengawas pangan eksternal 4. Penambahan mengenai Tata Laksana Penerapan PMR

5. Perpanjangan Penetapan waktu pemberlakuan PMR secara wajib bagi Industri Pangan Keperluan Gizi Khusus

6. Penambahan ketentuan pelaporan Audit Internal PMR

Pada revisi peraturan tersebut akan disusun lampiran sebagai berikut :

1. Pedoman Penerapan PMR Bertahap Bagi Usaha Mikro dan Kecil Pangan Risiko Tinggi

2. Pedoman PMR Industri Pangan yang Termasuk Kategori Sukarela 3. Standard Sistem Mutu dan Keamanan Pangan PMR

4. Pedoman Tata Laksana Penerapan PMR

5. Pedoman Mekanisme Pengakuan Pengawas Pangan 6. Pedoman Pendaftaran PMR

7. Pedoman Audit Internal Penerapan PMR

Timeline penyusunan Revisi Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

Kegiatan Waktu Pelaksanaan

2021 2022

April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Pengumpulan

data

Studi Pustaka Drafting awal

(9)

Pembahasan draft

Pembahasan lampiran Konsultasi Publik

Pembahasan draft akhir Harmonisasi Finalisasi Sosialisasi

(10)

USULAN PROGRAM PRIORITAS PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PANGAN OLAHAN

NO Judul Landasan/Dasar Hukum Latar Belakang Tujuan Sasaran Jangkauan dan Pengaturan

Target Waktu Penyelesaian 1 Rancangan Revisi

Peraturan Badan POM No. 21 Tahun 2019 tentang Program

Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan.

a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan ; b. Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2020 tentang Cipta Kerja c. Peraturan Pemerintah Nomor 5

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko d. Peraturan Presiden Nomor 80

Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan e. Peraturan Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan f. Peraturan Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Obat dan Makanan

Bahwa penerapan Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan yang telah diatur dalam Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum sehingga perlu diganti;

Tujuan:

Memberikan acuan bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan penerapan Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

Sasaran:

Tersusunnya Rancangan Revisi Peraturan Badan POM tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan yang dapat menjadi acuan dalam melakukan pengawasan terhadap penerapan PMR

Perubahan substansi:

• Penambahan

ketentuan penerapan secara bertahap bagi UMK Risiko Tinggi

• Penambahan ketentuan standar PMR

• Penambahan

ketentuan mekanisme kerja pengawas pangan eksternal

• Penambahan mengenai Tata Laksana Penerapan PMR

• Perpanjangan Penetapan waktu pemberlakuan PMR secara wajib bagi Industri Pangan Keperluan Gizi Khusus

• Penambahan ketentuan pelaporan Audit Internal PMR

2022

Referensi

Dokumen terkait

(2) BTP dan/atau Bahan Penolong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diizinkan digunakan dalam Pangan Olahan Organik tercantum dalam Lampiran yang merupakan

Lahan wakaf sawah produktif dengan luas 15.400 m 2 tersebut diserahkan kepada masyarakat sekitar untuk dikelola bersama dengan sistem bagi hasil, dari pengelolaan

Gambar 1. Research & Development Model.. produk lama atau proses lama sehingga ditemukan kelemahan atau kekurangan yang dapat diselesaikan dengan pembuatan produk

Gejala netralisasi pada bunyi vokal atas-belakang-bulat /u/ menjadi vokal sedang-belakang-bulat /o/ dan Gejala paragoge (penambahan fonem di akhir kata) dimana

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah sikap positif individu terhadap dirinya sendiri, dimana individu memiliki kesadaran

Untuk memudahkan pemerintah untuk menetapkan kebijakan yang diambil, perlu dilakukan pengelompokan kabupaten/ kota terlebih dulu, sehingga kabupaten/kota dengan

Saya pernah mengalami di sebuah project yang menggunakan sebuah server yang kencang dengan memory mencapai ratusan GB, namun karena database design yang kacau,

Dari gambar (2.1), andaikan suatu bahan dipanaskan sampai sekitar suhu 800-1200 0 C dengan komposisi 0,68 % karbon sampai fasa austenit, kemudian didinginkan