1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi taraf hidup warganya dengan menggalakkan suatu program kewirausahaan yaitu melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Nuvitasari dkk., 2019). UMKM menjadi salah satu prioritas dalam pengembangan ekonomi nasional, karena menjadi tulang punggung sistem perekonomian kerakyatan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar pelaku usaha dan antar golongan pendapatan. UMKM memberikan kontribusi yang besar atas penciptaan lapangan pekerjaan dengan menyerap tenaga kerja yang ada sebesar 97% guna mengurangi pengangguran dan mengentaskan masalah sosial kemiskinan. Selain itu, untuk pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mempunyai peranan yang penting dalam proses perkembangan ekonomi nasional suatu negara (Artini, 2019).
Menurut data Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2021, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta. Kontribusi pendapatan usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,07% atau senilai Rp.
8,573,89 triliun rupiah (Kemenkeu, 2021). Namun, dari kontribusi 61,07%
tersebut mengalami penurunan sebesar 0,9% dibandingkan pada tahun 2020 dengan kontribusi sebesar 61,97%. Seperti yang terjadi pada tahun 2020 UMKM di Kabupaten Malang menghadapi titik lesu yang disebabkan berkurangnya kegiatan yang menimbulkan penurunan pendapatan UMKM, hal
2 ini sehubungan dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan iktikad membatasi pergerakan orang dan barang sehingga meminimalisir kegiatan diluar dan interaksi langsung (Islami dkk., 2021).
Hal ini dibuktikan lewat kajian dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, sebanyak 686 UMKM di Kabupaten Malang menunjukkan permasalahan mendasar yaitu penjualan produk yang menurun sebesar 44%, penurunan modal sebesar 27%, distribusi terhambat sebesar 12%, serta kesulitan bahan baku sebesar 9%. Oleh karena itu UMKM dituntut untuk menyusun ulang strategi bisnisnya, agar bisa bertahan di pandemi seperti ini (Hardilawati, 2020). Menurut (Himawan, 2021) menyebutkan bahwa akibat perpanjangan dari PPKM memberikan pengaruh yang besar kepada pelaku UMKM di sejumlah sektor. Seperti UMKM di Kecamatan Kepanjen para pengusaha merasakan turunnya transaksi penjualan, kekurangan modal, dan terhambatnya distribusi, serta penurunan konsumen sebeesar 17%. Dan sedikitnya 39,9 persen UMKM memutuskan untuk mengurangi stok barang.
Hal ini diakibatkan dampak PPKM yang membuat banyak para pekerja kantoran yang dirumahkan.
Sebagai tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan, untuk menjalankan perannya maka UMKM harus memperluas basis ekonomi dan juga meningkatkan laju pertumbuhan pendapatannya dengan baik, sehingga bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian daerah (Marfuah & Hartiyah, 2019). Permasalahan pendapatan usaha pada sektor
3 UMKM adalah omzet yang didapatkan oleh pelaku UMKM di Kecamatan Kepanjen pada tahun 2019-2021 mengalami fluktuasi.
Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM di Kecamatan Kepanjen
No. Indikator Satuan Tahun
2019
Tahun 2020
Tahun 2021 1. Jumlah unit usaha Unit 17.415 17.480 17.546 2. Perkembangan tenaga
kerja
Orang 59.395 59.585 59.985
3. Omzet UMKM Miliar
Rupiah
2.406.695 2.053.740 2.085.365 Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Malang, 2021
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan UMKM di Kecamatan Kepanjen selama kurun waktu 2019-2021 dilihat dari kinerja UMKM secara umum cukup bervariasi dari tahun ke tahun. Jumlah unit usaha dan tenaga kerja cenderung mengalami peningkatan. Tetapi pada indikator omzet UMKM di Kecamatan Kepanjen mengalami penurunan omzet sekitar 15%
dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemic. Penurunan omzet ini adalah perwujudan atas efek terkait pembatasan berbagai aktivitas sebagaimana yang diatur dalam kebijakan pemerintahan di masa pademi yang mengakibatkan pelaku usaha mengurangi proporsi faktor-faktor produksi.
Dalam dunia bisnis, pendapatan selalu didapatkan dalam bentuk nominal uang. Uang tersebut akan digunakan untuk mengukur sejauh mana pendapatan usaha dari hasil penjualan dengan mengharap keuntungan yang sesuai dengan ekspetasi mereka (Riawan & Kusnawan, 2018). Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar potensi usaha untuk mendanai pengeluaran dan kegiatan usaha. Berbagai faktor permasalahan yang sering terjadi terkait peningkatan pendapatan sektor UMKM antara lain kurangnya
4 akses permodalan, rendahnya kualitas dari SDM yang akan berdampak pada belum maksimalnya kinerja manajemen pengelolaan, kurangnya pengetahuan akses teknologi, serta dukungan sarana dan prasarana (Rahma dkk., 2020).
Masalah keterbatasan modal jika ditinjau dari dua aspek yaitu kekurangan sumber modal pada pelaku usaha dan kekurangan sumber modal untuk membiayai pembentukan modal baru (Polandos dkk., 2019). Akibat dari kurangnya modal adalah minimnya dana yang dimiliki atau pelaku usaha yang belum mampu mengelola dananya dengan baik. Modal adalah salah satu faktor produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan. Modal dan pendapatan mempunyai hubungan erat sehingga apabila semakin besar modal yang digunakan maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Begitu juga sebaliknya. Permodalan yang lemah dari masyarakat diartikan sebagai ketidakmampuan dari masyarakat untuk mengelola modalnya. Modal yang seyogyanya digunakan hanya untuk usaha, mereka gunakan juga untuk hal-hal diluar usaha yang dijalankan, karena mereka belum tepat memisahkan antara modal usaha dan biaya untuk sehari-hari. (Saragih & Nasution, 2015).
Keadaan ini dapat menimbullkan implikasi yang nantinya dapat menyebabkan kerugian atau kebangkrutan pada para pelaku usaha jika tidak dapat mengelola modalnya dengan baik.
Kegiatan dari suatu usaha jika telah lama dijalankannya pasti memiliki prospek yang luar biasa, karena semakin lama seseorang menjalankan suatu usaha maka akan memiliki strategi yang matang untuk memasarkan produknya, karena pemilik usaha telah memiliki pengalaman, pengetahuan,
5 untuk membuat suatu keputusan dalam semua situasi. Dan secara tidak langsung jika pengusaha jam kerja yang lama akan mendapatkan relasi bisnis yang nantinya dapat membantu dalam menjual produk yang mereka miliki.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat pendapatan (Prihatminingtyas, 2019). Kurangnya pengetahuan tentang akses teknologi salah satu faktor kendala bagi UMKM di Indonesia yaitu ketinggalan dalam strategi pemasaran.
Ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat pelaku usaha harus memiliki inovasi produk/jasa untuk menarik minat pembeli. karena pelaku usaha yang menjual produk dengan bantuan ecommerce cenderung dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaku usaha harus melakukan pemasaran online atau dikenal dengan sebutan ecommerce (Safrianti, 2020).
Keuntungan menggunakan ecommerce dibandingkan melakukan transaksi secara tradisional yaitu dapat menambah relasi bisnis maupun pelanggan karena mempermudah antara produsen dan konsumen dalam melakukan transkasi jual beli (Helmalia, 2018). Untuk menambah relasi bisnis maupun pelanggan maka pelaku bisnis diharuskan dapat memanfaatkan sebaik mungkin penggunaan e-commerce dalam UMKM nya. karena mempermudah antara produsen dan konsumen dalam melakukan transkasi jual beli (Helmalia, 2018). Hal ini sangatlah efektif mengingat sekarang ini masyarakat Indonesia sudah banyak yang menggunakan smartphone.
Pemerintah melalui Kemenkop UKM hingga saat ini masih berupaya dalam menyiapkan berbagai kebijakan untuk mendukung pemulihan UMKM di Indonesia, seperti kebijakan bantuan modal bagi usaha mikro yang
6 didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 pasal 102 ayat (2) Tentang Kemudahan Perlindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, dimana bantuan modal dalam bentuk hibah, pinjaman, atau pembiayaan. Serta PP Nomor 43 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas PP Nomor 23 Tahun 2020 Tentang pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk UMKM yang Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 19. Rincian progamnya berupa subsidi bunga, penempatan dana pemerintah, penjaminan kredit modal kerja UMKM, serta insentif PPH Final UMKM di Tanggung Pemerintah (Soleha, 2020). Upaya lain dari pemerintah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk meningkatkan akses pembiayaan dan memperkuat permodalan UMKM (Marlinah, 2020).
Jika dilihat dari hasil penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan dan acuan, maka penelitian yang dilakukan oleh (Rahma dkk., 2020) menjelaskan bahwa dengan adanya modal baik itu modal internal maupun modal eksternal, akan tetap membantu dalam mengembangkan suatu saha dan berperan penting dalam tahap produksi, pemasaran, dan segala kegiatan operasioal lainnya, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan UMKM, sedangkan variabel lama usaha yang terdapat pada penelitian (Monica, 2021) menjelaskan bahwa lama usaha berpengaruh baik terhadap pendapatan, dikarenakan semakin lamanya suatu usaha maka pelaku UMKM mempunyai pengetahuan dan pengalaman usaha yang lebih banyak. Kemudian variabel transaksi online (e-commerce) yang terdapat pada penelitian (Helmalia, 2018) menyatakan bahwa dengan perubahan perilaku manusia yang semakin maju
7 menuntut mereka untuk serba praktis sehingga dengan bertransaksi online (e- commerce) membuka peluang perusahaan untuk menjual atau mengiklankan produk dan jasa mereka pada situs internet, serta dapat menjangkau konsumen lebih luas tanpa adanya batasan.
Berdasarkan pemaparan dan fenomena diatas, maka peniliti ingin membuktikan pengaruh sumber modal, lama usaha, dan transaksi online (e- commerce) yang dimana objek dari penelitian ini adalah UMKM yang berada di Kecamatan Kepanjen pada tahun 2021. Dengan mengukur masing-masing indikator sumber modal, lama usaha, transaksi online (e-commerce), dan peningkatan pendapatan. Kelebihan penelitian ini adalah pada penggunaan objek penelitian, serta teknik analisis data.
8 B. Perumusan Masalah
1. Apakah sumber modal berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan UMKM ?
2. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan UMKM ?
3. Apakah transaksi online (e-commerce) berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan UMKM ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan pengaruh sumber modal terhadap peningkatan pendapatan UMKM.
2. Untuk membuktikan pengaruh lama usaha terhadap peningkatan pendapatan UMKM.
3. Untuk membuktikan pengaruh transaksi online (e-commerce) terhadap peningkatan pendapatan UMKM.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik dari segi teroritis maupun dari segi praktis. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi literature ilmu akuntansi mengenai pengaruh sumber modal, lama usaha, dan transaksi online (e-commerce) terhadap peningkatan pendapatan
9 UMKM beserta teori-teori yang mendasari penelitian. Dan menjadi acuan atau bahan pengembangan untuk meningkatkan pendapatan UMKM di Kecamatan Kepanjen Malang.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bahwa sumber modal, lama usaha, dan transaksi online (e-commerce) adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan UMKM, sedangkan bagi pelaku UMKM bisa menjadi evaluasi serta masukan mengenai kendala-kendala yang sering dihadapi dalam meningkatkan pendapatan.