• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh jenis kelamin, stereotip jender dan prasangka terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin pada remaja Batak dan Jawa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh jenis kelamin, stereotip jender dan prasangka terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin pada remaja Batak dan Jawa."

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Fakultas Psikologi Psikologi Sosial Juni 2001

Christina S. Handayani 8398060271

PENGARUH JENIS KELAMIN, STEREOTIP JENDER, DAN PRASANGKA TERHADAP KECENDERUNGAN MEMILIH PEMIMPIN BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA BATAK DAN JAWA

xiv + 224 halaman, 26 tabel, 4 lampiran

Uraian Abstrak

Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan. dengan isu kepemimpinan. Ada kecenderungart perbedaan jender disebarkan dan diindoktrinasikan untuk kepentingan politik, sehingga muncul kebijalcan-kebijalcan politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertentu, yang biasanya dianggap lebih menguntungkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, 1995). Masalah jencier tidak akan dapat dipahami secara sederhana hanya dengan membedakan kategori seks yaitu pria atau wanita (Masse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakatnya Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persarnaan dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita.

Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis kelamin tidak hanya tergantung pada kemampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki pria atau wanita tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri sifat pria dan wanita yang merupakan generalisasi yang dibuat tentang pria dan wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik diskriminatif yang menyiratkan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskriminasi merupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saj

Landasan teoritis yang digunakan adalah planned behavior theory dari Ajzen (1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji apakah ada pengaruh jenis kelamin, stereotip jender dan prasangka secara simultan

(2)

iv

terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan berikut ini: (1) Apakah adapengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja?

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organisasi, serta saat ini tinggal di Jakarta Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa. Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 (dua) skala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap prasangka, serta 1 (satu) angket kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama Baja.

Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan metode analisis diskriminasi yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi atau sampel, terutama jika variabel terikatnya berupa variabel nominal atau data kategori. Analisis diskriminasi ini dilakukan untuk menjawab permasalahan utama penelitian ini. Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji signifikansi pengaruh variabel data kategori terhadap variabel tergantung data kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta motode chi-square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya bersifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat.

Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan wanita menurut responden Batak dan Jawa sama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa,. Kelompok pria menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita sendiri; (3) Tidak ada pengaruh suku bangsa yang signifikan terhadap prasangka, tetapi adapengaruh jenis kelamin yang signifikan terhadap prasangka. Kelompok pria lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelompok wanita lebih berprasangka terhadap pria sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja. Kecenderungan responden Batak lebih banyak memilih pria/wanita; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang sama kuatnya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis

(3)

iv

kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja; (6) Berdasarkan analisis diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja yaitu variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria

Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup semua variabel yang mungkin mempengaruhi kecenderungan memilih pernimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja sebagai sebuah intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis datanya baru terbatas mendiskriminasikan kelompok subyek berdasarkan variabelvariabel yang dilihat sehingga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak memiliki don2inan culture seperti Jakarta

Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam menentukan seorang pemimpin dalam sebuah organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender terutama dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja; (2) Untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin maka proporsi kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4) Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa mengingat bangsa ini adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia

Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disarankan: (1) Perlu diteliti kedua determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang paling tepat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, pria/wanita); (3) Perlu dilakukan penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya dan Solo.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)
(181)
(182)
(183)
(184)
(185)
(186)
(187)
(188)
(189)
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)
(195)
(196)
(197)
(198)
(199)
(200)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Pengetahuan, Dukungan Keluarga Dan Sarana Terhadap Keaktifan Lanjut Usia Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Bagas Waras Di Desa Pabelan (Doctoral

spanyol bukanlah negara maritm, akan tetapi Spanyol mempunyai seorang raja putri yang bernama Isabella yang merasa tertarik pada usulan seorang Columbus yang yakin serta

ekstraksi fitur statistik orde kedua dilakukan dengan matriks kookurensi, yaitu suatu matriks antara yang merepresentasikan hubungan ketetanggaan

Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sawitri dan Lestari (2015) memiliki persamaan yaitu variabel dependen yang digunakan memiliki kesamaan yaitu struktur

Negative feedback loops formed in Joko Widodo’s causal maps show that the main strategy in formulating the regional competitiveness policy in Solo is internal. This fact is in

Agar semua kondisi yang tidak diinginkan tidak terjadi, seperti hilangnya dokumen kerja yang belum disimpan ketika menyalakan komputer, rusaknya komponen komputer yang digunakan

Pemkot Tangerang menginformasikan gejala long COVID yang dapat terjadi pada pasien penyintas dan mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan guna

Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Panca Sila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu