• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan Perpustakaan Menghadapi Kenormalan Baru (New Normal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kesiapan Perpustakaan Menghadapi Kenormalan Baru (New Normal)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kesiapan Perpustakaan Menghadapi Kenormalan Baru (New Normal)

Dhian Deliani_Pustakawan Madya

Abstrak

Pandemi Covid-19 ini telah mengubah tatanan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi secara cepat. Tidak terkecuali di dunia perpustakaan. New normal istilah untuk tatanan kehidupan baru yang akan dijalankan seperti biasa ditambah dengan protokoler kesehatan.

Kita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ini dengan langkah cepat pula. Di bidang perpustakaan, era new normal atau kenormalan baru ditandai dengan maraknya akses sumber-sumber informasi digital, kegiatan webinar, peningkatan layanan perpustakaan digital sebagai dampak dari penutupan layanan perpustakaan secara fisik. Dengan munculnya wacana pemerintah mengenai kesiapan menghadapi kenormalan baru, menimbulkan kekhawatiran para pustakawan dan pengelola perpustakaan untuk memenuhi tuntutan pembukaan kembali perpustakaan. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan kesiapan perpustakaan dalam menghadapi new normal, langkah apa saja yang perlu diperhatikan ketika membuka kembali layanan perpustakaan serta keamanan layanan dari berbagai aspek.

Kata kunci : new normal, kenormalan baru, re-opening perpustakaan,

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 merebak dalam kurun waktu singkat. Hanya butuh waktu 4 bulan, virus Corona menerjang nyaris tak terbendung di 213 negara di seluruh dunia. Jutaan manusia positif terjangkit virus yang sampai saat belum ditemukan vaksinnya dan ratusan ribu diantaranya meninggal dunia. Betapa dunia terguncang.

Kompleksitas dan ketidakpastian membentang di masa depan, artinya bahwa kita memasuki periode di mana kita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ini dengan langkah cepat. Pandemi Covid-19 ini telah mengubah tatanan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi secara cepat. Tidak terkecuali di dunia perpustakaan.

Dalam laman web The International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA)1 disebutkan bahwa perpustakaan umum dan perpustakaan nasional ditutup akibat pandemi di berbagai negara, diantaranya Samoa Amerika, Kepulauan Aland, Albania, Aljazair, Andorra, Antigua dan Barbuda, Argentina, Azerbaijan, Bangladesh, Bermuda, Bhutan, Bolivia, Botswana, Bosnia Hercegovina, Brasil, Kepulauan Cayman, Kolombia, Kosta Rika, Mesir, Kepulauan Faroe, Polinesia Prancis, Ghana, Gibraltar, Yunani, Greenland, Guadeloupe, Guernsey, Hongaria, India, Indonesia, Iran, Irlandia, Isle of Man, Jersey, Kenya, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luksemburg, Malaysia, Malta, Martinik, Martinik, Moldova, Maroko, Namibia, Nepal, Makedonia Utara, Norwegia, Peru, Filipina, Portugal, Rusia, Saint Lucia, Saint Martin, San Marinio, Arab Saudi, Sint Maarten, Singapura, Tonga, Trinidad dan Tobago, Turki, Uganda, Ukraina, Inggris, dan Kepulauan Virgin Amerika Serikat dan lain-lain Terkecuali perpustakaan di Australia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Hong Kong (Cina), Italia, Jepang, Makao (Cina), Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Slovakia, Slovenia, Spanyol,

1 COVID-19 and the Global Library Field, pada URL https://www.ifla.org/covid-19-and-libraries#top

(2)

Svalbard dan Swiss mulai membuka kembali dengan tindakan pencegahan untuk melindungi kesehatan. Sedangkan di Swedia, lebih dari 90% kota perpustakaan tetap terbuka, dan 85%

kota bahkan menawarkan layanan tambahan. Sementara itu, perpustakaan sekolah di 150 negara ikut terdampak penutupan semua lembaga pendidikan, termasuk pula perpustakaan universitas.

Di Indonesia, seiring diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)2, sebagian besar perpustakaan masih dalam menutup layanan fisik dan memberlakukan working from home (WFH) atau kerja dari rumah untuk pustakawannya, walaupun ada juga perpustakaan yang menerapkan sistem piket. Di bidang perpustakaan, era new normal atau kenormalan baru ditandai dengan maraknya akses sumber-sumber informasi digital, kegiatan webinar, peningkatan layanan perpustakaan digital dan lain-lain sebagai dampak penutupan layanan perpustakaan secara fisik.

Namun demikian, walaupun kurva kasus Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan penurunan grafik secara signifikan, sementara di sisi lain, Pemerintah memberikan aba-aba kesiapan menghadapi era new normal. Tak pelak lagi hal ini menimbulkan kekhawatiran.

Bagaimana kesiapan perpustakaan dalam menghadapi new normal? Langkah apa saja yang perlu diperhatikan ketika membuka kembali layanan perpustakaan? Bagaimana keamanan layanan dari berbagai aspek?

Melalui tulisan ini, penulis mencoba menjawab kegelisahan pustakawan dan pengelola perpustakaan menjelang rencana pembukaan kembali perpustakaan pasca pandemi Covid- 19 dalam masa kenormalan baru.

Istilah New Normal

Istilah “New Normal” pada awalnya adalah jargon dalam dunia ekonomi dan bisnis. Istilah tersebut mengacu pada pembuat kebijakan dunia bahwa ekonomi industri akan kembali ke

"cara terbaru" setelah dihantam krisis keuangan pada 2007-2008.

Istilah ini untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Rich Miller dan Matthew Benjamin dalam artikel yang berjudul "Post-Subprime Economy Means Subpar Growth as New Normal in U.S."

di Bloomberg pada 18 Mei 2008. Setahun kemudian, kembali ramai diperbincangkan setelah Paul Glover menulis kolom opini berjudul "Prepare for the Best" di media daring Philadelphia Citypaper pada 29 Januari 2009. Glover merujuk istilah New Normal sebagai masa depan dunia yang sangat memperhatikan isu lingkungan.

Pada tahun 2010, istilah New Normal semakin populer, setelah kuliah umum yang berjudul "Navigating the New Normal in Industrial Countries" disampaikan ketua lembaga investasi global, Mohamed A El-Erian secara online ke seluruh dunia. Sejak itu, istilah New Normal semakin sering digunakan dalam pemberitaan di media-media besar di berbagai negara bahkan istilah New Normal dijadikan sebagai salah satu tema dalam debat Presiden AS tahun 2012.

Sejak pandemi Covid-19 merebak ke seluruh dunia, istilah New Normal kembali ramai digunakan. New Normal dalam konteks pandemi Covid-19 pertama kali disuarakan oleh tim dokter di University of Kansas Health System. Mereka menyatakan pandemi yang sudah menewaskan lebih dari 350.000 jiwa di seluruh dunia per 27 Mei 2020 akan mengubah

2Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9).

(3)

tatanan hidup keseharian manusia, akan berdampak siginifikan pada aktivitas, perilaku, dan kebiasaan manusia terutama di tempat umum dan yang melibatkan kerumunan.

Di Indonesia, istilah new normal muncul ketika Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmita menyebutkan bahwa adanya transformasi pada saat pandemi untuk menata kehidupan dan perilaku baru, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin untuk Covid-19. Perubahan perilaku itu diantaranya tetap menjalankan kehidupan sehari-hari ditambah dengan penerapan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah atau didefinisikan sebagai tatanan kehidupan baru yang akan dijalankan seperti biasa ditambah dengan protokoler kesehatan. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud padanan kata dari istilah new normal adalah ‘kenormalan baru” yang berarti keadaan normal yang baru (belum pernah ada sebelumnya)

Kebijakan Pemerintah terkait Kenormalan Baru

Di Indonesia mulai ramai perbincangan tentang kenormalan baru baik melalui media maintsream maupun media online dan riuh di media sosial. Pemerintah berupaya mensosialisasikan kenormalan baru ini dalam berbagai paket aturan dan kebijakan, agar masyarakat memahami penerapan dan langkah antisipatif dalam menghadapi kenormalan baru. Beberapa peraturan dan kebijakan tertulis diantaranya :

1. Surat Edaran Nomor Hk.02.01/Menkes/335/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (Covid-19) Di Tempat Kerja Sektor Jasa Dan Perdagangan (Area Publik) Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NomorHk.01.07/Menkes/328/ 2020 Tentang Panduan Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) Di Tempat Kerja Perkantoran Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi

3. Booklet SerbaCovid:cegah Covid-19 sehat untuk semua, yang disusun oleh Badan POM

Namun belum ada kebijakan secara khusus yang terkait di sektor pendidikan dan khususnya pada sektor layanan jasa perpustakaan. Padahal di berbagai negara sudah menerbitkan panduan dan protokol dalam pencegahan, penanganan serta penyesuaian dalam rangka rencana ‘re-opening’ atau membuka kembali layanan perpustakaan. Menurut artikel publikasi IFLA, beberapa negara yang telah memiliki guidelines/panduan perpustakaan diantaranya Australia, Amerika, Austria, Belgia, Denmark, Jepang, China, Inggris, Spanyol, Swiss dan lain-lain. Kita dapat mempelajari berbagai panduan tersebut dengan mengadopsi seluruh atau sebagian panduan sesuai kebutuhan dan karakteristik pengguna perpustakaan di Indonesia.

Situasi dan Kesiapan Perpustakaan

Saat ini perpustakaan di berbagai belahan dunia menghadapi situasi yang berbeda-beda, tergantung dari tingkat keparahan pandemi, mulai dari mempertahankan layanan perpustakaan secara penuh hingga penutupan perpustakaan secara menyeluruh. Dikutip dari laman IFLA.org, berdasarkan pengalaman perpustakaan dan pustakawan di seluruh dunia, ada beberapa tingkatan situasi perpustakaan pada pandemi Covid-19 saat ini, yaitu :

(4)

a. Kegiatan perpustakaan (kurang lebih) seperti biasa: di beberapa negara, dimana kasus virus terbatas dan pemerintah belum mengambil tindakan khusus. Meskipun demikian, rekomendasi seputar kebersihan yang baik, tetap berlaku. Dalam situasi ini, kesiapan perpustakaan misalnya:

 Memastikan adanya akses ke sabun dan air

 Memastikan pemustaka memiliki persediaan sanitiser tangan

 Menjaga permukaan tetap bersih, termasuk peralatan, mainan dan komputer perpustakaan

 Memastikan bahwa staf dan pemustaka sehat, jika mereka merasa sakit disarankan untuk mengambil waktu untuk pulih, daripada datang untuk bekerja

 Menyediakan halaman dengan tautan yang bermanfaat ke informasi terpercaya untuk pemustaka di situs web perpustakaan dan mempromosikan literasi media yang benar, untuk menangkal potensi informasi yang salah (hoax) secara online.

b. Ada beberapa batasan layanan : terdapat lebih banyak kasus, dan pemerintah mulai bertindak untuk membatasi kegiatan yang lebih besar, serta secara aktif mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan ekstra untuk melindungi kesehatan dan menjaga kebersihan. Dalam situasi ini, kesiapan perpustakaan misalnya:

 Mempertimbangkan kembali kegiatan seperti storytimes/storytelling atau lokakarya, terutama untuk kelompok berisiko seperti pengguna yang lebih tua. Upaya tambahan untuk memastikan kebersihan, termasuk melalui desinfeksi permukaan keras.

Memindahkan barang-barang berisiko seperti mainan atau headset virtual reality dari layanan sirkulasi.

 Mempertimbangkan apakah menutup ruang belajar, ketika pemustaka dapat menghabiskan waktu lebih lama diruang tersebut daripada orang lain.

 Mempersiapkan potensi pembatasan lebih lanjut, misalnya dengan memastikan bahwa semua staf memiliki keterampilan dan peralatan untuk bekerja dari jarak jauh (jika memungkinkan) dan bahwa layanan, sebisa mungkin, masih dapat diberikan secara digital.

c. Layanan minimal: di banyak negara masih ada langkah-langkah yang lebih ketat, dengan batasan yang lebih ketat pada pertemuan publik, peringatan khusus untuk orang-orang yang berisiko, dan penutupan di wilayah yang paling terkena dampak. Dalam situasi ini, kesiapan perpustakaan misalnya:

 Menutup ruang perpustakaan sepenuhnya dan hanya menawarkan kemungkinan untuk meminjam atau mengembalikan buku di konter, atau melalui kotak pengembalian buku. Beberapa negara sedang bereksperimen dengan pengambilan buku dan pengembalian melalui drive-through. Perpustakaan yang lain hanya membolehkan pengunjung yang sudah memesan buku sebelumnya..

 Menerapkan kebijakan karantina pada buku yang dikembalikan

 Menerapkan rencana untuk menawarkan layanan jarak jauh misalnya eLending, eLearning, atau dukungan untuk pengajaran jarak jauh

 Menetapkan dan menguji langkah-langkah untuk semua staf untuk bekerja dari jarak jauh dan memungkinkan mereka yang sudah bisa melakukannya.

(5)

d. Penutupan perpustakaan secara penuh: di mana langkah-langkahn pencegahannya sangat ketat, perpustakaan terpaksa ditutup, atau memilih untuk melakukannya setelah mempertimbangkan risiko terhadap pengguna dan staf. Dalam situasi ini, kesiapan perpustakaan,misalnya:

 Memastikan bahwa semua staf bekerja dari rumah kecuali benar-benar diperlukan.

Jika staf harus bekerja, memastikan bahwa mereka mematuhi aturan seputar jarak sosial

 Pustakawan ditugaskan untuk tugas-tugas lain di departemen lain dalam kota/lembaga mereka, misalnya menggunakan keterampilan manajemen informasi untuk mendukung layanan kesehatan dan sosial

 Menyediakan komunikasi berkelanjutan dengan pengguna tentang peluang untuk menggunakan sumber daya atau layanan perpustakaan

 Mengatur storytelling/storytimes secara digital jika hak cipta memungkinkan

 Mempromosikan penggunaan perpustakaan digital dan perangkat lainnya - termasuk berpotensi berinvestasi dalam lebih banyak konten / lisensi

 Menawarkan amnesti/pembebasan pada buku fisik yang dipinjam, dan meningkatkan jumlah pengguna eBook yang dapat meminjam

 Menyediakan ruang perpustakaan dan peralatan yang tersedia untuk kegiatan lain, seperti mencetak peralatan pelindung diri.

 Meningkatkan kesadaran tentang penawaran layanan digital, baik di halaman depan situs web, dan dengan memasang poster di jendela gedung perpustakaan.

e. Mempersiapkan pembukaan perpustakaan kembali: di sejumlah negara, sudah ada langkah-langkah menuju pencabutan pembatasan, setidaknya ada sebagian perpustakaan yang berpotensi melakukan hal ini. Namun, pengaturan waktu tetap tidak pasti, dan keselamatan harus menjadi prioritas. Dalam situasi ini, kesiapan perpustakaan adalah:

 Mulai membuat rencana untuk dibuka kembali secara bertahap ketika aturan, izin, dan gedung perpustakaan serta sumber daya sendiri memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan dan keamanan, dan membuat perubahan yang diperlukan terhadap kebijakan perpustakaan

 Menetapkan batasan pada jumlah orang yang menggunakan perpustakaan pada satu waktu, dan menetapkan cara menegakkan aturan ini, serta mencegah situasi di mana orang dapat berkumpul bersama, misalnya menggunakan sistem satu arah, membatasi furnitur, menjaga ruang baca tetap tertutup, atau menunda kegiatan rutin, dan menutup toilet

 Menerapkan proses pembersihan rutin (termasuk melalui penutupan perpustakaan secara singkat/ sewaktu-waktu), terutama fokus pada permukaan tempat virus yang tampaknya dapat bertahan paling lama (plastik, logam selain tembaga), atau setidaknya mengintensifkan pembersihan.

 Mengembangkan layanan click-and-collectatau drive-through untuk memungkinkan akses ke buku tanpa kontak manusia

 Memastikan bahwa staf memiliki peralatan dan mendapatkan pelatihan yang diperlukan untuk tetap aman, termasuk pertimbangan layar pengaman jika perlu, membatasi kontak sejauh mungkin dan memungkinkan pekerjaan dari rumah selama mungkin, dan menyediakan pembaruan/update informasi secara rutin

(6)

 Menjelaskan ketika perpustakaan belum memungkinkan untuk dibuka dengan aman, dan sebaliknya memastikan bahwa pengambil keputusan memahami sifat ruang perpustakaan, termasuk melalui pendekatan bertahap untuk melanjutkan layanan hanya ketika dirasakan sudah aman

 Terus mempromosikan layanan dan sumber daya online untuk membatasi jumlah pemustaka yang ingin mengunjungi perpustakaan

 Komunikasikan dengan jelas tentang semua aturan/ kebijakan baru kepada pengguna perpustakaan, baik daring maupun di tempat, dan berikan update secara rutin

 Memastikan bahwa pembukaan kembali perpustakaan ini berpotensi untuk ditutup kembali jika terjadi penambahan kasus positif baru secara signifikan.

Saat ini, dalam rangka mematuhi aturan PSBB sebagian besar perpustakaan di Indonesia masih dalam kondisi tutup, dan menerapkan working from home bagi pustakawannya.

Pertanyaan kunci bagi banyak orang di bidang perpustakaan adalah mengenai risiko infeksi melalui kontak dengan bahan yang membawa coronavirus misalnya melalui buku, peralatan dan furnitur perpustakaan dan lain-lain. Bagaimana pencegahan agar virus tidak menyebar di perpustakaan. Selain rekomendasi universal tentang menjaga tangan tetap bersih, tidak menyentuh wajah, memakai masker, menjaga jarak fisik, apalagi yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa di Indonesia belum adanya aturan, kebijakan atau panduan tentang pencegahan virus corona di perpustakaan atau panduan ketika perpustakaan membuka layanan kembali. Namun demikian, kita bisa mencoba menyusun panduan dengan membaca aturan protokol kesehatan dalam penanganan Covid- 19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan memperhatikan kebijakan Tim GugusTugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Selain itu, penulis juga mencoba mengeksplorasi panduan yang diterbitkan oleh Japan Library Association (JLA) dan checklist untuk membuka kembali perpustakaan (re-opening libraries) yang dikeluarkan oleh Australian Library and Information Association (ALIA).

Panduan pembukaan kembali perpustakaan dalam era kenormalan baru

A. Perencanaan 1. Penilaian Resiko

Pimpinan perpustakaan melakukan penilaian resiko yang memperhitungkan pergerakan dan kontak pustakawan/staf perpustakaan, kemudian mengambil tindakan sesuai dengan risiko masing-masing tingkat infeksi virus corona, meliputi :

(1) Penilaian risiko infeksi kontak

Mengidentifikasi tempat dan frekuensi kontak tangan, seperti barang dan gagang pintu yang sering digunakan bersama-sama. Memberikan ekstra perhatian khusus pada tempat/alat yang memiliki frekuensi kontak tinggi seperti rak buku, konter layanan, meja, sandaran kursi, gagang pintu, sakelar listrik, telepon, keyboard, OPAC atau keyboard mouse PC, tablet, panel sentuh, keran, selasar/pagar, tombol lift, dll.

(7)

(2) Penilaian risiko infeksi percikan

Mempertimbangkan situasi ventilasi di gedung/ruang perpustakaan, mengevaluasi sejauh mana jarak antar pemustaka dapat ditoleransi, dan menentukan area makan dan minum (jika ada) serta menempatkan area untuk bercakap-cakap di gedung/ruang perpustakaan

(3) Penilaian risiko fasilitas pengguna perpustakaan

Dalam hal melanjutkan kegiatan layanan dalam situasi pandemi saat ini, pimpinan perpustakaan mengevaluasi kembali berdasarkan pengalaman, seperti apakah diperbolehkan adanya pengunjung berskala besar, pengunjung dari luar wilayah, atau cukup hanya pemustaka yang di perpustakaan untuk memastikan jarak fisik antar orang-orang.

(4) Penilaian risiko infeksi di wilayah perpustakaan berada

Di wilayah perpustakaan berada, pimpinan perpustakaan mempertimbangkan respon penanganan ketika kemungkinan adanya laporan penyebaran infeksi. Jika risiko penyebaran infeksi tetap ada, maka diperlukan respon/tindakan semakin ketat.

2. Rencana operasional

Dalam menentukan pembukaan kembali perpustakaan, perlu mempertimbangkan fasilitas perpustakaan, lingkungan di sekitarnya, dan situasi daerah dimana perpustakaan berada, dan merespons dengan tepat berdasarkan permintaan dari pemerintah daerah tempat perpustakaan berada (untuk perpustakaan umum), permintaan rektor/pimpinan lembaga pendidikan (perpustakaan perguruan tinggi), permintaan pimpinan institusi/lembaga (perpustakaan khusus) dan permintaan pimpinan sekolah (perpustakaan sekolah)

Ketika perpustakaan dibuka kembali, dimungkinkan untuk mempertimbangkan ruang lingkup dan jenis layanan yang dapat disediakan dan melanjutkan pembukaan secara bertahap. Selain itu, jika ditentukan bahwa sulit untuk melakukan layanan secara fisik, diharapkan untuk memberikan layanan yang dapat diterima tanpa kunjungan pengguna, sambil terus menutup gedung perpustakaan.

Dalam hal layanan terbatas pada pembukaan atau penutupan perpustakaan, perlu untuk mempertimbangkan sistem kerja pustakawan/staf perpustakaan, mengukur secara menyeluruh pemindaian terhadap risiko infeksi, dengan berbagai pertimbangan dan kecakapan. Ada opsi untuk mengatur waktu layanan penggunaan, durasi penggunaan dan membatasi jumlah pengguna yang memasuki perpustakaan.

Adanya metode untuk membuat materi yang tersedia bagi orang yang membutuhkannya dalam beberapa bentuk, seperti layanan pinjaman terbatas atau pengiriman materi yang dipesan secara online, dan pengiriman materi melalui pos tanpa meminta kunjungan. Layanan referensi dapat diterima melalui telepon, faks, email, dll. Tanpa harus datang ke perpustakaan.

3. Timeline dan tahapan pembukaan kembali perpustakaan

Membuat timeline/jadwal untuk masing-masing tahapan, mulai dari pelonggaran pembatasan, pembukaan kembali sebagian layanan, pembukaan kembali secara penuh.

(8)

B. Komunikasi

1. Mengkomunikasikan panduan dan pelatihan untuk pustakawan dan staf perpustakaan

2. Memberi informasi untuk para pemangku kepentingan

3. Membuat peringatan media (alert) melalui tim media organisasi

4. Pemberitahuan layanan yang tersedia (melalui poster, banner, baik tercetak atau online

5. Bersiaplah untuk peningkatan permintaan telepon dan email selama fase pembukaan kembali

6. Gunakan kesempatan untuk mengomunikasikan nilai perpustakaan

C. Tindakan Jarak Sosial (Social Distancing) dan Jarak Fisik (Physical Distancing) 1. Pemasangan signage /tanda jarak fisik dan jarak sosial ditempat-tempat strategis 2. Penandaan lantai, dengan jarak interval setidaknya 1 m (atau 2 m jika

memungkinkan) untuk mencegah keramaian/kerumunan 3. Susun ulang furnitur, diatur jarak penempatannya

4. Pisahkan pintu masuk dan keluar (jika memungkinkan) 5. Pembatasan jam buka layanan

6. Pembatasan jam buka untuk grup pengguna tertentu

7. Membatasi penggunaan ruang di perpustakaan (mis. ruang rapat, kafe, toilet) 8. Jumlah orang di perpustakaan terbatas

9. Jangka waktu di perpustakaan terbatas

10. Mengatur jarak PC untuk membuat jarak/ ruang antar pengguna 11. Pembatasan waktu pada sesi penelusuran pada PC

12. Membatasi jumlah kegiatan tatap muka D. Tindakan Pengamanan

1. Penilaian risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mengidentifikasi area berisiko tinggi (dilakukan pada saat perencanaan)

2. Jadwal pembersihan menyeluruh dengan disinfektan, fokus pada area prioritas termasuk pada alat-alat/perangkat serta bahan perpustakaan yang sering

digunakan bersama (dijelaskan lebih rinci pada manajemen fasilitas perpustakaan) 3. Karantina dan/atau membersihkan bahan perpustakaan yang dikembalikan

4. Menyediakan tisu dan sanitiser untuk pustakawan/staf dan penggunaan umum 5. Pasang layar /tirai pengaman jika ukuran jarak sosial kurang efektif

6. Menghimbau dan menyarankan orang-orang yang tidak sehat untuk tidak berkunjung ke perpustakaan

E. Implementasi Keamanan untuk Pustakawan dan Staf

1. Memberlakukan sistem piket/ shift kerja untuk mengurangi jumlah staf di perpustakaan dan penyesuaian jumlah minimum orang yang diperlukan untuk pengelolaan dan pengoperasian fasilitas.

2. Menghimbau pustakawan atau staf perpustakaan untuk secara teratur memeriksa dan mencatat catatan kesehatan

3. Pemeriksaan suhu tubuh setelah tiba di perpustakaan, jika suhu lebih dari 37,5 ℃ staf tidak diperkenankan masuk kerja

(9)

4. Lakukan etiket batuk dengan seksama, memakai masker, cuci tangan, dan desinfeksi tangan dan jari.

5. Mencuci dan desinfektan pakaian

6. Jika seorang pegawai dicurigai terinfeksi, bekerja sama dengan pusat kesehatan masyarakat untuk memberikan informasi yang diperlukan.

7. Mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, ketika menggunakan transportasi publik dari rumah ke tempat kerja

F. Implementasi Keamanan untuk Pemustaka/masyarakat

1. Pengunjung dianjurkan untuk memeriksa kesehatan mereka dan memeriksa suhu tubuh mereka sebelum mengunjungi perpustakaan

2. Pemeriksaan suhu tubuh setelah tiba di perpustakaan, jika suhu lebih dari 37,5 ℃ pemustaka tidak diperkenankan masuk

3. Jika pengguna mengunjungi negara atau wilayah di mana infeksi masih menyebar dalam dua minggu terakhir, pengguna tidak boleh mengunjungi perpustakaan

4. Memahami nama dan informasi kontak darurat (jika diperlukan) dan buat daftar pengunjung

5. Menghimbau etiket ketika batuk, memakai masker, cuci tangan dan desinfeksi jari.

6. Barang-barang pinjaman seperti peralatan pendukung bacaan untuk orang tua dan orang-orang berkebutuhan khusus di perpustakaan harus didesinfeksi secara menyeluruh

7. Mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, ketika menggunakan transportasi publik dari rumah ke tempat kerja

8. Perpanjangan periode pinjaman

9. Perpanjangan pinjaman secara otomatis dan berulang 10. Mengesampingkan denda (jika ada)

G. Manajemen Fasilitas Perpustakaan

1. Di dalam gedung/ ruang perpustakaan

 Pembersihan ruangan secara menyeluruh dengan desinfektan dan mengatur ventilasi.

 Memasang tanda pada lantai, untuk menjaga jarak fisik setidaknya 1 m (atau 2 m jika memungkinkan) untuk mencegah kerumunan orang.

 Membuat perangkat tambahan untuk meminimalkan alat yang disentuh tangan, seperti gagang pintu, dan lain-lain. Khususnya, jika terjadi frekuensi kontak yang sering (konter layanan, meja, sandaran kursi, gagang pintu, sakelar listrik, telepon, keyboard, OPAC dan PC mouse dan keyboard, tablet, panel sentuh, keran, selasar, tombol lift, dll. ) perlu diwaspadai.

 Orang yang membersihkan dan membuang sampah harus memakai masker atau sarung tangan dengan seksama.

 Setelah membersihkan dan membuang sampah, wajib mencuci tangan

2. Loket layanan

 Saat melakukan prosedur peminjaman, yang mengharuskan tatap muka secara langsung dengan pengguna, wajib gunakan plat akrilik dan tirai vinil transparan untuk memisahkan batas dengan pengunjung, jika tidak tersedia, pustakawan wajib memakai face shield.

(10)

 Jika ada antrian peminjaman, gunakan penanda di lantai pada area tunggu agar pemustaka berbaris pada jarak interval setidaknya 1 m (atau 2 m pada suatu waktu) untuk mencegah keramaian.

 Pembersihan dengan lap dan desinfektan konter layanan secara berkala.

Disinfeksi diperlukan dua hingga tiga kali sehari dan harus dilakukan sebelum atau setelah penutupan.

3. Lobi, ruang baca, ruang belajar

 Hindari makan dan minum tatap muka dan bercakap-cakap.

 Mengatur ruang dengan pemisahan antara kursi, meja dll.

 Mengatur sirkulasi udara secara konstan.

 Disinfektan secara berkala seperti meja dan kursi, lakukan sebelum dan sesudah penutupan

 Ketika pegawai menggunakan disinfektan, wajib mencuci tangan ketika masuk dan pergi.

4. Penelusuran di rak buku

 Jika ada kepadatan pengunjung, pustakawan melakukan upaya untuk memanggil staf untuk mengingatkan mereka atau melalui siaran/ pengumuman

 Menghimbau dan menyarankan pengunjung untuk tidak tinggal dalam waktu lama.

 Menghimbau dan menyarankan pengunjung untuk mencuci tangan dan mendisinfeksi tangan mereka sebelum dan sesudah browsing di rak buku.

5. Ruang penelusuran bahan perpustakaan (Ruang PC untuk browsing)

 Disinfektan secara berkala pada PC dan items perangkatnya.

 Jika memungkinkan, pasang penutup keyboard dan disinfeksikan atau sejenisnya untuk setiap kali penggunaan

 Mengambil tindakan untuk mengatur pengguna dari satu sama lain pada jarak tertentu, dan membatasi jumlah orang yang menggunakan layanan sebagaimana diperlukan.

 Menghimbau pengunjung untuk mencuci tangan dan mendisinfeksi tangan mereka sebelum dan sesudah penggunaan peralatan, dll.

6. Toilet

 Bersihkan dan disinfeksi peralatan yang sering digunakan/disentuh (dudukan toilet, lantai, gagang pintu, keran, dll.).

 Pasang tanda di dinding untuk selalu menyiram dan menutup toilet

 Sediakan tisu kertas

 Jangan menggunakan pengering tangan.

 Untuk mencegah orang-orang berkerumun di toilet, memasang tanda untuk mengantri dengan jarak interval minimal 1m

 Petugas kebersihan memakai masker dan sarung tangan dan bersihkan toilet dengan membuka jendela/ ventilasi jika memungkinkan.

(11)

Penutup

Kesiapan perpustakaan dalam rangka pembukaan kembali layanan pada masa kenormalan baru harus memperhatikan keamanan dan keselamatan dari berbagai aspek.

Kesiapan ini meliputi perencanaan, penilaian resiko, time schedule, komunikasi, tindakan jarak fisik dan jarak sosial, tindakan keamanan, implementasi keamanan untuk pustakawan/staf/, implementasi keamanan untuk pemustaka/masyarakat dan manajemen fasilitas perpustakaan. Diharapkan dapat memberikan gambaran secara singkat mengenai langkah-langkah apa saja yang perlu disiapkan para pimpinan dan pengelola perpustakaan serta pustakawan dan disesuaikan dengan jenis dan karakteristik perpustakaan masing- masing. Untuk mempermudah penerapan panduan kesiapan ini, butir-butir uraian dibuat dalam bentuk daftar periksa(checklist) agar tidak ada prosedur yang terlewati, sehingga perpustakaan dapat mempersiapkan diri menghadapi kenormalan baru.

DAFTAR PUSTAKA

Australian Library and Information Association ALIA (2020). Australian libraries responding to COVID-19. Diunduh pada 27 Mei 2020 pada URL< www.ifla.org/covid-19-and-

libraries#reopening>

Japan Library Association JLA, (2020 14 Mei), New Coronavirus Infection Prevention Guidelines in Libraries. Diunduh pada 27 Mei 2020 pada URL< www.ifla.org/covid-19-and- libraries#reopening>

AyoBandung.com (2020,27 Mei) Kapan Istilah New Normal Pertama Kali Muncul? Diakses 27 Mei 2020 URL <https://www.ayobandung.com/read/2020/05/27/90702/kapan-istilah-new- normal-pertama-kali-muncul >

ifla.org (2020, 26 Mei) COVID-19 and the Global Library Field, Diakses pada 27 Mei 2020 URL <https://www.ifla.org/covid-19-and-libraries#top >

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa langkah telah dilakukan Hotel Swissbell Balikpapan untuk tetap bertahan dalam menjalankan usahanya, antara lain mempersiapkan hotel menghadapi “new

Hasil penelitian yang ditemukan peneliti bahwa gerakan dakwah da’i dalam menghadapi new normal di kota Medan Sumatera Utara dengan memanfaatkan media sosial atau

Rekomendasi untuk langkah selanjutnya bagi pendidik dalam menghadapi masa new normal covid-19 dalam program penguatan pendidikan karakter dengan menerapkan pendekatan flipped

(2) Kesiapan dunia pendidikan dalam mengadapi new normal, transformasi model pembelajaran secara tiba-tiba yang bermula dari model konvensional menjadi berbasis online

Persiapan SMAN 2 Salatiga sesuai protokoler kesehatan diantaranya adalah peserta didik dan guru wajib menggunakan masker baik masker kain maupun masker bedah di lingkungan

Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) Kebutuhan manusia begitu komplek dan sangat banyak. Jika tidak terpenuhi maka hal itu akan menimbulkan rasa

Tanggal 1 April 2020, seorang bayi berusia enam minggu di Negara Bagian Connecticut, AS, meninggal karena Covid-19. Meninggalnya bayi itu menandai kasus kematian penduduk

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh media audiovisual dalam edukasi pencegahan penyebaran COVID-19 dan kesiapan sekolah dalam menghadapi masa transisi new normal