• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Bacaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ringkasan Bacaan."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Anemia Mikrositik

(2)

Ringkasan Bacaan

https://www.researchgate.net/profile/Tungki-Pratama-Umar

(3)

Definisi

Anemia

Penurunan massa sel darah merah.

Kriteria World Health Organization (WHO), Hemoglobin (Hb) :

< 12,0 g/dL ( )

<13,0 g/dL ( )

Anemia mikrositik

Anemia dengan produksi sel darah merah lebih kecil

dibandingkan kondisi normal.

Sintesis hemoglobin (Hb) pada prekursor eritroid ↓ → mean corpuscular volume (MCV)↓

Camaschella C. Br J Haematol. 2013;160:12–24. 3

Cappellini MD, Motta I. Semin Hematol. 2015;52(4):261–9.

DeLoughery TG. N Engl J Med. 2014;371:1324–31.

(4)

Etiologi

• Kurangnya produk globin (thalassemia),

• Hambatan hantaran besi ke gugus heme pada hemoglobin (anemia inflamasi/penyakit kronik),

• Kurangnya hantaran besi ke gugus heme (anemia defisiensi besi),

• Defek sintesis gugus heme (anemia sideroblastik).

Matos JF, et. al. Rev Bras Hematol Hemoter. 2016;38(3):214–9. 4

DeLoughery TG. N Engl J Med. 2014;371:1324–31.

(5)

Algoritma Diagnosis

5

Van Vranken M. Am Fam Physician. 2010;82(9):1117–22.

(6)

ANEMIA DEFISIENSI BESI

(7)

Definisi

Anemia yang timbul akibat kekosongan cadangan besi tubuh (depleted iron store)

→ penyediaan besi untuk eritropoesis ↓

→ Hb ↓

7

Etiologi

Perdarahan menahun (sal. cerna, genitalia wanita, sal. kemih, sal.

nafas)

Faktor nutrisi

Kebutuhan besi ↑

Gangguan absorpsi besi

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. 1st ed. 2012.

(8)

Patogenesis

• Penurunan cadangan besi

• Iron depleted state → Iron deficient erythropoiesis →

Anemia hipokromik mikrositer (Iron deficiency anemia).

• Disertai kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim → gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. 2014. p. 2589–99. 8

Nielsen OH, et. al. Nutrients. 2018;10:82.

(9)

Klasifikasi

9

Normal Deplesi besi Eritropoesis defisiensi besi

Anemia defisiensi besi

Cadangan besi 1+ - 3+ 0 – 1+ 0 0

Ferritin serum (μg/L)

50-200 <20 <15 <15

TIBC (μg/dL) 300-360 >360 >380 >400

Besi (μg/dL) 50-150 Normal <50 <30

Saturasi

transferin (%)

30-50 Normal <20 <10

Sideroblas (%) 40-60 Normal <10 <10

Protoporfirin RBC (μg/dL)

30-50 Normal >100 >200

Morfologi RBC Normal Normal Normal Mikrositik/

Hipokrom

Adamson JW. Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias. In: Longo DL, editor. 2016. p. 72–81.

(10)

Diagnosis

10

Anamnesis

• Gejala umum: badan lemah, lesu, cepat lelah, iritabilitas, sulit

memusatkan perhatian, palpitasi, nyeri kepala, rasa sesak, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.

• Pica (perilaku makan menyimpang)

• Riwayat perdarahan saluran cerna lama atau menstruasi berlebihan

• Riwayat makanan (vegetarian)

Pemeriksaan Fisik

• Pasien tampak pucat, konjungtiva anemis.

• Koilonikia: kuku sendok

• Atrofi papil lidah

• Stomatitis (cheilitis) angularis

• Disfagia

• Atrofi mukosa gaster

• Sindrom Plummer-Vincent (Paterson Kelly) → anemia

hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia sideropenik.

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. 1st ed. 2012.

(11)

Diagnosis (Penunjang)

11

Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fL dan MCHC < 31 % dengan salah satu dari parameter berikut:

1. Dua dari tiga:

– Besi serum <50 mg/dl – TIBC >350 mg/dl

– Saturasi transferin: <15%.

2. Feritin serum <20 μg/dL

3. Pengecatan sumsum ulang dengan biru prusia (Perls’ stain) menunjukkan cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negatif

4. Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar

hemoglobin lebih dari 2 g/dL.

RDW (red cell distribution width) ↑

Apusan darah: anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilosirosis,

anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target.

Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.

Protoporfirin eritrosit meningkat (>100 pg/dl).

Pada laboratorium maju: reseptor transferin

Pemeriksaan feses untuk cacing tambang

Pemeriksaan darah samar dalam feses, endoskopi, barium intake, barium inloop

Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. 1st ed. 2012.

Camaschella C, Hoffbrand AV, Hershko C. Iron metabolism, iron deficiency and disorders of haem synthesis. In:

Hoffbrand AV, Higgs DR, Keeling DM, Mehta AB, editors. 2016. p. 31–9.

(12)

Tatalaksana

Terapi kausal

Preparat besi Terapi Besi Oral

Terapi pilihan pertama

Preparat: ferrous sulphate (sulfas ferosus), anjuran: 3 x 200 mg.

Preparat lain: ferrous gluconate, ferrous fumarate, ferrous lactate dan ferrous succinate.

Diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang menganjurkan sampai 12 bulan. Dosis pemeliharaan: 100 sampai 200 mg

12

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. 2014. p. 2589–99.

(13)

Tatalaksana

Terapi besi parenteral.

Sangat efektif, risiko lebih besar, harga lebih mahal.

Indikasi: (1) intoleransi besi oral; (2) kepatuhan rendah; (3)

gangguan pencernaan yang dapat kambuh jika diberikan besi; (4) penyerapan besi terganggu; (5) kehilangan darah yang banyak; (6) kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek; (7) defisiensi besi fungsional relatif

Preparat: iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron sorbitol citric acid complex, iron ferric gluconate dan iron sucrose.

Pengobatan lain

Diet tinggi protein hewani.

Vitamin C: 3 x 100 mg/hari → meningkatkan absorposi besi.

Transfusi darah: Jarang diperlukan. Jenis darah: PRC (packed red cell). Premedikasi: furosemid intravena.

13

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. 2014. p. 2589–99.

(14)

Algoritma Tatalaksana

14

Killip S, Bennett J, Chambers M. Am Fam Physcian. 2007;75(5):671–8.

(15)

Thalassemia

(16)

Definisi

• Kelompok heterogen yang anemia

herediter yang ditandai oleh defek sintesis satu atau lebih subunit rantai globin.

• Sindroma klinik yang terkait dengan thalassemia timbul dari gabungan

konsekuensi dari produksi Hb yang tidak memadai serta akumulasi subunit globin yang tidak seimbang.

16

Chapin J, Giardina PJ. Thalassemia Syndromes. In: Hoffman R, Benz EJ, Silberstein LE, Heslop HE, Weitz JI, Anastasi J, et al., editors. 2017. p. 546–70.

(17)

Etiopatogenesis

Varian struktural, ditandai oleh produksi rantai globin abnormal;

Thalassemia karena defek kuantitatif dalam sintesis satu atau lebih rantai globin;

Hemoglobin fetal persisten herediter.

Dapat ditemukan pada sejumlah varian hemoglobin struktural serta thalassemia yang dicirikan dengan peningkatan kadar HbF.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2017. Available from: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan- 17

darah/faktor-risiko-penurunan-dan-klasifikasi-thalassemia

(18)

Etiopatogenesis

Faktor paling penting: presipitasi rantai globin tunggal yang berlebihan

akibat kurangnya pasangan lainnya untuk membentuk molekul hemoglobin.

18

Defisiensi sintesis globin- β

HbA ↓ + globin-α bebas ↑

HbA ↓ → MCH dan MCV ↓

globin-α bebas ↑ → eritropoiesis inefektif

Defisiensi sintesis globin- α

Globin-β dan γ bebas

Kerusakan eritrosit >

prekursor eritroid.

Klinis lebih berupa anemia hemolitik

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Borgna-Pignatti C, Galanello R. Thalassemias and Related Disorders: Quantitative Disorders of Hemoglobin Synthesis. In: Greer JP, Arber DA, Glader B, List AF, Means Jr. RT, Paraskevas F, et al., editors. 2013.

(19)

Klasifikasi

Kelainan genetik:

Thalassemia -β

Thalassemia -α

Thalassemia -α β Klasifikasi Klinis:

Thalassemia mayor → transfusi darah rutin seumur hidup.

Thalassemia intermedia → perlu transfusi darah, tetapi tidak rutin.

Thalassemia minor/trait/pembawa sifat: Tidak bergejala dan tidak butuh transfusi darah.

19

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2017. Available from: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan- darah/faktor-risiko-penurunan-dan-klasifikasi-thalassemia

(20)

Diagnosis

20

Anamnesis

Pucat kronik

Riwayat transfusi berulang

Riwayat keluarga dengan thalasemia dan transfusi berulang.

Perut buncit

Etnis dan suku tertentu

Riwayat tumbuh kembang dan pubertas terlambat.

Pemeriksaan Fisik

Thalasemia-α

Silent carrier: Gejala klinis tidak berarti

Thalasemia-α trait: Gejala sangat minimal

HbH: Gejala ringan

Hidrops Fetalis HbBart: Umumnya letal

Thalasemia-β

Minor: Biasanya asimptomatik

Intermedia: Transfusi akut, tidak rutin

Mayor: Kulit pucat, hepatosplenomegali,

deformitas tulang, hair-on-end appearance, wajah seperti tikus (mongolian face), tulang pipih

melebar, neuropati optik, osteoporosis,

kolelitiasis (4-23%), komplikasi tromboemboli, hiperkoagulasi kronik.

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

(21)

Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer lengkap (DPL)

• Gambaran darah tepi

• High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

• Elektroforesis Hemoglobin

• Analisis DNA

21

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. HK.01.07/MENKES/1/2018

(22)

Tatalaksana

Transfusi darah

• Menekan hematopoiesis ekstramedular dan mengoptimalkan tumbuh kembang.

• Dilakukan apabila dari pemeriksaan laboratorium terbukti pasien

menderita thalassemia mayor, atau apabila Hb 2 minggu, tanpa adanya tanda infeksi atau didapatkan nilai Hb <7gr/dL

• Pemberian transfusi darah didasari nilai Hb.

• Target pra kadar Hb post-transfusi tidak melebihi dari 14-15 g/dL,

sedangkan kadar Hb pratransfusi berikutnya diharapkan tidak kurang dari 9,5 mg/dL.

• Jenis produk darah: washed erythrocyte (WE) atau PRC leukodepleted,

22

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. HK.01.07/MENKES/1/2018

(23)

Tatalaksana

Kelasi besi

Detoksifikasi kelebihan besi

Pemberian kelasi besi dimulai bila kadar feritin serum darah sudah mencapai 1000 ng/mL, atau saturasi transferin

>70%, atau apabila transfusi sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5 liter.

23

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. HK.01.07/MENKES/1/2018

Variabel Deferoksamin Deferipron Deferasiroks

Berat molekul 657 139 373

Molekul pengikat

Heksadentat Bidentat Tridentat Dosis

(mg/kg/hari)

30-50, SC atau IV

75-100, oral, 3x/hari

20-30, oral, 1x/hari

Waktu paruh 20-30 menit 3-4 jam 12-16 jam Efek samping Toksisitas

pada mata, telinga,

gangguan pertumbuhan , reaksi lokal, alergi

Gangguan gastro- intestinal, arthralgia, agranulositosi s

Gangguan gastro- intestinal, rash,

toksisitas

mata dan

telinga,

peningkatan kreatinin

Ekskresi Urine dan

feses

Urine Feses

(24)

Anemia Penyakit Kronis

(25)

Definisi

Anemia hipoproliferatif

Respons terhadap infeksi kronis, aktivasi kekebalan kronis dan keganasan (hingga lebih dari 1-2 bulan)

Tampilan: kadar Hb 7-11 g/dL, besi

serum menurun, TIBC rendah, cadangan besi jaringan tinggi, serta penurunan

produksi sel darah merah.

25

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Bagchi A, Bagchi AS. Anaemia of Chronic Disease: Current Update. In: Muruganathan A, Bansode BR, editors. 2017. p. 441–6.

(26)

Etiopatogenesis

26

Penyakit Terkait Estimasi prevalensi (%) Infeksi (akut dan kronik): infeksi virus, meliputi

infeksi HIV, bakteri, parasit, jamur 18 – 95

Kanker (hematologi, tumor padat) 30-77

Autoimun (artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, penyakit jaringan lunak, vaskulitis, sarkoidosis, inflammatory bowel disease)

8 – 71

Penolakan kronik setelah transplatasi organ 8 – 70 Penyakit ginjal kronik dan inflamasi 25 – 30

Madu A, Ughasoro M. Med Princ Pr. 2017;26:1–9.

(27)

Etiopatogenesis

• Gangguan homeostasis besi dengan inflamasi

• Dikaitkan dengan peran Hepsidin dan sitokin

• Penurunan produksi Eritropoietin (EPO)

• Pengurangan Respons Eritroid (Gangguan proliferasi sel EP)

Bagchi A, Bagchi AS. Anaemia of Chronic Disease: Current Update. In: Muruganathan A, Bansode BR, editors. 2017. p. 441–6. 27

Weiss G, Goodnough L. N Engl J Med. 2005;352:1011–23.

(28)

Diagnosis

28

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala klinis, termasuk penyakit yang mendasari

Eksklusi jenis anemia lain

Cek adanya infeksi kronis

Riwayat terapi imunosupresif

Gejala: malaise, mudah lelah, nyeri otot

(myalgia), gejala hipotensi ortostatik (pusing, nyeri kepala), sinkop, palpitasi, gangguan tidur, hingga hilangnya nafsu makan.

Pemeriksaan fisik: kulit pucat, fungsi

neurologi dan kognitif terganggu, hipotensi ortostatik, aritmia, takipneu,

hepatosplenomegali

Pemeriksaan Penunjang

Parameter besi

Serum ferritin

Studi sumsum tulang

Darah perifer lengkap

Kadar free protoporphyrin ↑

Peningkatan kadar fibrinogen,

seruloplasmin, haptoglobin, C-reative protein (CRP), orosomukoid, C3, dan amyloid A protein

Kondisi negative nitrogen balance

Rasio konsentrasi reseptor transferin serum (fRTs) terhadap log ferritin

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Wicinski M, et.al. Nutrients. 2020;12:1784.

Cullis J. Br J Haematol. 2011;154:289–300.

Ganz T. Anemia of chronic disease. In: Provan D, Gribben J, editors. Molecular Hematology. 4th ed. 2019. p. 155–60.

(29)

Algoritma Diagnosis

29

Weiss G, Goodnough L. N Engl J Med. 2005;352:1011–23.

𝑆𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟𝑖𝑛 = 𝑆𝐼

𝑇𝐼𝐵𝐶 𝑥 100%

(30)

Tatalaksana

Prinsip utama: mengobati penyakit penyebab dan mensuplementasi defisiensi Transfusi darah

Pada kasus yang disertai gangguan hemodinamik, terutama pada kadar Hb < 8 g/dL yang disertai dengan perdarahan. Kadar Hb dipertahankan pada 10 sampai 11 g/dL untuk menjamin fungsi hemodinamik yang optimal

Preparat besi

Masih kontroversial

Efek negatif: meningkatkan risiko bakteremia, mengganggu sistem imun, membentuk gugus hidroksil radikal yang negatif

Efek positif: Penghambatan sekresi TNF-α (menghambat patogenesis penyakit)

Rekomendasi: dapat diberikan bila disertai defisiensi besi yang nyata.

30

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

Weiss G, Goodnough L. N Engl J Med. 2005;352:1011–23.

Madu A, Ughasoro M. Med Princ Pr. 2017;26:1–9.

Chatterjee S, et.al. JAMA. 2013;173(2):132.

(31)

Tatalaksana

Eritopoietin

Bermanfaat untuk diberikan pada pasien anemia akibat kanker, gagal ginjal, mieloma multipel, artritis reumatoid, dan pasien HIV.

Bentuk: eritropoietin alfa, beta, dan darbopoietin.

Tujuan: menghindari efek samping pemberian transfusi dan memberikan efek antiinflamasi

Terapi lain

Asam folat 1 mg per hari dapat diberikan, dosis 5 mg diberikan pada pasien yang mengalami malabsorpsi berat

Vitamin B12 1 mg per hari selama satu minggu dan dilanjutkan 1 kali per minggu

31

Lembar S, Dony Y, Aprilia A, Tjahyadi CA. Buku Saku Hematologi: Eritrosit dan Kelainannya Jilid I. 1st ed. 2015.

(32)

Ringkasan

(33)

Diagnosis Banding

Anemia defisiensi besi

Anemia penyakit

kronik Trait Thalasemia

Derajat anemia Ringan-berat Ringan Ringan

MCV Menurun Menurun/Normal Menurun

MCH Menurun Menurun/Normal Menurun

Besi serum Menurun <30 Menurun <50 Normal/↑

TIBC Meningkat >360 Meningkat >300 Normal/↓

Saturasi transferin Menurun <15% Menurun/N 10- 20%

Meningkat >20%

Besi sumsum tulang

Negatif Positif Positif kuat

Protoporfirin RBC Meningkat Meningkat Normal Feritin serum Menurun <

20μg/L

Normal 20-100 μg/L

Meningkat >50μg/L

Elektroforesis Hb Normal Normal HbA2 meningkat 33

Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. 2014. p. 2589–99.

(34)

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari perancangan arsitektur dan pengujian kelayakan yang dilakukan, selanjutnya akan diimplementasikan dalam bentuk prototype sebagai gambaran interface aplikasi

Konsep desainnya menggunakan jenis layout Quadrat lay-out atau tata-rias segi empat: sangat baik untuk suratkabar yang akan dijual di pinggir jalan secara eceran,

Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai hak utama atau kebebasan (Sewu, 2004, p. 3): “Franchise adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi,

mampu menyerap minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi dan menikmati kepulauan Mentawai. Selain potensi-potensi yang sangat mendukung, pariwisata

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini ditekankan pada sejauh mana tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Denai terhadap

Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak, bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa yang menyebabkan

Gambar 15 Window Konfigurasi Modem. Sekilas kita dapat melihat setting default yang ada pada modem dengan melihat tabel PVC pada window... PANDUAN SETTING CPE

Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Gibbs, Graves, dan Bernas (dalam Robley, M.D, 2003) bahw a berdasarkan hasil Delphi survey pada “Panel of instructional technology