Basuki A. dkk | 23
Analisis Penilaian Resiko Bahaya terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proses Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSPAD Gatot
Soebroto
Hazard Risk Assessment Analysis on Occupational Health and Safety in the Solid Medical Waste Management Process at Gatot Soebroto Army Hospital
Anwar Basuki1, Rahmat Supriyatna2
1,2,3
Program Studi Sarjana Kesehatan masyarakat STIKes Indonesia maju
Email correspondent: anwarbasuki497@gmail.com
Abstract Hak Cipta
Introduction: The high number of work accidents in 2016 which reached 0.30% and in 2017 the temporary accident data reached 0.13%, occurred during the stage of solid medical waste management process at Gatot Subroto Hospital.
Objectives: The purpose of this study was to determine the level of risk of occupational safety and health hazards to workers at each stage of the solid medical waste management process at Gatot Soebroto Army Hospital.
Methods: The method used is analytical descriptive with semiquantitative risk analysis.
Results: The results stated that the highest level of risk in the process stage of solid medical waste management is the needle stabbing, which has a risk value of 1500 with Very High Risk and Risk Reduction level of 40%. It should be supervised, training, socialization K3 and introduction safety for employees, and periodic health checks on employees
Conclusion: From the results of the study, it was found that the highest level of hazard risk in the solid medical waste management process at the RSPAD was at the risk of needle sticks. The highest level of hazard risk is the risk of needle sticks which has a risk value of 1500 with a Very High risk level.
©2021 Artikel ini memiliki akses terbuka dan dapat didistribusikan berdasarkan ketentuan Lisensi Atribusi Creative Commons, yang memungkinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi yang tidak dibatasi dalam media apa pun, asalkan nama penulis dan sumber asli disertakan. Karya ini dilisensikan di bawah Lisensi Creative Commons
Attribution-Share Alike 4.0 Internasional.
Editor: lenny
Keywords: Hazard, Occupational Health and Safety, Solid Medical Waste
Available Article: (doi)
Pendahuluan
California State Departement of Industrial Relations menuliskan rata-rata kecelakaan di rumah sakit 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena kecelakaan. Karyawan yang sering mengalami cedera, antara lain: perawat, karyawan dapur, pemeliharaan alat, laundry, cleaning service, dan teknisi.
Penyakit yang biasa terjadi antara lain: hypertensi, varises, nanemia, ginjal (karyawan wanita), dermatitis, low back pain, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.1 Di Indonesia tingkat prevalensi gangguan mental emosional terjadi pada pegawai perawat rumah sakit, dimana prevelensi mencapai 17,7% dan hal tersebut terjadi karena stressor kerja. Selain gangguan mental emosional ternyata pekerja rumah sakit juga mengalami insiden akut lebih besar dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori. Sehingga hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki Risiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain.2 Seiring dengan meningkatnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja, menjadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu organisasi yang harus ada di setiap perusahaan. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melakukan segala bentuk upaya pencegahan,
Basuki A. dkk | 24 peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi pegawai, dan juga menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan mendorong meningkatnya produktivitas.3
Undang-undang No. 36 tahun 2009 pasal 164 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan di semua tempat kerja baik formal maupun informal, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan dan mudah terjangkit penyakit. Rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan adalah suatu tempat kerja dengan kondisi seperti tersebut di atas sehingga harus menerapkan upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja.4 Selain itu juga pada pasal 7 ayat 1 Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya, dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dan akan dicabut atau tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit.5
Menurut Kepmenkes Nomor : 1087/ Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Bahaya-bahaya potensial yang ada di Rumah Sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); dan faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.2 Pada tahun 2016 tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di RSPAD Gatot Soebroto mencapai 0,30%, dan pada tahun 2017 untuk data kecelakaan sementara mencapai 0,13% terjadi pada tahap proses pengelolaan limbah medis padat. Dimana hal ini disebabkan rumah sakit merupakan penghasil sampah/limbah medis atau klinis terbesar, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, parasit, bahan kimia beracun dan radioaktif. Sehingga dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan baik bagi petugas, pasien maupun pengunjung rumah sakit. Di samping itu, jika pengelolaannya tidak baik dapat menjadi sumber pencemaran terhadap lingkungan yang pada gilirannya akan menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat yang lebih luas.
RSPAD Gatot Soebroto merupakan pelayanan fasilitas kesehatan kepada masyarakat. Dimana pada saat, dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari ancaman suatu bahaya yang ada pada proses pelaksanaan kegiatannya itu sendiri. Sehingga untuk menghindari ancaman atau potensi-potensi bahaya yang ada pada fasilitas kesehatan tersebut, perlu dilakukannya upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan bahaya yang dapat timbul di dalam pelayanan kesehatan sementara itu. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui tingkat risiko bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap pekerja pada setiap tahap proses pengelolaan limbah medis padat di RSPAD Gatot Soebroto.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode dekriptif analitik. Desain studi berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif yang terdiri dari identifikasi risiko, kemudian melakukan analisis risiko dengan menentukan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan untuk mendapatkan tingkat risiko pada pengelolaan limbah medis padat.
Informan peneliti terdiri dari Cleaning Service, pegawai Incerator, dan dari Unit Kesling.
Penelitian dilakukan dengan cara wawancara, pengumpulan dokumen, dan observasi. Sumber data diperoleh melalui :
1. Data Primer
Data primer dengan melakukan observasi pada peralatan yang digunakan dan kondisi tempat kerja, selain itu juga dilakukannya wawancara.
2. Data Sekunder
Risiko = Probability x Exposure x
ConsequencsBasuki A. dkk | 25 Data sekunder diperoleh berupa Standar Operation Prosedur (SOP), Instruksi kerja, data kecelakaan kerja, serta pendukung lainnya.
Langkah paling awal adalah melakukan identifikasi risiko bahaya dengan menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Sedangkan untuk data yang dianalisa dilakukan berdasarkan tabel metode analisa penilaian resiko semi kuantitatif W.T. Fine J. Dimana metode Fine tersebut terdiri dari tiga faktor utama penilaian risiko yaitu consequence, exposure dan likelihood yang mana telah ditentukan standar rating atau nilainya. Ketiga nilai faktor tersebut dikalikan untuk mengetahui tingkat risikonya dengan rumus sebagai berikut:
Setelah mendapatkan nilai risiko, maka nilai risiko tersebut dibandingkan dengan standar level risiko supaya dapat mengetahui tingkatan risiko yang terdapat pada tahap proses pengelolaan limbah medis Padat. Berikut dibawah ini tabel standar penilaian risiko AS/NZS 4360:2004 :
Tabel 1. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequence
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Consequence (akibat yang mungkin ditimbulkan dari suatu kejadian atau peristiwa)
Catastrophe Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari $ 1 juta, aktivitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang sangat luas
100
Disaster Kematian, kerusakan permanen yang bersifat local terhadap
lingkungan, kerugian $ 500.000 – 2.000.000 50 Very serious Terjadi cacat permanen/penyakit
parah, kerusakan lingkungan yang tidak permanen, dengan kerugian $ 50.000 – 500.000
25
Serious Terjadi dampak yang serius tapi bukan cidera dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat buruk pada lingkungan, dengan
kerugian $ 5.000 – 50.000 15
Important Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan di lokasi tetapi tidak mengakibatkan
kerusakan,dengan kerugian $ 500 – 5.000 5
Noticeable Terjadi cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh, kerusakan kecil kurang dari $ 500, kerusakan ringan atau terhentinya proses kerja
sementara waktu, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran di luar lokasi
1
Sumber : AS/NZS 4360:2004
Tabel 2. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Exposure (paparan) frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau sumber risiko
Continuously Sering terjadi dalam satu hari 10
Frequently Terjadi kira-kira satu kali dalam Sehari 6 Occasionally Terjadi satu kali seminggu
sampai satu kali sebulan 3
Infrequent Satu kali dalam sebulan sampai satu kali dalam setahun 2
Rare Diketahui kapan terjadinya 1
Very rare Tidak diketahui kapan
Terjadinya 0,5
Sumber : AS/NZS 4360:2004
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Agustus 2021, pp. 1-xx
ISSN 0000-0000 (print), ISSN 0000-0000 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Basuki A. dkk | 26
Tabel 3. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability
Faktor Tingkatan Deskripsi Rating
Probability (kemungkinan terjadinya bahaya yang menyertai suatu kejadian atau peristiwa)
Almost Certain Kejadian yang paling sering terjadi 10
Likely Kemungkinan terjadi kecelakaan 50 % 6
Unusual but
Possible Tidak biasa namun memiliki kemungkinan terjadi 3 Remotely
Possible
Suatu kejadian yang sangan kecil kemungkinan
terjadinya 1
Conceivable Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahun-tahun
pemaparan tetapi mungkin terjadi 0,5 Practically
impossible Sangat tidak mungkin terjadi 0,1
Sumber : AS/NZS 4360:2004
Tabel 4. Level/Prioritas Risiko
Tingkat risiko Comment Action
>350 Very high Penghentian aktivitas, risiko dikurangi hingga mencapai batas yang dapat diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu dilakukan penanganan secepatnya 70 – 180 Substantial Mengharuskan ada perbaikan secaraTeknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan diperhatikan secara Berkesinambungan
< 20 Acceptable Intensitas kegiatan yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin
Sumber : AS/NZS 4360:2004
Sedangkan Uji Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi Sumber adalah membandingkan suatu informasi yang diperoleh dengan beberapa sumber, dalam hal ini kepala urusan kesling, pegawai Incerator dan pegawai Cleaning Service.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu mengecek informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara kemudian di cek kembali dengan metode observasi.
Hasil dan Pembahasan
Identifikasi Risiko Bahaya pada setiap tahapan Proses Pengelolan Limbah Medis Padat.
Identifikasi dilakukan dengan melakukan observasi pada pekerjaan yang dilakukan secara rutin pada setiap proses pengelolaan limbah medis padat, selain itu juga melakukan wawancara terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan, Unit kesling dan K3, serta melihat dan mengumpulkan dokumen berupa SOP, Juknis dan catatan kecelakaan. Metode analisis risiko yang digunakan adalah semi kuantitatif dengan menentukan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan setiap risiko. Nilai tersebut dihitung untuk mengetahui tingkat risiko di setiap proses pengelolaan limbah medis medis padat. Berikut ini hasil identifikasi risiko bahaya pada tahap proses pengelolaan limbah medis padat antara lain:
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Agustus 2021, pp. 1-xx
ISSN 0000-0000 (print), ISSN 0000-0000 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Basuki A. dkk | 27 1. Sumber Limbah
Sumber limbah medis padat terbesar yang ada di RSPAD berasal dari Ruang Perawatan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Kamar Operasi, Hemodialisa dan Intesif Care Unit (ICU).
2. Pemilahan dan Pewadahan limbah medis
Dalam Pemilahan dan Pewadahan limbah medis padat merupakan tahapan pertama dalam melakukan proses pengelolaan. Tujuan pemilahan adalah mengurangi jumlah limbah yang harus dimusnahkan, mengendalikan Risiko, dan juga dapat menyesuaikan dengan teknologi yang digunakan.
Pemilahan dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis/katagori limbah yang dimaksud dengan menentukan karakteristik dari limbah tersebut. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah Terusuk Jarum, terkena Virus/bakteri dari sisa pembuangan limbah medis, dan terpapar seranggga yang bekas menggigit pasien dengan kasus HIV, Hepatitis.
3. Pengumpulan
Wadah penampung/tempat sampah medis tersedia di semua lokasi sumber penghasil limbah medis padat, dimana wadah penampung limbah medis padat tersebut telah dilapisi plastik berwarna kuning, dan untuk limbah medis padat berupa jarum suntik yang telah dipakai sebelum masuk ke dalam wadah penampungan/tempat sampah medis sebelumnya dimasukan dulu ke dalam Safety Box.
Jika limbah medis padat telah memenuhi setiap ¾ maka tempat sampah limbah medis padat tersebut harus di angkat dan diangkut ke ruang penyimpanan sementara oleh pegawai Cleaning Service.
Untuk kantong yang telah digunakan tidak boleh digunakan kembali, harus diganti dengan kantong yang baru. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah Terusuk Jarum, dan terkena Virus/bakteri dari sisa pembuangan limbah medis.
4. Pengangkutan limbah medis
Pada tahap ini, pengangkutan limbah medis dilakukan dengan cara yaitu Pengangkutan menggunakan troli untuk mengangkut limbah medis padat ke dalam penampungan sementara. Dimana petugas yang mengangkut juga harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah tersandung, tertabrak, dan kaki tertimpa limbah medis.
5. Penimbangan Limbah Medis Padat
Sebelum masuk ke ruangan penyimpanan sementara Limbah medis padat tersebut harus ditimbang dahulu untuk mengetahui jumlah berat limbah medis tersebut. Setelah ditimbang kemudian limbah medis padat tersebut dicatat pada form pencatatan limbah medis yang sudah disediakan. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk mengetahui jumlah limbah medis selama sehari,seminggu, sebulan bahkan setahun. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah tertusuk jarum, kaki tertimpa limbah medis
6. Penyimpanan Sementara
Setelah Limbah medis padat tersebut ditimbang dan dicatat kemudian dimasukan ke dalam ruang peyimpanan sementara. Area penyimpanan sementara memiliki lantai, dinding dan atap yang kokoh, selain itu area peyimpanan mudah dinjangkau oleh pegawai Cleaning Service dan juga akses untuk kendaraan pengangkut sisa hasil pembakaran limbah medis. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah tertusuk jarum, kaki tertimpa limbah medis
7. Pembakaran (Incerator)
Setelah dari penyimpanan sementara kemudian limbah medis padat tersebut dimasukan ke dalam Incerator untuk dibakar. Pembakaran yang dilakukan untuk limbah medis padat dilakukan dengan suhu 10000 C-12000C, dan pembakaran dilakukan sehari dua kali yaitu pagi dan sore. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah temperatur tinggi, terbakar, dan tersengat listrik.
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Agustus 2021, pp. 1-xx
ISSN 0000-0000 (print), ISSN 0000-0000 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Basuki A. dkk | 28 8. Pembuangan Sisa Pembakaran.
Hasil pembakaran dari limbah medis padat berupa abu, dimana pengambilan abu dilakukan setiap 3 hari sekali. Abu hasil pembakaran tersebut dipindahkan ke drum. Setelah abu sisa pembakaran limbah medis mencapai jumlah 1 drum/200 kg di simpan sementara di TPS limbah B3. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah sisa abu pembakaran terhirup.
9. Pengangkutan ke PPL.
Setelah abu sisa pembakaran limbah medis mencapai jumlah 1 drum/200 kg di simpan sementara di TPS limbah B3. Kemudian limbah abu sisa hasil pembakaran tersebut dibawa ke PPL, dengan menggunakan kendaraan. Adapun Risiko bahaya pada tahapan ini adalah tertabrak orang.
Tabel 5. Hasil Analisa Risiko Pada Proses Tahapan Pengelolaan Limbah Medis Padat
Berdasarkan hasil tabel 5. Setelah diketahui semua Risiko yang ada pada area kerja pengelolaan limbah medis, maka kemudian selanjutnya menggunakan metode Fine. Dimana dalam melakukan penilaian resiko tersebut dilihat berdasarkan basic level dan Existing level. Basic level yang merupakan tingkat Risiko dimana Risiko yang di identifikasi merupakan Risiko terparah tanpa adanya perlakukan tindakan pengendalian. Sedangkan Existing level merupakan tingkat Risiko yang di identifikasi sudah dilakukan tindakan pengendalian. Analisa Risiko, tingkat risiko bahaya tertinggi terdapat pada risiko tertusuk jarum dimana memiliki nilai risiko sebesar 1500 dengan level risiko Very High dengan risk reduction sebesar 40%. Sedangkan risiko bahaya yang terendah terdapat pada risiko tersandung memiliki nilai risiko sebesar 5 dengan level risiko Acceptable dengan risk reduction sebesar 83.3%.
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Agustus 2021, pp. 1-xx
ISSN 0000-0000 (print), ISSN 0000-0000 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Basuki A. dkk | 29 Tabel 6. Recomended Level Pada Proses Tahapan Pengelolaan Limbah Medis Padat
Tabel 6. Hasil Recomended level merupakan tingkat dimana Risiko yang telah di identifikasi mendapatkan tindakan pengendalian, berdasarkan dari rekomendasi yang diberikan dari penulis. tingkat risiko bahaya tertinggi terdapat pada risiko tertusuk jarum dimana memiliki nilai risiko sebesar 1500 dengan level risiko Very High dengan risk reduction sebesar 40%. Sedangkan risiko bahaya yang terendah terdapat pada risiko tersandung memiliki nilai risiko sebesar 1,5 dengan level risiko Acceptable dengan risk reduction sebesar 70%. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan Enggenering, Administratif dan Alat Pelindung (APD)
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko bahaya tertinggi pada proses pengelolaan limbah medis padat di RSPAD terdapat pada risiko tertusuk jarum. tingkat risiko bahaya tertinggi terdapat pada risiko tertusuk jarum dimana memiliki nilai risiko sebesar 1500 dengan level risiko Very High dengan risk reduction sebesar 40%. Sedangkan risiko bahaya yang terendah terdapat pada risiko tersandung memiliki nilai risiko sebesar 1,5 dengan level risiko Acceptable dengan risk reduction sebesar 70%. Sehingga risiko tersebut perlu dilakukannya pengendalian bahaya berupa Eliminasi, Subtitusi, Enggenering, Administrasi dan APD.
Konflik Kepentingan
Peneliti menyatakan bahwa penelitian ini independen dari konflik kepentingan individu dan organisasi Ucapan Terima Kasih
Terimakasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini Pendanaan
Pendanaan penelitian ini adalah dari peneliti References
1. 1. Hasyim H. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jurnal JMPK. 08(02); Juni 2005.
2. Kepmenkes. Tentang Standard dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Nomor : 1087/ Menkes/SK/ VIII/2010.
Jurnal Interprofesi Kesehatan Indonesia
Vol. 1, No. 1, Agustus 2021, pp. 1-xx
ISSN 0000-0000 (print), ISSN 0000-0000 (online)
Journal homepage https://jurnalinterprofesi.com/index.php/jipki
Basuki A. dkk | 30 3. Risma J & Koesyanto H. Penerapan Near Miss Card Sebagai Upaya Penurunan Angka Kecelakaan Kerja.
Jurnal HIGEIA, 1(2); 2017.
4. Undang-Undang Tentang Kesehatan. Nomor 36 Tahun 2009.
5. Undang-undang Tentang Rumah Sakit. Nomor 44 Tahun 2009
6. Kemenkes RI. Pedoman Pengelolaan Limbah Medis Padat Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes:
Jakarta; 2013.
7. Danial A, Hasyim MH & Unas SE. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Metode Hazard Analiysis dan Qonsequence-Likelihood Analysis. Jurnal Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung Baru Falkutas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
8. Labombang M. Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi. Jurnal SMARTek, 9(1), pp. 39-46; Juni 2005.
9. Nugroho N. Penilaian Resiko Kecelakaan Kerja Pada Pengoperasian CC (Container Crane) di PT X Surabaya.
Jurnal The Indonesia Journal of Occupational Safety and Health: 5(2), pp. 101-11; 2016.
10. Purpadita VP, Hutajulu MRP & Prasetyo AH. Model Pengelolaan dan Rencana Implementasi Manajemen Risiko Pada PT. Perdana Karya Perkasa, TBK: Jornal of Management and Business Review, 10(1), pp. 29- 45; 2013.
11. Retnowati D. Analisis Risiko K3 Dengan Pendekatan Hazard And Operability Study (Hazop). Jurnal Teknika:Engineering and Sains Journal, 1(1), pp. 41-46; 2017.
12. Risma J & Koesyanto H. Penerapan Near Miss Card Sebagai Upaya Penurunan Angka Kecelakaan Kerja.
Jurnal HIGEIA, 1(2); 2017.
13. Salmawati LH & AR, B. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hazard Identifikasi, Risk Assesment And Risk Control (HIRAC) Pada Area Produksi PT. Chungsung Kota Palu: Jurnal Kesehatan Tadulako, 3(1), pp. 1-84; 2017.
14. Subagiyono & Sekarwati N. Analisis Identifikasi Bahaya (Job Safety Analysis) Dan Penilaian resiko (Risk Assesment) di UD. Tegel Kunci Kaliajir Kidul Kalitirto Berbah Sleman Yogyakarta.
15. Zealand Standar. Australian Standar/New Zealand Standar 4360:2004”Risk Management; 2004.
16. Australi/New Zealand Standar. Australian Standar/New Zealand Standar 4360:2009”Risk Management;
2009.
17. OSHA 3071. Job Hazard Analysis (OSHAS 3071 Revised). US.Departemen of Labour; 2002.
18. Christina D. Assesmen Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000; 2009.
19. ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktivitas. Jakarta: International Labour Organization; 2013.
20. Djunaedi Z. Prinsip Manajemen Risiko (Risk Assesment)., Depok: FKM UI; 2005.