• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

68 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Pengetahuan

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 39.66%, pengetahuan sedang sebesar 60.34% dan pengetahuan buruk sebesar 0%. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu melakukan safety talk seminggu sekali mengenai K3 yang menyinggung mengenai SIKA. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.

2. Sikap

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki sikap baik sebesar 27.59%, sikap sedang sebesar 55.17% dan sikap buruk sebesar 17.24%. Hal ini dikarenakan PT. Pertamina (Persero) RU V selalu memberikan penyuluhan, dan pemahaman akan pentingnya SIKA bagi keselamatan kerja para pekerja. Sebagian pekerja outsourcing telah memiliki sikap positif yang ditunjukkan dengan mematuhi peraturan perusahaan yang

(2)

berlaku di dalam SIKA. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

3. Umur

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang masuk kategori usia remaja sebesar 3.45%, dewasa muda sebesar 72.41% dan dewasa tua sebesar 24.14%. Hal ini dikarenakan usia produktif seseorang berada pada rentang dewasa muda, selain itu juga kebijakan PT. Pertamina (Persero) RU V tidak menerima pekerja outsourcing dibawah umur 17 tahun dan pekerja harus pensiun pada umur 60 tahun. Menurut Gilmer yang dikutip oleh Mulyanti (2008) ada hubungan antara umur terhadap penampilan kerja dan seterusnya yang akan berkaitan dengan tingkat kinerja dan perilaku dalam bekerja.

4. Tingkat Pendidikan

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang masuk kategori pendidikan rendah sebesar 37.93%, pendidikan sedang sebesar 56.90% dan pendidikan tinggi sebesar 5.17%. Hal ini dikarenakan PT. Pertamina (Persero) RU V menerima pekerja outsourcing minimal lulusan SMP kecuali untuk tenaga kerja lama yang masa kerjanya lebih dari 10 tahun sebagian memiliki pendidikan

(3)

lulus SD. Selain itu, RU V juga selektif dalam memilih tenaga kerja outsourcing dengan mengadakan program Contractor Safety Management System (CSMS) yang berfungsi untuk menyeleksi tingkat kemahiran para pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang dikategorikan menjadi beberapa tingkatan yaitu low, medium, dan high. Menurut Green (1980) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar, mereka yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberi respon yang rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi diharapkan lebih peka terhadap kondisi keselamatannya, sehingga lebih baik dalam memanfaatkan fasilitas keselamatan (Green, 1980).

B. Analisis Univariat

1. Implementasi SIKA (Surat Izin Kerja Aman)

Berdasarkan hasil pengamatan tentang implementasi SIKA di 7 (tujuh) area titik-titik pekerjaan perbaikan didapatkan data yaitu dari 58 responden yang diteliti dinyatakan SIKA 100% belum dilakukan sesuai dengan standar dari International Oil and Gas Producers.

Penerapan SIKA berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. Dengan adanya SIKA diharapkan dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja akibat kelalaian dalam memenuhi aturan yang berlaku.

(4)

Perilaku unsafe adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi karyawan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan yang tidak standar dan kurang pengetahuan. Aplikasi teori Green, tiga faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku safety dalam pencegahan kecelakaan akibat kerja yaitu faktor yang mempermudah (predisposing factor) yaitu faktor pencetus yang mempermudah terjadinya perilaku, terwujud dalam pengetahuan, sikap dan karakteristik pekerja (umur, masa kerja dan pendidikan) yang terdapat dari diri atau kelompok, faktor yang memungkinkan (enabling factor) yaitu faktor yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku individu, kelompok yang disebabkan antara lain tersedianya fasilitas keselamatan dan fasilitas kerja, serta faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam pengawasan oleh supervisor dan dukungan rekan kerja (Green, 1980).

2. Masa Kerja

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang masuk kategori masa kerja baru sebesar 46.55% dan masa kerja lama sebesar 53.45%. Hal ini karena PT. Pertamina (Persero) RU V beberapa pekerja outsourcing memiliki perilaku kebiasaan tidak ingin lama-lama bekerja > 5 tahun di dalam area kilang yang dapat menimbulkan bahaya yang besar bagi dirinya. Oleh karena itu antara pekerja baru dan lama terdapat keseimbangan yaitu para

(5)

kontraktor selalu merekrut anggota-anggota baru yang akan di training sebelum melakukan pekerjaan. Masa kerja sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan tempat ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya. Hal ini akan mempengaruhi persepsi, sikap, mengerjakan yang lebih terkontrol. Tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaanya sehingga hasilnya akan lebih baik dan aman (Pandji, 2001).

3. Perilaku Kerja

Dari penelitian yang dilakukan kepada 58 responden didapatkan hasil bahwa responden yang masuk kategori perilaku kerja aman sebesar 68.97% dan perilaku kerja tidak aman sebesar 31.03%. Hal ini disebabkan oleh pihak PT. Pertamina (Persero) RU V selalu giat melakukan penyuluhan melalui program safety talk dan occupational health talk untuk memberikan pemahaman kepada para pekerja outsourcing akan pentingnya untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku.

Perilaku kerja menurut Robbins (2002), yaitu bagaimana orang-orang dalam lingkungan kerja dapat mengaktualisasikan dirinya melalui sikap dalam bekerja. Pendapat Robbins ini menekankan pada sikap yang diambil oleh pekerja untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan di lingkungan tempat kerja mereka. Sedangkan perilaku kerja aman menurut Heinrich (1980) adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau

(6)

beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan.

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Implementasi SIKA dengan Perilaku Kerja Pada Pekerja Outsourcing di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.

Hasil analisis pada uji statistik koefisien kontingensi menunjukkan bahwa implementasi SIKA tidak ada hubungan yang signpifikan dengan perilaku kerja (p=0.257), yang menunjukkan bahwa SIKA tidak mempengaruhi perilaku kerja. Hasil distribusi frekuensi diketahui pengisian SIKA belum 100% sesuai dengan standar ketetapan dari International Oil and Gas Producers.

Hal ini belum sesuai dengan teori (Green, 1980) bahwa salah satu yang mempengaruhi perilaku adalah faktor pemungkin (enabling factors) yaitu peraturan yang berlaku di sebuah perusahaan.

Menurut Syukri Sahab (1997), sistem izin kerja pada prinsipnya adalah suatu dokumen tertulis sebagai persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya potensial yang ada serta langkah pencegahan yang harus dilakukan.

SIKA merupakan syarat aturan yang paling utama untuk dipenuhi sebelum memulai pekerjaan yang bersiko bahaya yang tinggi seperti pekerjaan perbaikan dan pembersihan tangki minyak atau air (confined space area). Tujuan adanya SIKA adalah untuk menganalisa dan

(7)

meminimalisir bahaya yang mungkin akan dapat timbul dan terjadi pada saat dilakukannya pekerjaan.

2. Hubungan Masa Kerja dengan Perilaku Kerja Pada Pekerja Outsourcing di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.

Hasil analisis pada uji statistik koefisien kontingensi menunjukkan bahwa antara masa kerja dengan perilaku kerja terdapat hubungan yang signifikan (p=0,001). Sebagian besar tenaga kerja mempunyai masa kerja lama yaitu sebesar 53.45%., sedangkan tenaga kerja yang memiliki masa kerja baru sebesar 46.55%.

Masa kerja merupakan pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaan dan keselamatannya, selain itu tenaga kerja baru sering mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian mereka (Mulyanti, 2008).

Hal ini sesuai teori tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaanya sehingga hasilnya akan lebih baik dan aman (Pandji, 2001).

(8)

D. Analisis Multivariat

Dikarenakan salah satu variabel yaitu hubungan SIKA dengan perilaku kerja terbukti tidak signifikan maka menurut buku karangan (Sopiyudin, 2011) variabel tidak bisa dilakukan uji analisis multivariat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan mahasiswa calon guru matematika dalam memecahkan masalah program linier, faktor penyebab dan solusi

body gitar, tapi pada jenis gitar Sratocaster dan Ibanez tertentu berfungsi sebagai penutup instrumentasi listrik. Namun belakangan pick guard juga berfungsi sebagai

Desa – desa aman di Kabupaten Boyolali yang dapat dijadikan desa penerima untuk program sister village di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yaitu Kelurahan Kemiri Kecamatan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Tingkat kebersihan di SMP Negeri 1 Mungkid sudah cukup baik. Tiap kelas, kantin, dan ruang guru disediakan tempat sampah agar komponen sekolah tidak membuang

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil jawaban guru sebagai informasi kunci berkesinambungan dengan jawaban guru lainnya (G3,G4 dan G5), kepala sekolah MIS

Pembuatan Laporan Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik di Politeknik