• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. METODE PENELITIAN. Universitas Kristen Petra"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

27

3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskiptif dan kausal. Penulis ingin meneliti tentang kepuasan konsumen remaja terhadap lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga pada food court dan fast food restaurants di Surabaya. Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kuantitatif, karena wilayah penelitiannya berupa perilaku sosial, yang memiliki gejala yang tampak, dapat diamati, dapat dikonsepkan dan dapat diukur sebagai variabel-variabel yang muncul di masyarakat (Bungin, 2009, p. 34). Penelitian deskriptif didesain untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik dari populasi suatu fenomena atau kejadian atas pertanyaan penelitian siapa, apa, bilamana, dimana dan bagaimana (Zikmund, 2003, p. 55). Sedangkan penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab – akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi) (Sugiyono 2007, p. 30).

3.2. Gambaran Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya sehingga populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam lain. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.

Penelitian ini menggunakan populasi tak terhingga (infinit), yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kualitatif (Bugis, 2011, p. 111). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan berusia 15-19 tahun yang pernah membeli makanan dan minuman di food court atau fast food restaurants di Surabaya.

(2)

3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2011, p. 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode dari teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling, yaitu pengambilan sampel tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2002, p. 77). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan purposive sampling. Menurut Kuncoro, (2003, p. 19) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penelitian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan keinginan penulis.

Perhitungan jumlah sampel didapat dari rumus slovin untuk mencari banyak sampel yang tak terhingga (Ruslan, 2004, p. 150):

n = (Z∝/2)2 p (1-p) e2 Keterangan:

n = jumlah sampel 𝑍∝/2 = 1,96

p = probabilitas (0,5)

e = taraf kesalahan, disarankan 5%

Berdasarkan rumus tersebut, maka penetapan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

𝑛 = (1,96)2 0.5(1 − 0.5) (0.05)2 = 384 orang

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, sampel dalam penelitian ini didapat sebesar 384 orang, yang dibulatkan keatas menjadi 400 responden dengan estimasi tingkat error sebesar 0,05. Dengan penggunaan purposive sampling, peneliti akan menyebar 400 kuesioner untuk food court dan 400 kuesioner untuk fast food di beberapa tempat seperti food court, fast food restaurants, universitas, sekolah dan secara online.

(3.1)

(3)

29

Adapun kriteria yang dipakai oleh penulis untuk menyaring sampel penelitian yaitu usia responden 15 sampai 19 tahun. Kriteria tersebut ditetapkan berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya bahwa usia ini merupakan masa remaja sering berpergian dengan teman dan mampu memahami pernyataan dan menjawab poin-poin yang ada dalam kuesioner. Selain usia, responden juga pernah melakukan konsumsi makanan atau minuman di food court atau fast food restaurants selama 3 bulan terakhir (Agustus-Oktober 2015).

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian. Data dikonsepkan sebagai segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan keterangan tentang suatu fakta dan fakta tersebut ditemui oleh peneliti di lokasi penelitian (Bungin, 2009, p. 119).

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud numerikal yang dapat dihitung dengan alat- alat statistik (Kusmayadi & Sugiarto, 2000). Dalam penelitian ini, data kuantitatif yang dimaksud adalah angka hasil kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sumber data primer.

Bungin (2009) mendefinisikan data primer sebagai data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (p. 122). Dalam penelitian ini yaitu kumpulan informasi dari responden secara langsung dari kuesioner yang disebarkan.

3.4. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah survey method. Informasi diperoleh melalui jawaban-jawaban yang diberikan oleh pihak yang mengisi pertanyaan yang disediakan. Disebut juga questionnaire method, karena merupakan salah satu teknik terstruktur dalam mengumpulkan data yang terdiri dari sejumlah pertanyaan, baik

(4)

tertulis maupun lisan, yang dijawab oleh responden (Malhotra, 2004, p.280).

Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu mengenai profil responden dan pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian.

Penelitian ini menggunakan struktur pertanyaan closed-ended question, yaitu responden hanya tinggal memilih jawaban yang sudah tersedia dengan menggunakan skala Likert yang diukur dalam 5 point sebagai berikut:

Skala 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Skala 2 = Tidak Setuju (TS)

Skala 3 = Netral (N) Skala 4 = Setuju (S)

Skala 5 = Sangat Setuju (SS)

Adapun prosedur pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner dijelaskan sebagai berikut :

1. Memastikan kuesioner yang dibuat jelas dan mudah dipahami oleh responden.

2. Membagikan kepada remaja yang pernah makan di food court atau fast food restaurants wilayah Surabaya dengan kapasitas 400 kuesioner untuk food court dan 400 kuesioner untuk fast food restaurants.

3. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

4. Ketika selesai responden dapat mengembalikkannya kepada penulis.

5. Kuesioner tersebut dipilah dan diperiksa untuk kelayakan data yang akan dipakai.

Jawaban responden yang dinyatakan valid akan dimasukkan ke dalam tabel untuk diolah lebih lanjut menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) for windows.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini akan dilakukan di food court dan fast food restaurants. Food court merupakan area pada sebuah pusat belanja atau mall berupa ruangan besar dan luas yang terdiri dari gerai – gerai dimana para penjualnya menjual berbagai jenis makanan dan minuman yang dilengkapi dengan area makan bersama, dengan contoh food court yang berada di Galaxy Mall, Ciputra World, Tunjungan Plaza, Grand City, dan PTC. Sedangkan, fast food restaurants adalah restoran yang

(5)

31

memiliki pelayanan cepat dan keterbatasan menu misalnya KFC, McDonald’s, Hoka Hoka Bento, dan AW. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable), dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2002, p. 33). Sedangkan, variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2002, p. 33). Variabel bebas dan variabel terikat yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Fisik (X1)

Lingkungan fisik adalah lingkungan fisik food court atau fast food restaurants yang didesain untuk kebutuhan karyawan dan konsumen.

Pengukuran variabel ini dilihat berdasarkan indikator : a. Ambient Conditions

Merupakan karakteristik lingkungan yang berkenaan dengan kelima indera atau suasana non-visual, kondisi latar belakang lingkungan pelayanan di food court atau fast food restaurants.

 Pencahayaan yang cukup di food court atau fast food restaurants

 Udara di food court atau fast food restaurants sejuk

 Alunan musik yang sesuai dengan suasana food court atau fast food restaurants

 Keserasian warna pada lingkungan fisik food court atau fast food restaurants

b. Spatial layout and functionality

Merupakan cara peralatan dan perabotan disusun, dan kemampuan barang-barang untuk memfasilitas kenikmatan konsumen di food court atau fast food restaurants.

 Pengaturan meja dan kursi yang membuat konsumen mudah bergerak

 Ornamen fisik (tanaman, hiasan dinding) yang tidak mengganggu c. Signs, symbols, and artifacts

Merupakan dekorasi yang digunakan untuk berkomunikasi dan meningkatkan citra tertentu atau suasana hati, atau untuk mengarahkan

(6)

konsumen untuk tujuan yang diinginkan di food court atau fast food restaurants.

 Kejelasan penempatan papan petunjuk (seperti, dilarang merokok, tempat merokok, toilet)

 Papan nama restoran atau nama stan terlihat jelas 2. Kualitas layanan (X1)

Kualitas layanan adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan ketika berada di food court atau fast food restaurants. Pengukuran variabel ini berdasar indikator:

a. Tangible (Berwujud)

Berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan material yang dipasang di food court atau fast food restaurants.

 Lingkungan (lantai, tembok) bersih

 Peralatan makan bersih

 Meja dan kursi bersih

 Penampilan karyawan bersih dan rapi b. Reliability (Kehandalan)

Kemampuan karyawan food court atau fast food restaurants untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan handal dan akurat.

 Penyajian tepat sesuai pesanan

 Menu makanan yang ditawarkan selalu tersedia

 Karyawan mampu menyelesaikan komplain dari konsumen c. Responsiveness (Daya Tanggap)

Kesadaran dan keinginan karyawan food court atau fast food restaurants untuk membantu pelanggan dan memberi jasa dengan cepat.

 Dapat menerima saran maupun kritik dari konsumen

 Pelayanan yang diberikan cepat

 Karyawan walaupun dalam keadaan sibuk tetap bersedia membantu konsumen

 Karyawan bersedia menjawab semua pertanyaan konsumen

 Karyawan cepat dalam membersihkan dan merapikan meja

(7)

33 d. Assurance (Kepastian)

Pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan food court atau fast food restaurants untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan.

 Pelayan menguasai pengetahuan tentang produk yang dijual

 Konsumen merasa aman saat melakukan pembayaran

 Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan

 Karyawan menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap pelayanan yang diberikan

e. Empathy (Empati)

Kepedulian dan perhatian secara pribadi yang diberikan karyawan food court atau fast food restaurants kepada konsumen, kenyamanan selama beroperasional, dan memberikan kelengkapan makanan yang seharusnya.

 Karyawan fokus ketika melayani konsumen

 Karyawan memperlakukan konsumen dengan penuh perhatian

 Karyawan selalu mengutamakan kepentingan konsumen

 Karyawan memahami kebutuhan konsumen

 Adanya waktu operasional yang nyaman 2. Kualitas Makanan (X3)

Kualitas makanan adalah kemampuan makanan untuk menjalankan fungsinya termasuk keseluruhan produk, keandalan, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan perbaikan, dan atribut lainnya yang dirasakan konsumen ketika berada di food court atau fast food restaurants.

a. Kualitas dalam hal rasa

Merupakan kualitas rasa yang dijaga dengan baik sesuai cita rasa yang diinginkan konsumen di food court atau fast food restaurants.

 Memiliki rasa makanan yang enak b. Kuantitas atau porsi

Merupakan kuantitas atau porsi masakan yang sesuai dengan keinginan konsumen di food court atau fast food restaurants.

 Memiliki porsi yang cukup c. Higienitas atau kebersihan

(8)

Merupakan kebersihan makanan di food court atau fast food restaurants terjaga.

 Makanan memiliki higienitas yang terjaga dengan baik d. Variasi menu dan variasi jenis makanan

Merupakan variasi menu masakan yang disajikan terdiri dari bermacam – macam jenis masakan di food court atau fast food restaurants.

 Food court atau fast food restaurants memiliki variasi jenis makanan yang beragam

3. Harga (X2)

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen ketika mendapatkan produk atau jasa yang ditawarkan di food court atau fast food restaurants. Pengukuran variabel ini dilihat berdasarkan indikator:

a. Nilai adalah harga murah

Merupakan kelompok konsumen food court atau fast food restaurants yang memiliki anggapan bahwa harga murah merupakan nilai yang paling penting sedangkan kualitas merupakan nilai dengan tingkat kepentingan yang lebih rendah.

 Harga yang ditawarkan terjangkau

 Adanya paket makanan dan minuman dalam satu harga b. Nilai adalah harapan terhadap produk

Konsumen di food court atau fast food restaurants yang lebih mementingkan dapat memuaskan keinginan.

 Harga yang dibayarkan sesuai dengan cita rasa yang diharapkan

 Harga yang dibayarkan sesuai dengan porsi yang diharapkan c. Nilai adalah kualitas yang dibayar

Konsumen di food court atau fast food restaurants yang memiliki pemikiran bahwa kualitas adalah yang diterima sesuai harga yang dibayar.

 Harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas produk d. Nilai adalah manfaat yang diterima atas apa yang diberi

Konsumen di food court atau fast food restaurants yang memandang nilai berdasarkan manfaat yang diterima dibandingkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan.

(9)

35

 Harga yang ditetapkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan 3. Kepuasan Remaja (Y)

Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa konsumen food court atau fast food restaurants terhadap suatu produk setelah pelanggan tersebut membandingkan kinerja produk tersebut dengan harapannya.

Pengukuran variabel ini berdasar indikator:

 Konsumen mempunyai pengalaman yang baik ketika makan di food court atau fast food restaurants

 Kinerja food court atau fast food restaurants sesuai dengan harapan konsumen

 Secara keseluruhan konsumen puas terhadap food court atau fast food restaurants.

3.6. Teknik Analisis Data 3.6.1. Uji Validitas

Menurut Kuncoro (2003, p. 151), uji validitas dapat menunjukkan sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang digunakan melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi secara parsial dari masing-masing indikator dengan total skor variabel yang diteliti. Jika berhasil korelasi tersebut menunjukkan signifikansi ≤ 0,05 maka butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan signifikan (Sarwono, 2005, p. 67).

Dalam penelitian ini, uji validitas akan dihitung dengan menggunakan Pearson product moment yang dikerjakan dengan bantuan program SPSS. Rumus uji validitas menggunakan korelasi pearson, yaitu:

Rxy= n (∑xy)-(∑x∑y)

√{n∑x2− (∑X)2}{n∑y2-(∑y)2} Keterangan :

X = Skor pertama, dalam hal ini X merupakan skor-skor pada item instrument ke i yang akan diuji validitasnya.

Y = Skor kedua, dalam hal ini Y merupakan jumlah skor yang diperoleh tiap responden.

(3.2)

(10)

Item pertanyaan dikatakan valid jika r pearson > r tabel (n, α) atau signifikansi dari r pearson < α (0,05).

3.6.2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006), reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik.

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan tertentu. Uji reliabilitas ini menggunakan uji statistik Cronbach’s Alpha, dimana suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha () adalah di atas 0,6.

Rumus dari Cronbach’s Alpha menurut Umar (2003) adalah sebagai berikut:

𝛼 = ( 𝑘

𝑘−1) (1 −∑𝛿𝑏

2

𝛿𝑡2 ) (3.3)

Keterangan :

𝛼 = reliabilitas instrumen 𝑘 = banyaknya butir pertanyaan 𝛿𝑡2 = varians total

∑𝛿𝑏2 = jumlah varian butir

3.6.3. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2007), ada beberapa macam uji klasik yang biasa digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat problem multikolinearitas atau tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Metode untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF >10.

(11)

37 2. Uji Normalitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki kontribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis diagonal.

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak heterokedastisitas.

Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan korelasi rank spearman antara variabel bebas dengan nilai residual. Jika korelasi rank spearman antara variabel bebas dengan nilai residual menghasilkan nilai signifikansi > 0.05 (α=5%), maka disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4. Analisa Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran obyektif mengenai obyek penelitian serta untuk mengetahui seberapa banyak responden menyatakan hal yang sama terhadap suatu obyek pertanyaan (Malhotra, 2004). Teknik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan profil responden, agar dihasilkan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram serta perhitungan pengukuran tendensi sentral (mean) dan penyebaran data (standar deviasi).

3.6.4.1. Rata-rata (Mean)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata (mean) adalah :

(12)

(3.4) Keterangan:

n = banyaknya data yang ada xi = data ke i

N

∑ Xi = jumlah keseluruhan data

i=1

Untuk menganalisa kuesioner yang menggunakan skala Likert 5 poin, penulis menggunakan interval kelas untuk memperjelas kategori skala dan mempermudah dalam menganalisa tiap pertanyaan berdasarkan rata-rata (mean) yang didapat. Rumus mencari interval kelas menurut Kohler (2002, p. 171) adalah:

Interval kelas = Nilai tertinggi−Nilai terendah

Jumlah kelas (3.5)

Sehingga, interval kelasnya adalah : (5-1)/5 = 0,8

Dengan interval kelas 0,8 maka kriteria penilaian terhadap nilai rata-rata (mean) jawaban responden adalah sebagai berikut:

1,00–1,80 Sangat Tidak Puas 1,81-2,60 Tidak Puas

2,61-3,40 Netral 3,41-4,20 Puas

4,21-5,00 Sangat Puas

3.6.4.2. Standard Deviasi

Standar deviasi adalah adalah ukuran penyimpangan yang diperoleh dari akar kuadrat dari rata-rata jumlah kuadrat deviasi antara masing-masing nilai dengan rata-ratanya (Kuncoro, 2003). Standar deviasi menurut Santoso (2006, p.

113) digunakan untuk mengetahui keragaman dari responden. Semakin kecil nilai

(13)

39

standar deviasi maka semakin homogen jawaban responden. Sebaliknya semakin besar nilai standar deviasi, maka semakin beragam (heterogen) jawaban responden.

(3.6)

3.6.5. Analisa Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas (Sarwono, 2005, p. 79). Dalam penelitian ini, analisa regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas yaitu lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga terhadap variabel terikat kepuasan konsumen remaja. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut (Umar, 2003, p. 174):

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β 4X4 + e (3.7) Keterangan:

Y = kepuasan konsumen remaja α = konstanta (intercept)

β1= koefisien regresi variabel lingkungan fisik β2= koefisien regresi variabel kualitas layanan β3= koefisien regresi variabel kualitas makanan β4= koefisien regresi variabel harga

X1= variabel bebas (independent variable)/ penilaian konsumen remaja terhadap lingkungan fisik di food court atau fast food restaurants X2= variabel bebas (independent variable)/ penilaian konsumen remaja

terhadap kualitas layanan di food court atau fast food restaurants X3= variabel bebas (independent variable)/ penilaian konsumen remaja

terhadap kualitas makanan di food court atau fast food restaurants X4= variabel bebas (independent variable)/ penilaian konsumen remaja

terhadap harga di food court atau fast food restaurants e= standard error

(14)

Apabila nilai koefisien β positif (+), maka menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dan variabel terikat. Artinya, peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan apabila nilai koefisien β negative (-), maka menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas, akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya (Sugiyono, 2002).

3.6.6. Analisa Koefisien Korelasi Berganda (R)

Koefisien korelasi berganda (R) digunakan untuk mengukur kekuatan pengaruh antara lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga.

Rumus koefisien korelasi berganda apabila dihitung secara manual ditunjukkan sebagai berikut (Malhotra, 2005, p. 538) :

𝑅 = √𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆𝑦 (3.8) Keterangan:

R = koefisien korelasi berganda SSreg = regression sum of squares SSy = Total sum of squares

Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 = R = 1 (Sarwono, 2005, p. 64) : 1. Apabila R = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat berlawanan arah (negatif)

2. Apabila R = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat lemah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali

3. Apabila R = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat searah (positif)

(15)

41

Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Kriteria angkanya adalah sebagai berikut (Sarwono, 2005, p. 66):

1. Bila 0 ≤ R ≤ 0,25 =menunjukkan korelasi yang sangat lemah (tidak ada)

2. Bila 0,25 ≤ R ≤ 0,50 =menunjukkan korelasi cukup 3. Bila 0,50 ≤ R ≤ 0,75 =menunjukkan korelasi kuat 4. Bila 0,75 ≤ R ≤ 1 =menunjukkan korelasi sangat kuat

3.6.7. Analisa Koefisien Determinasi Berganda (R2) dan adjusted R2

R2 digunakan untuk mengetahui proporsi pengaruh atau kontribusi lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga terhadap kepuasan konsumen. Penelitian ini menggunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi karena jumlah variabel bebas lebih dari 2 (Santoso, 2006). Rumus R2 apabila dihitung secara manual ditunjukkan sebagai berikut (Malhotra, 2005, p. 538):

𝑅2 = √𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆𝑦 atau R2 = (R)2 (3.9) Keterangan :

R2 = koefisien determinasi majemuk R = koefisien korelasi majemuk SSreg = regression sum of squares SSy = total sum of squares

Nilai R2 bervariasi antara 0 hingga 1 (Sarwono, 2005, p. 83), yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Apabila R2 = 0 atau mendekati 0, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak ada atau lemah.

2. Apabila R2 = 1 atau mendekati 1, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat kuat

(16)

3.7. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji signifikasi hubungan antara variabel x dan variabel y (Sugiyono, 2002), sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan uji signifikansi secara simultan (F), dan secara parsial (T).

3.7.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama- sama terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003, p. 219). Regresi berganda uji F memiliki peran menyeluruh bagi model. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah :

1. Menentukan hipotesis, di mana hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian adalah:

H0= tidak ada pengaruh yang signfikan secara serentak dari variabel lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga terhadap kepuasan konsumen.

H1= ada pengaruh signifikan secara serentak dari variabel lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan dan harga terhadap kepuasan konsumen.

2. Mencari nilai Fhitung

3. Mencari nilai Ftabel

4. Membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel, kemudian menentukan penerimaan atau penolakan dugaan atas dasar hipotesa kerja.

Syarat-syarat mengenai daerah permintaan dan penolakan hipotesis adalah:

1. Tingkat signifikansi ditetapkan sebesar 5%

2. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis, yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel:

a. Bila Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Bila Fhitung> Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

(17)

43 3.7.2. Uji Signifikansi Individual (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh signifikan suatu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003, p. 218). Regresi berganda uji t menilai masing-masing variabel bebas yang ada. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah :

1. Menentukan hipotesis, di mana hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah:

H0= tidak ada pengaruh yang signfikan secara parsial dari masing- masing variabel, yaitu lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan, dan harga terhadap kepuasan konsumen.

H1= ada pengaruh yang signfikan secara parsial dari masing-masing variabel, yaitu lingkungan fisik, kualitas layanan, kualitas makanan, dan harga terhadap kepuasan konsumen.

2. Mencari nilai thitung

3. Mencari nilai ttabel

4. Membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel, kemudian menentukan penerimaan atau penolakan dugaan atas dasar hipotesa kerja.

Syarat-syarat mengenai daerah permintaan dan penolakan hipotesis adalah:

1. Tingkat signifikansi ditetapkan sebesar 5%

2. Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis, yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai ttabel:

a. Bila thitung< ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Bila thitung> ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.7.3. Independent Sample t-test

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan konsumen remaja yang signifikan ketika berada di food court dan fast food restaurants, dilakukan uji independent Sample t-test. Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent Sample t-test, ada dua rumus yaitu untuk varian equal (sama) dan untuk varian unequal (tidak sama). Untuk menentukan apakah varian dalam populasi tersebut equal atau unequal dilakukan pengujian dengan Levene’s Test for equality of Variances (Uji F) dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

(18)

Ho: varian equal = probabilitas > level of significant (α = 0.05), maka Ho ditolak.

H1 : varian unequal = probabilitas < level of significant (α = 0,05), maka H1 ditolak Apabila populasi varian diasumsikan sama (equal) atau probabilitas > level of significant (α = 0.05), maka nilai t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2006, p. 135) :

𝑋1

̅̅̅ − 𝑋̅̅̅2

√(𝑛1 − 1)𝑠2 1 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2 𝑛1 + 𝑛2 − 2 ( 1

𝑛1 + 1 𝑛2 )

Keterangan : 𝑋1

̅̅̅ = rata – rata kelompok 1 (food court) 𝑋2

̅̅̅ = rata – rata kelompok 2 (fast food restaurants) t = nilai t hitung

n1 = jumlah sampel kelompok 1 (food court)

n2 = jumlah sampel kelompok 2 (fast food restaurants) 𝑠2 1 = varian kelompok 1 (food court)

𝑠2 2 = varian kelompok 2 (fast food restaurants)

Populasi varian yang diasumsikan tidak sama (unequal) atau probabilitas < level of significant (α = 0,05), maka perhitungan nilai t relatif sama dengan nilai Z, perbedaannya terletak pada varian sampel nilai t dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑡 = ̅̅̅ − 𝑋𝑋1 ̅̅̅2

√𝑠12 𝑛1+𝑠22

𝑛2

Keterangan : 𝑋1

̅̅̅ = rata-rata sampel 1 𝑋2

̅̅̅ = rata-rata sampel 2 𝑠12 = varian 1 (food court)

𝑠22 = varian 2 (fast food restaurants) 𝑛1 = jumlah data 1 (food court)

t = (3.10)

(3.11)

(19)

45 𝑛2 = jumlah data 2 (fast food restaurants)

Setelah mengetahui varian populasi, maka selanjutnya dilakukan pengujian perbedaan kepuasan konsumen remaja di food court dan fast food restaurants.

Perbedaan kepuasan konsumen remaja di food court dan fast food restaurants dilakukan dengan langkah – langkah berikut:

a. Merumuskan hipotesis statistik

Ho : Food court = fast food restaurants, berarti tidak dapat perbedaan kepuasan konsumen remaja antara food court dan fast food restaurants di Surabaya Hi : Food court ≠ fast food restaurants, berarti terdapat perbedaan kepuasan

konsumen remaja antara food court dan fast food restaurants di Surabaya b. Menentukan nilai kritis (ttabel)

Dipilih level of significant : 0,05 (5%)

Untuk memudahkan perhitungan dan menghindari kesalahan hitung, maka untuk pengolahan datanya dipergunakan program komputer SPSS.

c. Mencari nilai statistik t (thitung).

Untuk menghindari kesalahan hitung dala pengolahan data, maka nilai thitung

dicari dengan bantuan perangkat lunak komputer program SPSS.

d. Kriteria pengujian :

Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria pengujian untuk uji dua sisi (two tailed), yaitu:

Ho ditolak, bila thitung > ttabel atau thitung < - ttabel

Ho diterima, bila –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel

Referensi

Dokumen terkait

Di era modern ini, fashion menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan muda

Organizational Citizenship Behavior (OCB) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT Pegadaian (Persero) di Jawa Timur, Untuk mengetahui budaya organisasi,

Sebagai alat analisis untuk keandalan sistem dapat digunakan beberapa jenis metoda yang u m u m dipakai yaitu analisis pohon kegagalan (fault tree- analysis), HAZOP (Hazard

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Pemikiran dasar dari tehnik ini adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk berbagi dengan

Perahu naga adalah satu tradisi penting yang ada pada etnis Tionghoa karena perahu naga merupakan perayaan yang dilakukan untuk mengenang atau memperingati menteri Qu Yuan

Gambar 4 menunjukkan bahwa pada aplikasi sistem sosialisasi jamu, user dapat melihat katalog bahan jamu, memainkan permainan resep sederhana, melihat informasi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arista dkk, (2015) pada tanaman tebu menunjukkan bahwa pemberian silika dapat meningkatkan kerapatan stomata yang menyebabkan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka Desain Sistem Informasi Penilaian Kinerja akademik dosen yang telah diuji oleh STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang, dapat