• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Aktivitas Antimikroba Isopropanol, Chloroxylenol, dan Triclosan Terhadap Staphylococcus aureus In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Aktivitas Antimikroba Isopropanol, Chloroxylenol, dan Triclosan Terhadap Staphylococcus aureus In Vitro."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA ISOPROPANOL, CHLOROXYLENOL, DAN TRICLOSAN TERHADAP Staphylococcus aureus

IN VITRO

Meili Wati, 2014; Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si. Pembimbing II : Winsa Husin, dr., M.Sc.M.Kes.

Latar belakang : Infeksi Staphylococcus aureus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung seperti infeksi dan keracunan makanan. Menjaga tangan agar tetap bersih adalah salah satu cara untuk mencegah penyebaran bakteri Staphylococcus aureus dan penyakitnya. Berbagai macam produk cuci tangan dapat mengandung bahan aktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Kandungan bahan aktif yang paling sering ditemukan adalah alkohol, chloroxylenol, dan triclosan.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba isopropanol, chloroxylenol dan triclosan.

Metode : Penelitian bersifat true experimental dengan metode disc diffusion. Cakram yang masing-masing sebelumnya sudah dicelupkan ke dalam isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan diletakkan pada Müeller Hinton Agar (MHA) yang sudah diinokulasikan 100µL suspensi Staphylococcus aureus. MHA kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Analisis data menggunakan ANOVA dengan α=5% dilanjutkan dengan uji Multiple Comparison

Fisher Least Significant Difference (LSD).

Hasil : Berdasarkan uji Multiple Comparison LSD, rerata diameter zona inhibisi pada chloroxylenol 4.8% (41,863 mm) dan triclosan 0.05% (40,717 mm) menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna terhadap isopropanol 62% (20,216 mm) dengan p=0,000. Tetapi rerata diameter zona inhibisi choloroxylenol 4.8% dan triclosan 0.05% menunjukan perbedaan tidak bermakna dengan p=0,572. Simpulan : Isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Namun isopropanol memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan cholorxylenol yang potensinya setara dengan triclosan.

(2)

v ABSTRACT

ANTIMICROBIAL ACTIVITY COMPARISON OF ISOPROPANOL, CHLOROXYLENOL, AND TRICLOSAN AGAINST

Staphylococcus aureus IN VITRO

Meili Wati, 2014; 1st Tutor : Fanny Rahardja, dr., M.Si. 2nd Tutor : Winsa Husin, dr., M.Sc.M.Kes.

Background : The infection of Staphylococcus aureus can cause many kind of

diseases either directly by infection, or indirectly by food contamination. Keeping hands clean is one of the best way to prevent the spread of Staphylococcus aureus and its diseases. There are many kind of hand washing products which have active ingredients for antimicrobial activities. The most common active ingredients that can be found in hand washing products are alcohols, chloroxylenol, and triclosan.

Aim : The purpose of this research was to compare the activity of isopropanol,

chloroxylenol, and triclosan against Staphylococcus aureus in vitro

Method : This research was true experimental research with disc diffusion

method. Paper discs that already dipped into isopropanol, chloroxylenol, and triclosan were placed into Müeller Hinton Agar (MHA) inoculated by 100µL Staphylococcus aureus and incubated for 18-24 hours at 370C. Data was analyzed using ANOVA test with α = 0.05 then continued with Multiple Comparison Fisher Least Significant Difference (LSD).

Results : Based on Multiple Comparison LSD test, the average diameter of

inhibition zone in chloroxylenol 4.8% (41,863mm) and triclosan 0.05% (40,717mm) are significantly different compared to isopropanol 62% (20,216mm) with p=0.000. But there are no differences between average diameter of inhibition zone in chloroxylenol and triclosan with p=0.572.

Conclusion : Isopropanol, chloroxylenol, and triclosan were effective against

Staphylococcus aureus in vitro. But isopropanol has lower potential than chloroxylenol which has the same potential as triclosan.

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 5

1.7 Metodologi Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Flora Bakterial Normal pada Kulit... 6

2.2 Staphylococcus aureus ... 7

2.2.1 Morfologi dan Identifikasi Staphylococcus aureus ... 8

2.2.2 Struktur Antigen ... 9

2.2.3 Enzim dan Toksin ... 10

2.2.3.1 Katalase ... 10

2.2.3.2 Koagulase dan Faktor Penggumpalan ... 10

(4)

ix

2.2.3.4 Eksotoksin ... 11

2.2.3.5 Panton Valentine Leukosidin ... 11

2.2.3.6 Toksin Eksfoliatif ... 12

2.2.3.7 Toxic Shock Syndrome Toxin (TSST) ... 12

2.2.3.8 Enterotoksin ... 12

2.2.4 Gambaran Klinis ... 14

2.2.5 Epidemiologi, Transmisi, dan Pencegahan ... 15

2.3 Hand Hygiene... 16

2.3.1 Hand Hygiene Products ... 17

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Agen Antiseptik dalam Membunuh Mikroorganisme ... 18

2.3.3 Mekanisme Kerja Beberapa Jenis Agen Antiseptik ... 20

BAB III ALAT,BAHAN, DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 28

3.1.1 Alat-alat Penelitian ... 28

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian ... 29

3.1.3 Subjek Penelitian ... 29

3.2 Metode Penelitian ... 29

3.2.1 Desain Penelitian ... 29

3.2.2 Variabel Penelitian ... 29

3.2.3 Penentuan Besar Sampel ... 30

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.4 Prosedur Kerja ... 30

3.4.1 Sterilisasi Alat ... 30

3.4.2 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 31

3.4.3 Persiapan Media Agar ... 31

3.4.4 Persiapan Suspensi Mikroorganisme Uji ... 31

3.4.5 Persiapan Isopropanol, Chloroxylenol dan Triclosan ... 32

(5)

3.4.7 Pengamatan dan Pencatatan Hasil Penelitian... 32

3.5 Metode Analisis ... 33

3.5.1 Hipotesis Statistik ... 33

3.5.2 Kriteria uji ... 33

3.5.3 Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Pembahasan ... 36

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Keamanan Bahan Aktif Menurut TMF ... 18

Tabel 2.2 Agen Antiseptik dan Mekanisme Kerja ... 21

Tabel 2.3 Efek Beberapa Antiseptik Terhadap Mikroorganisme ... 26

Tabel 2.4 Macam-macam Jenis Antiseptik yang Dapat Digunakan ... 27

Tabel 4.1 Diameter Zona Inhibisi Isopropanol, Chloroxylenol, dan Triclosan terhadap Staphylococcus aureus dalam milimeter (mm) ... 34

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas ... 35

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk ... 35

Tabel 4.4 Hasil One way ANOVA terhadap Rerata Diameter Zona Inhibisi ... 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Staphylococcus aureus dengan Pewarnaan Gram ... 8

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus dalam Biakan Agar ... 9

Gambar 2.3 Patogenesis Keracunanan Makanan Akibat Enterotoksin ... 13

Gambar 2.4 Mekanisme Superantigen Enterotoksin Staphylococcus aureus ... 13

Gambar 2.5 Berbagai Lokasi Infeksi Akibat Staphylococcus Aureus ... 15

Gambar 2.6 Struktur Kimiawi Alkohol ... 23

Gambar 2.7 Struktur Kimiawi Chloroxylenol ... 24

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Alat dan Bahan Penelitian ... 45

Lampiran 2 Foto Hasil Penelitian ... 49

Lampiran 3 Uji Statistik One way ANOVA pada Percobaan ... 50

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tangan adalah anggota badan yang paling sering digerakkan dan mengadakan kontak baik dengan benda mati maupun dengan makhluk hidup sehingga sering terkontaminasi mikroorganisme. Tangan yang terkontaminasi ini dapat menjadi salah satu alat untuk menyebarkan suatu penyakit bergantung pada mikroorganisme apa yang menempel pada tangan.

Salah satu mikroorganisme yang dapat ditemukan pada tangan adalah

Staphylococcus aureus. Transmisi bakteri ini melalui kontak langsung/direct contact dan dapat juga melalui airbone. Bakteri ini merupakan salah satu

mikoorganisme tetap yang dapat bersifat patogen apabila jumlahnya mencapai 106 per gram dan banyak ditemukan pada daerah mulut, hidung, telinga serta tangan (Rachmawati dan Triyana, 2008).

Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh dan berkolonisasi pada makanan yang mengandung garam seperti ham, keju, dan susu. Selain itu juga pada jenis makanan yang dibuat dengan tangan dan tidak perlu dimasak seperti sandwich,

salad¸ dan beberapa jenis pastries (CDC, 2006). Semakin banyak bakteri yang

(10)

2

Di negara industri,sebanyak 30% dari populasi menderita foodborne illness

(WHO, 2011). Di Amerika Serikat terdapat 76 juta kasus yang dilaporkan ;

325.000 dirawat di rumah sakit dan sebanyak 5.000 kematian setiap tahunnya (Buzby & Roberts, 2009). Di Indonesia sendiri ± 9.000 kasus foodborne illness dilaporkan dan sebanyak 36,7% disebabkan oleh mikrobiologi (Suratmono, 2010). Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena keracunan makanan adalah dengan mencegah kontaminasi kuman kedalam makanan. Dalam hal ini jari-jari tangan memiliki peran yang penting. Untuk itu, menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Salah satu cara paling mudah dan sederhana adalah dengan mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik idealnya dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Namun dalam kondisi tertentu, orang akan sulit mendapatkan air bahkan sabun untuk membersihkan tangan (Rachmawati dan Triyana, 2008).

Selain menggunakan sabun, dapat juga digunakan bahan antiseptik. Membersihkan tangan dengan menggunakan antiseptik sudah dimulai sejak awal abad ke-19. Penggunaan bahan antiseptik sendiri terbukti mampu mengurangi angka kejadian infeksi dan keracunan makanan akibat Staphylococcus aureus (Pittet, Allegranzi & Sax, 2007). Selain menurunkan angka kejadian infeksi, bahan antiseptik juga lebih cepat, tidak mengiritasi dan lebih praktis. Kandungan bahan aktif dalam antiseptik dapat dibedakan menjadi dua yaitu berbasis alkohol dan non alkohol.

Bahan antiseptik yang sering digunakan adalah isopropanol, chloroxylenol dan

triclosan (M.Jackson & Marsik, 2006). Isopropanol adalah salah satu contoh

bahan antiseptik yang berbasis alkohol. Antiseptik berbasis alkohol memiliki aktivitas yang lebih baik dalam menurunkan jumlah mikroba yang ada pada tangan pekerja kesehatan dibandingkan dengan sabun biasa dan antiseptik berbasis non alkohol lainnya (G.Stimson, 2005). Sedangkan chloroxylenol dan

triclosan adalah antiseptik berbasis bukan alkohol.

(11)

washing products yaitu isopropanol, chloroxylenol dan triclosan terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah isopropanol, chloroxylenol dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Apakah potensi isopropanol lebih baik dibandingkan dengan chloroxylenol dan triclosan terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah bahan antiseptik yang diuji memenuhi standar untuk dapat digunakan sebagai salah satu pembersih tangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba isopropanol, chloroxylenol dan triclosan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis

Menambah pengetahuan mengenai aktivitas antimikroba dari bahan antiseptik terhadap Staphylococcus aureus.

Manfaat praktis

Apabila penggunaan pembersih tangan antiseptik yang mengandung konsentrasi bahan yang diperiksa dapat berefek terhadap pertumbuhan kuman Staphylococcus

aureus, maka masyarakat dapat memanfaatkan pembersih tangan antiseptik ini

(12)

4 1.5 Kerangka Pemikiran

Budaya makan tidak menggunakan sendok dan kurangnya kesadaran diri masing-masing individu untuk menjaga kebersihan tangan menyebabkan meningkatnya kasus keracunan makanan. Keracunan makanan disebabkan karena adanya toksin akibat kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus. Transmisi penyakit dapat terjadi melalui direct contact/ airbone. Apabila tangan yang terkontaminasi kuman menyentuh makanan, makan kuman akan berkolonisasi pada makanan dan menghasilkan toksin (CDC, 2006).

Banyaknya jenis bahan yang dapat digunakan untuk membersihkan tangan di pasaran. Secara umum, bahan antiseptik yang dapat digunakan untuk membersihkan tangan memiliki bahan dasar alkohol dan non alkohol. Salah satu jenis alkohol yang sering digunakan sebagai antiseptik adalah isopropanol. Sedangkan bahan antiseptik non alkohol yang sering digunakan adalah

chloroxylenol dan triclosan.

Menurut CDC (Center For Disease Control), antiseptik dengan kandungan alkohol memiliki efek yang lebih baik dibandingkan dengan non alkohol. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa alkohol memiliki potensi yang paling baik dalam membunuh bakteri diikuti dengan chloroxylenol dan triclosan. Penggunaan alkohol selama 30 detik dapat membunuh 98-99 % bakteri. Secara in vitro, alkohol memiliki aktivitas antimikroba yang cukup kuat terhadap bakteri gram positif dan gram negatif (Nicolay, 2006).

Isopropanol dapat membunuh bakteri dengan cara mendenaturasi protein bakteri sehingga proses metabolisme sel bakteri akan terganggu dan mengakibatkan kematian sel (Kampf & Ostermeyer, 2005). Denaturasi terjadi akibat adanya ikatan antara alkohol dengan struktur hidrogen pada protein sehingga mengganggu ikatan antar molekul protein (Ophardt, 2003).

Chloroxylenol menyebabkan kerusakan pada dinding sel bakteri dan

(13)

Sedangkan triclosan membunuh bakteri dengan cara berikatan dengan

enol-acyl-carrier protein reduktase (enol-ACP-reductase) sehingga menghambat

proses biosintesis asam lemak (A.D Russell, 2000; Ngo, 2005). Karena berikatan dengan triclosan, maka enol-ACP-reductase tidak dapat berpartisipasi dalam sintesis asam lemak sehingga akan menghambat produksi fosfolipid dan mengganggu pertumbuhan bakteri.

1.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Isopropanol, chloroxylenol dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Potensi isopropanol lebih baik dibandingkan dengan chloroxylenol dan

(14)
(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1SIMPULAN

Isopropanol, chloroxylenol dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

Potensi isopropanol tidak lebih besar dibandingkan dengan chloroxylenol dan

triclosan terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

5.2SARAN

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antimikroba isopropanol, chloroxylenol dan triclosan terhadap Staphylococcus aureus secara in vivo.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas antimikroba isopropanol, chloroxylenol dan triclosan terhadap bakteri kontaminan tangan lainnya secara in vivo dan in vitro.

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antimikroba isopropanol,

chloroxylenol dan triclosan dengan konsetrasi yang lebih kecil untuk

mengetahui konsentrasi minimal yang dapat memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus dan bakteri kontaminan tangan lainnya.

(16)

42

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zahrani, S. H., & Baghdadi, A. M. (2012). Evaluation of the efficiency of Non alcoholic-Hand Gel Sanitizers products as an antibacterial. Nature and

Science, 6.

A.D Russell, M. (2000). Triclosan and antibiotic resistance in Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 11-18.

Albert T. Sheldon, J. (2005, April 29). Antiseptic “Resistance”: Real or Perceived Threat? Antimicrobial Resistance, 40, 1650-1656.

Argudin, M. A., Mendoza, M. C., & Rosario, M. (2010, July 5). US National

Library of Medicine . Retrieved January 28, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3153270/

Bennet, S. D., Walsh, K. A., & Gould, H. L. (2013). Foodborne Disease Outbreaks Caused by Bacillus cereus, Clostridium perfringens, and Staphylococcus aureus. Clinical Infectious Diseases, 425.

Bhunia, A. (2008). Foodborne Microbial Pathogens. USA: Springer Science Media.

Block, S. S. (1991). Definitions of terms in Disinfenction, Sterilization, and Preservation. Lea & Febiger, 18-125.

Boyce, J. M., & Pittet, D. (2002). Guidline for hand hygiene in health-care settings. Morbidity dan mortality weekly report, 51: 1-45.

. (2002). Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Centers for Disease Control and Prevention, 51.

Brooks et al. (2008). Jawetz, Melnick, Adelberg's Medical Microbiology. In G. F. Brooks, K. C. Caroll, J. S. Butell, & S. A. Morse, Flora Mikrobia Normal

pada Manusia (pp. 277-280). Atlanta: Mc-Graw Hills Companies.

Bruch, M. K. (1996). Chloroxylenol: An Old-New Antimicrobial. In J. M. Ascenzi, Handbook of Disinfectans and Antiseptics (pp. 265-280). New York: Marcel Dekker.

(17)

http://www.cdc.gov/ncidod/DBMD/diseaseinfo/staphylococcus_food_g.ht m.

. (2009, November 19). Center for Disease Control and Prevention. Retrieved May 5, 2014, from Center for Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov.biomonitoring/pdf/Triclosan_Factsheet.pdf

Crossley, K. B., & Jefferson. (2009). Staphylococci in Human Disease. USA: Wiley-Blackwell.

Desiyanto, F. A., & Djannah, S. N. (2013, September). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman. KESMAS, 7, 55-122.

Dvorak, G. (2008). Disinfection. Center for Food Security and Public Health, 11.

Fang, J. L., Stingley, R. L., Beland, F. A., Harrouk, W., Lumpkins, D. L., & Howard, P. (2010). Occurrence, Efficacy, Metabolism, and Toxicity of Triclosan. Journal of Environmental Science and Health, 147-171.

Foster, T. (1996). Chapter 12 : Staphylococcus. In S. Baron, Medical

Microbiology, 4th Edition (pp. 2-21). Texas: National Center for

Biotechnology Information.

G.Stimson, P. (2005). Precautionary Measures. In R. B. Dorion, Bitemark

Evidence (p. 538). New York: Marcell Dekker.

Hariyadi, & Dewanti, R. (2011). Food Safety Issues in South East Asia. Bogor: Bogor Agricultural University.

HERA. (2005). Human and Environmental Risk Assessment on ingredients of household cleaning products. HERA, 21-42.

Koch, S. N., Torres, S. M., & Plumb, D. C. (2012). Canine anda Feline

Dermatology Drug Handbook. USA: Willey Blackwell.

Kramer, A; P, Rudolph; G, Kampf; D, Pittet;. (2002). Limited Efficacy of Alcohol-based hand gels. Lancet, 359.

Larson EL, M. H. (1991). Alcohols: Disinnfection, sterilization and preservation.

Block SS, 191-203.

Loho, T., & Utami, L. (2007, Juni 6). Uji Efektivitas Antiseptik Triclosan 1%

(18)

44

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/838/ 837

Longworth, A. R., & Hugo, W. B. (1971). Chlorhexidine in Inhibiton and destruction of the microbial cell. Academic Press, Ltd.London, 95-106.

Luby, S. P., Kadir, M. A., Yushuf, M. A., Yeasmin, F., & Unicomb, L. (2010). A community-randomised controlled trial promoting waterless hand sanitizer and handwashing with soap, Dhaka, Bangladesh. Tropical Medicine and

International Health, 1508-1516.

M.Jackson, M., & Marsik, F. J. (2006). Control of Microorganisme. In D. C. Lehman, C. R. Mahon, & G. Manuselis, Textbook of Clinicl Microbiology (pp. 73-92). USA: Elsevier.

Maillard, J. Y. (2002, May 9). Bacterial target sites for biocide action. Journal of

Applied Microbiology, 92, 16-27.

McDonnell, G., & Russell, A. D. (1999). Antiseptics and Disindectans : Activity,Action and Resistance. Clinical Microbiology Review, 12, 147-179.

Ngan V. (2005, June 6). New Zealand Dermatological Society Inc. Retrieved August 22, 2014, from New Zealand Dermatological Society Inc: www.dermnetnz.org

Nicolay, C. (2006). Hand Hygiene: An evidence-based review for surgeons.

International Journal of Surgery, IV(1), 53-65.

Nils-Olaf Hubner, A. K. (2010). Effectiveness of alcohol-based hand disinfectants in a public administration. BMC infectious disease, 10:250.

Pittet D, A. B. (2007). Hand Hygiene. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Rachmawati , F. J., & Triyana, S. Y. (2008, August). Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa. Logika, 5, 26-31.

Ryan, K. J. (2004). Normal Microbial Flora. In J. J. Champoux, F. C. Neidhardt, W. L. Drew, & J. J. Plorde, Sherris Medical Microbiology (pp. 141-144). New York: McGraw-Hill Companies.

(19)

Sumbali, G., & Mehrotra, R. S. (2009). Principles of Microbiology. New Delhi: Tata McGraw Hill Education Private Limited.

Terezhalmy, G. T., & Huber, M. A. (2013). Hand Hygiene: Infection Control/Exposure Control Issues for Oral Healthcare Workers. ADA

CERP, 5.

WHO. (2006). Global Patient Safety Challenge 2005–2006:“Clean Care is Safer

Care”. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 12.

. (2007). Infection prevention and control in health-care facilities. Retrieved January 23, 2014, from http://www.who.int/csr/resources/publications/

. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Summary.

WHO, 32.

Zuhriyah, L. (2004, April). Bacteriological Descriptions of Nurses's Hand. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, XX.

Zulaikhah, S. T., & Karlina, E. (2009). Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri. Medika, 168-175.

Sumbali, G., & Mehrotra, R. S. (2009). Principles of Microbiology. New Delhi: Tata McGraw Hill Education Private Limited.

Terezhalmy, G. T., & Huber, M. A. (2013). Hand Hygiene: Infection Control/Exposure Control Issues for Oral Healthcare Workers. ADA

CERP, 5.

WHO. (2006). Global Patient Safety Challenge 2005–2006:“Clean Care is Safer

Care”. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 12.

. (2007). Infection prevention and control in health-care facilities. Retrieved January 23, 2014, from http://www.who.int/csr/resources/publications/

. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Summary.

WHO, 32.

Zuhriyah, L. (2004, April). Bacteriological Descriptions of Nurses's Hand. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, XX.

(20)

52

RIWAYAT HIDUP

Nama : Meili Wati

Nomor Pokok Mahasiswa : 1110193

Tempat dan Tanggal Lahir : Purwokerto, 22 Desember 1993

Alamat : Jl. Gerilya 46 Purwokerto

Riwayat Pendidikan :

(21)

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA ISOPROPANOL, CHLOROXYLENOL, DAN TRICLOSAN TERHADAP

Staphylococcus aureus IN VITRO

Meili Wati, Fanny Rahardja2, Winsa Husin3 1

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

2

Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

3

Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No.65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Infeksi Staphylococcus aureus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung seperti infeksi dan keracunan makanan. Menjaga tangan agar tetap bersih adalah salah satu cara untuk mencegah penyebaran bakteri Staphylococcus aureus dan penyakitnya. Berbagai macam produk cuci tangan dapat mengandung bahan aktif yang memiliki aktivitas antimikroba. Kandungan bahan aktif yang paling sering ditemukan adalah alkohol, chloroxylenol, dan triclosan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba isopropanol, chloroxylenol dan triclosan. Penelitian bersifat true experimental dengan metode disc diffusion. Cakram yang masing-masing sebelumnya sudah dicelupkan ke dalam isopropanol,

chloroxylenol, dan triclosan diletakkan pada Müeller Hinton Agar (MHA) yang

sudah diinokulasikan 100µL suspensi Staphylococcus aureus. MHA kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Analisis data menggunakan

ANOVA dengan α=5% dilanjutkan dengan uji Multiple Comparison Fisher Least

Significant Difference (LSD).Berdasarkan uji Multiple Comparison LSD, rerata

diameter zona inhibisi pada chloroxylenol 4.8% (41,863 mm) dan triclosan 0.05% (40,717 mm) menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna terhadap isopropanol 62% (20,216 mm) dengan p=0,000. Tetapi rerata diameter zona inhibisi choloroxylenol 4.8% dan triclosan 0.05% menunjukan perbedaan tidak bermakna dengan p=0,572. Isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Namun isopropanol memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan

cholorxylenol yang potensinya setara dengan triclosan.

(22)

ANTIMICROBIAL ACTIVITY COMPARISON OF ISOPROPANOL, CHLOROXYLENOL, AND TRICLOSAN AGAINST

Staphylococcus aureus IN VITRO

ABSTRACT

The infection of Staphylococcus aureus can cause many kind of diseases either directly by infection, or indirectly by food contamination. Keeping hands clean is one of the best way to prevent the spread of Staphylococcus aureus and its diseases. There are many kind of hand washing products which have active ingredients for antimicrobial activities. The most common active ingredients that can be found in hand washing products are alcohols, chloroxylenol, and triclosan.The purpose of this research was to compare the activity of isopropanol, chloroxylenol, and triclosan against Staphylococcus aureus in vitroThis research was true experimental research with disc diffusion method. Paper discs that already dipped into isopropanol, chloroxylenol, and triclosan were placed into Müeller Hinton Agar (MHA) inoculated by 100µL Staphylococcus aureus and incubated for 18-24 hours at 370C. Data was analyzed using ANOVA test with α = 0.05 then continued with Multiple Comparison Fisher Least Significant Difference (LSD).Based on Multiple Comparison LSD test, the average diameter of inhibition zone in chloroxylenol 4.8% (41,863mm) and triclosan 0.05% (40,717mm) are significantly different compared to isopropanol 62% (20,216mm) with p=0.000. But there are no differences between average diameter of inhibition zone in chloroxylenol and triclosan with p=0.572.Isopropanol, chloroxylenol, and triclosan were effective against Staphylococcus aureus in vitro. But isopropanol has lower potential than chloroxylenol which has the same potential as triclosan.

Keywords: food poisoning, antiseptic, Staphylococcus aureus

Latar Belakang

Tangan adalah anggota badan yang paling sering digerakkan dan mengadakan kontak baik dengan benda mati maupun dengan makhluk hidup sehingga sering terkontaminasi mikroorganisme. Tangan yang terkontaminasi ini dapat menjadi salah

satu alat untuk menyebarkan suatu

penyakit bergantung pada

mikroorganisme apa yang menempel pada tangan.

Salah satu mikroorganisme yang dapat ditemukan pada tangan adalah

(23)

langsung/direct contact dan dapat juga melalui airbone. Bakteri ini merupakan salah satu mikoorganisme tetap yang dapat bersifat patogen apabila jumlahnya mencapai 106 per gram dan banyak ditemukan pada daerah mulut, hidung, telinga serta tangan. 1

Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh dan berkolonisasi pada makanan yang mengandung garam seperti ham, keju,susu, sandwich, salad¸ dan beberapa jenis pastrie. 2 Semakin banyak bakteri yang tumbuh, maka akan semakin banyak toksin yang dihasilkan. Apabila kita memakan makanan yang

sudah mengandung toksin

Staphylococcus aureus, kita dapat terkena food poisoning.

Penyakit ini dapat bersifat toksik atau infeksius dan biasanya diderita oleh bayi, anak, lansia dan mereka yang kekebalan tubuhnya rendah. 3 Gejala seperti mual, muntah dan atau tanpa diare muncul setelah 2-8 jam. Walaupun bersifat self-limiting dan perlahan akan sembuh setelah 24-48 jam, penyakit ini dapat menjadi berbahaya apabila mengenai kalangan yang rentan seperti bayi, anak dan lansia. 4

Di Amerika Serikat terdapat 76 juta kasus yang dilaporkan ; 325.000 dirawat di rumah sakit dan sebanyak 5.000 kematian setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri ± 9.000 kasus foodborne illness dilaporkan dan sebanyak 36,7% disebabkan oleh mikrobiologi.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena keracunan makanan adalah dengan mencegah kontaminasi kuman ke dalam makanan. Dalam hal ini jari-jari tangan memiliki peran yang penting. Untuk itu, menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Salah satu cara paling mudah dan sederhana adalah dengan mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik idealnya dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Selain menggunakan sabun, dapat juga digunakan bahan antiseptik. Membersihkan tangan dengan menggunakan antiseptik sudah dimulai sejak awal abad ke-19. Penggunaan bahan antiseptik sendiri terbukti mampu mengurangi angka kejadian infeksi dan

keracunan makanan akibat

(24)

bahan antiseptik juga lebih cepat, tidak mengiritasi dan lebih praktis. Kandungan bahan aktif dalam antiseptik dapat dibedakan menjadi dua yaitu berbasis alkohol dan non alkohol.

Bahan antiseptik yang sering digunakan adalah isopropanol,

chloroxylenol dan triclosan.6

Isopropanol adalah salah satu contoh bahan antiseptik yang berbasis alkohol. Antiseptik berbasis alkohol memiliki aktivitas yang lebih baik dalam menurunkan jumlah mikroba yang ada pada tangan pekerja kesehatan dibandingkan dengan sabun biasa dan antiseptik berbasis non alkohol lainnya. 7 Sedangkan chloroxylenol dan triclosan adalah antiseptik berbasis bukan alkohol. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas antimikroba bahan antiseptik yang sering ditemukan dalam hand

washing products yaitu isopropanol, chloroxylenol dan triclosan terhadap

Staphylococcus aureus secara in vitro.

Bahan dan Cara

Bahan uji yang digunakan adalah isopropanol 62%, cloroxylenol 4,8%,

triclosan 0,05% yang terdapat pada

produk kebersihan tangan yang beredar di pasaran. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Staphylococcus aureus.

Sehari sebelumnya, Staphylococcus

aureus yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Kristen Maranatha akan diidentifikasi ulang dengan Manitol Salt Agar (MSA) dan dengan pewarnaan gram. Bakteri kemudian ditanam pada Müeller Hinton

Agar (MHA). Setelah ditanam, medium

akan diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 370C.

Pada hari penelitian, dilakukan pembuatan suspensi mikroba uji menggunakan tabung standar 0,5 McFarland yang setara dengan 1,5 x 108 CFU (Colony Forming Unit)/ml sebagai pembanding kekeruhan. Staphylococcus

aureus yang digunakan berasal dari hasil

penanaman mikroba uji pada agar

Manitol Salt Agar dan sudah dipindahtanamkan pada Tripticase Soy

Agar (TSA) selama 18-24 jam pada

suhu 370C.

(25)

Agar (MHA). Sebanyak 100µL suspensi

mikroba uji yang sudah dibuat sesuai standar 0,5 McFarland ditanamkan pada medium MHA secara spread plate dengan menggunakan bantuan spreader. Setelah itu, diletakkan cakram yang masing-masing sebelumnya sudah dicelupkan selama 5 detik kedalam isopropanol 62%, chloroxylenol 4,8%, dan triclosan 0,05% ke dalam masing-

masing cawan petri. Kemudian cawan petri diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Pengamatan dilakukan pada zona inhibisi yang terbentuk pada medium agar Mueller Hinton yang sudah diinokulasikan dengan bakteri dan sudah diberi cakram. Pengukuran zona inhibisi menggunakan jangka sorong. Data kemudian dianalisis dengan metode ANOVA.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 4.1 menunjukan baik isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan sama-sama membentuk zona inhibisi pada Müeller Hinton Agar. Hal ini membuktikan bahwa ketiganya memiliki aktivitas antimikroba terhadap

Staphylococcus aureus.

Tabel 4.2 menunjukan hasil uji homogenitas ketiga kelompok perlakuan mempunyai nilai p>0,05, yang artinya data homogen. Tabel 4.3 menunjukan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

berdistribusi normal sehingga analisis data dapat dilanjutkan dengan ANOVA. Tabel 4.4 menunjukan perbedaan diameter zona inhibisi antar kelompok

dilihat melalui ANOVA. Hasil ANOVA menunjukkan nilai F=74,172 dan

p=0,000. Artinya terdapat perbedaan

rerata diameter zona inhibisi yang sangat bermakna (p<0,01) pada minimal sepasang kelompok perlakuan. Untuk melihat kelompok yang berbeda diameter zona inhibisi, dilanjutkan dengan uji multiple comparisons Fisher’s LSD.

(26)

menunjukan bahwa secara statistik

cloroxylenol dan triclosan memiliki

aktivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan dengan isopropanol terhadap Staphylococcus aureus. Hal ini ditandai dengan diameter zona inhibisi yang dibentuk oleh cloroxylenol dan

triclosan lebih besar. Sedangkan

kelompok III (40,717 mm) memiliki perbedaan rerata diameter zona inhibisi yang tidak bermakna (p=0,572) terhadap kelompok II (41,863 mm). Hal ini menunjukan bahwa cloroxylenol dan

triclosan memiliki potensi antimikroba

yangsama.

.

Tabel 4.1 Diameter zona inhibisi isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan terhadap

Staphylococcus aureus dalam milimeter (mm

Replikasi (r=9)

Diameter zona inhibisi (mm)

Kel. I Kel. II

Chloroxylenol

Kel. III

Isopropanol Triclosan

1 19,41 46,40 39,50

2 21,88 36,66 42,96

3 15,51 42,54 38,35

4 21,68 39,30 50,99

5 18,05 43,12 41,19

6 21,01 46,90 41,30

7 20,56 37,55 35,16

8 20,49 36,14 43,87

9 23,38 48,18 33,17

(27)

Tabel 4.2 Hasil uji homogenitas

Levene statistic df1 df2 sig.

2,334 2 24 0,118

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

Faktor

Shapiro-Wilk

Statistik df sig

Anava Isopropanol .940 9 .580

Chloroxylenol .907 9 .298

Triclosan .960 9 .798

Tabel 4.4 Hasil One way ANOVA terhadap rerata diameter zona inhibisi Jumlah kuadrat

penyimpangan

Derajat

kebebasan

Rerata jumlah

kuadrat F sig.

Antar kelompok 2670,558 2 1335,279 74,172 0,000

Dalam kelompok 432,060 24 18,002

Total 3102,618 26

Tabel 4.5 Hasil uji multiple comparison Fisher’s LSD rerata diameter zona inhibisi

Kelompok perlakuan

(n=9)

Diameter zona inhibisi (mm)

Triclosan Chloroxylenol Isopropanol

40,717 41,863 20,216

Triclosan 40,717 TB **

Chloroxylenol 41,863 **

Isopropanol 20,216

Keterangan :

(28)

Terbentuknya zona inhibisi pada masing-masing kelompok perlakuan dikarenakan aktivitas antimikrobanya. Isopropanol dapat menyebabkan kerusakan pada struktur membran bakteri dan menyebabkan denaturasi protein. Digunakan dengan kadar 62% karena kadar optimal yang dibutuhkan untuk mengeliminasi mikroorganisme adalah 60-80%. Semakin tinggi kadar alkohol, justru akan menurunkan aktivitas alkohol itu sendiri. Hal ini disebabkan karena protein tidak mudah didenaturasi dalam keadaan tidak ada air.6

Banyak penelitian yang membuktikan aktivitas antimikroba alkohol secara in

vivo. Secara umum, kuman pada tangan

yang terkontaminasi akan hilang sebanyak 3,5 log10 setelah pemakaian alkohol dalam bentuk gel selama minimal 30 detik. Alcohol based

products lebih efektif dibandingkan

dengan produk cuci tangan biasa atau dengan sabun antimikroba lainnya. Namun aktivitas produk berbahan alkohol ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bentuk sediaan, tipe alkohol, konsentrasi, waktu kontak dan

volume alkohol yang digunakan.8

Chloroxylenol 4,8% dapat menyebabkan

kerusakan pada dinding sel bakteri dan menyebabkan inaktivasi dari kerja enzim pada bakteri. 6 Cloroxylenol memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram positif maupun negatif. Menurut sejumlah studi, cloroxylenol memiliki aktivitas anti mikroba yang potensinya lebih rendah dibandingkan dengan iodin dan chlorhexidine dalam menurunkan jumlah flora pada kulit 6 tetapi 0,6%

cloroxylenol mempunyai potensi yang

tidak berbeda jauh dengan triclosan 0,3% . 8

Triclosan berefek antimikroba dengan cara berikatan dengan

enol-acyl-carrier protein reduktase sehingga menghambat proses biosintesis asam lemak.9 Triclosan memiliki aktivitas antimikroba yang luas namun lebih sering bersifat bakteriostatik. Triclosan lebih berefek terhadap bakteri gram negatif maupun positif daripada terhadap bakteri batang gram negatif terutama

Pseudomonas aeruginosa.

Beberapa penelitian menyebutkan, dengan mencuci tangan menggunakan

(29)

mengurangi jumlah bakteri yang ada ditangan sebanyak 2,8 log10. Penurunan jumlah bakteri dengan menggunakan

triclosan lebih rendah dibandingkan

dengan menggunakan alkohol. Aktivitas

triclosan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, adanya emolien, dan surfactants.5

Menurut banyak penelitian sebelumnya, didapatkan hasil bahwa isopropanol memiliki potensi yang lebih besar daripada cloroxylenol dan

triclosan. Kualitas antiseptik ditentukan

oleh bentuk antiseptik yang digunakan dimana iopropanol yang digunakan pada penelitian ini adalah alkohol murni sedangkan bahan yang lain dalam bentuk sabun. perbedaan dikarenakan adanya perbedaan bentuk sediaan yang digunakan. Alkohol dalam bentuk cair akan mudah menguap.10 Pada saat dilakukan penelitian secara in vitro alkohol dapat menguap sebelum berdifusi secara sempurna sehingga zona inhibisi yang terbentuk akan lebih kecil. Sedangkan alkohol dalam bentuk gel tidak akan mudah menguap seperti dalam bentuk cair sehingga waktu kontak yang terjadi lebih lama. Dalam

penelitian ini tidak digunakan alkohol dalam bentuk gel karena bentuk gel sulit untuk berdifusi ke dalam cakram dan media agar. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Simpulan

Isopropanol, chloroxylenol dan triclosan memiliki aktivitas antimikroba terhadap

Staphylococcus aureus secara in vitro.

Potensi isopropanol tidak lebih besar dibandingkan dengan chloroxylenol dan

triclosan terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rachmawati , F. J., & Triyana, S. Y. (2008, August). Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa. Logika, 5, 26-31.

2. CDC. (2006, March 29). Centers

for Disease Control and Prevention. Retrieved October

20, 2014, from Centers for Disease Control and Prevention:

http://www.cdc.gov/ncidod/DBM D/diseaseinfo/staphylococcus_fo od_g.htm

(30)

2006:“Clean Care is Safer Care”.

WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 12.

4. Bennet, S. D., Walsh, K. A., & Gould, H. L. (2013). Foodborne Disease Outbreaks Caused by Bacillus cereus, Clostridium perfringens, and Staphylococcus aureus. Clinical Infectious Diseases, 425.

5. Boyce, J. M., & Pittet, D. (2002). Guidline for hand hygiene in health-care settings. Morbidity

dan mortality weekly report, 51:

1-45.

6. M.Jackson, M., & Marsik, F. J.

(2006). Control of

Microorganisme. In D. C. Lehman, C. R. Mahon, & G. Manuselis, Textbook of Clinicl

Microbiology (pp. 73-92). USA:

Elsevier.

7. G.Stimson, P. (2005). Precautionary Measures. In R. B. Dorion, Bitemark Evidence (p. 538). New York: Marcell Dekker.

8. Boyce, J. M., & Pittet, D. (2002). Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee

and the

HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force.

Centers for Disease Control and Prevention, 51.

9. A.D Russell, M. (2000). Triclosan and antibiotic resistance in Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial

Chemotherapy, 11-18.

10.Sumbali, G., & Mehrotra, R. S. (2009). Principles of Microbiology. New Delhi: Tata

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zahrani, S. H., & Baghdadi, A. M. (2012). Evaluation of the efficiency of Non alcoholic-Hand Gel Sanitizers products as an antibacterial. Nature and

Science, 6.

A.D Russell, M. (2000). Triclosan and antibiotic resistance in Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 11-18.

Albert T. Sheldon, J. (2005, April 29). Antiseptic “Resistance”: Real or Perceived Threat? Antimicrobial Resistance, 40, 1650-1656.

Argudin, M. A., Mendoza, M. C., & Rosario, M. (2010, July 5). US National

Library of Medicine . Retrieved January 28, 2014, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3153270/

Bennet, S. D., Walsh, K. A., & Gould, H. L. (2013). Foodborne Disease Outbreaks Caused by Bacillus cereus, Clostridium perfringens, and Staphylococcus aureus. Clinical Infectious Diseases, 425.

Bhunia, A. (2008). Foodborne Microbial Pathogens. USA: Springer Science Media.

Block, S. S. (1991). Definitions of terms in Disinfenction, Sterilization, and Preservation. Lea & Febiger, 18-125.

Boyce, J. M., & Pittet, D. (2002). Guidline for hand hygiene in health-care settings. Morbidity dan mortality weekly report, 51: 1-45.

. (2002). Recommendations of the Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee and the HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. Centers for Disease Control and Prevention, 51.

Brooks et al. (2008). Jawetz, Melnick, Adelberg's Medical Microbiology. In G. F. Brooks, K. C. Caroll, J. S. Butell, & S. A. Morse, Flora Mikrobia Normal

pada Manusia (pp. 277-280). Atlanta: Mc-Graw Hills Companies.

Bruch, M. K. (1996). Chloroxylenol: An Old-New Antimicrobial. In J. M. Ascenzi, Handbook of Disinfectans and Antiseptics (pp. 265-280). New York: Marcel Dekker.

(32)

43

http://www.cdc.gov/ncidod/DBMD/diseaseinfo/staphylococcus_food_g.ht m.

. (2009, November 19). Center for Disease Control and Prevention. Retrieved May 5, 2014, from Center for Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov.biomonitoring/pdf/Triclosan_Factsheet.pdf

Crossley, K. B., & Jefferson. (2009). Staphylococci in Human Disease. USA: Wiley-Blackwell.

Desiyanto, F. A., & Djannah, S. N. (2013, September). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman. KESMAS, 7, 55-122.

Dvorak, G. (2008). Disinfection. Center for Food Security and Public Health, 11.

Fang, J. L., Stingley, R. L., Beland, F. A., Harrouk, W., Lumpkins, D. L., & Howard, P. (2010). Occurrence, Efficacy, Metabolism, and Toxicity of Triclosan. Journal of Environmental Science and Health, 147-171.

Foster, T. (1996). Chapter 12 : Staphylococcus. In S. Baron, Medical

Microbiology, 4th Edition (pp. 2-21). Texas: National Center for

Biotechnology Information.

G.Stimson, P. (2005). Precautionary Measures. In R. B. Dorion, Bitemark

Evidence (p. 538). New York: Marcell Dekker.

Hariyadi, & Dewanti, R. (2011). Food Safety Issues in South East Asia. Bogor: Bogor Agricultural University.

HERA. (2005). Human and Environmental Risk Assessment on ingredients of household cleaning products. HERA, 21-42.

Koch, S. N., Torres, S. M., & Plumb, D. C. (2012). Canine anda Feline

Dermatology Drug Handbook. USA: Willey Blackwell.

Kramer, A; P, Rudolph; G, Kampf; D, Pittet;. (2002). Limited Efficacy of Alcohol-based hand gels. Lancet, 359.

Larson EL, M. H. (1991). Alcohols: Disinnfection, sterilization and preservation.

Block SS, 191-203.

Loho, T., & Utami, L. (2007, Juni 6). Uji Efektivitas Antiseptik Triclosan 1%

(33)

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/838/ 837

Longworth, A. R., & Hugo, W. B. (1971). Chlorhexidine in Inhibiton and destruction of the microbial cell. Academic Press, Ltd.London, 95-106.

Luby, S. P., Kadir, M. A., Yushuf, M. A., Yeasmin, F., & Unicomb, L. (2010). A community-randomised controlled trial promoting waterless hand sanitizer and handwashing with soap, Dhaka, Bangladesh. Tropical Medicine and

International Health, 1508-1516.

M.Jackson, M., & Marsik, F. J. (2006). Control of Microorganisme. In D. C. Lehman, C. R. Mahon, & G. Manuselis, Textbook of Clinicl Microbiology (pp. 73-92). USA: Elsevier.

Maillard, J. Y. (2002, May 9). Bacterial target sites for biocide action. Journal of

Applied Microbiology, 92, 16-27.

McDonnell, G., & Russell, A. D. (1999). Antiseptics and Disindectans : Activity,Action and Resistance. Clinical Microbiology Review, 12, 147-179.

Ngan V. (2005, June 6). New Zealand Dermatological Society Inc. Retrieved August 22, 2014, from New Zealand Dermatological Society Inc: www.dermnetnz.org

Nicolay, C. (2006). Hand Hygiene: An evidence-based review for surgeons.

International Journal of Surgery, IV(1), 53-65.

Nils-Olaf Hubner, A. K. (2010). Effectiveness of alcohol-based hand disinfectants in a public administration. BMC infectious disease, 10:250.

Pittet D, A. B. (2007). Hand Hygiene. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Rachmawati , F. J., & Triyana, S. Y. (2008, August). Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa. Logika, 5, 26-31.

Ryan, K. J. (2004). Normal Microbial Flora. In J. J. Champoux, F. C. Neidhardt, W. L. Drew, & J. J. Plorde, Sherris Medical Microbiology (pp. 141-144). New York: McGraw-Hill Companies.

(34)

45

Sumbali, G., & Mehrotra, R. S. (2009). Principles of Microbiology. New Delhi: Tata McGraw Hill Education Private Limited.

Terezhalmy, G. T., & Huber, M. A. (2013). Hand Hygiene: Infection Control/Exposure Control Issues for Oral Healthcare Workers. ADA

CERP, 5.

WHO. (2006). Global Patient Safety Challenge 2005–2006:“Clean Care is Safer

Care”. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 12.

. (2007). Infection prevention and control in health-care facilities. Retrieved January 23, 2014, from http://www.who.int/csr/resources/publications/

. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Summary.

WHO, 32.

Zuhriyah, L. (2004, April). Bacteriological Descriptions of Nurses's Hand. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, XX.

Gambar

Tabel 4.1  Diameter zona inhibisi isopropanol, chloroxylenol, dan triclosan terhadap
Tabel 4.3 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Biaya Kuliah

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan merumuskan alternatif pengembangan PPS Bungus sebagai pusat pendaratan ikan tuna di perairan

Uji t dilakukan untuk mengetahui keberartian dari masing-masing penduga parameter secara parsial, apakah koefisien parsial yang diperoleh tersebut mempunyai pengaruh

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan lingkar pinggang dengan kejadian proteinuria pada pasien diabetes melitus

HASIL PENELITIAN PENGARUH EKSTRAK DAUN TEMPUYUNG TERHADAP NAFSU MAKAN SELAMA 7 HARI, PERHITUNGAN ANAVA RANCANGAN RAMBANG LUGAS DAN. PERHITUNGAN STATISTIK HSD HARI KE-7 Kel

Keterampilan belajar menurut Devine (Burden &amp; Byrd, 1999, hlm.306) adalah suatu kecakapan mencatat, mengorganisasi, menyintesis, mengingat, dan menggunakan

Sebuah arsitektur sistem informasi internasional terdiri dari informasi dasar sistem yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mengkoordinasikan perdagangan di seluruh dunia dan

Sekolah kami menyediakan layanan dan bimbingan secara teratur dan berkesinambungan dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi setiap peserta didik, baik