• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH (Oryza nivara) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH (Oryza nivara) SEBAGAI ANTIOKSIDAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH (Oryza nivara) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

RIFKA ANGGRAINI ANGGAI, HAMSIDAR HASAN, S.Si.,M.Si.,Apt, NURAIN THOMAS,S.Si.,M,Si.,Apt.

Program Studi S1 Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Email: Rifkaanggai@rocketmail.com

ABSTRAK

Antioksidan merupakan salah satu bagian penting dalam dunia kesehatan yang banyak digunakan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang berasal dari radikal bebas.

Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak beras merah (Oryza nivara) sangat dibutuhkan sebagai alternatif penggunaan antioksidan alami, akan tetapi dalam hal ini kurang didukung oleh bentuk fisik jika digunakan secara topikal. Tujuan dari penelitian ini, yaitu memformulasikan ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) yang memiliki efektivitas antioksidan dalam bentuk mikroemulsi yang stabil secara fisik. Pada penelitian ini terdapat 11 formula optimasi basis dengan variasi perbandingan minyak (Sweet almond oil), dan campuran surfaktan (Tween 80)-kosurfaktan (PEG 400). Hasil optimasi basis F10 (Tween 80 27,5%; PEG 400 25%) dilanjutkan pada formulasi sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) dengan konsentrasi ekstrak 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. Semua formula dievaluasi stabilitas fisik meliputi organoleptis, pH, viskositas, freeze thaw, sentrifugasi dan uji efektivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol beras merah dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi yang stabil dengan tampilan fisik yang jernih dan memiliki efektivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 45,87 μg/ml.

Kata Kunci: Sediaan Mikroemulsi, Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), Antioksidan

(2)

FORMULATION AND EVALUATION OF MICROEMULSION FORM ETHANOL EXTRACT OF RED RICE (Oryza nivara) AS ANTIOXIDANT

RIFKA ANGGRAINI ANGGAI, HAMSIDAR HASAN, S.Si.,M.Si.,Apt, NURAIN THOMAS,S.Si.,M,Si.,Apt.

Study Program of Pharmacy State University of Gorontalo

Email: Rifkaanggai@rocketmail.com

ABSTRACK

Antioxidant is one of important parts in health world that is widely used to prevent various diseases that come from free radicals. The compound of flavonoids in red rice extract (Oryza nivara) is needed as an alternative to the use of natural antioxidant, but in this case it is not supported by the physical form when it is used topically. The research aimed at formulating the ethanol extract of red rice (Oryza nivara) whichhad the effectiveness of antioxidants in the form of physical stable microemulsion. This research found 11 formulas of base optimization with variation in oil comparison (sweet almond oil), and mixture of surfactants (Tween 80)-Cosurfactant (PEG 400).

F10 base optimization results (Tween 80 27,5%; PEG 400 25%) continued in the microemulsion formulation of ethanol extract of red rice (Oryza nivara) with extract concentration 5% b/v, 10% b/v, 15% b/v. All formula were evaluated the physical stability which included organoleptic, pH, viscosity, freeze thaw, centrifugation and effectiveness of antioxidants test with DPPH method. The result showed that ethanol extract of red rice could be formulated in a stable microemulsion with a clear physical appearance and had antioxidant effectiveness with IC50 value of 45,87 μg/ml.

Keywords : Microemulsion, Ethanol Extract of Red Rice (Oryza nivara), Antioxidant

(3)

PENDAHULUAN

Antioksidan merupakan salah satu bagian penting dalam dunia kesehatan yang banyak digunakan untuk mencegah berbagai macam penyakit yang berasal dari radikal bebas. Adanya radikal bebas yang berasal dari berbagai macam zat asing yang dapat diperoleh saat beraktivitas sehari-hari, seperti asap rokok, sinar UV, asap kenderaan, dan lain-lain menimbulkan kekhawatiran berkurangnya elastisitas dari kulit.

Antioksidan dibutuhkan untuk mengatasi adanya radikal bebas, dimana antioksidan bukan hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk merawat dan mempercantik kulit sekaligus mencegah penuaan dini. Antioksidan banyak terkandung dalam buah- buahan, sayuran, minuman herbal, bahkan pada ekstrak beras merah (Oryza nivara).

Ekstrak beras merah (Oryza nivara) telah terbukti memiliki efek antioksidan dengan adanya senyawa flavonoid, dimana hasil penelitian dari Tisnadjaja (2012) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari fermentasi beras merah (angkak Oryza nivara) memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 lebih rendah, yakni berkisar antara 90- 100 ppm. Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) selain bisa menurunkan LDL dan meningkatkan HDL, juga memiliki kemampuan untuk menghambat terjadinya oksidasi lipid.

Kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak beras merah (Oryza nivara) sangat dibutuhkan sebagai alternatif penggunaan antioksidan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Ekstrak beras

merah (Oryza nivara) yang memiliki antioksidan alami dalam hal ini kurang didukung oleh bentuk fisik jika digunakan secara topikal karena kesulitan dari ekstrak tersebut dalam menembus lapisan dalam kulit dan tidak adanya kenyamanan saat digunakan. Untuk memudahkan pengaplikasian dari ekstrak beras merah yang memiliki efek antioksidan tentunya membutuhkan sistem penghantaran yang efektif yang diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan guna mencapai terapi yang optimum, oleh karena itu, ekstrak beras merah (Oryza nivara) dibuat dalam sediaan mikroemulsi.

Mikroemulsi merupakan bentuk pengembangan dari sediaan emulsi, yang mempunyai tingkat solubilisasi yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan bioavaibilitas obat di dalam tubuh. Sediaan mikroemulsi lebih disukai karena stabilitasnya yang baik dan meningkatkan absorpsi dari zat aktif dalam aplikasi topikal. Sediaan mikroemulsi memiliki bentuk fisik yang jernih, transparan, sehingga menambah nilai estetika dari bentuk sediaan ini. Menurut Schoenwald dan Flnagan (1989) mikroemulsi juga bisa digunakan secara topikal. Mikroemulsi lebih cepat menembus lapisan-lapisan kulit manusia karena terdapat bagian yang hidrofilik. Ukuran partikel yang sangat kecil semakin mempercepat mikroemulsi menembus lapisan- lapisan kulit manusia sehingga dapat mengurangi proses abrasi.

Tujuan dari penelitian ini, yaitu memformulasikan ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) yang memiliki efektivitas antioksidan dalam bentuk

(4)

mikroemulsi yang stabil secara fisik METODE PENELITIAN

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sendok tanduk, gelas kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), batang pengaduk, bejana maserasi (Pyrex), rotary evaporator (Heidolf®), timbangan analitik (Precisa®), spektrofotometer tipe UV/VIS, tabung reaksi (Pyrex), pengaduk elektrik, viskometer, pH meter, sentrifugasi, particle size analyser (DelsaTM Nano C, Beckman Coulter), mikroskop digital (Dino Lite), satu set alat blender, vial, rak tabung, mortar, stamper, cawan porselin.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras merah (Oryza nivara), etanol 96% p.a, sweet almond oil, PEG 400, tween 80, asam sitrat, natrium sitrat, α-tokoferol, DMDM hydantoin, NaOH, DPPH (1,1- difenil-2-pikrilhidrazil).

Prosedur penelitian Pengambilan Sampel

Sampel beras merah diambil di supermarket di daerah Gorontalo.

Pengolahan Beras merah

Sampel beras merah awalnya dibersihkan dan kemudian diblender sampai diperoleh serbuk beras merah yang halus.

Pembuatan ekstrak beras merah Serbuk beras merah ditimbang sebanyak 4000 gram, dimasukkan ke dalam bejana maserasi kemudian ditambahkan dengan etanol 96%

sampai semua serbuk terendam sempurna. Kemudian diaduk dengan magnetic stirrer sebelum didiamkan selama 24 jam. Setelah itu disaring

menggunakan kertas saring dan hasil ekstraksi berupa ekstrak cair dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental, dan dilanjutkan dengan pengeringan di dalam lemari pengering dengan suhu 50oC.

Skrining fitokimia

Sebanyak 1 gram ekstrak beras merah (Oryza nivara) dimasukkan dalam tabung reaksi, diencerkan dengan beberapa tetes alkohol 70%, dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi, seperti NaOH 10%, HCl serbuk Mg dan HCl.

Optimasi basis mikroemulsi

Tahap pembuatan sediaan mikroemulsi, diawali dengan optimasi minyak, air dengan campuran surfaktan dan kosurfaktan. Dalam optimasi ini, PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan, sedangkan tween 80 sebagai surfaktan. Masing-masing bahan tersebut diformulasikan dengan fase minyak Sweet almond oil. Langkah pembuatan optimasi tersebut dilakukan dengan mencampur surfaktan dan kosurfaktan (campuran 1), kemudian ditambahkan sweet almond oil dan distirrer dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 200 rpm hingga homogen (campuran 2). Ke dalam campuran 2 ditambahkan air kemudian distirer sampai terbentuk campuran homogen. Setiap formula basis dilakukan pengamatan pada tampilan fisik, yakni dari tingkat kekeruhan basis mikroemulsi selama 24 jam, kemudian dilanjutkan dengan uji sentrifugasi.

Pembuatan mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara)

Bedasarkan hasil optimasi basis mikroemulsi dengan variasi jenis

(5)

surfaktan dan kosurfaktan dalam basis mikroemulsi yang memberikan tampilan fisik yang jernih diteruskan untuk formulasi mikroemulsi ekstrak beras merah dengan memvariasikan konsentrasi daari ekstrak etanol beras merah 5%, 10% dan 15%.

Evaluasi fisik sediaan mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara) Evaluasi pH

Pengukuran pH sediaan dapat diukur dengan menggunakan alat potensiometrik (pH meter). Evaluasi ini dilakukan selama 30 hari, dimana sediaan diukur pH-nya selama penyimpanan pada suhu ruang.

Evaluasi viskositas

Pengukuran dilakukan dengan Viscometer Brookfield. Wadah diisi ± 250 mL dengan sediaan yang akan diuji lalu dipasang spindle yang sesuai sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup ke dalam sediaan. Nyalakan motor dan biarkan spindle berputar sampai pembacaan stabil.

Evaluasi Freeze Thaw

Sediaan mikroemulsi disimpan pada suhu dingin 4oC selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40oC selama 24 jam, proses ini dihitung 1 siklus. Percobaan ini dilakukan selama 7 siklus.

Evaluasi sentrifugasi

Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3750 rpm selama 30 menit. Uji sentrifugasi ini menggambarkan kestabilan mikroemulsi karena pengaruh gravitasi yang setara selama 1 tahun.

Uji Efektivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi dari Ekstrak Etanol Beras Merah (Oryza nivara)

Pembuatan larutan DPPH

Larutan pereaksi adalah larutan DPPH 0,5 mM dalam pelarut etanol yang dibuat dengan menimbang 0,018 g serbuk DPPH kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL ditambahkan ke dalamnya etanol sampai tanda batas, sehingga didapatkan konsentrasi 0,5 mM yang dihitung terhadap BM DPPH sebesar 394,32 g/mol. Penyiapan larutan DPPH 0,5 mM ini sesuai dengan metode Kwon dan Kim (2003).

Pengukuran aktivitas antioksidan blangko/Scanning

Dilakukan scanning untuk menentukan panjang gelombang maksimum larutan DPPH. Sebanyak 1 mL DPPH 0,5 mM ditambah dengan etanol p.a. hingga volume 4 mL kemudian divorteks hingga homogen.

Kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 400-700 nm.

Uji aktivitas antioskidan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara)

Pengujian aktivitas antioksidan dari sediaan mikrosemulsi beras merah (Oryza nivara) dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian divorteks dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.

Pengukuran aktivitas antioksidan larutan kontrol positif (Vitamin E)

Pengujian aktivitas antioksidan dari larutan kontrol positif, yakni

(6)

vitamin E, dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml larutan vitamin E, 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan hingga 5 ml dengan etanol p.a, kemudian divorteks dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.

Besarnya daya antioksidan diukur dengan rumus:

Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah konsentrasi antioksidan (μg/mL) yang mampu memberikan persen peredaman radikal sebanyak 50% dibanding kontrol melalui suatu persamaan garis. Nilai IC50 diperoleh dari perpotongan garis antara 50% daya hambatan dengan sumbu konsentrasi, kemudian masukkan kepersamaan y = a + bx dimana y = 50 dan nilai antilog dari x menunjukkan IC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mikroemulsi merupakan bentuk pengembangan dari sediaan emulsi, yang stabilitasnya baik dan dapat meningkatkan absorpsi dari zat aktif dalam aplikasi topikal. Kandungan alami senyawa flavonoid yang berefektivitas sebagai antioksidan dalam ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) membutuhkan sistem penghantaran yang efektif yang diformulasikan dalam suatu bentuk sediaan guna mencapai terapi yang optimum. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan sediaan mikroemulsi dari ekstrak beras merah (Oryza nivara) yang stabil dan memiliki efek sebagai antioksidan.

Pada uji flavonoid ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) digunakan tiga metode, yakni NaOH, Wilstater, dan Bate-smith menunjukkan ekstrak beras merah positif mengandung senyawa flavonoid menggunakan metode wilstater, bate-smith, dan beberapa tetes dari pereaksi NaOH 10%, dimana hasil positif tersebut ditunjukkan dengan warna merah yang konstan atau jingga, hal ini sesuai dengan penelitian Daud (2014) menunjukkan ekstrak beras merah positif mengandung senyawa flavonoid dengan warna merah konstan yang ditunjukkan dengan menggunakan pereaksi NaOH 10%. Hal ini juga serupa dengan penelitian Sjahid (2008) ekstrak kental diklorometana daun A.camansi setelah dilakukan uji kandungan flavonoid dengan metode Wilstater menunjukakan hasil positif, hal ini dapat dilihat dari perubahan warna ekstrak kental daun A.camansi yakni dari warna hijau kecoklatan menjadi kuning kemerahan yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil skrining fitokimia

Senyawa Metode Pereaksi Hasil Uji Ket

Flavonoid

NaOH NaOH

10%

Merah bata (+) Wilstater

HCl + Serbuk Mg

Merah (+) Bate-

smith HCl Jingga (+)

Langkah selanjutnya adalah tahap optimasi basis mikroemulsi yang terdiri dari minyak, campuran surfaktan-kosurfaktan dan air.

Optimasi basis dilakukan dengan membuat 11 formula dengan

(7)

memvariasikan konsentrasi surfaktan, yakni Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 400 sebagai kosurfaktan dari perbandingan konsentrasi rendah hingga konsentrasi yang tinggi yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dengan memperhatikan tampilan fisik dari basis yang menunjukkan kejernihan.

Dalam formulasi ini, tween 80 sebagai surfaktan sedangkan PEG 400 dipilih sebagai kosurfaktan. Hasil optimasi basis menunjukkan pada Formula 1- Formula 9 telihat tampilan fisik yang keruh, sedangkan terlihat tampilan fisik yang jernih pada F10 (tween 80 27,5%, PEG 400 22,5% dan F11 (tween 80 30%, PEG 400 25%). Terjadi tampilan fisik yang keruh pada F1-F9 karena surfaktan tidak mampu untuk menurunkan tegangan permukaan, melapisi permukaan globul minyak sebagai fase terdispersi dan kosurfaktan untuk meningkatkan kerja dari surfaktan dalam melapisi celah antar surfaktan yang terdapat pada permukaan globul, dimana menurut Malakar (2011) sediaan mikroemulsi terjadi karena ketepatan rasio, minyak, campuran surfaktan-kosurfaktan dan air.

Tabel 2 Optimasi Basis Mikroemulsi perbandingan minyak dan campuran surfaktan- kosurfaktan

Setelah dilakukan optimasi basis mikroemulsi, dilanjutkan dengan pembuatan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), terlihat pada tabel 4.3 menunjukkan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) memberikan tampilan fisik yang jernih dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara), yakni 5%, 10% dan 15%.

Tabel 3 Formulasi mikroemulsi ekstrak beras merah (Oryza nivara)

Dilanjutkan dengan uji stabilitas yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji freeze thaw, dan uji sentrifugasi, menurut Purnamasari (2012) evaluasi sediaan mikroemulsi perlu dilakukan untuk mengetahui sediaan mikroemulsi sebelum dan sesudah dilakukan uji kestabilan menggunakan parameter-parameter fisik, sehingga dapat diketahui kestabilan fisik dari sediaan. Diawali dengan stabilitas pH dan viskositas yang dilakukan pada suhu ruangan dengan suhu 15-30oC diukur dengan menggunakan pH meter, menurut Martin dkk (1993) viskositas adalah

Bahan

Formula %

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 1:1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10 1:11 Sweet

almond oil

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Tween

80 3,5 7,5 10,5 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30 PEG

400 1,5 2,5 4,5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 Air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Hasil K K K K K K K K AK J J

Bahan

Formula % F10A F10B F10C

1:10 1:10 1:10

Ekstrak Etanol

beras merah 5 10 15

Sweet almond oil 5 5 5

Tween 80 27,5 27,5 27,5

PEG 400 22,5 22,5 22,5

α tokoferol 0,05 0,05 0,05

Asam sitrat 0,324 0,324 0,324

Natrium sitrat 1,79 1,79 1,79

DMDM hydantoin 0,1 0,1 0,1

Air 100 100 100

Evaluasi kejernihan J J J

Keterangan: AK: Agak keruh K : Keruh J : Jernih

Keterangan: AK: Agak keruh K : Keruh J : Jernih

(8)

suatu pernyataan tekanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin rendah viskositas maka makin tinggi tahanannya. Viskositas merupakan tolak ukur fisik yang biasanya diukur untuk menaksir pengaruh kondisi tekanan pada mikroemulsi, dimana berdasarkan tabel 4 bahwa hasil pengukuran pH selama T0-T30 adalah berkisar ±7, hal tersebut sesuai dengan pH cairan fisiologis tubuh yakni 7,34- 7,45, sedangkan pada pada tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran viskositas berkisar ±1.000, menurut Purnamasari (2012) sediaan mikroemulsi menunjukkan sifat alir pseduoplastis dan mendekati aliran newton. Hal ini dikarenakan pada sediaan mikroemulsi memiliki ukuran partikel yang sangat kecil yang menyerupai suatu larutan tunggal, sehingga viskositas sediaan mikroemulsi cukup rendah.

Tabel 4. Evaluasi pH

Tabel 5. Evaluasi viskositas

Waktu/T (hari)

Viskositas

5% 10% 15%

0 1.108 ±4,04 1.106±4,58 1.109±3,05 5 1.120±7 1.122±3,05 1.124±3,21 10 1.128±3,05 1.128±2,64 1.123±3,51 15 1.121±3,78 1.127±1 1.132±4,16 20 1.125±2 1.110±8,5 1.133±3,60 25 1.122±4,16 1.125±2,08 1.172±1,52 30 1.107±5,29 1.190±3,05 1.105±3,05

Pada uji stabilitas Freeze thaw sediaan diamati pH dan viskositasnya pada dua kondisi yaitu pada suhu 40oC dan pada suhu 5oC selama 7 siklus atau satu bulan, menurut (Noe, 2014) dalam satu siklus terdiri dari 48 jam pada suhu

5oC dan 48 jam pada suhu 40oC, dan setiap siklus diperiksa pH dan viskositasnya. Hasil pengukuran pH dan viskositas terlihat pada tabel 6 dan tabel 7 yang menunjukkan pH dari sediaan adalah 6-7 dan viskositas sediaan adalah ±1.000, menurut Husnul (2014) tidak ada tanda pemisahan fase seperti pengendapan, pecah, atau gumpalan pada uji freeze thaw, menunjukkan sediaan mikroemulsi stabil pada suhu tinggi dan suhu re/ndah. Hasil dari pengujian pH, viskositas dan freeze thaw dilanjutkan pada analisis statistik Annava untuk melihat adanya perbedaan yang signifikan dari tiap formula pada setiap pengujian, dikatakan signifikan (α=5%)= 0,05 dan hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari tiap formula saat setiap pengujian.

Tabel 6. Evaluasi pH pada suhu 5oC dan 40oC

Tabel 7. Evaluasi viskositas pada suhu 5oC dan 40oC

Waktu/T (hari)

Viskositas

5% 10% 15%

0 1.127±3,05 1.119±2 1.109±2,08 5 1.121±4,58 1.119±2,08 1.190±2 10 1.129±2 1.126±3,05 1.125±2 15 1.133±5,29 1.125±2 1.129±2,51 20 1.124±3,05 1.126±3,05 1.122±3,78 25 1.126±5,50 1.123±2 1.122±2,64 30 1.121±1,52 1.124±3,60 1.123±3,05

Pada tabel 8 menunjukkan hasil evaluasi sediaan mikroemulsi menggunakan alat sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, yakni tidak terjadi pemisahan fase dari sediaan mikroemulsi. Pengujian ini

Waktu/T (hari)

pH

5% 10% 15%

0 7,15±0,04 7,19±0,03 7,11±0,01 5 7,14±0,04 7,13±0,02 7,15±0,03 1/0 7,20±0,01 7,15±0,02 7,15±0,03 15 7,17±0,05 7,14±0,01 7,13±0,02 20 7,17±0,04 7,17±0,02 7,11±0,01 25 7,16±0,01 7,14±0,02 7,14±0,04 30 7,21±0,01 7,14±0,03 7,22±0,01

Waktu/T (hari)

pH

5% 10% 15%

0 7,02 ±0,01 7,14±0,01 7,16±0,01 5 7,17 ±0,01 7,12±0,01 7,19±0,01 10 7,15 ±0,02 7,15±0,03 7,09±0,01 15 7,10 ±0,01 7,12±0,01 7,2±0,03 20 7,14 ±0,01 7,14±0,03 7,16±0,03 25 7,15±0,01 7,12±0,01 7,14±0,03 30 7,22±0,01 7,13±0,03 7,20±0,01

(9)

dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan dalam kurun waktu 1 tahun.

Tabel 8. Evaluasi sentrifus

Langkah selanjutnya, dilakukan uji efektivitas antioksidan sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% menggunakan metode peredaman radikal bebas (DPPH).

Menurut Hanani (2005) metode serapan radikal DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat. Menurut Silalahi (2010) aktivitas antioksidan merupakan kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan proses penghambatan.

Parameter yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibiton Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persentase (%) penghambatan 50%.

Berdasarkan uji efektivitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometri, larutan DPPH yang merupakan larutan blangko memiliki serapan sebesar 0,486 pada panjang

gelombang 517 nm, larutan vitamin E sebagai larutan kontrol positif, absorbansinya sebesar 0,0099 pada konsentrasi 5%, 0,0095 pada konsentrasi 10%, dan pada konsentrasi 15% sebesar 0,0072 dan absorbansi dari sediaan mikroemulsi ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) pada konsentrasi 5% 0,310, 10% 0,308, 15% sebesar 0,302, memperoleh regresi Y=49,09 x +76,57, r2=0,9088 dengan nilai IC50 = 45,87 𝜇g/ml (kategori aktif), sedangkan untuk vitamin E p.a sebagai larutan kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 2,38 𝜇g/ml (kategori lebih aktif).

Berdasarkan standar tingkat aktivitas antioksidan senyawa yang tergolong lebih aktif memiliki nilai IC50 <10 𝜇g/ml, kategori aktif bila memiliki nilai IC50 10-100 𝜇g/ml, dan nilai IC50 >100 𝜇g/ml dikategorikan tidak aktif.

Adapun reaksi antara flavonoid dan radikal DPPH adalah dapat dilihat pada gambar di bawah ini, yang terlihat adalah radikal DPPH merupakan senyawa yang terdiri dari unsur N (nitrogen) yang sesuai dengan susunan sistem periodik unsur termasuk dalam golongan V-A yang memiliki elektron valensi 3 (cenderung ingin stabil=8) dalam Aturan Aufbau atau diagram Mneumonik Moeler, hal tersebut yang menjadikan senyawa DPPH cenderung ingin stabil dengan membutuhkan sumbangan atapun donor dari unsur H+ dalam senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara).

Tampilan fisik

5% 10% 15%

Hasil - - -

Keterangan: (-) : Tidak memisah (+) : Memisah

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.Ekstrak etanol beras merah (Oryza nivara) dapat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi yang stabil secara fisik dan memiliki tampilan fisik yang jernih.

2.Sediaan mikroemulsi beras merah (Oryza nivara) memiliki efektivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 45,87 𝜇g/ml.

DAFTAR PUSTAKA

Daud, R. 2014. Efek Penurunan Kadar Gula Darah Ekstrak Beras Merah (Oryza nivara) pada Mencit Jantan (Mus musculus) yang diinduksi Glukosa. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Hanani, E. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian Husnul, W. 2014 Formulasi

Mikroemulsi Minyak Ikan Patin (Pangasius Djambal) Dengan variasi polysorbate 80 Sebagai Surfaktan (Jurnal). Kalimantan: Akademi farmasi Samarinda.

Malakar, J. 2011. Development and Evaluation of Microemulsions for Transdermal Delivery of Insulin.

Principal and Management of Gupta College of Technological Sciences:

India dalam S. Peltola, P. Saarinen- Savolainen, J. Kiesvaara, T. M.

Suhonen, and A. Urtti,

“Microemulsions for topical delivery of estradiol,” International Journal of Pharmaceutics.

Martin, dkk. 1993. Farmasi Fisik, Dasar-dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta: UI Press.

Noe, Y. Formulasi Dan Optimasi Gel Arbutin Dalam Penghambatan Hiperpigmentasi Pada Kelinci Jantan (Orictolagus Cunicululus) Secara In Vivo. (Skripsi). Gorontalo:

Universitas Negeri Gorontalo.

Purnamasari, S. 2012. Formulasi Dan Uji Penetrasi Natrium Diklofenak Dalam Emulsi Dan Mikroemulsi Menggunakan Virgin Coconut Oil (Vco) Sebagai Fase Minyak.

(Skripsi) Jakarta: Universitas Indonesia.

Sjahid, L. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) (Skripsi).

Surakarta: Universitas Muhamadiah Surakarta.

Schoenwald R, D., dan Flnagan D, R.

1989. Bioavailability of Disperse Dosage Forms. Dalam: Lieberman HA, MM Rieger & GS Banker, eds.

Pharmaceutical Dosage Forms:

Disperse Systems. Vol.2. New York:

Marcel Dekker Inc.

Tisnadjaja, D. 2012. Pengkajian Aktivitas Antioksidan Dari Beras Merah Hasil Fermentasi (angkak).

Jurnal. Bogor : LIPI.

Gambar 1 reaksi antara senyawa flavonoid dan radikal DPPH

(11)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Jurnal yang berjudul Formulasi dan Evaluasi sediaan Mikroemulsi Ekstrak Etanol Beras Merah (Oryza nivara) Sebagai Antioksidan

Oleh Rifka Anggraini Anggai

Telah diperiksa dan disetujui

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

HAMSIDAR HASAN, S.Si, M.Si, Apt NURAIN THOMAS, S.Si, M.Si, Apt NIP. 19700525 200501 2 001 NIP. 198221231 200801 2 012

MENGETAHUI

KETUA JURUSAN FARMASI

Dr. WIDYSUSANTI ABDULKADIR, M.Si., Apt NIP. 19711217 200012 2 001

Referensi

Dokumen terkait

Four Stage Life Cycle Fungsi Bisnis Utama (lanjutan) Penetapan Anggaran Penyusunan Rencana Strategis dalam Penetapan Rencana Kerja Anggaran - Penetapan kebijakan Anggaran

Jika akibat Cidera atau Sakit dimulai pada saat Tertanggung sedang melakukan perjalanan ke luar negeri, Tertanggung meninggal dunia dalam waktu 30 (tiga puluh)

Seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml dkk 1990 dalam Adam (2017) yang menyatakan bahwa salah satu dimensi dari kualitas pelayanan adalah tangibel (berwujud). Ada

Pelaksanaan sintak INSTAD dijaga dengan baik menggunakan lembar observasi yang telah dikemukakan di depan, hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah deduksi

Mengacu pada pendapat-pendapat diatas yang dimaksud motivasi dalam penelitian ini adalah dorongan atau kemauan anggota masyarakat Desa Gisting Kecamatan Gisting

Bentuk sediaan mikroemulsi ekstrak beras hitam memiliki efektivitas anti kerut yang paling tinggi dibandingkan dengan basis mikroemulsi dan emulsi ekstrak

Proses pemindahan data dari basisdata yang lama yaitu basisdata Merapi ke basisdata yang baru yaitu New Merapi banyak memanfaatkan query select karena pada

Membangun software yang dikembangkan untuk menentukan interval waktu optimum preventive maintenance jembatan berdasarkan rantai markov dengan mempertimbangkan biaya