• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN DAN PERANNYA DI SEKOLAH/MADRASAH. ANDI HAPIDAH Dosen STAI Al-Ghazali Bone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN DAN PERANNYA DI SEKOLAH/MADRASAH. ANDI HAPIDAH Dosen STAI Al-Ghazali Bone"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENDIDIKAN DAN PERANNYA DI SEKOLAH/MADRASAH

ANDI HAPIDAH Dosen STAI Al-Ghazali Bone

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang bimbingan konseling dalam pendidikan dan perannya di sekolah.madrasah. Bimbingan dan konseling pendidikan ini sepenuhnya diselenggarakan di sekolah dan madrasah oleh guru pembimbing atau konselor sekolah. Penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan, yaitu mengulas, menyadur, dan mengutip buku yang dianggap representatif yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. Selanjutnya diolah dengan menggunakan metode analisis deduktif dan komparatif. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya bimbingan konseling tesebut dan perannya di sekolah/madrasah. Sasaran bimbingan dan konseling pendidikan terdiri dari dua hal, yakni sasaran secara umum dan sasaran secara khusus. Sasaran umum bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan adalah peserta didik atau individu-individu yang terdaftar menjadi anak didik di lembaga pendidikan yang bersangkutan, sedangkan sasaran secara khusus bimbingan dan konseling pendidikan adalah tumbuh kembangnya seluruh potensi anak didik secara optimal. Kedua sasaran utama tersebut dapat dicapai melalui tahap pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri. Tujuan pemberian layanan bimbingan konseling ialah agar invidu dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan datang. (2) membantu siswa menjadi lebih matang dalam mengaktualisasikan dirinya. (3) mendorong siswa agar mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.

Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Sekolah/madrasah

(2)

A. PENDAHULUAN Pada hakikatnya, manusia merupakan pribadi yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya terdapat kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan peribadinya. Kebutuhan peribadi ini meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosio-psikologis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan daya tahan tubuh untuk perlindungan keamana fisiknya.

Kondisi fisik yang sehat amat penting dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang. Kehidupan peribadi individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan memiliki ciri khusus atau unik. Serang individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari masyarakat pada umumnya. Ia mempunyai harga diri dan berkeiginan untuk selalu mempertahankan harga diri tersebut. Oleh karena itu manusia perlu bimbingan.1

Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokratisasi dalam pendidikan, serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Sekolah adalah tempat yang baik dalam memberikan bimbingan pekerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya.

Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiao potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.

Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem tebuka yang selalu

1 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 14

(3)

berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berpikir dan perilaku individu. Nilai menjadi hal penting dalam perkembangan individu.

Bimbingan dan konseling membantu individu memelihara dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri. Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembombing untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan meluas..membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Perluasan program pendidikan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin sesuai dengan kemampuannya. Arah ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan, yaitu dalam memilih kelanjutan sekolah yang paling tepat, serta menilai kemampuan siswa yang bersangkutan, memungkinkan di melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin konpetitif dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi tersebut adalah: (1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stres, kecemasan, dan frustrasi, (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin. kolusi, korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat benar-salah secara lugas, (3) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi juga fisik, dan (4) pelarian dari masalah

(4)

melalui jalan pintas yang bersifat sementara juga adiktif, seperti penggunaan obat- obat terlarang.2 Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut perlu dipersiapkan insan dan sumber daya manusia yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diriu sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi percapaian cita-citanya.

Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan inteluktual, dan sistem nilai. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di lingkungan pendidikan haruslah merupakan pendidikan yang seimbang tidak hanya mampu mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan profesional dan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembnagan diri yang sehat dan produktif. Para peserta di lingkungan pendidikan umurnya adalah orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas yang harus dipenuhinya.. Hal ini memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola dan pelaksana manajemen pendidikan, pengajaran dan bimbingan sebab ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan tesebut.

Sebagai pendidik, orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam beberapa aspek bisa diwakilkan oleh lembaga formal, yairu sekolah. Sekolah atau madrasah yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki kualifikasi yang cukup. Berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri. Hanya saja proses belajar mengajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan.. Sehingga dengan hambatan tersebut diharapkan guru atau siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.

2 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), h. 3

(5)

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah berperan membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi secara lebih baik. Bimbingan dan konseling yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting. Salah satu fungsinya adalah membantu kelancaran pendidikan. Bagaimana sebenarnya bimbingan dan konseling itu dalam pendidikan dan apa perannya di sekolah/madrsah, inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

B. PEMBAHASAN

1. Perkembangan Bimbingan dan Konseling Pendidikan.

Untuk memperdalam penghayatan mrngenai bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan, berikut ini dikemukakan sejarah singkat awal mula masuknya di dunia pendidikan.

Secara historis, upaya layanan bimbingan dan konseling secara profesional lahir di Amerika Serikat dan berkembang drngan pesat sejak abad ke-20. Banyak faktor yang mendorong pesatnya perkembangan disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos di institusi-institusi pendidikan, khususnya sekolah atau madrasah.3 Setidaknya ada lima periode perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling, yaitu:

a. Periode personian, bimbingan dilihat sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan jabatan. Kemudian dicocokkan yang pada akhirnya menentukan jabatan apa yang paling cocok untuk individu yang bersangkutan.

b. Gerakan bombingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan, rumusan konseling pada periode ini belum dimunculkan.

3 Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, Bimbingan dan Konseling PAUD. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h.1

(6)

c. Pelayanan untuk penyesuaian diri mendapat perhatian utama. Pada periode ini disadari benar bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya disangkutpautkan dengan usaha pendidikan saja tidak pula hanya mencocokkan individu untuk jabatan-jabatan tertentu saja melainkan juga untuk peningkatan kehidupan mental.

d. Gerakan bombingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu

e. Tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan yang lebih menekankan pada rekonstruksi sosial (dan personal) dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.4

Faktor-faktor di atas telah mendorong berbagai pihak untuk mengembangkan bimbingan dan konseling secara lebih luas, tidak hanya penyuluhan di bidang karier dan pendidikan karier semata, melainkan meluas ke wilayah-wilayah institusi pendidikan, khususnya bimbingan belajar dan perilaku peserta didik. Jika pada mulanya layanan bimbingan dan konseling di sekola-sekolah masih sebatas jam tambahan, maka pada tahap perkembangan selanjutnya bimbingan konseling di sekolah telah menyatu, terintegrasi dalam sistem pendidikan yang menyeluruh, bahkan turut ditangani oleh berbagai pihak yang terkait.

Bagaimana bimbingan dan konseling masuk ke Indonesia, hingga menembus jantung institusi pendidikan ? Pada era tahun 1960, Indonesia secara perlahan telah memasukkan bimbingan dan konseling dengan memusatkan pada jenjang pendidikan menengah atas. Namun Indonesia mengadopsi bimbingan karier atau pendidikan karier sebagaimana perkembangan konseling di Amerika. Keberadaan bimbingan konseling dikembangkan melalui kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994, selanjutnya berkembang dalam bentuk kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang kemudian terus berkembang menjadi Kurikulum Bernasis Kompetensi(KBK) kemudian lanjut menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

4 Prayitno dkk, Dasar-Dasar Bimbingan Konseling, ( Jakarta; Dirjen Dikti, 1994), h. 110

(7)

(KTSP),5 sekarang berkembang menjadi Kurikulum-13.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bimbingan dan konseling pendidikan merupakan “barang impor”, bahkan bukan disiplin ilmu yang lahir dari lapangan pendidikan, melainkan dari karier dan jabatan. Dengan kata lain, bimbingan konseling diadopsi dan diadaptasi ke Indonesia oleh para ahli pendidikan dan diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan secara nasional.

Secara eksplisit BK diatur dalam berbagai PP. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990, pasal 25 dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990, pasal 27 dikemukakan bahwa:

a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenai lingkungan dan merencanakan masa depan

b. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing. Pengakuan formal, seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan perlu dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu, dengan memperhatikan karakteristik kebutuhan siswa.6

Penataan bimbingan dan koseling di Indonesia terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Mempan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.Dalam pasal 3 disebutkan tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Selanjutnya pada tahun 2001 terjadi perubahan nama organisasi Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ( ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi terutama oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi yang

5 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, ( jakarta; Kalam Mulia, 2013), h.382

6 PP, No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(8)

mendapat pengakuan dan kepercayaan publik7. Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis maupun sosial.

Menurut Djam’an Satori, dkk., jika menyimak kenyataan yang dihadapi pendidikan di Indonesia pada umumnya, yaitu membantu setiap pribadi peserta didik belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadiannya secara optimal.

Pertama, secara akademis masih nampak gejala bahwa peserta didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak, antara lain dalam gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurang-percayaan masyarakat terhadap hasil pendidikan, dan sebagainya. Kedua, secara psikologis, masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Ketiga, secara sosial ada kecenderungan peserta didik belum memiliki penyesuaian sosial secara memadai, seperti tawuran/perkelahian, antar pelajar/antar pemuda. Pelanggaran tata tertib sekolah, konflik dengan teman, konflik dengan guru, atau konflik dengan anggota keluarga. Keempat, secara moral masih banyak peserta didik yang berperilaku menyimpang, belum memiliki kesadaran beragama yang memadai, hal ini ditunjukkan dengan prilaku seperti: kriminalitas, free sex (zinah atau hubungan seksual di luar nikah), narkotika, ganja, sabu-sabu, ekstasi, dan pemerkosaan8.

Keberadaan BK dalam pendidikan merupakan alat bantu dalam membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal dan sekaligus alat bantu untuk mencapai tujuan pendidikan.

7 Gunawan Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakaerta ; Gramedia, 1992), h. 7

8 Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan, (Jakarta: UT, 2005), h. 15-16

(9)

2. Konsep Bimbingan dan Konseling a. Konsep Bimbingan

Bimbingan berasal dari kata guidance (Inggris), yang berarti mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyalur9 . Guidance sendiri berasal dari akar kata guide yang secara luas mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manager), menyampaikan (to descript), mendorong (to motivate), membantu mewujudkan (helping to create), memberi (to giving), besungguh-sungguh (to commit)10. Kata bimbingan di sebut juga “al- Taujihi’ (Arab). Istilah bimbingan juga disebut “al-Irsyad al nafsiy” , yang mengandung arti “bimbingan kejiwaan”11

Menurut istilah, bimbingan berarti proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Menurut Sumaryo Karta Dinata, mengartikan bahwa bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal12. Dalam persfektif Islam, bimbingan diartikan sebagai suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembngkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan, dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.13

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa: pertama, bimbingan merupakan suatu proses kegiatan yang berkelanjutan, kegiatan yang berlangsung terus-menerus secara sistematis, terencana dan terarah kepada pencapaian tujuan.

Kedua, bimbingan identik dengan bantuan atau pertolongan. Bantuan diberikan bersifat perorangan untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri guna melakukan penyesuaian diri secara maksimal pada lingkungan sekolah, keluarga serta

9 Yahya Jaya, Bimbingan Konseling Agama Islam, (Padang: Angkasa Raya, 2000), h. 76

10 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Puataka Setia, 2012), h. 84

11 Fazial Rahman, Islam and Modernity: Transpormation of on Intellectual Tradition, (Chicago: The Univercity of Chicago Press, 1982), h.37

12 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineke Cipta, 2002),h. 117

13 Ramayulis, op.cit h.342

(10)

masyarakat. Ketiga, Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar., dimana individu mampu mengenal dan memahami dirinya, melakukan pilihan mengambil keputusan atau tanggungjawab sendiri sesuai dengan harapannya.

b Konsep Konseling

Kata konseling merupakan merupakan terjemahan dari counseling, dalam bahasa Inggris. Dalam literatur bahasa Arab dikenal dengan al-Istisyarah (meminta nasehat) dan al-Irasyad (memberi Petunjuk), dan juga hidayah (memberi petunjuk).

Istisyarah berasal dari kata Syaraha-yasyarahu-syahran, berati menasehati atau menjelaskan. Iryad berasal adari kata rasyada-yarsyudu-rusydan yang artinya memberi petunjuk (lurus dab baik). Huda berasal dari kata hadaa’, yahdi-hadyan, hudaan-hidaayatan-hidaayah, yang artinya memberi petunjuk kepadanaya, atau menunjukinya14

Para ahli berbeda pendapat tentang pengertian konseling.

1) Thohirin, mengemukakan bahwa konseling adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang, untuk menangani masalah klien yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang selaras, integritas berdasarkan norma- norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien15

2) Menurut Prayitno,dkk16 menyatakan bahwa konseling yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masala (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

3) Menurut Division of Conseling Psycholo17, konseling merupakan suatu proses untuk mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk

14 Jubran Masud, Raib-al-Tullab, (Bairut: Dar al-‘Ilmi al-Malayin 1967), h. 57

15 Thohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Padang: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 25

16 Prayitno dan Erman Amti, op. cit, h.10

17 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6

(11)

mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut terjadi setiap waktu.

4) Dalam persfektif Islam, Saipul Akhiyar Lubis18, menjelaskan konseling Islam adalah layanan bantuan konselor terhadap klien/konseli untuk menumbuh kembangkan kemampuannya dalam memahami dan menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih alternatif tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat di bawah naungan rida dan kasih syang Allah Swt. serta membangun kesadarannya untuk menempatkan Allah Swt. sebagai Konselor Yang Maha Agung.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa konseling merupakan sebuah aktifitas yang diselenggarakan oleh konselor dan klien berkenaan penyelesaian berbagai permasalahan yang dialami klien.

Sedangkan konseling perspektif Islam dapat disimpulkan bahwa konseling Islam merupakan suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu mengembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan, keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya sebagai makhluk Allah, Swt.

sehingga dapat menjalani kehidupan yang selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah Swt. serta mengembangkan potensi fitrah yang dimiliki dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat

Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan, yang sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan layanan bimbingan kepada individu dalam rangka membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok dalam suatu pertalian hubungan tatap muka (face to face)

18 Saipul Akhyiar Lubis, Pendidikan dalam Konseling Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media Pritis, 2008), h. 22

(12)

3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling a. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas- tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi.

Lebih lanjut, tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu invidu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, kehidupan produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup bersama denga individu-individu lain, serta menciptakan harmoni antara cita-cita dengan kemampuan yang mereka miliki.

Dengan demikian, peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.

Menurut Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014, tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu pesertadidik/konselo agar dapat mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karier secara utuh dan optimal. Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling adalah membantu konseli agar mampu: (1) memahami dan menerima diri dan lingkungannya; (2) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, dan kehidupannya di masa yang akan datang; (3) mengembangkan potensinya seoptimal mungkin; (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (5) mengatasai hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya, dan (6) mengaktualisasikan dirinya secara bertanggung jawab19

Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi ini meliputi tiga tahapan, yaitu pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan (accommodation), serta keterampilan atau tindakan (action) dalam melaksanakan

19 Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, op.cit, h. 34

(13)

tugas-tugas perkembangan.20 .

Adapun salah satu tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam yaitu untuk membantu klien mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya sebagai insan yang beragama. Kenyataan ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an.















































Terjemahnya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S al-Ruum: 30 )21

Ayat di atas, menurut Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menciptakan manusia di atas fitrah, dalam keadaan memiliki potensi untuk mengetahuiNya, meng-EsakanNya, dan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia.22. Pemahaman ini sejalan dengan pendapat al-Meraghi bahwa sesungguhnya Allah Swt. menjadikan dalam diri manusia fitrah-fitrah yang selalu cenderung kepada ajaran tauhid.23

Berdasarkan penafsiran ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa potensi fitrah telah ada pada diri manusia sejak diciptakan. Oleh karena itu potensi itu dikembangkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

20 Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta;

Direktorat Jenderal Peninkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008), h. 8

21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta ilmu, 2002), h.

22 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, jilid 3, (Beirut: Dar al-Khutub al-Ilmiyah, 1999), h.

58.

23 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi juz 28, (Beirut: Dar al-Fikri 1970), h. 95.

(14)

potensi fitrah yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. tersebut adalah melalui layanan bimbingan dan konseling.

b. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, antara lain:

1) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap diri (potensi-potensinya, baik kelebihan maupun kelemahannya) dan lingkungannya (fisik, sosial, budaya dan agama). Berdasarkan pemahamannya itu, siswa diharapkan mampu mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk mencegah supaya masalah itu tidak dialami siswa.

Melalui cara ini pembimbing memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang bisa merugikan dirinya.

3) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi untuk mengembangkan seluruh bakat siswa secara terarah. Pembimbing senantiasa memfasilitasi perkembangan siswa, merumuskan dan melaksanakan program bimbingan siswa secara sisstematis. Teknik bimbingan yang dapat dilakukan disini adalah pemberian atau saling tukar informasi, dan diskusi.

4) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan). Fungsi ini berkaitan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi (seperti selalu mengalami perasaan gelisah0, sosial (seperti sering bertengkar dengan teman), belajar (kurang bisa berkonsentrasi dalam

(15)

belajar), maupun karier (seperti belum memiliki pemahaman tentang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya).

5) Fungsi advokasi, yaituFungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan/atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Dengan pemahaman ini, diharapkan anak didik dapat mengarahkan perilaku dan tindakannya agar tidak melanggar hak-hak orang lain.

4. Prinsip Bimbingan dan Konseling

Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan, dan kegiatan pendukung dan aspek lainnya. Prinsip prinsip tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, meliputi:

1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.

2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik serta dinamis.

3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.

4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama pada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individual/klien.

1) Bimbingan dan konseling berkaitan denag hal-hal yang menyagkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, sekolah serta yang ada kaitannya dengan kontak sosial.

2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebidayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

(16)

c. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan program layanan meliputi;

1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dan upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling ini harus diselaraskan serta dipadukan dengan program pendidikan dan pengembangan peserta didik.

2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, serta bisa disesuaikan dengan kebutukan individu, masyarakat dan kondisi lembaga, program ini disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tinggi.

3) Pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh.

d. Prinsip-prinsip yang bekenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.

1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing dirinya sendiri dalam menghadapi masalah.

2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil atas kemauan individu itu sendiri bukan atas kemauan pihak lain.

3) Permasalaha individu harus ditanganni oleh tenaga yang ahli dalam bidang yang relevan denagan permasalahan yang dihadapi.

4) Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua anak.

5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling, ditempuh melalui pemanfaatan yng maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses kegiatan pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atasa, dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling itu adalah seperangkat landasan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dan program layanan bimbingan dan konseling,

(17)

baik di sekolah atau madrasah maupun yang diselenggarakan di lingkungan masyarakat.

Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam perfektif Islam, ada tiga prinsip pokok yang harus dipegang teguh oleh konselor, baik dalam pengembagan potensi individu maupun dalam mengatasi masalah klien , yaitu iman, Islam dan ihsan. Iman berkaitan dengan prinsip-prinsip kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan dan kepada hal-hal yang ghaib. Islam berkaitan dengan prinsip-prinsip ibadah dan muamalah. Sedangkan ihsan, berkaitan dengan prinsip- prinsip moral atau etika. Ketiga prinsip di atas,akan melahirkan berbagai karakter yang menjadi kepribadian yang utama bagi konselor dan klien dalam menyelenggarakan proses konseling Islam seperti prinsip iman akan melahirkan karakter rabbani, karakter maliky, karakter qur’ani, karakter rasuli dan karakter hari akhir24

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling diperlukan kaidah-kaidah yang menjamin efesien dan efektivitas pekerjaan. Kaidah-kaidah tersebut di kenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling sebagai landasan utama agar tercapai tujuan yang diharapkan. Secara singkat, menurut Permendikbud Nomor 111 tahun 2014, asas-asas tersebut sebagai berikut:

a) Kerahasiaan, yaitu asas layanan yang menuntut konselor atu guru bimbingan dan konseling merahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, sebagaimana diatur dalam kode etik bimbingan dan konseling.

b) Kesukarelaan, yaitu asas kesukaan dan kerelaan peserta didik/konseli mengikuti layanan yang diperlukannya.

24 Abdul Mujub dan Yusuf Muzdakir, Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h.151

(18)

c) Keterbukaan, yaitu asa layanan konselor atau guru bimbingan konseling yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan dan menerima informasi.

d) Keaktifan, yaitu suatu layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli memerlukan keaktifan dari kedua belah pihak.

e) Kemandirian, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingab dan konseling yang merajuk pada tujuan agar peserta didik/konseli mampu mengambil keputusan pribado, sosial, belajar dan karier secara mandiri.

f) Kekinian, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang beroriantasi pada perubahan situasi dan kondisi masyarakat di tingkat lokal, nasional dan global yang berpengaruh kuat terhadap kehidupan peserta didik/konseli.

g) Kedinamisan, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berkembang dan berkelanjutan dalam memandang tentang hakikat manusia, kondisi-kondisi perubahan perilaku, serta proses dan teknik bimbingan dan konseling sejalan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling.

h) Keterpaduan, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling yang terpadu antara tujuan bimbingan dan konseling dengan tujuan pendidikan dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh masyarakat.

i) Keharmonisan, yaitu asas layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling selaras dengan visi dan misi sekolah, nilai dan norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.

j) Keahlian, yaitu asaa layanan konselor atau guru bimbingan dan konseling berdasarkan atas kaidah-kaidah akademik dan etika

(19)

profesional, dimana layanan dan konseling hanya dapat diampu oleh tenaga ahli bimbingan dan konseling.

k) Tut wuri handayani, yaitu suatu asas pendidikan yang mengandung makna bahwa konselor atau guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik harus memfasilitasi setiap peserta didik/ konselo untuk mencapai tingkat perkembangan yang utuh dan optimal.25

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang ahli/konselor harus mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling yang telah diatur dan memegang teguh asas tesrsebut dalam melaksanakan bimbingan dan konseling

terhadap klien.

6. Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah

Bimbingan dan konseling diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa rasa khawatir akan pribadinya. Lembaga ini menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuaraikan, bahkan orang tua siswa pun dapat mengambil manfaatnya dari pelayanan bimbingan dan konseling. Demi kelangsungan perkembangan dan pertumbuhan anak didik, berbagai pelayanan diselenggarakan di sekolah/madrasah. Masing-masing pelayanan itu memiliki peran yang sangat bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan nilai positif dalam perkembagan anak didik, khususnya bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan tang dimaksud. Konselor dalam hal ini guru BK berperan dalam upaya pemberian bantuan terhadap siswa agar bisa berkembang secara mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahannya yang sedang dihadapi.

Bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah berperan dalam mendampingi siswa dalam beberapa hal, yaitu; pertama, dalam perkembangan belajar. Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya serta menyusun

25 Khamim Zarkasih Putro dan Suyadi, op.cit, h. 37-38.

(20)

rencana tujuan-tujuan tersebut. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah.

Pendidik atau guru merupakan personel sekolah yang memiliki banyak kesempatan untuk bertatap muka dengan siswa dibandingkan dengan personel sekolah laimmya. Oleh sebab itu, peran dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah juga sangat diharapkan. Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah;

a. Bimbingan Pribadi

Peran guru di sini adalah membantu peserta didik mengembangkan aspek- aspek pribadi yang menyangkut pemahaman diri dan lingkungannya, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan emosi, dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi amat erat kaitannya dengan membantu peserta didik menguasai tugas-tugas perkembanhan sesuai dengan iramma pada setiap priodesasi perkembangannya.

b. Bimbingan Sosial

Peran guru dalam bidang sosial adalah membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di dalam kelompok sehingga dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan cara-cara yang digunakan di dalam berinteraksi tesebut sesuai dengan aturan dan tujuan dalam konteks kehidupan sosial tertentu.

c, Bimbingan Kerier

Peran guru dalam bimbingan karier adalah membantu peserta didik menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik tentang berbagai jenis kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan pengembangan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karier di sekolah/madrasah juga terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Menurut Djam’an Satori dkk, layanan bimbingan karier amat erta kaitannya dengan tiga layanan bimbingan sebelumnya

(21)

karena kecakapan-kecakapan yang dikembangkan di dalam bimbingan belajar, pribadi, maupun sosial akan membantu perkembangan karier peserta didik.26

D. Bimbingan Belajar

Dalam proses pembelajaran, guru sangatlah berperan dalam mencapai hasil belajar. Menurut Abu Ahamadi, peran guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah sebagai berikut: pertama, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinana bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri siswa. Kedua, mengusahakan agar siswa dapat memahami dirinya, sikap, minat, dan pembawaannya serta keterampilan yang dimilikinya. Ketiga, mengembangkan sikap- sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembangan sosialnya ini dapat merugikan didrinya sendiri maupun teman- temannya.Keempat, menyediakan kondisi dan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Kelima, membantu memilih profesi yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya, melalui penyajian materi pelajaran.27

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengetatahuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan oleh staf pengajar (guru) untuk menunjang keberhasilan program pendidikan di sekolah-sekolah di semua jenjang pendidikan.Kita perlu memperhatikan benar-benar bahwa proses belajar mengajar di sekolah pada hakikatnta merupakan rangkaian proses komunikasi antara siswa dan guru. Komunikasi yang berlangsung atas dasar minat, bakat, dan kemampuan dari masing-masing siswa. Proses komunikasi tersebut tidak selamanya berjalan dengan lancar bagi masing-masing individu. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penghambat kelancaran proses kegiatan belajar mengajar tersebut. Disinilah

26 Djam’an Satori dkk, Op.cit, h. 24

27 Abu Ahmadi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rieneke Cipta, 1999), h. 109

(22)

pentingnya peran bimbingan dan kjonseling di sekolah/madrasah. Melalui pengetahuan bimbingan dan konseling inilah para guru mampu mengembangkan sikap dan mengetahui bahwa mengajar tidak semata-mata hanyalah masalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa, melainkan juga bertugas membina dan mengembangkan watak dan kemampuan individual dan sosialnya. Pembinaan tersebut tidak cukup hanya dibatasi dalam ruang dan waktu belajar di kelas, tetapi perlu juga di luaskan sampai di luar sekolah, di masyarakat dan keluarga.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas- tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Allah Swt. Dalam hubungannya dengan bimbingan, konseling merupakan salah satu layanan bimbingan. Bimbingan Konseling meruapakan layanan bimbingan kepada individu untuk membantu mengembangkan diri atau memecahkan masalahnya secara perorangan atau kelompok. Dalam suatu pertalian tatap muka.

2. Peran bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat melalui bimbingan seorang guru/pendidik dalam mendampingi siswa dalam hal: perkembangan belajar, mengenal diri sendiri dan mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi siswa, menentukan cita-cita dan tujuan hidupnya, dan mengatasi masalah-masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah umum dan madrasah. Peran guru/pendidik sebagai tenaga bimbingan dan konseling dapat berupa layanan bimbingan pribadi, layanan bimbingan sosial, bimbingan karier, dan bimbingan belajar

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineke Cipta, 1999.

Akhiar, Saipul Lubis. Pendidikan dalam Konseling Islam, Bandung; Cita Pustaka Media Pritis, 2008.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Duta Ilmu, 2002.

Departemen Pendidikan Nasional, Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:

Direktur Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008 Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia, 2012

Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al Adiim jilid 3. Beirit: al-Khutub al-Ilmiyah, 1999 Jaya, Yahya, Bimbingan Konseling Agama Islam. Padang: Angkasa Raya, 2000.

Juntika, Ahmad Nurihsan, Bimbingan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.

Bandung:PT Rafika Aditama, 1014.

Masud Jubran, Raib al-Tullab. Beirut: Dar al-‘Ilmi al-Malaya, 1967.

Mujud, Abdul dan Yusuf Muzdakir, Psikologi Islam. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Mustafa, Ahmad al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi Juz 28. Beirut: Dar al-Fikri, 1970 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineke

Cipta, 2002

Rahman, Fazial, Islam dan Modernity Tranaformation of on Intellectual Tradition.

Chicago: The Univercity 0f Chicago Press, 1982.

Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia, 2013.

Satori Djam’an, dkk, Profesi Keguruan. Jakarta: UT, 2005.

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Zarkasih, Khamim Putro, dan Suyadi, Bimbingan dan Konseling PAUD. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2016.

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan 3 hal, yaitu: Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk

Kesan keletihan yang dialami sukarelawan juga dilihat memerlukan bantuan dan sokongan daripada organisasi sebagaimana yang dinyatakan oleh Trainor dan Barsky (2011),

TENS dibedakan menjadi tiga tipe yaitu: (1) tipe konvensional dengan spesifikasi sbb; target arus adalah mengaktifasi saraf berdiameter besar, serabut yang

- Bagian akuntansi, mencatat pendapatan penjualan dalam buku harian kas... Karyawan yang mutuya tidak sesuai dengan tanggung jawabnya Setiap penerimaan karyawan baru pada

Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi yang positif dalam kegiatan operasional Kobrew Kopi sesuai dengan rancangan

Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah

Keputusan penyapihan yang dilakukan oleh ibu biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kesibukan ibu yang bekerja, pengetahuan ibu, status kesehatan ibu dan bayi, status

Keharmonisan keluarga adalah keserasian atau keselarasan keluarga yang terdiri dari ibu, bapak, beserta anak-anaknya yang terbentuk dalam ikatan perkawinan dan hidup