• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

WINDY RUSWANA NIM : 141000018

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

WINDY RUSWANA NIM :141000018

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Desember 2018

Windy Ruswana

(4)
(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes.

(6)

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak setinggi-tingginya.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu pada 3 kegiatan program KIA, antara lain pelayanan antenatal, skrining HIV, dan kelas ibu hamil.

Diwilayah kerja Puskesmas Polonia didapatkan bahwa masih ada ibu hamil yang tidak mengikuti kegiatan program KIA. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diketahui pelaksaan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia Medan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh dan lengkap tentang pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap 7 orang informan dan menggunakan data sekunder dari puskesmas. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kegiatan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia belum maksimal dikarenakan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan yang masih kurang, sarana dan prasarana tidak lengkap seperti tidak adanya alat untuk skrining HIV, dan partisipasi masyarakat mengikut kegiatan yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bahwa lebih meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan adanya penambahan petugas sebanyak 2 orang, melengkapi sarana dan prasarana. Peneliti juga menyarankan petugas kesehatan agar lebih meningkatkan komunikasi dengan masyarakat agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam kegiatan program

kesehatan ibu dan anak.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Puskesmas

(7)

of maternal and child health and reduce mortality of the mother and baby. For this reason, management of maternal and child health programs is needed and this aims to improve the health of mothers and children as high as possible. In this study, the focus of the research was on 3 MCH program activities, including antenatal care, screening HIV, and the class of pregnant women. In the working area of the Polonia Health Center it was found that there were still pregnant women who didn’t participate in the MCH program activities. Therefore, in this study will be known the implementation of maternal and child health programs at the Polonia Health Center in Medan. This research is descriptive in nature using a qualitative research design that aims to obtain a comprehensive and complete picture of the implementation of maternal and child health programs at the Polonia Health Center in Medan. Data collection was carried out by in-depth interviews with 7 informants and using secondary data from the health center.

The results showed that the implementation of maternal and child health program activities was not maximal because the number and quality of health workers were still lacking, facilities and infrastructure were incomplete such as the absence of tools for screening HIV, and quality of health workers were still lacking, facilities and infrastructure were incomplete, and community participation followed is relatively low. Based on the results of the study it is hoped that it will further improve the quality of health workers and the addition of 2 staff, complement facilities and infrastructure. The researcher also suggested improving communications with the community, so that the community would participate more in the activities of maternal and child health programs.

Keywords: Implementation, Maternal and Child Health Program, Public Health Center

(8)

dan anugerah berlimpah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan serta Dosen Pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

4. Dr. Asfriyati, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji I saya yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran selama proses penyelesaian skripsi ini berlangsung.

(9)

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

8. Kepala Puskesmas dan pegawai Puskesmas Polonia yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani penelitian.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Ir. Ruston dan Ibunda Nurmiati Dewi serta Adik Chairunnas Ar Roni yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi, dukungan secara moral dan materil serta doa yang tiada henti kepada penulis.

10. Teruntuk para sahabat - sahabat Rara, Cici, Tari, Putri, Wani, Farra, Mita, Ririn, Dinda, Opit dan semua pihak yang telah banyak membantu dan selalu memberikan semangat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(10)

Medan, Desember 2018

Penulis

(11)

Halaman Pengesahan ii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan Umum 7

Tujuan Khusus 7

Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9

Puskesmas 9

Pengertian Puskesmas 9

Tujuan Puskesmas 9

Visi Puskesmas 9

Misi Puskesmas 10

Tenaga Kesehatan 11

Pendanaan di Puskesmas 12

Program Kesehatan Ibu dan Anak 12

Petugas KIA 12

Pemantau Wilayah Setempat KIA 12

Pengelolaan PWS KIA 14

Kegiatan Program KIA 15

Pelayanan Antenatal 15

Penyuluhan Kesehatan 16

Skrining HIV 17

Kelas Ibu Hamil 21

Manajemen Puskesmas 22

Kerangka Pikir 29

(12)

Metode Pengumpulan Data 32

Teknik Pengumpulan Data 32

Instrumen Penelitian 32

Metode Pengukuran 32

Triangulasi 32

Metode Analisis Data 33

Hasil dan Pembahasan 35

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 35

Letak Geografis 35

Demografis 36

Tenaga Kesehatan 37

Sarana dan Prasana Kesehatan 37

Karakteristik Informan 38

Masukan (Input) 38

Jumlah dan Kualitas Tenaga 39

Sarana dan Prasarana 41

Besar Anggaran 43

Proses (Process) 45

Pelaksanaan Pelayanan Antenatal 45

Pelaksanaan Skrining HIV 48

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil 50

Keluaran (Output) 53

Kesimpulan dan Saran 56

Kesimpulan 56

Saran 57

Daftar Pustaka 59

Daftar Lampiran

(13)

1 Data Demografi Penduduk di Wilayah Kerja

Puskesmas Polonia 36

2 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia 37 3 Sarana Kesehatan di Puskesmas Polonia 37

4 Karakteristik Informan 38

(14)

1 Kerangka Pikir Penelitian 29

2 Bangunan Puskesmas Polonia 36

(15)

1 Pedoman Wawancara 62

2 Tabel Observasi 69

3 Surat Permohonan Izin Penelitian 72 4 Surat Izin Penelitian Dinkes 73 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 74 6 Dokumentasi Penelitian 75

(16)

KB Keluarga Berencana

KH Kematian Hidup

KN Kunjungan Neonatus

KIA Kesehatan Ibu dan Anak MDGs Millennium Develpoment Goal

PITC Provider Initiated Testing and Counselling PWS Pemantauan Wilayah Setempat

SPT Surat Pemberitahuan Tahunan WHO World Health Organization

(17)

pada tanggal 02 Oktober 1996. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Ruston dan Ibunda Nurmiati Dewi. Asal penulis dari Kota Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK Islam Sahara tahun 2001.

Pendidikan sekolah dasar di SD Harapan 3 Medan tahun 2002-2008, Sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Medan tahun 2008-2011, Sekolah menengah atas di SMA Harapan 3 Medan tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember 2018

Windy Ruswana

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia kini adalah status kesehatan masyarakat yang rendah, antara lain ditandai dengan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi serta masih banyak indikator pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang belum ideal.

Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak setinggi-tingginya (Peraturan Presiden RI, 2012).

Program kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan (Renstra Tahun 2015-2019).

Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu wilayah. Untuk itu pemerintah berupaya bahu membahu membuat berbagai strategi untuk akselerasi menurunkan AKI.

(19)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. (Depkes, 2016)

Jumlah kematian ibu di Kota Medan (2016) sebanyak 3 jiwa dari 47.541 kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan sebesar 6 per 100.000 kelahiran hidup, artinya dari 100.000 kelahiran hidup 6 ibu meninggal saat kehamilan, persalinan atau nifas. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Medan tahun 2016 dilaporkan sebesar 0.09/1000 KH artinya terdapat 0,1 bayi mati per 1000 kelahiran hidup pada tahun tersebut. Jumlah kematian bayi sebanyak 9 bayi dari 47.541 kelahiran hidup. AKI dan AKB di kota Medan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan ibu dan anak di kota medan yang semakin baik dari tahun ke tahun, termasuk keterjangkauan fasilitas yang memadai di kota Medan. (Depkes, 2017)

Untuk menunjang keberhasilan upaya-upaya kesehatan maka pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Pusekesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

(20)

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Sumber daya manusia puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya diwilayah kerja dan pembagian waktu kerjanya.

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) selalu menjadi fokus utama dalam pelayanan kesehatan terutama bagi Puskesmas. Kesehatan ibu, bayi, dan balita menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator derajat kesehatan suatu Negara. Banyak program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam pelayanan KIA. Sesuai Permenkes No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota yaitu cakupan kunjungan ibu hamil K4 (95%), cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%), cakupan pelayanan nifas (90%), cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk (100%),cakupan kunjungan neonatus (90%), cakupan kunjungan bayi (90%), cakupan bayi berat lahir rendah / BBLR yang ditangani (100%).

Salah satu pemecahan masalah penurunan AKI dan AKB dilakukan melalui intervensi yang terbukti efektif di Srilangka yaitu semua persalinan harus

(21)

di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Persalinan di fasilitas kesehatan harus didukung oleh tenaga kesehatan yang kompeten, fasilitas

kesehatan yang memenuhi standart operasional, manajemen program yang efektif dan dukungan penuh dari semua pengampu (Stakeholder) terkait (Permenkes No 71 Tahun 2013).

Berdasarkan data Puskesmas Polonia Medan, wilayah kerja Puskesmas Polonia mencapai 5 kelurahan dan 46 lingkungan. Dengan jumlah penduduk mencapai 55.949 jiwa. Di wilayah kerja Puskemas Polonia terdapat 1087 orang ibu hamil, 1037 ibu bersalin, 979 orang bayi, dan 3970 orang anak balita. Dari jumlah tersebut 698 orang (64,21%) yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada kunjungan pertama (K-1). Demikian juga dengan K-4 646 orang (59,42%), pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan 684 orang (62,92%), ibu hamil dengan resiko tinggi yang dirujuk 13 orang, kunjungan neonatus 646 orang (65,98%), kunjungan bayi (80,2%), dan bayi berat lahir rendah / BBLR 1 orang.

Berdasaran survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa kegiatan program KIA yang dilaksanakan oleh puskesmas polonia. Fokus

penelitian yaitu pada 3 kegiatan. Kegiatan dalam program KIA tersebut antara lain; Pelayanan Antenal, Skrining HIV, dan Kelas Ibu Hamil. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu hamil yang ada diwilayah kerja puskesmas polonia didapatkan bahwa masih ada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada saat terjadi keluhan saja dan tidak mengetahui standart kunjungan pelayanan ANC yang benar. Sebagian ibu hamil tidak mau melakukan skrining HIV dengan

(22)

pentingnya melakukan skrining HIV. Kurang efektifnya kelas ibu hamil yang dilaksanakan di puskesmas polonia yang dilihat dari sarana dan prasarana

puskesmas yang masih kurang dengan tidak adanya ruangan untuk kelas ibu hamil sehingga kelas ibu hamil dilakukan di rumah kader wilayah kerja puskesmas polonia.

Sejalan dengan penelitian (Dhevy dkk, 2016) menjelaskan tentang implementasi program KIA bidang pelayanan antenatal care dan nifas di puskesmas bandarharjo kota semarang belum maksimal, melihat kondisi sosial seperti tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat terkesan

menyepelekan suatu kegiatan yang diadakan di puskesmas untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan sebagian masyarakat tidak mengetahui adanya kelas ibu hamil. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

Menurut (Tanjung 2016) tentang implementasi program kesehatan ibu dan anak di era jaminan kesehatan nasional di kabupaten nias, menyatakan bahwa peraturan-peraturan pelaksaan teknis implementasi program kesehatan ibu dan anak masih belum ada. Pemangku kepentingan masih belum memiliki kepahaman dan kepatuhan yang baik terhadap program kesehatan ibu dan anak dan pemangku kepentingan masih ada yang belum mendapat sosialisasi. Kurangnya advokasi berdasarkan data yang rasional dan sosialisasi program kesehatan ibu dan anak dari dinas kesehatan kepada pemangku kepentingan. Komitmen dukungan sumber daya, pengadaan sarana dan prasarana oleh dinas kesehatan masih kurang yang menunjang terlaksananya pelayanan kesehatan ibu dan anak.

(23)

Menurut (Hikmah 2017) tentang perlindungan hak asasi manusia bagi ibu hamil dalam pelaksanaan skrining HIV/AIDS untuk pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak di puskesmas kabupaten bantul, menyatakan bahwa ada beberapa faktor penghambat pelaksanaan skrining HIV/AIDS yaitu faktor pelayanan kesehatan yang berpacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang belum terlaksana secara optimal, kurangnya tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan, kurangnya sarana prasarana, kurangnya dukungan sosial berupa penyuluhan, jarak rumah ibu hamil dengan puskesmas yang tergolong jauh menjadi penghambat dalam keikutsertaan ibu hamil untuk melakukan skrining HIV/AIDS selama masa kehamilannya, adanya ibu hamil yang bekerja dan pengetahuan yang masih rendah.

Demikian pula penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ade dkk, 2015) tentang studi implementasi program kesehatan ibu dan anak di puskesmas tlogosari kulon kota semarang, menyatakan bahwa sikap yang petugas berikan menjadi salah satu penghambat pemberian layanan yang prima. Keterbatasan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan juga belum maksimal. Sarana dan prasarana yang kurang memadai juga mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dan perlu dilakukannya pengawasan rutin yang dilakukan oleh kepala program ataupun kepala puskesmas untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan untuk masyarakat.

Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia Medan.

(24)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana ketersediaan input (jumlah dan kualitas tenaga, besar anggaran, sarana dan prasarana) dalam pelaksanaan program KIA di puskesmas polonia?

2. Bagaimana proses kegiatan pelaksaan pelayanan antenatal, skrining HIV, dan kelas ibu hamil?

3. Bagaimana cakupan program kesehatan ibu dan anak?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia Medan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi Input (jumlah dan kualitas tenaga, besar anggaran, sarana dan prasarana) dalam pelaksanaan kegiatan program KIA di Puskesmas Polonia Medan.

2. Untuk mengidentifikasi proses kegiatan pelaksaan pelayanan antenatal, skrining HIV, dan kelas ibu hamil di Puskesmas Polonia Medan

3. Untuk mengidentifikasi apakah pelaksanaan program KIA sudah mencapai target yang telah ditentukan.

(25)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang pelaksaan program kesehatan ibu dan anak.

2. Memberikan hasil kajian sebagai masukan bagi Puskesmas Polonia Medan dalam membangun mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.

3. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak.

(26)

Tinjauan Pustaka

Puskesmas

Pengertian puskesmas. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Tujuan puskesmas. Tujuan pembangunan kesehatan yang di

selenggarakan puskesmas yang tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut Untuk

mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; untuk mewujudkan

masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat;untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Visi puskesmas. Visi pembangunan kesehatan yang harus

diselenggarakan oleh Puskesmas adalah pembanguan kesehatan yang sesuai dengan paradigm sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,

(27)

pemetaan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI No 75, 2014).

Misi puskesmas. Dalam misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional.

Misi tersebut adalah:

1. Mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2. Menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status social, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.

5. Menyelenggarakan PelayananKesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskemas (Permenkes RI No 75, 2014).

(28)

Tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.

Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas:

a. Dokter atau dokter layanan primer;

b. Dokter gigi;

c. Perawat;

d. Bidan;

e. Tenaga kesehatan masyakat;

f. Tenaga kesehatan lingkungan;

g. Ahli teknologi laboratorium medic;

h. Tenaga gizi; dan i. Tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sitem informasi, dan kegiatan opersional lain di

Puskesmas. Tenaga kesehatan di Puskemas harus bekerja sesuai dengan standar

(29)

profesi. Standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI No 75, 2014).

Pendanaan di puskesmas. Pendanaan di puskesmas bersumber dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat (Kemenkes RI, 2014) Program Kesehatan Ibu dan Anak

Petugas KIA. Berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tenaga KIA merupakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang KIA seperti bidan desa.

Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA).

PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu

(30)

baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta

penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak lanjut (Kemenkes, 2010).

Menurut WHO, surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan

menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA (Kemenkes, 2010).

Tujuan PWS KIA:

1. Memantau pelayanan KIA secara individu melalui Kohort

2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur (bulanan) dan terus-menerus.

3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.

4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indicator KIA terhadap target yang ditetapkan.

5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang potensial untuk digunakan.

7. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.

(31)

8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaat pelayanan KIA.

Pengelolaan PWS KIA. Pengelolaan program KIA bertujuan

memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

(32)

Kegiatan program KIA. Untuk menunjang keberhasilan program

kesehatan ibu dan anak, ada pelaksanaan kegiatan program KIA didalamnya.

Fokus kegiatan program KIA dalam penelitian ini antara lain.

Pelayanan antenatal. Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan dengan alat timbangan dan mikrotois.

b. Ukur tekanan darah dengan alat tensimeter.

c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas) dengan meteran.

d. Ukur tinggi fundus uteri.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin dengan alat stetostop.

f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan dengan alat form skrining.

g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

h. Test laboratorium (rutin dan khusus) i. Tatalaksana kasus.

j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

(33)

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut:

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Kemenkes,2010).

Penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta

(34)

Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Sasaran Jangkauan Penyuluhan a. Kelompok umum

b. Kelompok khusus b. Sasaran Hasil Penyuluhan

Sasaran tersebut di atas yang telah mengalami perubahan pengetahuan sikap dan perilaku, dikaitkan dengan sasaran program (Hartono 2010).

Skrining HIV. Uji Tapis/Skrining adalah cara untuk mengidentifikasi

penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.

Tujuan skrining. Tujuan dari skrining HIV adalah sebagai berikut:

1. Uji Skrining dilakukan untuk mendeteksi secara dini mereka yang diduga menderita penyakit tertentu, agar dapat ditindak lanjuti.

2. Mencegah meluasnya penyakit menjadi lebih serius pada populasi risiko tinggi.

3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin terhadap penyakit tertentu.

4. Mendapatkan gambaran epidemiologis yang mendekati sebenarnya dari penyakit.

(35)

Bentuk pelaksanaan skrining HIV. Adapun bentuk pelaksanaan skrining

HIV antara lain:

1. Secara massal pada kelompok orang tertentu, misalnya dilakukan skrining terhadap seluruh kelompok masyarakat.

2. Secara selektif pada kelompok resiko tinggi, misalnya dilakukan pada kelompok WTS, tahanan penjara, pengguna jarum suntik dll.

3. Ditujukan untuk suatu penyakit tertentu atau sekaligus pada beberapa penyakit.

Dalam skrining HIV/AIDS ini terdapat tiga kriteria untuk penilaian yang harus dipenuhi, yaitu; validitas, reliabilitas dan yield. Dari kriteria validitas adalah untuk memberikan indikasi siapa yang menderita HIV dan siapa yang tidak.

Validitas mempunyai dua komponen adalah sensitifitas dan spesifitas. Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi orang yang benar-benar sakit dan mana yang tidak (true positive). Spesivisitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi/ menemukan orang dengan tepat yang benar-benar tidak menderita penyakit (true negative). Reliabilitas adalah kemampuan dari alat skrining tersebut untuk memberikan hasil yang sama pada penggunaan lebih dari satu kali dalam keadaan yang sama. Sedangkan yield adalah jumlah kasus yang dahulu tidak diketahui dan sekarang diketahui.

Jenis skrining HIV. Menurut UNAIDS/WHO terdapat 4 jenis model

skrining HIV, yaitu:

1. Pemeriksaan dan Konseling HIV (voluntary counselling and testing)

Permeriksaan HIV yang didorong oleh kemauan klien untuk mengetahui

(36)

HIV. Konseling pra-test dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

UNAIDS/WHO mendukung penggunaan uji cepat sehingga hasilnya dapat diketahui segera dan dapat diketahui segera dan dapat ditindaklanjuti langsung dengan konseling pasca test untuk yang HIV positif maupun HIV negative.

2. Pemeriksaan HIV Diagnostic

Diindikasikan pada pasien dengan tanda dan gejala yang sejalan dengan penyakit-penyakit yang terkait HIV atau AIDS, termasuk pemeriksaan terhadap tuberkulosis sebagai pemeriksaan rutin.Pada pemeriksaan ini, pasien sebaiknya diberikan informasi yang cukup sehingga pasien dapat memutuskan apakah setuju untuk dilakukan pemeriksaan HIV atau tidak. Untuk keadaan dimana pasien tidak dalam posisi memberikan persetujuan, seperti pasien psikiatrik atau pasien yang tidak sadar, pemeriksaan dapat dilakukan bila hasilnya bermanfaat bagi pasien.

Jika ini terjadi, harus ada usaha untuk mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan memberitahukan hasil tersebut dengan konseling.

3. Pemeriksaan HIV dengan inisiatif dari tenaga kesehatan (Provider-Initiated Testing and Counseling -PITC)

Dilakukan pada pasien yang sedang menjalani pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual (PMS) di klinik umum atau khusus infeksi menular seksual (IMS), sedang hamil, untuk mengatur pemberian antiretroviral untuk mencegah transmisi dari ibu ke bayi, dijumpai di klinik umum atau puskesmas di daerah dengan prevalens HIV yang tinggi dan tersedia obat antiretroviral, namun tidak memiliki gejala.

(37)

Dalam model ini, dibutuhkan mekanisme rujukan yang jelas untuk mendukung sistem perujukan ke pelayanan konseling pasca-tes HIV bagi semua pasien yang diperiksa, yang menekankan pada pencegahan dan pemberian dukungan medis serta psikososial bagi pasien yang hasil tesnya positif HIV. Pada pemeriksaan jenis ini, juga dilakukan konseling sebelum pemeriksaan, hanya saja tidak penuh seperti pada pemeriksaan jenis VCT di atas. Informasi minimal yang harus diketahui pasien pada saat melakukan informed consent adalah:

- Manfaat pemeriksaan tersebut secara klinis dan untuk pencegahan.

- Hak untuk menolak.

- Pelayanan tindak lanjut yang ditawarkan.

- Bila hasilnya positif, diberikan pemahaman untuk mengantisipasi keharusan untuk menginformasikan kepada siapa saja yang berisiko yang mungkin tidak sadar bahwa mereka terpajan dengan HIV.

Pada pemeriksaan yang sifatnya ditawarkan oleh tenaga medis, misalnya untuk tujuan diagnosis, atau untuk mengetahui status HIV-nya. Selain itu tenaga medis juga dapat menawarkan pemeriksaan HIV kepada wanita hamil untuk memberikan profilaksis antiretroviral untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke bayi. Konseling pada situasi ini harus diperbanyak agar bisa sedikit ”memaksa”

ibu untuk mengikuti program PMTCM. Meski demikian, dalam semua kondisi tersebut, pasien tetap memiliki hak untuk menolak.

4. Skrining HIV wajib

UNAIDS/WHO mendukung diberlakukannya skrining wajib bagi HIV dan

(38)

untuk transfusi atau pengolahan produk darah lainnya. Skrining wajib dibutuhkan sebelum dilakukannya prosedur-prosedur yang berkaitan dengan pemindahan cairan atau jaringan tubuh, seperti inseminasi buatan, graft kornea, dan transplantasi organ.

Kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil

dengan umur kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil (Kemenkes, 2011).

Tujuan kelas ibu hamil. Berdasarkan Kemenkes RI (2011) adalah sebagai

berikut; Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan,

perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.

Sasaran kelas ibu hamil. Peserta kelas ibu hamil berdasarkan buku

panduan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2011) sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah

(39)

peserta kelas ibu hamilmaksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1kali pertemuan.

Manajemen Puskesmas

Manajemen adalah ilmu terapan yang disesuaikan dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia yang ada di dalam organisasi tersebut, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien dan produktif (Muninjaya, 2011).

Manajemen puskesmas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).

1. P1 (Perencanaan) Puskesmas

Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam. Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.

a) Perencanaan upaya kesehatan wajib

Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan. Langkah-langkah perencanaan yang harus

(40)

1. Menyusun usulan kegiatan

Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini disusun dalam bentuk matriks (Gant Chart) yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.

Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut sertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.

2. Mengajukan usul kegiatan

Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan tersebut ke dians kesehatan kabupaten/kota untuk persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana dan prasarana, dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.

3. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).

b) Perencanaan upaya kesehatan pengembangan

(41)

Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri.

Upaya laboratorium medic, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya- upaya puskesmas. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh puskesmas. identifikasi ini

dilakukan berdasarkan ada/tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki

kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan (survey mawas diri). Apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas dengan mengikut sertakan Badan Penyantun

Puskesmas. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan puskesmas.

(42)

2. Menyusun usulan kegiatan

Langkah kedua dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.

Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart). Penyusunan rencana tahap awal pengembangan program dilakukan

melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.

3. Mengajukan usulan kegiatan

Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau pihak- pihak lain. Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus

dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembagan tersebut.

4. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).

Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upya kesehatan wajib.

(43)

2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan) puskesmas

Tujuan penggerakan dan Pelaksanaan (P2) puskesmas adalah meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga

puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral. Langkah-langkah pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a) Pengorganisasian

Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.

Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dilakukan pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.

Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral.

b) Penyelenggaraan

Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para

penanggungjawab dan para pelaksana yang telah ditetapkan pada

pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:

(44)

1. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama yang menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.

2. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.

3. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

c) Pemantauan

Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal sebagai berikut:

1. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, yang dibedakan atas dua hal yaitu telaahan internal dan telaahan eksternal. Telaahan internal merupakan telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar pelayanan. Telahaan bulanan dilakukan dalam lokakarya mini bulanan puskesmas. Telaahan eksternal merupakan telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain terkait yang ada di wilayah kerja puskesmas. telaahan triwulan ini dilakukan dalam lokakarya mini triwulan puskesmas secara lintas sektor.

3) P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)

Pengawasan merupakan proses memperoleh kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan peraturan perundang-undangan serta kewajiban yang berlaku. Pengawasan

(45)

dibedakan atas dua macam yakni pengawasan internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai

institusi pemerintah terkait. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan adanya

penyimpangan, baik terhadap rencana, standar, peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran. Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang dipergunakan pada penilaian dibedakan atas dua. Pertama, sumber data primer yakni yang berasal dari SIMPUS dan berbagai sumber data lain yang terkait, yang dikumpulkan secara khusus pada akhir tahun. Kedua, sumber data sekunder yakni data dari hasil pemantauan bulanan dan triwulanan. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014).

(46)

Kerangka Pikir

Fokus penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di puskesmas melalui indikator masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu, fokus penelitian disusun sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian INPUT

- Jumlah dan Kualitas Tenaga - Besar anggaran - Sarana dan

Prasarana

OUTPUT Pencapaian program

kesehatan ibu dan anak di puskesmas PROSES

- Pelaksanaan pelayanan antenatal - Pelaksanaan

skrining Hiv - Pelaksanaan

kelas ibu hamil

(47)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang

menyeluruh dan lengkap tentang Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Polonia Medan Tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di UPT Puskesmas Polonia Medan dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2018 sampai dengan selesai.

Informan Penelitian

Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian (appropriateness) dan asas kecukupan (adequacy). Pemilihan informan berdasarkan asas kesesuaian adalah informan yang memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan topik

penelitian. Pemilihan informan berdasarkan asas kecukupan adalah informan yang dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian.

Para Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Puskesmas

b. 1 orang Bidan Koordinator, 2 orang bidan/perawat dari ruangan KIA di Puskesmas Polonia.

c. Ibu hamil di wilayah kerja puskesmas berjumlah 3 orang.

(48)

Definisi Konsep

Beberapa definisi konsep yang harus diketahui antara lain adalah:

1. Masukan (input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di puskesmas, sehingga dapat berjalan dengan baik, meliputi:

a. Jumlah dan Kualitas Tenaga adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan dibidang kesehatan yang melaksanakan program kesehatan ibu dan anak.

b. Besar Anggaran adalah biaya atau materi berupa uang yang digunakan untuk program kesehatan ibu dan anak.

c. Sarana, prasarana, dan peralatan adalah sesuatu yang digunakan termasuk didalamnya tempat, media, peralatan pendukung dalam terlaksananya program kesehatan ibu dan anak.

2. Proses (process) merupakan kegiatan-kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak yaitu pelayanan antenatal, skrining HIV, dan kelas ibu hamil.

3. Keluaran (output) adalah pencapaian hasil kegiatan pelaksanaan kesehatan ibu dan anak di puskesmas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Permenkes No.741 tahun 2008 dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 (95%).

(49)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu :

1. Data primer diperoleh melalui hasil observasi/pengamatan dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan berpedoman pada panduan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Informan diwawancarai pada waktu yang berbeda.

2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari profil Puskesmas Polonia.

Instrumen penelitian. Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (Indepth Interview) peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi, voice recorder, notes dan alat tulis.

Metode Pengukuran

Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Triangulasi yang digunakan oleh peneliti yaitu triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2012).

(50)

Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi secara sistematis, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and Huberman (Sugiyono, 2012) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data ini adalah display data atau penyajian data. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan memudahkan dalam merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

(51)

3. Verifikasi Data

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(52)

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak geografis. Puskesmas Polonia berdiri pada tanggal 1 Mei 1980, terletak di Kecamatan Medan Polonia tepatnya di Jl. Polonia Gang A Kelurahan Medan Polonia. Jarak Puskesmas dengan Dinas Kota Medan Tingkat II berkisar 44,5 km, sehingga letak Puskesmas Polonia dapat dicapat dengan kendaraan.

Batas-batas wilayah kerja puskesmas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Johor Sebelah Barat : Kecamatan Medan Baru Sebelah Timur : Kecamatan Medan Maimun

Wilayah kerja Puskesmas Poloniadalam melaksanakan kegiatannya mempunyai luas wilayah 892 Ha dengan jumlah lingkungan sebanyak 46 lingkungan yang terbagi menjadi lima wilayah kerja, yaitu:

1. Kelurahan Polonia 2. Kelurahan Anggrung 3. Kelurahan Madras Hulu 4. Kelurahan Suka Damai 5. Kelurahan Sari Rejo.

(53)

Gambar 2. Bangunan Puskesmas Polonia

Demografis. Puskesmas Polonia memiliki penduduk sebesar 56.880 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 28.903 jiwa dan perempuan sebanyak 28.787 jiwa.

Tabel 1

Data Demografi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kelurahan Jumlah Lingkungan Luas

Ha Jumlah Penduduk/Jiwa

Polonia 13 1.027 9.163

Anggrung 8 94,95 843

Madras Hulu 10 158,74 1.416

Suka Damai 6 298,4 2.662

Sari Rejo 9 1.570 14.005

Medan Polonia 46 3.149 55.949

Sumber: Profil Puskesmas Polonia 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Sari Rejo yaitu 14.005 jiwa dan Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Kelurahan Anggrung yaitu 843 jiwa.

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas

(54)

Tabel 2

Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia

Pendidikan Jumlah

S2 Kesehan Masyarakat 2

S1 Kedokteran Umum 6

S1 Kedokteran Gigi 1

S1 Kesehatan Masyarakat 1

S1 Keperawatan 1

S1 Farmasi 1

D4 Bidan Pendidik 1

D3 Kebidanan 5

D3 Keperawatan 2

D3 Gizi 1

D3 Kesehatan Gigi 1

D3 Analis Kesehatan 1

Sekolah Menengah Farmasi 1

Total 24

Sumber: Profil Puskesmas Polonia Tahun 2017

Sarana dan prasarana kesehatan. Prasarana yang tersedia untuk

kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat di Puskesmas Polonia disediakan 4 unit sepeda motor. Sarana yang terlihat di Puskesmas Polonia dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3

Sarana Kesehatan di Puskesmas Plonia Tahun 2018

Sarana Kesehatan Jumlah

Ruang Kepala Puskesmas/TU 1 Unit

Ruang Gizi/UKS 1 Unit

Ruang Dokter/Poli Umum 2 Unit

Ruang Obat 1 Unit

Ruang KB/KIA/Imunisasi 1 Unit

Ruang Klinik Gigi 1 Unit

Ruang Laboraturium 1 Unit

Ruang Arsip/Folder Pasien 1 Unit

Ruang Tunggu Pasien 1 Unit

Ruang Pendaftaran 1 Unit

Sumber: Profil Puskesmas Polonia Tahun 2017

(55)

Karakteristik Informan

Jumlah informan penelitian sebanyak 7 informan, yang terdiri dari 1 informan Kepala Puskesmas, 1 informan Bidan Koordinator, 2 informan Bidan/Perawat dari Ruangan KIA, dan 3 informan Ibu Hamil di wilayah kerja Puskesmas. Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2018 – 28 November 2018 di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Adapun karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4

Karakteristik Informan

Nama Umur Jenis

Kelamin Pendidikan

Terakhir Jabatan

dr. Surya S. Pulungan,

M.Kes 43 Laki-Laki

Magister Kesehatan Masyarakat

Kepala Puskesmas Rismanidar, AMKeb 48 Perempuan D3 Kebidanan Koordinator KIA Eva Judika, AMKeb 45 Perempuan D3 Kebidanan Bidan

Meriam P, AMKeb 44 Perempuan D3 Kebidanan Bidan

Lia Indriwati 28 Perempuan SMA Ibu Hamil

Astriani 35 Perempuan SMA Ibu Hamil

Irnayanti 33 Perempuan SMA Ibu Hamil

Masukan (Input)

Input merupakan komponen yang memberikan masukan untuk

berfungsinya satu sistem seperti sistem pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak yaitu: jumlah dan kualitas tenaga, sarana dan prasarana kesehatan, dan besar anggaran.

(56)

Jumlah dan kualitas tenaga. Jumlah dan kualitas tenaga adalah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan yang terlibat dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak, yaitu petugas puskesmas.

Hasil wawancara tentang ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Polonia dijelaskan oleh Kepala Puskesmas sebagai berikut:

“Kalau petugas untuk program kesehatan ibu dan anak ada 1 orang bidan koordinatornya. Jika ada kegiatan petugas yang lain ikut serta untuk membantu kegiatan tersebut. Dan sejauh ini saya rasa sudah cukup.

Pelatihan untuk tenaga puskesmasnya ada, pelatihan biasanya dinas kesehatan yang mengadakan, yang saya tau sih cuman ada pelatihan tentang pelayanan antenatal, kalau pelatihan skrining HIV dan kelas ibu hamil keknya belum ada” (Informan 1)

Sejalan dengan pernyataan oleh bidan koordinator KIA yang mengemukakan:

“Petugas untuk program kesehatan ibu dan anak 1 orang dan saya sebagai penanggung jawabnya. Kalau saya sendiri saya keteteranla jadi misalnya ada kegiatan bidan lain juga ikut serta dan bukan cuman saya sendiri. Kalau pelatihan untuk saya sebagai bidan ada waktu saya sekolah dulu, dan kemaren dinas kesehatan juga mengadakan pelatihan cuman saya lupa udah lama.” (Informan 2)

Kutipan tersebut ditambahkan oleh bidan pelaksana program KIA yang mengemukakan:

“Kalau ada kegiatan seperti kelas ibu hamil aja sih biasanya yang ikut ngebantu. Kalau kegiatannya yang tidak perlu anggota banyak ya kami tidak ikut serta. Palingan kami bekerja sesuai tanggung jawab kami sebagai pemegang program” (Informan 3,4)

Berdasarkan kutipan diatas diperoleh informasi bahwa petugas untuk program kesehatan ibu dan anak berjumlah 1 orang. 1 orang petugas tidak cukup untuk melaksanakan kegiatan yang maksimal, jika ada kegiatan program

(57)

kesehatan ibu dan anak bidan lain ikut serta untuk melaksanakan kegiatan.

Pelatihan tenaga kesehatan tidak diadakan secara berkesinambungan, hanya sesuai panggilan dari Dinas Kesehatan.

Menurut agustino (2006) menyatakan bahwa keberhasilan proses implementasi tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam menentukan keberhasilan dalam proses implementasi, tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Kompetensi juga merupakan hal yang sangat penting bagi pelaksanaan kebijakan di lapangan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

Menurut Indihano (2009), kegagalan dalam implementasi sering terjadi karena staf tidak mencukupi, tidak memadai ataupun tidak kompeten dibidangnya, penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan atau program itu sendiri.

Keberhasilan puskesmas dalam menjalankan program, ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas. Tetapi yang dihadapi puskesmas polonia terkait jumlah tenaga kesehatan pada program KIA yang bertanggung jawab hanya berjumlah 1 orang bidan dibantu dengan bidan lainnya, walaupun pelaksanaan program tersebut dibantu bidan lain tetapi dengan jumlah tenaga kesehatan serta tugas yang dimiliki menyebabkan adanya tugas

(58)

maksimal dan menimbulkan beban kerja bagi petugas yang dapat mempengaruhi kinerja petugas tersebut. Seharusnya ada penambahan 2 petugas kesehatan untuk program KIA agar tidak terjadi tumpang tindih tugas pokok. Pelatihan tenaga kesehatan juga tidak diadakan secara berkesinambungan. Akibatnya, program kesehatan ibu dan anak belum berjalan dengan efektif.

Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak seperti tempat, media dan peralatan mendukung.

Hasil penelitian mengenai sarana dan prasarana program kesehatan ibu dan anak dinyatakan oleh Kepala Puskesmas Polonia sebagai berikut:

“Ruangan pemeriksaan KIA ada dan perlengkapan nya pun sudah hampir mencukupi tapi masih ada juga yang kurang. Kalau kelas ibu hamil tidak bisa dilaksanakan di puskesmas karna tidak ada tempatnya, jadi kelas ibu hamil dilaksanakan di rumah kader. Untuk skrining hiv pun disini tidak ada peralatannya jadi kalau mau meriksa di bawa ke puskesmas padang bulan.” (Informan 1)

Sejalan dengan pernyataan dari Bidan Koordinator KIA mengenai sarana dan prasarana di Puskesmas Polonia mengemukakan:

“Kalau untuk sarana dan prasarana KIA saya rasa sudah hampir cukup, tapi tidak ada alat USG karena juga dokter spesialis obgyn juga tidak ada disini. Ada juga sih sebagian alat yang rusak dan belum diganti. Kalau skrining HIV pemeriksaan nya diluar puskesmas polonia dan biasanya kalau mau meriksa dibawa ke puskesmas padang bulan karna disini juga gak ada peralatan nya. Kelas ibu hamil pun tidak diadakan di puskesmas tapi dirumah kepling atau di klinik karna disini gak ada ruangan buat pelaksanaan kelas ibu hamilnya.” (Informan 2)

Berdasarkan pernyataan informan diatas, dapat diperoleh informasi bahwa fasilitas di Puskesmas masih banyak yang harus ditambahkan seperti alat-alat

(59)

untuk skrining HIV dan belum tersedia pelayanan pemeriksaan kehamilan menggunakan alat Ultrasonography (USG). Tidak adanya ruangan untuk pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu hamil yang diadakan dirumah kepling di wilayah kerja puskesmas. Jika terdapat kekurangan atau kerusakan pada sarana dan prasarana merupakan tanggungjawab Dinas Kesehatan dalam memenuhi kekurangan tersebut.

Menurut Kemenkes RI (2014) ruangan pemeriksaan ibu hamil harus memenuhi standar kesehatan yaitu tersedianya air bersih yang memenuhi syarat fisik kimia dan bakteriologik, pencahayaan yang cukup, ventilasi yang cukup dan terjamin keamanannya, serta ruangan yang luas sehingga memberikan

kenyamanan bagi bidan dalam memberikan pelayanan.

Menurut penelitian Tanjung (2016) mengatakan bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama di tuntut untuk memenuhi persyaratan untuk memberikan

pelayanan kepada seluruh masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bersinergi dalam melaksanakan program pemerintah bidang kesehatan khususnya program KIA, jika sarana dan sumberdaya kesehatan lainnya tidak ada, rusak atau masih kurang harusnya perlu adanya kebijakan pembangunan,

peningkatan ataupun perbaikan agar pencapain Program KIA dapat meningkat.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solang dkk (2012) menyatakan bahwa kurangnya fasilitas yang tersedia di tempat pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi motivasi ibu hamil untuk datang berkunjung memeriksakan kehamilannya.

(60)

Kegiatan program KIA seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan maksimal.

Tujuan program kesehatan ibu dan anak tidak akan tercapai jika sarana dan

prasarana tidak mendukung. Dengan demikian, sarana dan prasarana di puskesmas polonia masih perlu ada yang ditambahkan. Sesuai observasi yang dilakukan oleh peneliti diruangan KIA yang digunakan untuk pelayanan antenatal di puskesmas yang dirasa masih kurang luas/sempit dikarenakan banyak barang berukuran besar seperti lemari, meja, dan kursi. Sarana kesehatan yang cukup dan memadai mempunyai peranan besar dalam menunjang pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak.

Besar anggaran. Besar anggaran adalah dana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak.

Hasil penelitian mengenai besar anggaran di Puskesmas Polonia untuk pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia sebagai berikut:

“Untuk anggaran berasal dari BOK, kalau ditanya cukup atau tidak ya sebenarnya tidak cukup, tapi kita maksimalkan saja dana yang ada, karena minta dana ke Dinas kan tidak mudah.” (Informan 1)

Hal tersebut didukung pula oleh informan lain yaitu bidan diruangan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Polonia yang mengemukakan:

“Anggaran di puskemas berasal dari BOK. Sebenarnya sih dananya juga masih kurang cuman ya dicukupkan ajalah. Misalnya ada yang kurang tinggal bilang ke kapus aja nanti kapus yang minta ke Dinas nya.”

(Informan 2,3,4)

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitianINPUT- Jumlah dan Kualitas Tenaga- Besar anggaran- Sarana dan Prasarana OUTPUT Pencapaian program
Gambar 2. Bangunan Puskesmas Polonia
Tabel Observasi Sarana Prasarana Ruangan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Gambar 1. Wawancara langsung dengan informan
+3

Referensi

Dokumen terkait

c. Melalui diskusi kelompok LKPD 3 “Gangguan System Peredaran Darah dan Upaya Menjaga Kesehatan Sistem Peredaran Darah”, peserta didik membuat kesimpulan

Dari hasil analisis pandangan tokoh-tokoh di atas, dapat dipahami bahwa dalam surat yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad, manusialah yang mendapat mandat

meningkatkan kandungan humus dan menggemburkan tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara dalam tanah yang membuat kangkung tumbuh secara baik, bila

Sistem konsonan bahasa Cina 28 vokal kompleks bahasa Cina 19 Konsonan perbendaharaan asli bahasa Melayu 8 Konsonan pinjaman bahasa Melayu Diftong dan vokal bahasa Melayu Jumlah

1) Konsep merupakan dasar dari penerapan beberapa prinsip desain terhadap perancangan Pusat Kuliner dan Oleh-oleh Khas Riau. 2) Penzoningan bertujuan untuk membedakan

Berdasarkan penentuan keragaman galur kecipir, terdapat keragaman sedang pada karakter jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, berat per polong,

Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau

a) Nilai konstanta sebesar 23,222 artinya jika variabel terikat financial management behavior (Y) tidak dipengaruhi oleh ketiga variabel bebasnya, X1, X2, X3 = 0,