• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MENYELESAIKAN POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMPN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MENYELESAIKAN POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMPN"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM

MENYELESAIKAN POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMPN 26 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruandan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Nurul Israwati NIM 105361103817

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Nama : Nurul Israwati

NIM : 105361103817

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Pola Bilangan pada Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2022 Yang Membuat Pernyataan

Nurul Israwati NIM. 105361103817

iv

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Nama : Nurul Israwati

NIM : 105361103817

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Pola Bilangan pada Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Januari 2022 Yang Membuat Perjanjian

Nurul Israwati NIM. 105361103817

v

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Percayalah bahwa Allah tidak akan memberi ujian di luar batas hambanya. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. (Qs. Al- Insyirah: 5-6)

Teruslah berikhtiar, perbanyak do’a!!! YAKIN Allah selalu bersamamu!

Kupersembahkan karya ini, untuk bapak dan ibuku tercinta yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang serta untuk saudaraku, keluargaku dan para sahabatku.

Terima kasih untuk semuanya.

vi

(7)

ABSTRAK

Nurul Israwati, 2021. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah Pola Bilangan pada Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar. Skripsi. Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I bapak Baharullah dan pembimbing II bapak Andi mulawakkan firdaus.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar dalam menyelesaikan masalah pola bilangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 3 siswa berkemampuan matematika tinggi berdasarkan nilai hasil ujian matematika. Instrumen yang digunakan adalah 1 butir soal pola bilangan dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SKT1 dan SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview sedangkan SKT 3 hanya mampu memenuhi indikator focus. Berdasarkan paparan hasil diatas, Hal tersebut karena SKT1 dan SKT2 mampu memahami maksud soal dan dapat menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal serta mampu menentukan rumus yang tepat. SKT1 dan SKT2 juga mampu menyimpulkan jawaban dengan benar serta mampu memberikan alasan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

SKT1 dan SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dan mampu mengecek kembali kebenaran jawaban serta rumus yang digunakan. Sedangkan SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis dan tidak mampu memenuhi indikator lainnya yaiu reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Kata Kunci: Analisis, Berpikir Kritis, Pola Bilangan.

vii

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang karena-Nya kita hidup dan hanya kepada-Nya kita kembali.

Tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan pertolongan kepada hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang tetap istiqomah di jalan-Nya.

Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua tercinta Bustan dan Salmiah atas segala pengorbanan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari banyak pihak, maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

viii

(9)

3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd. selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. A. Husniati, M.Pd selaku penasihat akademik yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama menempuh bangku perkuliahan.

6. Bapak Dr. Baharullah, M.Pd Pembimbing I dan bapak Dr. Andi mulawakkan Firdaus, M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesaianya skripsi ini.

7. Bapak Ilhamuddin, S.Pd., M.Pd dan Ibu Ernawati, S.Pd., M.Pd., sebagai validator pada saat penyusunan instrumen penelitian.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Matematika yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh kuliah.

9. Keluarga dan saudara(i) yang telah memberi dorongan dan motivasi.

10. Kepada teman seperjuanganku Rida dan Devi yang senantiasa menjadi terdepan untuk mengsuport. Dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11. Kepada kak ainan dan kak hikmat senior saya di jurusan pendidikan matematika yang telah membantu dan mengsuport.

ix

(10)

12. Teman seperjuangan Pendidikan Matematika Angkatan 2017 terkhusus Kelas 2017 B yang telah menemani perjalanan penulis sampai sejauh ini.

13. Seluruh pihak yang belum sempat dituliskan satu persatu yang turut serta memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa betapapun telah berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan karya ini, namun tentu tidak akan mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kemudian menjadi bahan perbaikan karya ini.

Hanya Allah Subuhana Wata’ala yang dapat memberikan imbalan yang setimpal. Semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan memperoleh ganjaran di sisi-Nya. Aamiin.

Penulis

Nurul Israwati

x

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Batasan Istilah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 18

C. Kerangka Pikir ... 21

xi

(12)

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data... 26

G. Prosedur Penelitian ... 27

H. Keabsahan Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 41

C. Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB V PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tabel Kriteria dan indikator berpikir kritis ... 13

Tabel 4. 1 Subjek penelitian 30

Tabel 4. 2 item soal tes kemampuan berpikir kritis 30

Tabel 4. 3 Triangulasi SKBK 1 dan SKBK 2 ... 40

xiii

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Hasil pekerjaan siswa 4

Gambar 2. 1 Pola bilangan ganjil ... 14

Gambar 2. 2 Pola bilangan genap ... 14

Gambar 2. 3 Pola bilangan persegi ... 15

Gambar 2. 4 Pola bilangan segitiga... 15

Gambar 2. 5 Pola bilangan persegi panjang ... 15

Gambar 2. 6 Pola bilangan fibonanci ... 16

Gambar 4. 1 hasil TSKT SKT 1. ... 31

Gambar 4. 2 hasil TSKT SKT 2 34

Gambar 4. 3 hasil TSKT SKT 3 38

xiv

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan berkualitas saat ini adalah upaya untuk bertahan di era globalisasi dalam menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan juga sangat bermanfaat bagi masyarakat yang terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (pendidikan berorientasi masa depan) (Wijayanti, Pudjawan & Margunayasa, 2015).

Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama dan universitas, dan dapat membentuk cara berpikir yang logis. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin sulit untuk mempelajari materi.. Oleh sebab itu, matematika yang diajarkan sejak jenjang pendidikan pertama akan membantu siswa mengerjakan materi matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya. Pernyataan ini yang didukung oleh Soedjadi (2000) menyatakan bahwa matematika adalah saran untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, kritis, cermat, dan kreatif. Dalam hal ini pentingnya mata pelajaran matematika sudah selayaknya jika setiap siswa memiliki kemampuan punguasaan materi matematika. Hal tersebut juga sejalan dengan Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahawa dalam pembelajaran matematika peserta didik diharapkan mampu menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab dan tidak mudah pantang meenyerah dalam memecahkan masalah. Karenanya, salah satu kemampuan yang harus dimiliki

1

(16)

oleh siswa agar mampu memecahkan masalah matematika adalah kemampuan berpikir kritis.

Menurut Ennis (2011), berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan.

Keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam.Pernyataan ini didukung oleh Johnson (2014), yang menyatakan bahwa berpikir kritis membutuhkan pikiran terbuka, kerendahan hati, dan kesabaran, dan kualitas-kualitas ini membantu seseorang mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Muhfahroyin (dalam widiantari, suarjana, kusmariyatni 2016) juga menyatakan bahwa “pelatihan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan kesuksesan hasil belajar siswa, dimana kepercayaan diri, minat dan semangat siswa akan mengubah cara pandangnya untuk memecahkan masalah–masalah matematika yang dihadapi menjadi lebih menyenangkan”.

Selanjutnya pendapat lain Rudinow dan Barry (filsaime, 2008:57) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang menekankan sebuah basis-basis kepercayaan – kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan memberikan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi. Sedangkan menurut Screven dan Paul serta Angelo (Filsaime, 2008:56) mendeskripsikan berpikir kritis sebagai disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi aktif dan berketerampilan yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh observasi,

(17)

pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai suatu penuntun menuju kepercayaan aksi. Ciri berpikir kritis selalu mencari solusi dalam proses memecahkan masalah dengan aktivitas mental, termasuk kemampuan untuk merumuskan masalah, mendiskusikan, menarik kesimpulan dan membimbing, mengevaluasi, dan membuat keputusan.

Selanjutnya menurut Paul (Fisher, 2009: 4) menyatakan bahwa“berpikir kritis adalah model berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana seorang pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya”. Hal ini menggambarkan prinsip menyetujui, bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang dengan cara melalui berpikir tentang diri sendiri dan secara sadar dapat memperbaiki dan mengacu pada beberapa model berpikir yang baik pada bidang yang bersangkutan.

Sehingga dengan memiliki kemampuan berpikir kritis, siswa dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, serta mampu merancang dan mengarungi kehidupannya pada masa yang akan datang yang penuh tantangan, persaingan, dan ketidakpastian.

Namun pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah untuk belajar matematika karena kesulitan memahami pembelajaran dan siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dan berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi dan berdasarkan hasil

(18)

wawancara dengan salah seorang guru matematika pada tanggal 20 Oktober 2020 di SMPN 26 Makassar.

Gambar 1.1 Hasil pekerjaan siswa

Hasil tersebut menunjukkan bahwa berpikir kritis siswa masih rendah karena pada saat siswa mengerjakan soal hanya berpatokan pada contoh soal yang diberikan dari guru, sehingga pada saat siswa mengerjakan soal latihan siswa kebingungan menjawabnya, utamanya memecahkan masalah matematika berbentuk cerita.

Fakta bahwa kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan pola bilangan, kesulitan yang dialami oleh siswa diantaranya kesulitan dalam menyatakan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kesulitan dalam konsep matematika yang telah dipelajari, kesulitan dalam proses penentuan rumus fungsi suku ke-n pada soal cerita.

(19)

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa sejalan dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat & Bernard (2019) dengan hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator berpikir kritis: interpretasi, amalisis, evaluasi, penarikan kesimpulan, penjelasan, kemandirian. Berdasarkan hasil dari tes uraian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa secara keseluruhan ada pada kategori rendah, jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang berpikir kritis masih sangat rendah, kemandirian belajar siswa secara keseluruhan berada pada tingkat sedang dan siswa belum terbiasa menggunakan indikator kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun temuan penelitian oleh Warniasih (2018) mengatakan kemampuan berpikir kritis matematis siswa masih rendah atau kurang, karena pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Dalam hal ini, kemampua berpikir kritis sangat penting bagi siswa. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat memecahkan masalah matematika dengan baik daripada siswa yang berkemampuan rendah.

Masalah matematika yang cenderung sulit untuk dipecahkan oleh siswa adalah masalah matematika berbentuk cerita. Hal tersebut sejalan dengan temuan Siswono (2005) dalam penelitiannya menemukan beberapa kelemahan antara lain (1) memahami rangkaian kalimat-kalimat soal, tidak dapat membedakan informasi yang diketahui dari perintah soal, (2) tidak mahir dalam menggunakan pengetahuan atau ide yang dimiliki untuk mengubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika, (3) jangan menggunakan metode atau strategi lain dalam merencanakan solusi suatu masalah., (4) jangan melakukan perhitungan untuk

(20)

menarik kesimpulan atau kembali kemasalah yang anda cari. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis perlu dilatih mulai dari tingkat dasar/sederajat hingga tingkat pendidikan tinggi.

Setiap permasalahan terdapat suatu solusi yang sesuai dan perbaikan dalam menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Masalah Pola Bilangan pada Siswa Kelas VIII SMPN 26 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penilaian ini yaitu: Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 26 MAKASSAR dalam menyelesaikan masalah pola bilangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsi kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 26 MAKASSAR dalam menyelesaikan masalah pola bilangan.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian maka peneliti menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Masalah Pola Bilangan Pada Siswa Kelas VIII SMPN 26 MAKASSAR”

1. Analisis adalah suatu proses untuk mengumpulkan bukti dan untuk menemukan sumber suatu masalah dengan tahapan pembuatan laporan.

(21)

2. Berpikir kritis adalah konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema yang kita terima. Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistemais.

3. Pola bilangan adalah suatu susunan angka-angka yang membentuk beberapa suatu jenis pola tersendiri misalnya pola bilangan segitiga, segi empat, persegi panjang, dan lain-lain.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami materi dan mengembangkan kemampuan pemahaman dalam menyelesaikan soal latihan matematika.

2. Bagi guru

Dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal latihan cerita pada materi pola bilangan sehingga dapat mencari solusi yang sesuai dalam proses pembelajaran dikelas.

3. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah. Dan sebagai media belajar untuk menyelesaikan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Analisis

Analisis merupakan suatu proses memecahkan topik atau substansi yang kompleks yang akan dibagi menajdi bagian-bagian yang lebih kecil untuk pemahaman yang lebih baik.Adapun pengertian menurut Sprasley (Sugiyono,2015) mengemukakan analisis ini merupakan kegiatan untuk mencari pola dan gagasan yang berkaitan dengan beberapa pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungan dengan keseluruhan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa analisis adaalah suatu tindakan atau proses mengamati dan memecahkan masalah.

Berdasarkan pengertian analisis diatas, menurut Sparsley (sugiyono:2015) analisis yang diguanakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis kualitatif. Analisis deskriptif adalah studi yang menggambarkan gejala, peristiwa, dan peristiwa yang sedang terjadi dalam konteks peringkasan, pengumpulan, dan penyajian data untuk memberikan informasi yang berguna dan mempersiapkan analisis. Sedangkan analisis kualitatif adalah jenis metode penelitian data kualitatif yang menitikberatkan pada peristiwa yang terjadi berdasarkan fakta di lapangan. .Selain itu juga landasan teori bermanfaat untuk memberikan suatu gambaran yang umum tentang latar belakang penelitian dan sebagai pembahasan hasil penelitian tersebut.

8

(23)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis saat ini sangat penting untuk dimiliki karena dengan memiliki kemampuan berpikir kritis dapat membantu mengambil keputusan dan menyelesaikan suatu masalah yang tengah kita hadapi. Dalam hal ini kemampuan berpikir krtis siswa matematika memiliki peranan penting untuk menyelesaikan masalah matematika, karena siswa yang berkemampuan baik dapat menyelesaikan masalah matematika lebih baik juga dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan berpikir rendah (Warniasih, dkk 2018)

Pengertian berpikir kritis pendapat Normaya (2015) yang mengatakan bahwa “berpikir kritis adalah berpikir rasional dalam menilai sesuatu”. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan, dilakukan dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang sesuatu tersebut.

Dengan demikian setiap individu harus memiliki kemampuan berpikir kritis agar tidak mudah percaya dengan informasi yang berlum tentu kebenarannya jelas dan tidak terburu-buru mengambil keputusan dalam mengambil tindakan. Dalam hal ini didukung oleh Haryani (2011) berpikir kritis diperlukan dengan memeriksa kebenaran dari suatu informasi, sehingga dapat memutuskan intormasi tersebut layak sditerima atau ditolak. Selanjutnya pendapat dari Glaser (dalam Rani, dkk 2018) mendeskripsikan bahwa “berpikir kritis merupakan suatu sikap mau berpikir secra mendalam tentang masalah-masalah berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya”. Maka dapat disimpulkan berpikir kritis adalah berpikir secara logis dengan menggunakan daya nalar dengan berdasarkan bukti empiris. Selanjutnya pengertian pendapat ahli

(24)

Beyer (filsaime,2008) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin digunakan oleh seseorang untuk menilai keabsahan sesuatu (pernyataan, gagasan, diskusi, dan penelitian). Seseorang yang berpikir krits akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta kemudian melakukan pengambilan keputusan.

Adapun pendapat lainnya dari Rahmawati (2013:20) mendeskripsikan berpikir kritis itu sendiri merupakan proses menganalisis atau mengevaluasi informasi dari suatu masalah berdasarkan pemikiran-pemikiran. Selanjutnya pengertian berpikir kritis menurut Johnson (2007) adalah suatu proses terarah dan jelas digunakan dalam kegiatan menta misalnya memecahkan masalah, megambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Pendapat menurut Johnson (2007) senada dengan pengertian berpikir kritis menurut Ennis (1991) mendeskripsikan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan.

Selain itu Enis (1991, 1996) (dalam Budi Cahyono 2017) mengungkapkan kriteria atau elemen dasar yang harus dimiliki oleh para pemikir kritis untuk memecahkan suatu masalah yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview yang disingkat dengan FRISCO. Focus ialah sehubungan dengan identifikasi focus atau perhatian utama, Reason ialah berkaitan dengan identifikasi sebabnya, Inference yang berkaitan denagan menilai mutu kesimpulan Situation yang berhubungan dengan seksama, Clarity sehubungan dengan kejelasan dan

(25)

Overview berkaitan dengan mengecek ulang maupun langkah mundur serta amati seluruhnya secara keseluruhan yang logis untuk menentukan keputusan.

Berdasarkan beberapa pengertian berpikir kritis menurut para ahli.

berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Ennis (1991) yaitu suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan.

Berikut adalah beberapa indikator berpikir kritis menurut para ahli.

Menurut Jacob & sam (2008) indikator berpikir kritis yaitu:

1. Merumuskan pokok-pokok permasalahan (klarifikasi).

2. Kemampuan memberikan alasan untuk menghasilkan argument yang benar (assessment).

3. Menarik kesimpulan dengan jelas dan logis dari hasil penyelidikan (inferensi).

4. Menyelesaikan masalah dengn beragam alternatif penyelesaian berdasarkan konsep (strategis).

Menurut ennis (1991, 1996) (dalam budi cahyono 2017) indikator berpikir kritis yaitu:

1. Focus adalah perhatian utama atau memahami masalah pada soal yang diberikan.

2. Reason adalah memberikan alasan berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiap langkah dalam membuat keputusan maupun kesimpulan.

3. Inference adalah membuat kesimpulan dengan tepat dan siswa memilih reason (R) yang tepat untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.

(26)

Situation adalah menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan.

4. Clarity adalah menggunakan penjelasan yang lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dalam kesimpulan yang dibuat.

5. Overview adalah mengecek kembali maupun langkah mundur serta amati seluruhnya secara keseluruhan.

Dan indikator berpikir kritis menurut normaya (2015:95)

1. Interpretasi adalah memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui dan yang ditanyakan dalam soal.

2. Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan Antara pernyataan- pernyataan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.

3. Evaluasi adalah menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benat dalam melakukan perhitungan.

4. Inferensi adalah membuat kesimpulan dengan tepat.

Dari beberapa indikator-indikator menurut para ahli tersebut, indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator menurut ennis (1991) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelasaikan masalah ini. Adapun tabel kriteria dan indikator berpikir kritis menurut Ennis (1991,1996) ialah:

(27)

Tabel 2.1 Kriteria dan indikator berpikir kritis

Kriteria Berpikir Kritis Indikator

F (Focus)  Identifikasi focus atau perhatian utama atau siswa memahami permasalahan pada soal yang diberikan

R (Reason)  Identifikasi dan menilai akseptabilitas Siswa memberikan alasan berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada setiap langkah dalam membuat keputusan maupun kesimpulan.

I (Inference)  Menilai kualitas kesimpulan, dengan asumsi alasan untuk dapat diterima atau siswa membuat kesimpulan dengan tepat dan siswa memilih reason (R) yang tepat untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.

S (Situation)  Perhatikan situasi dengan seksama atau siswa menggunakan semua informasi yang sesuai dengan permasalahan.

C (Clarity)  Kejelasan, periksa untuk memastikan jelas atau Siswa menggunakan penjelasan yang lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dalam kesimpulan yang dibuat.

O (Overview)  Mengecek kembali atau langkah mundur dan lihat semuanya secara keseluruhan atau Siswa meneliti atau mengecek kembali secara menyeluruh mulai dari awal sampai akhir (yang dihasilkan FRISC)

Sumber:Enis (1991,1996) 3. Pola Bilangan

Pola bilangan adalah Susunan angka bentuk yang teratur dari satu bentuk ke bentuk berikutnya. Angka digunakan untuk menunjukkan jumlah (kurang lebih) dan ukuran (berat, ringan, panjang, pendek, lebar) suatu benda. Angka dilambangkan dengan huruf atau simbol yang disebut angka. Jadi pola bilangan

(28)

dapat diartikan sebagai susunan angka-angka yang mempunyai bentuk teratur dari bentuk satu kebentuk berikutnya.

Adapun jenis – jenis pola bilangan ialah 1. Pola bilangan ganjil

Pola bilangan ganjil pola yang terbentuk dari bilangan – bilangan ganjil, yang termasuk bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, ……

Dengan rumus: Un = 2 n – 1 Gambar pola bilanga ganjil

2. Pola bilangan genap

Pola bilangan yang terbentuk dari bilangan – bilangan genap. Bilangan genap yaitu bilangan asli yang habis dibagi dua, yang termasuk pola bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8,……….

Dengan rumus : Un = 2n Gambar pola bilangan genap

3. Pola bilangan persegi

Pola bilangan persegi merupakan suatu pola bilangan yang terbentuk oleh bilangan bilangan hasil kuadrat dan jika digambar polanya membentuk suatu bentuk persegi. Contohnya adalah 1, 4, 9, 16, 25, 36,…..

Dengan rumus : Un = n2

(29)

Gambar pola bilangan persegi

4. Pola bilangan segitiga

Pola bilangan segitiga merupkan suatu barisan dari bilangan – bilangan yang membentuk sebuah pola segitiga, yang termasuk pola bilangan segitiga : 1, 3, 6, 10,……

Dengan rumus :

Gambar pola bilangan segitiga

5. Pola bilangan persegi panjang

Pola bilangan persegi panjang ialah suatu barisan bilangan yang membentuk sebuah pola yang berbentuk persegi panjang, yang termasuk pola bilangan persegi panjang 2, 6, 12, 20, 30,………

Dengan rumus : ( ) ( )( )

Gambar pola bilangan persegi panjang

(30)

6. Pola bilangan fibonanci

Pola bilangan fibonanci merupakan suatu bilangan dimana setiap sukunya merupakan jumlah dari dua suku didepannya, yang termasuk bilangan fibonanci 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 56, 90,…

2, 2, 4, 6, 10, 16, 26, 42, 68………..

3, 6, 9, 15, 24, 39, 63…………..

Gambar pola bilangan fibonanci

Barisan dan Aritmatika

Barisan aritmatika merupakan susunan angka dan kumpulan bilangan yang mempunyai perbedaan yang sama tiap antarsuku

Un = a + (n-1) b b= u2 – u1

Un = suku ke –n a = suku pertama b = beda / selisih

(31)

contoh:

Dalam sebuah gedung bioskop terdapat 10 barisan. Pada barisan pertama ada 12 kursi, pada barisan ke 2 ada 15 kursi, dan begitu seterusnya tiap barisan bertambah 3 kursi kedepannya. Maka banyak kursi pada barisan terakhir adalah?

Jawab:

a = 12, b = 3 U10 = 12 + (10-1)3 = 12 + (9) 3

= 12 + 27

= 39

a. Deret aritmatika adalah penjumlahan dari tiap suku aritmatika Sn = (a+ Un)

Keterangan:

Sn = jumlah suku pertama

a = suku pertama barisan aritmatika n = banyak suku barisan aritmatika Contoh

Dalam sebuah gedung bioskop terdapat 10 barisan kursi. Pada barisan pertama ada 9 kursi pada barisan ke 2 ada 12 kursi, dan begitu seterusnya tiap barisan bertambah 3 kursi. Maka jumlah kursi sampai barisan ke 10?

(32)

Jawab:

a = 9 b = 3 U10 = 9 + (10-1) 3 U10 = 9 + (9) 3 U10 = 9 + 27 U10 = 36

S10 = (9 + U10)

= 5 (9 + 36)

= 5 (45)

= 225

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Setiana & Purwoko (2020) dengan hasil penelitiannya hasil kemampuan berpikir kritis berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis siswa dari keseluruhan siswa diperoleh informasi bahwa aspek focus memiliki rata-rata nilai 92,4 dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek reason memiliki rata-rata nilai 84,3, dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek inference memiliki rata-rata 77,1 dan termasuk dalam kategori baik, aspek situation memiliki rata-rata nilai 97,1 dan termasuk dalam kategori sangat baik dan aspek overview memiliki rata-rata nilai 71,4 dan termasuk dalam kategori baik. Secara keseluruhan subjek memiliki kemampuan berpikir kritis pada kategori sangat baik dengan rata-rata nilai sebesar 85,47. Pada penelitian ini menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis, dimana indikator clarity tidak digunakan dalam penelitian tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini

(33)

menggunakan 6 indikator. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa presentase siswa dalam memenuhi setiap indikator berpikir kritis relative tinggi, hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa subjek kemampuan tinggi 1 dan subjek kemampuan tinggi 2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

2. Salahuddin & Ramdani (2021) dengan hasil penelitiannya kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan tahapan polya secara keseluruhan berbeda-beda. Siswa s1 melalui tahapan polya masih dikatakan kritis, siswa s2 melalui tahapan polya masih dikatakan cukup kritis, siswa s3 melalui tahap polya kritis dan siswa s4 tidak melalui polya. Dengan hal ini guru perlu memberikan soal pemecahan masalah sehingga menuntunnya untuk berpikir kritis dan perlu pendamping khusus bagi siswa yang tidak menyelesaikan soal dengan benar. Sedangkan penelitian ini menunjukkan mengukur kemampuan berpikir kritis berdasarkan teori Ennis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa subjek 1 dan subjek 2 tergolong berpikir kritis, sedangkan subjek 3 tidak tergolong berpikir kritis karena tidak memenuhi indikator berpikir kritis menurut ennis.

3. Hidayat & Bernard, (2019) dengan hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator berpikir kritis: interpretasi, analisis, evaluasi, penarikan kesimpulan, penjelasan, kemandirian. Berdasarkan hasil dari tes uraian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa secara

(34)

keseluruhan ada pada kategori rendah, respon siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kritis masih sangat rendah, kemandirian belajar siswa secara keseluruhan berada pada tingkat sedang dan siswa tidak terbiasa menggunakan indikator kemandirian belajar dengan benar, dan terdapat hubungan yang erat antara kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa.

Sedangkan temuan penelitian tersebut berbeda pada temuan pada penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis siswa tergolong tinggi karena subjek 1 dan subjek 2 mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis dan hanya subjek 3 yang tidak tergolong berpikir kritis.

4. Fridanianti, Purwati, Murtianto (2018) hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator FRISCO menurut Ennis (2011) siswa dengan gaya kognitif reflektif mampu memenuhi keseluruhan kriteria berpikir kritis FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity and overview) dalam menjawab pertanyaan sangat berhati-hati sehingga waktunya lama, sedangkan siswa dengan gaya kognitif implusif dapat menjawab keseluruhan kriteria FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity, overview) namun hanya dapat memenuhi dua kriteria yang benar yaitu focus dan reason dalam menjawab setiap pertanyaan cenderung cepat. Dalam hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa subjek kemampuan tinggi 1 dan subjek kemampuan tinggi 2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

(35)

C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah karena pada saat siswa mengerjakan soal hanya berpatokan contoh soal yang diberikan dari guru, sehimgga pada saat siswa mengerjakan soal latihan kebingungan menjawabnya, tentunya memecahkan masalah matematika berbentuk cerita. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa sejalan dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat &

Bernard (2019) dengan hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator berpikir kritis: interpretasi, amalisis, evaluasi, penarikan kesimpulan, penjelasan, kemandirian. Berdasarkan hasil dari tes uraian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa secara keseluruhan ada pada kategori rendah, respon siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kritis masih sangat rendah, kemandirian belajar siswa secara keseluruhan berada pada tingkat sedang dan siswa tidak terbiasa menggunakan indikator kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berpikir kritis adalah keterampilan berpikir kompleks yang menggunakan proses menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diterima dan memecahkan masalah. Pentingnya berpikir kritis adalah menemukan kebenaran informasi yang diterima atau berpikir untuk memecahkan masalah. Menurut Ennis (1991) indikator kemampuan berpikir kritis terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview. Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan

(36)

untuk memecahkan masalah, utamanya masalah matematika yang dianggap paling sulit oleh Sebagian besar siswa.

Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa yaitu menggunakan tes tertulis dengan materi pola bilangan. Materi tersebut adalah salah satu materi yang terdapat pada kelas VIII, dimana materi tersebut cukup sulit untuk dipecahkan. Hal tersebut berdasarkan konsultasi dengan salah seorang guru matematika di SMPN 26 Makassar. Sehingga dalam penelitian ini akan menganalisis kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah pola bilangan pada siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sanjaya (2013:59) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta dan karakteristik tertentu. Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada proses daripada hasil, sehingga hasil yang diperoleh merupakan rancangan murni menurut fakta yang ada berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penelitian dengan memperhatikan apa yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dalam penelitian dengan memperhatikan indikator yang digunakan dalam penarikan kesimpulan (Arikunto 2002). Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan secara utuh dan terperinci tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat dan menjadi subjek penelitian, serta menjelaskan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut. (Sanjaya, 2013: 47).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 26 Makassar yang berlokasi di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun Ajaran Semester Ganjil 2021/2022.

23

(38)

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 26 MAKASSAR. Proses penentuan subjek berdasarkan soal tes materi pola bilangan untuk menentukan kemampuan berpikir kritis siswa.

Adapun langkah-langkah pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan kelas tempat untuk melakukan penelitian yaitu kelas VIII SMPN 26 MAKASSAR.

2. Memilih 3 siswa sebagai subjek penelitian yang berkemampuan tinggi berdasarkan hasil ujian matematika dan rekomendasi guru.

3. Subjek yang dipilih mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu mengekspresikan pikirannya berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran dikelas.

4. Subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data selama penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen utama dan pendukung. Instrumen utama ialah peneliti sendiri berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisa data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas penelitiannya. Adapun instrumen utama dibantu dengan instrumen pendukung sebagai berikut:

(39)

1. Tes

tes yaitu alat bantu yang berupa tes tertulis mengenai materi pola bilangan.

Dipilihnya tes uraian karena untuk mengetahui hasil keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Wawancara.

wawancara yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui tugas penyelidikan.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara tidak terstruktur.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan pola bilangan. Dimana hasil tes tersebut dianalisa untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa. Tes kemampuan berpikir kritis berbentuk soal uraian. Soal yang diberikan berjumlah 1 butir soal. Tes dibuat dengan menggunakan indicator berpikir kritis menurut Ennis.

2. Metode wawancara

wawancara yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan wawancara.

Pedoman wawancra tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal menurut Ennis.

(40)

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pada Miles dan Huberman sebagaimana deskripsi oleh Sugiyono (2017:243), tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Adapun penjelasannya ialah:

1. Reduksi data

“Mereduksi data bisa diartikan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya”, (Sugiyono, 2008: 247). Dengan mereduksi data akan membe-rikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Proses reduksi berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian bahkan peneliti memulai sebelum pengumpulan data dilakukan selesai sampai penelitian berakhir. Reduksi dimulai sewaktu peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan, penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang digunakan. Selama pengumpulan data berlangsung, reduksi data dapat berupa membuat ringkasan, memutuskan tema, membuat batas permasalahan, dan menulis memo.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah kegiatan mengumpulkan semua informasi yang disusun dengan benar agar memungkinkan adanya kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data dapat memperoleh data kemampuan berpikir kritis dari jawaban tes yang terdiri lima soal uraian yang dikerjakan siswa.

(41)

3. Penarikan Kesimpulan (verification)

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan meninjau data.

Kesimpulan dan tinjauan data dilakukan setelah data terakhir dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan akhir. Tentunya untuk menarik kesimpulan tersebut, berdasarkan hasil dari analisis data, tes tertulis dan wawancara dilakukan dengan membandingkan hasil tes tertulis dengan hasil wawancara dengan subjek.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, dan tahap pelaksanaan. Berikut uraian dari masing-masing tahapan:

1. Tahap Persiapan

a. melakukan pengamatan pertama untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi disekolah.

b. Membuat surat ijin penelitian.

c. Bertemu dengan kepsek untuk menyerahkan surat izin penelitian dan menjelaskan hal-hal yang dilakukan disekolah.

d. Menyusun rancangan instrumen penelitian yang berupa soal tes kemampuan berpikir kritis materi pola bilangan serta pedoman untuk wawancara.

e. Melakukan validasi ahli untuk instrument penelitian..

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memilih 3 siswa dengan hasil nilai ujian tertinggi sebagai subjek.

b. Pemberian tes kemampuan berpikir kritis.

(42)

c. Melakukan wawancara kepada setiap subjek.

H. Keabsahan Data

Triangulasi dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data.

Triangulasi adalah teknik untuk memvalidasi data yang menggunakan sesuatu selain data untuk keperluan verifikasi atau untuk perbandingan data. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data adalah untuk menggali kebenaran informasi tertentu dengan mengggunakan berbagai sumber data misalnya dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang rumusan masalah yaitu bagaimana kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah pola bilangan pada siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsi kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah pola bilangan pada siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar. Sehingga, dalam penelitian ini siswa diberikan tes kemampuan berpikir kritis berupa 1 butir soal materi pola bilangan.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk menelusuri dan memverifikasi data lebih dalam. Melihat konsistensi data hasil tes dan wawancara, maka hasil dari penelitian yang diperoleh adalah deskripsi kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah pola bilangan siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar.

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Kemampuan Tinggi (SKT)

Berikut paparan lengkap beberapa pertimbangan pemilihan subjek diantaranya: (1) subjek dapat berkomunikasi dengan baik serta dapat mengekspresikan pikirannya berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran di kelas; (2) subjek dipilih memiliki kemampuan matematika tinggi berdasarkan hasil nilai ujian matematika; (3) kesediaan subjek untuk berpartisipasi dalam pengambilan data selama penelitian, dan (4) rekomendasi dari guru.

Berdasarkan

29

(44)

beberapa pertimbangan tersebut, maka diperoleh 3 subjek penelitian kemampuan berpikir kritis. Subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Subjek Penelitian

No. Subjek Kode

1. AD SKT1

2. NR SKT2

3. MA SKT3

2. Hasil Data Tes Subjek Kemampuan Tinggi (TSKT) dan Hasil Wawancara

Analisis data tes kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah pola bilangan yang dimaksud adalah paparan data yang diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara pada setiap subjek. Setiap subjek penelitian diberikan masalah yang sama pada tes kemampuan berpikir kritis, kemudian penyelesaian siswa akan ditelusuri lebih dalam melalui wawancara.

Sebelum pemaparan hasil penelitian, terlebih dahulu disajikan masalah matematika yang dianalisis, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Item Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Andi sedang menyelenggarakan sebuah pesta ulang tahun yang ke-17 tahun.pesta tersebut dilaksanakan di rumah Andi. Pertama kali bel berbunyi, 4 orang tamu undangan datang, saat bel kedua berbunyi 8 orang tamu undangan datang, saat bel ketiga berbunyi 7 orang tamu datang undangan datang, saat bel keempat berbunyi 11 orang tamu undangan datang, saat bel kelima berbunyi 10 orang tamu undangan datang. Berapa banyak orang tamu undangan datang pada saat bel berbunyi ke-20?

(45)

a. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Kemampuan Tinggi 1 (SKT 1)

Berikut ini dipaparkan hasil tes tertulis SKT1 dalam memecahkan masalah pada TSKT

Gambar 4.1 Hasil TSKT SKT1

Hasil Wawancara Berdasarkan Subjek Kemampuan Tinggi (SKT 1):

P-01 : Dek, kita pahami ini soal yang ibu berikan?

SKT-01 : Iye ibu

P-02 : Ini soal dek, soal cerita untuk menyelesaikan soalkan harus ditulis apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui?

SKT1-02 : yang diketahui itu ibu bel pertama 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang dan bel kelima 10 orang

(46)

P-03 : kalau yang ditanyakan apa?

SKT1-03 : kalau yang ditanyakan ibu berapa banyak tamu undangan datang pada saat bel ke dua puluh?

P-04 : bagaimana carata selesaikan ini soal cerita yang ibu berikan baru diubah dalam bentuk soal matematika?

SKT1-04 : Ku buat barisannya berdasarkan informasi yang dari soal seperti bel pertama itu 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang, bel kelima 10 orang baru kususunmi polanya 4, 8,7,11,10

P-05 : dalam pemecahan masalah adek informasi yang mana adek pakai?

SKT1-05 : itu ibu, kalau sudahmi kususun polanya 4,8,7,11,10 barumi kucari selisih yang sama ibu, karena pola pada soal tersebut +4, -1, +4, -1, jadi soal tersebut pake pola bersusun bu. 4 + (- 1) = 3, jadi b = 3. Dan nilai a = 8 karena suku pertama pada barisan genap.

P-06 : Kenapa dipisah yang ganjil dan genap?

SKT1-06 : Karena soalnya termasuk barisan 2 larik bu P-07 : Kenapa memilih barisan genap?

SKT1-07 : Karena yang suku ke-20 adalah genap bu P-08 : Kenapa bisa dek n nya 10?

SKT1-08 : n nya 10 ibu karena pakeka pola bertingkat 2, yang ditanyakan U20 jadi 20 kubagi 2

P-09 : Ibu tanya lagi yakin jaki jawaban ta?

SKT1-09 : Iye ibu

P-10 : jadi apa kesimpulan ta?

SKT1-10 : Tinggal ku masukkan ke dalam rumus Bu, U20 = a + (n-1) b

= 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 8 + 27 = 35.

P-11 : dalam pemecahan masalah informasi mana yang dipakai?

SKT1-11 : itu ibu, diketahui bel pertama 4, bel kedua 8, bel ketiga 7, bel keempat 11, bel kelima 10 baru kususunmi polanya

(47)

4,8,7,11,10 baru yang ditanyakan bel kedua puluh

P-13 : oke dek lanjut pertanyaannya, ditauji itu istilah – istilah dalam jawaban yang kita kerja misalnya a itu apa? b itu apa?

SKT1-13 : a itu ibu suku pertama, b itu selisih ibu P-14 : kalau Un itu apa?

SKT1-14 : suku yang mau kucari ibu

P-15 : Ok dek pertanyaan selanjutnya yakin maki dengan jawaban ta SKT1-15 : Yakin ibu

P-17 : Coba cara yang adek gunakan diuji dengan suku yang lain.

Coba cari suku ke-19?

SKBK1-17 : U19 = a + (n-1) b

a = 4 karena 19 adalah suku ganjil, dan b tetap 3 nilainya jadi U19 = 4 + (10-1) 3

= 4 + (9) 3

= 4 + 27 = 31. Jadi suku ke-19 adalah 31.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT1 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan teori Ennis. SKT1 mampu memenuhi indikator focus karena mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan unsur yang diketahui yaitu menuliskan barisan genap 8, 11 dan barisan ganjil 4, 7, 10 dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut U20. SKT1 juga mampu memenuhi indikator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dengan menuliskan rumus a + (n-1) b dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT1 mampu memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT1 mampu mengidentifikasi soal tersebut, dan menganggap masalah pola bilangan tersebut termasuk jenis pola bilangan barisan 2 larik, sehingga SKT1 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap.

(48)

SKT1 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) dan b adalah beda yaitu pola pada barisan bilangan yaitu 3, sehingga memenuhi indikator clarity.

SKT1 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U19, dan SKT1 mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar.

Keterangan

P: pertanyaan peneliti

SKT: Subjek Kemampuan Tinggi TSKT: Tes Subjek Kemampuan Tinggi

b. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Kemampuan Tinggi 2 (SKT 2) Berikut ini dipaparkan hasil tes tertulis SKT2 dalam memecahkan masalah pada TSKT.

(49)

Gambar 4.2 Hasil TSKT SKT2

Hasil Wawancara Berdasarkan Subjek Kemampuan Tinggi (SKT 2) P-01 : Dek, kita pahami ini soal yang ibu berikan?

SKT2-01 : Iye ibu

P-02 Ini soal dek, soal cerita untuk menyelesaikan soalkan harus ditulis apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui?

SKT2-02 : yang diketahui itu ibu bel pertama 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang dan bel kelima 10 orang

P-03 : Kalau yang ditanyakan?

SKT2-03 : kalau yang ditanyakan ibu berapa banyak tamu undangan datang pada saat bel ke dua puluh

P-04 : bagaimana carata selesaikan ini soal cerita yang ibu berikan baru diubah dalam bentuk soal matematika?

SKT2-04 : begini ibu kubaca dulu ini soal baru kupahamiki kemudian informasi yang dari soal seperti bel pertama itu 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang, bel kelima 10 orang baru kususunmi polanya 4, 8,7,11,10

P-05 : dalam pemecahan masalah adek informasi yang mana adek pakai?

SKT2-05 : itu ibu, kalau sudahmi kususun polanya 4,8,7,11,10 barumi ku

pisah yang ganjil dan genap bu, baru cari selisihnya. 4, 7, 10 selisihnya 3 Bu, dan 8, 11 selisihnya juga 3 bu, jadi b = 3.

Kalau nilai a = 8 bu, karena suku ke-1 barisan genap adalah 8.

P-06 : Kenapa ambil yang barisan genap?

SKT2-06 : Karena yang ditanyakan suku ke-20 bu, dan 20 adalah genap P-07 : coba jelaskan cara kerja ta?

SKT2-07 : kan tadi nilai a = 8, dan b = 3

baru masukan ke dalam rumus yaitu U20 = a + (n-1) b yaitu 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 35

P-08 : Kenapa bisa n nya 10?

SKT2-08 : Karena tadi saya sudah pisah barisan ganjil dan genap. Jadi barisan genap = 20 dibagi 2 = 10

P-09 : Ibu tanya lagi yakin jaki jawaban ta?

SKT2-09 : Iye ibu

P-10 : jadi apa kesimpulan ta?

SKT2-10 : nilai a = 8, dan b = 3

(50)

dan rumusnya yaitu U20 = a + (n-1) b

= 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 35 jadi U20 = 35.

P-11 : Dalam pemecahan masalah informasi mana yang dipakai?

SKT2-11 : Itu ibu, diketahui bel pertama 4, bel kedua 8, bel ketiga 7, bel keempat 11, bel kelima 10 baru kususunmi polanya

4,8,7,11,10 baru yang ditanyakan bel kedua puluh?

P-12 : Digunakan semuaji informasi yang ada soal deka?

SKT2-12 : Iye ibu

P-13 : oke dek lanjut pertanyaannya, ditauji itu istilah – istilah dalam jawaban yang kita kerja misalnya a itu apa? b itu apa?

SKT2-13 : a itu ibu suku pertama, b itu selisih ibu P-14 : kalau Un itu apa?

SKT2-14 : suku yang mau kucari ibu

P-15 : Ok dek pertanyaan selanjutnya yakin maki dengan jawaban ta?

SKT2-15 : Iye ibu, in syaa allah ibu benar mi

P-16 : Tidak mauki periksa kembali jawaban ta dulu?

SKT2-16 : (memeriksa kembali jawaban) yakin ma kak

P-17 : Kalau semisal U15 yang dicari, bagaimana cara kerjanya?

SKT2-17 : Suku ke-15 itu termasuk barisan ganjil, jadi a = 4, dan b tetap 3 bu.

Jadi rumusnya tadi U15 = a + (n-1) b =

= 4 + (8-1) 3

= 4 + 21 = 25. Jadi suku ke-15 adalah 25.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. SKT2 mampu memenuhi indikator focus karena mampu menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut. SKT2 juga mampu memenuhi indicator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat untuk memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT2 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap. SKT2

(51)

juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) karena yang ditanyakan pada soal adalah U20 (genap) dan b adalah beda yaitu selisih U1 dengan U2 (U2-U1) pada barisan bilangan yaitu 7-4 = 3, sehingga memenuhi indikator clarity. SKT2 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U15, dan SKT2 juga mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar. Maka dapat disimpulkan bahwa SKT2 tergolong berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Keterangan

P : pertanyaan peneliti

SKT : Subjek Kemampuan Tinggi TSKT : Tes Subjek Kemampuan Tinggi

c. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Kemampuan Tinggi 3 (SKT3)

Berikut ini dipaparkan hasil tes tertulis SKT3 dalam memecahkan masalah pada TSKT.

(52)

Gambar 4.3 Hasil TSKT SKT3

Hasil Wawancara Berdasarkan Subjek Kemampuan Tinggi (SKT 3):

P-01 : Apakah Anda memahami maksud soal?

SKT3-01 : Iya Bu

P-02 : Dalam soal cerita tersebut, apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui?

SKT3-02 : yang diketahui itu ibu bel pertama datang 4 orang, bel kedua datang lagi 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang dan bel kelima 10 orang

P-03 : kalau yang ditanyakan apa?

SKT3-03 : kalau yang ditanyakan ibu berapa banyak tamu undangan datang pada saat bel ke dua puluh.

P-04 : Bagaimana carata selesaikan ini soal cerita yang ibu berikan

(53)

baru diubah dalam bentuk soal matematika SKT3-04 : Saya lupa ibu, tidak bisa saya kerja soalnya ibu?

P-05 : Tapi pernah ki belajar materi pola bilangan?

SKT3-05 : Iya ibu, tapi bingungka dengan polanya bu P-06 : Yakin tidak bisaki kerja soalnya?

SKT3-06 : Iye ibu Keterangan

P : pertanyaan peneliti

SKT : Subjek Kemampuan Tinggi TSKT : Tes Subjek Kemampuan Tinggi

Pada gambar 4.3 hasil SKT3 menuliskan jawabannya dengan yang diketahui 4,8,7,11,10 dan ditanyakan U20 sehinggapada langkah penyelesaiannya SKT3 kebingungan menjawabnya. Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dikarenakan SKT3 mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal tersebut . Namun SKT3 tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berikutnya yang terdiri dari reason, inference, situation, clarity, dan overview. Hal tersebut karena SKT3 tidak mampu menemukan cara atau rumus yang tepat serta tidak mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT3 tidak mampu memecahkan masalah matematika tersebut. SKT3 juga cenderung tidak memahami istilah- istilah yang terdapat pada soal, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana SKT3 tidak mampu menjelaskan istilah-istilah pada soal secara tepat.

(54)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT3 tergolong tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi untuk menguji keabsahan data tes subjek kemampuan tinggi dalam memecahkan masalah pola bilangan (TSKT).

Triangulasi dilakukan untuk mencari kesesuaian data pada subjek. Triangulasi yang dimaksud terdapat pada tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Triangulasi Sumber Kemampuan Berpikir Kritis SKT1 dan SKT 2

SKT 1 SKT 2

SKT1 mampu memecahkan masalah pola bilangan dengan benar. SKT1 mengidentifikasi masalah tersebut ke dalam barisan 2 larik, sehingga memisah barisan ganjil dan genap.

Nilai a = 8, yaitu U1 bilangan genap, dan b adalah 3, sehingga U20 = 35.

SKT2 mampu memecahkan masalah pola bilangan dengan benar. SKT2 memisah barisan ganjil dan genap.

Nilai a = 8, yaitu U1 bilangan genap, dan b adalah selisih U1 dan U2 (U2- U1) yaitu 7-4 = 3. Maka dari itu suku kedua puluh (U20) = 35.

Berdasarkan hasil pemaparan SKT1 dan SKT 2 pada indikator focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview cenderung konsisten. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT 1 dan SKT 2 dalam memecahkan masalah pola bilangan dapat memenuhi indikator berpikir kritis menurut Ennis (1991,1996)

(55)

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas keterkaitan antara hasil penelitian dengan teori-teori yang ada, pendapat para ahli, atau hasil penelitian yang terkait dan relevan dengan penelitian ini. Berikut dibahas hasil penelitian tentang kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah pola bilangan pada siswa kelas VIII SMPN 26 Makassar.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT1 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan teori Ennis. SKT1 mampu memenuhi indikator focus karena mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut. SKT1 juga mampu memenuhi indikator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT1 mampu memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT1 mampu mengidentifikasi soal tersebut, dan menganggap masalah pola bilangan tersebut termasuk jenis pola bilangan barisan 2 larik, sehingga SKT1 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap. SKT1 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) dan b adalah beda yaitu pola pada barisan bilangan yaitu 3, sehingga memenuhi indikator clarity. SKT1 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar.

(56)

SKT menguji cara tersebut dengan mencari U19, dan SKT1 mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiana &

Purwoko, 2020) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis siswa dari keseluruhan siswa diperoleh informasi bahwa aspek focus memiliki rata-rata nilai 92,4 dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek reason memiliki rata- rata nilai 84,3, dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek inference memiliki rata-rata 77,1 dan termasuk dalam kategori baik, aspek situation mempunyai rata- rata nilai 97,1 dan termasuk dalam kategori sangat baik dan aspek overview memiliki rata-rata nilai 71,4 dan termasuk dalam kategori baik. Pada penelitian tersebut menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan 6 indikator, dimana indicator clarity tidak digunakan dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa presentase siswa dalam memenuhi setiap indicator berpikir kritis relative tinggi, hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 1 dan Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 2 mampu memenuhi semua indicator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Selanjutnya subjek kemampuan tinggi kedua dengan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. SKT2 mampu memenuhi indikator focus karena

Referensi

Dokumen terkait

At March 11, 2008, Posten AB acquired the remaining 50% of the shares in Tollpost Globe AS. Cash and cash equivalents paid for these shares totaled SEK 1,273m, with a net effect

Menurut salah satu mahasiswa yang saat ini mempunyai usaha jualan hijab secara online, peran pimpinan FEBI dalam meningkatkan motivasi berwirausaha bagi mahasiswa program studi

Dari permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mendapatkan pengaturan parameter proses pada mesin 3D Printer yang optimal dalam mendapatkan keakuratan

- Guru/Pembina harus lebih profesional (memiliki keterampilan tentang kepramukaan) - Siswa harus memiliki nilai- nilai karakter - Nilai-nilai pramuka akan menjadi karakter siswa

Tujuan yang hendak dicapai untuk memperkenalkan kebudayaan adat khususnya rumah adat Provinsi Bengkulu dengan pendekatan permainan bersifat kecerdasan buatan dan

Hasil penelitian ini diketahui bahwa Pengembangan bahan ajar pada mata kuliah Seni Kriya Tekstil melalui beberapa tahap, yaitu: tahap analisis kebutuhan melalui

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah nasabah berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit gadai, harga emas berpengaruh signifikan terhadap

1) Sungai yang berbentuk lurus yang pada umumnya dimiliki sungai bertipe A. 2) Sungai berbentuk jalin/bercabang yang umumnya dimiliki sungai bertipe D dan DA. 3)