• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI. Oleh : HASNAH DELILAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI. Oleh : HASNAH DELILAH"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

HASNAH DELILAH 160901011

PROGRAM STUDI SOIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN

STABAT KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

HASNAH DELILAH 160901011

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana PROGRAM STUDI SOIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)
(5)
(6)

i

FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT

KABUPATEN LANGKAT

A B S T R A K

Judul yang diangkat pada penelitian kali ini ialah Faktor Penyebab Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Sederajat di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Lewat penelitian ini peneliti ingin melihat Faktor yang menjadi penyebab putus sekolah, dampak yang dirasakan setelah putus sekolah, dan apa strategi yang dilakukan pihak sekolah dalam mengurangi angka anak putus sekolah. Masalah putus sekolah dapat menjadi beban bagi masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan yang dapat menompang kehidupannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 13 informan diantaranya 7 informan kunci yang merupakan siswa yang mengalami putus sekolah dan 6 informan tambahan. Di harapkan Penelitian ini dapat memberikan gambaran secara menyeluruh dan bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai Faktor penyebab anak putus sekolah tingkat sekolah menengah atas di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. ketidakmampuan

Hasil dari penelitian ini adalah berupa faktor penyebab anak putus sekolah diantaranya , Faktor kurangnya minat dalam diri anak. minat dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, dan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Kemudian karena faktor ekonomi yang disebabkan karena keluarga dalam membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan atau sekolah serta Karena faktor lingkungan sosial yang membuat anak menjadi malas sehingga anak menjadi putus sekolah. hal ini berdampak baik kepada anak yang mengalami putus sekolah serta berdampak terhadap masyarakat itu sendiri sehingga mengganggu ketentraman. strategi yang dilakukan pihak sekolah dalam mengurangi angka putus sekolah ialah dengan memberikan sosialisasi dan motivasi, kemudian melakukan mediasi dengan cara mendatangi rumah anak yang putus sekolah dan memberikan bantuan kepada anak yang berprestasi maupun anak yang kurang mampu.

Kata Kunci : Faktor penyebab, anak putus sekolah, Dampak,Strategi.

(7)

FACTORS THAT CAUSE DROPOUTS AT THE SENIOR HIGH SCHOOL (SMA) IN STABAT DISTRICT LANGKAT REGENCY

A B S T R A C T

The title conducted in this research is The Factors that Cause Dropouts at the Senior High School (SMA) in Stabat District, Langkat Regency. Through this research, researcher wanted to see the factors that caused dropping out of school of the student, the impact after dropped out of school, and what strategies the school had taken in reducing the number of children dropping out of school. The problem of dropping outs from school can be a burden for the community, and often become a disturbance to public peace. This is due to a lack of education or intellectual experience, and lack of skills to support their life.

The method used in this research is descriptive qualitative approach by interviewing 13 informants including 7 key informants who are students who have dropped out of school and 6 additional informants. It is hoped that this research can provide a comprehensive picture and aims to dig deeper into the factors causing dropped out of senior high school in Stabat district, Langkat regency.

The results of this study are formed as the factors that cause dropped out of school of the student, and the lack of interest of the student to study. The lack of interest can be caused by a lack of parental attention, and the laziness to go to school because they feel inferior, unable to socialize to the school‟s environment.

The next factor was economical factor that is caused by inability of the family to finance all the processes needed during education or during studying in Senior High School and also the environment factor that makes the student lazy then dropped out of school. This impact on the student that dropped out, and it also gave impact to the community itself that can disturb the peace of the community.

The strategy taken by The school in reducing the dropout rate is by providing socialization and motivation, then conducting mediation by visiting the homes of the students who have dropped out of school and providing assistance to the underachieving student and underprivileged student.

Keywords: Causative factors, Student dropped out of school, impact, strategy

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kesehatan, semangat, kemudahan, nikmat ilmu, serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah “ FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana sosial (S.sos) Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti sangat berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan untuk karya selanjutnya.

Penyusun dan penulis skripsi ini, juga tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta doa dari banyak pihak khususnya kedua orang tua penulis Ayah Drs.

H. Amran Pasaribu dan Mak Hj. Siti Juhairiah, S.Ag yang telah memberikan kasih sayang tiada tara yang luar biasa hingga saat ini, perhatian, semangat, pengorbanan, fasilitas, dukungan materil, dukungan moral serta doa-doa tulusnya dan apapun itu terima kasih. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan kesehatan Ayah dan Mak, kapan pun dan dimanapun kalian berada.

Dan terima kasih kepada Bapak, Makcik, Datuk yang selalu memberikan doa, dukungan, dan selalu menyayangi penulis. Ucapan terima kasih dan salam hangat juga penulis berikan kepada saudara penulis kakak penulis Amaliah Suryani yang

(9)

sekarang sedang bersama sama sedang berjuang dalam menyelesaikan pendidikan S1, dan adik penulis Muhammad farhat yang merupakan penyemangat serta penghibur penulis dalam keadaan apapun. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang selalu mendukung penulis selama ini, dengan sepenuh hati.

Baik berupa ide, kritik, saran, dukungan semangat, doa, bantuan moril maupun material sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Harmona Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Dosen akademik sekaligus Ketua penguji. Terima kasih untuk semua masukan yang ibu berikan dan begitu banyak ilmu pengetahuan dan wawasan, semoga allah selalu melindungi ibu dan keluarga kapan pun dan dimanapun.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin, MSP, selaku dosen pembimbing penulis.

Yang terus memberikan dukungan dan arahan, dan membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk semua saran yang

(10)

v

diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga allah selalu melindungi bapak dan keluarga kapan pun dan dimana pun.

5. Bapak Prof. Badarrudin M.Si selaku anggota penguji penulis. Terima kasih atas sumbangsihnya dalam proses penulisan skripsi ini dan telah memberikan masukan kepada penulis. Semoga allah membalas kebaikan hati bapak.

6. Seluruh dosen dan asisten dosen Program Studi sosiologi yang sudah berbagi ilmu kepada penulis selama masa perkulihan. Tidak lupa staf pegawai Prodi Sosiologi, Bang Abel dan Kak Ernita yang sudah sabar membantu penulis dalam mengurus perihal administrasi surat menyurat.

7. Terima kasih penulis ucapkan kepada informan yang sudah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, dan sudah menyisihkan waktunya disela kesibukan, penulis sangat berterima kasih atas kebaikan kalian.

8. Terima kasih penulis ucapkan kepada Sahabat sekaligus keluarga Penulis

„‟ FUJ‟‟ Noor Atika , Nurul Permata sari, Diah Putry Anggraini dan Devi Novita Sari, yang sama-sama berjuang dari awal pendaftaran hingga kita menyelesaikan tugas akhir kita. Banyak hal yang sudah kita lewati bersama, dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan kuliah ini.

Semoga pertemanan kita tidak hanya sebatas di bangku kuliah saja, semoga sampai akhir hayat, dan semoga kita bisa sukses bareng.

9. Terima kasih untuk teman seperjuangan‟‟ Zona 18 th‟‟ Utari, Anggia, Mia, Lia, Aminah, Juli dan Dila yang sering berbagi ilmu, pengalaman, yang sudah bersama penulis 7 tahun. Semangat dan doa yang senantiasa kalian berikan, tidak akan pernah penulis lupakan.

(11)

10. Kepada Hendra butar-butar, Muhammad Aldary, Inge Dwi Hafsari, Harisa Putri, Fanny Aulita, Intan Metha Sari, Hasan manganju, Yulia Pransiska, Devia Elfiana. Terima kasih telah menjadi teman diskusi selama perkulihan dan membantu penulis selama perkulihan.

11. Teman-teman seperjuangan „‟ Kos Anisa‟‟, Aniza, Rezky, Isnaini, Isnah,rere, reza yang selalu saling memberikan semangat dalam menggapai tujuan. Semoga kita bisa sama-sama sukses dan silahturahmi tetap berjalan dengan baik.

12. Kepada teman-teman seperjuangan sosiologi 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan semangat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena bebagai keterbatasan, dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh kerena itu, penulis mengharapkan dan menerima kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan,24 Agustus 2020

Penulis,

Hasnah Delilah

(12)

vii DAFTAR ISI

A B S T R A K ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

Daftar tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah. ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Definisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

3.1 Behavioral Sociology ... 12

2.2 Pendidikan ... 14

2.3 Anak Putus Sekolah ... 16

2.4 Penelitian Terdahulu ... 19

2.5 Kerangka Pemikiran ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 24

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.1 Data Primer ... 26

3.4.2 Data Sekunder ... 27

3.5 Interpretasi Data ... 28

3.6 Jadwal Kegiatan... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 31

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Stabat ... 33

(13)

4.1.2 Keadaan Penduduk di Kecamatan Stabat ... 35

4.1.3 Gambaran Lokasi Sekolah ... 35

4.2 Profil Informan ... 37

4.2.1. Informan 1 ... 37

4.2.2. Informan 2 ... 39

4.2.3. Informan 3 ... 40

4.2.4. Informan 4 ... 41

4.2.5. Informan 5 ... 43

4.2.6. Informan 6 ... 45

4.2.7. Informan 7 ... 46

4.2.8. Informan 8 ... 48

4.2.9. Informan 9 ... 49

4.2.10. Informan 10 ... 50

4.2.11 Informan 11 ... 51

4.2.12 Informan 12 ... 52

4.2.13 Informan 13 ... 54

4.3 Faktor Penyebab Putus Sekolah Menengah Atas Sederajat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. ... 56

4.4 Dampak setelah anak putus sekolah. ... 61

4.5 Strategi pihak sekolah dalam mengurangi angka putus sekolah ... 63

4.6 Analisis Putus Sekolah Menengah Atas ( SMA) Sederajat di Kecamatan Stabat Kabupaten langkat. ... 68

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA. ... 76

(14)

ix Daftar tabel

Tabel 1 ... 3

Tabel 2 ... 4

Tabel 3. ... 5

Tabel 4 ... 22

Tabel 5. ... 34

Tabel 6. ... 54

Tabel 7 ………...………67

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan masyarakat, karena setiap manusia berhak untuk mengenggam pendidikan yang telah dijanjikan oleh pemerintah. Pemerintah menyatakan dalam Undang undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan, sebagaimana Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya pendidikan sangat penting bagi seluruh rakyat indonesia.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan pendidikan & kebudayaan RI No. 80 tahun 2013 tentang Pendidikan Menengah Universal menyebutkan bahwa Pendidikan Menengah Universal merupakan program pendidikan yang memberikan layanan seluas-luasnya kepada seluruh warga negara RI untuk mengikuti pendidikan menengah yang bermutu, baik setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), maupun Sekolah menengah lain yang sederajat. Hal itulah mengapa setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan 9 tahun dan berhak menempuh pendidikan menengah 12 tahun.

Pendidikan yang dianggap mampu merubah kehidupan manusia, dimana masyarakat berlomba-lomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.

(16)

2

secara layak atau merasakan putus sekolah, baik dari jenjang sekolah dasar maupun dari jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat pada saat ini belum maksimal dikarenakan adanya permasalahan yang terjadi seperti : ketertinggalan pendidikan yang masih saja terjadi, padahal mutu pendidikan rendah akan menghambat penyediaan sumber daya manusia, keahlian dan keterampilan guna meningkatkan pembangunan bangsa diberbagai bidang. Hal tersebut membuat anak mengalami putus sekolah. Oleh karena itu peran pemerintah penting mendukung pendidikan di Indonesia. Sesuai data Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun ajaran 2018/2019 jumlah anak putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sumatera Utara mencapai 3,786 anak.

Kabupaten langkat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Kabupaten Langkat menjadi tempatnya pusat pendidikan. Pada Zaman kesultanan, Langkat menjadi Kota pelajar pertama di Indonesia, Sekolah dibangun dimana-mana, guru-guru terbaik dikumpulkan di langkat, pelajar datang dari dalam dan luar negeri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu seharusnya pendidikan di langkat lebih baik, Namun ternyata masih banyak anak yang mengalami putus sekolah. Anak yang putus sekolah yang terdapat di kabupaten langkat salah satunya ada di kecamatan stabat. Hingga tahun 2019 sesuai data pokok pendidikan, di kecamatan Stabat. Sekolah yang terbagi atas 3 sekolah Negeri dan 17 Sekolah Swasta, dengan jumlah siswa kurang lebih 8.989 anak. Meski demikian, kasus putus sekolah dikabupaten Langkat kerap terjadi, dimana berdasarkan data dari statistic pendidikan Kemendikbud ada sekitar 424 siswa yang mengalami putus sekolah

(17)

tingkat Sekolah Menengah Atas Sederajat baik Negeri Maupun Swasta di Kabupaten Langkat tahun ajaran 2019/2020 dan di kecamatan Stabat terdapat 111 siswa yang mengalami putus sekolah di tahun ajaran 2019/2020 baik Sekolah Negeri Maupun Swasta.

Putus sekolah menjadi masalah yang cukup serius, hal ini bukanlah merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki dimulai dari diri sendiri, ekonomi keluarga dan lingkungan pertemanan. Sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan perbaikan kondisi masyarakat. Masalah anak putus sekolah cepat atau lambat akan menimbulkan masalah apabila tidak cepat ditanggulangi.

Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, dapat menjadi beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan karena kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki keterampilan yang dapat menompang kehidupannya sehari-hari.

Dalam hal ini peneliti menggambil tiga SMA Sederajat Sebagai Studi deskriptif yaitu : Man 3 Stabat, SMK Harapan dan SMK Al Ma‟sum. Keadaan ketiga sekolah ini dapat kita lihat dari tabel berikut:

Tabel 1

Siswa Putus Sekolah di Man 3 Kelas

(18)

4

Jurusan Tahun X XI XII Jumlah

IPS 2016 - 1 - 1

IPA 2017 1 1 - 2

IPS 2018 - 1 - 1

IPA 2018 1 2 - 3

IPS 2019 - 2 - 2

Tabel 2

Siswa Putus Sekolah di SMK Harapan

Program Keahlian Tahun

Kelas

Jumlah

X XI XII

Bisnis Manajemen

2016 7 6 1 14

2017 6 4 2 12

2018 5 4 2 11

Teknologi dan Rekayasa

2016 35 15 8 58

2017 38 12 6 56

2018 36 14 8 58

Teknik Informatika dan Komunikasi

2016 15 8 6 29

2017 21 9 7 37

2018 18 6 4 28

Tabel 3

Siswa Putus Sekolah di SMK AL – Ma’sum

Program Keahlian Tahun

Kelas

Jumlah

X XI XII

(19)

Bisnis Manajemen ( Pemasaran)

2018 - 1 - 1

2019 1 - - 1

2020 - - - -

TBSM 2018 - 2 - 2

2019 2 1 2 5

202 0 1 - - 1

Teknik Komputer dan Jaringan

2018 - - - -

2019 1 - 1 2

2020 2 - - 2

Administrasi Perkantoran

2018 - - - -

2019 1 - 1 2

2020 - - - -

Berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam “ FAKTOR PENYEBAB PUTUS SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SEDERAJAT DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT” penelitian ini dilakukan guna menggali lagi lebih dalam mengenai faktor-faktor yang menjadi alasan anak putus sekolah di Kabupaten Langkat terkhusus di Kecamatan Stabat yang difokuskan kepada 3 Sekolah Menengah sederajat yang telah dijabarkan sebelumnya mengingat ketiga sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki jumlah penerimaan siswa yang cukup tinggi setiap tahunnya.

(20)

6 1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa saja Faktor yang menjadi penyebab anak putus sekolah di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat ?

2. Dampak apa yang dirasakan anak setelah putus sekolah?

3. Apa strategi yang dilakukan pihak sekolah dalam mengurangi angka anak putus sekolah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan putus sekolah di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan anak setelah putus sekolah.

3. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menghindari putus sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sesuatu yang diharapkan dalam sebuah penelitian ketika sudah dirancang dan ditulis. Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini bermanfaat secara teoritis yaitu untuk memperkaya penelitian-penelitian terdahulu yang serupa serta dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga

(21)

diharapkan dan dijadikan sebagai referensi untuk kajian-kajian keilmuan pada masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat didalam kajian tentang „‟ Faktor penyebab putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA) sederajat di kecamatan stabat kabupaten langkat.‟‟

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian sebelumnya mengenai „‟ Faktor Penyebab putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA) sederajat di kecamatan stabat kabupaten langkat.‟‟

1.5 Definisi Konsep

Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai- nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

(22)

8

mental. Pada kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda.

Pendidikan Memiliki peran yang besar dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan daya saing yang tinggi. Lamanya mengeyam pendidikan dinilai mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan daya seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas daya saing mereka, dan semakin rendah tingkat pendidikan akan semakin sulit menumbuhkan kemampuan dan daya saing seseorang.

2. Putus Sekolah

Putus sekolah adalah suatu keadaan terhentinya aktivitas pendidikan pada anak-anak usia sekolah, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan informal sebelum mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk bertahan hidup dalam masyarakat. Gunawan menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Putus sekolah ialah suatu keadaan terhentinya aktivitas pendidikan pada anak anak usia sekolah tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Sebelum mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk bertahan hidup dalam masyarakat. Putus sekolah merupakan perilaku menyimpang yang dapat merugikan masyarakat.

3. Minat Diri Sendiri

(23)

Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang diri seseorang terhadap sesuatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2003:

180) yang menyatakan bahwa minat sebagai rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyeluruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

Minat adalah keinginan seseorang terhadap suatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini mengambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila didalam diri seseorang tersebut tidak terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu. Minat dalam diri anak merupakan penggerak untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, tanpa minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Minat yang besar dalam diri seseorang merupakan modal untuk mencapai tujuan. Bila seorang anak memiliki ketertarikan dalam belajar maka hal tersebut akan mempengaruhi dan membentuk diri serta kesadarannya. Artinya, melalui kesadaran itu anak tersebut cenderung mempunyai keinginan yang lebih besar untuk hadir dan berkeinginan terus melanjutkan pendidikannya dengan harapan menambah ilmu untuk bekal hidup. Terkhusus yang terjadi terhadap anak-anak setingkat SMA yang ada di Kabupaten Langkat.

4. Ekonomi

Ekonomi secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan tentang sumber daya material seseorang, masyarakat, dan

(24)

10

bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya. Padahal, setiap orang tua memiliki harapan agar dapat menyekolahkan anaknya sampai kejenjang yang paling tinggi. Tapi mereka memiliki keterbatasan dalam biaya.

Dalam Konteks penelitian ini definisi ekonomi merupakan sesuatu yang membuat anak menjadi kesulitan dalam melanjutkan pendidikannya, walaupun adanya bantuan beasiswa untuk anak yang berprestasi dan bantuan operasional siswa (BOS) akan tetapi, tidak mencukupi anak dalam meringankan beban orang tua. Dikarenakan orang tua tidak sanggup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sehingga fasilitas anak seperti uang jajan dan biaya lainnya kurang oleh sebab itu ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab anak putus sekolah.

5. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan lingkungan kemasyarakatan yang mempunyai kaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri lingkungan menjadi salah satu bagian yang membentuk perkembangan anak.

Dengan adanya interaksi dengan lingkungan yang beraneka ragam, anak dapat terpengaruh oleh hal negative dan yang positif. Orang tua tidak bisa selalu mengawasi pergaulan anak di lingkungan masyarakat setiap detiknya.

Dalam konteks penelitian ini definisi lingkungan ialah Lingkungan yang kurang mendukung menjadi faktor penghambat kemajuan anak untuk melanjutkan pendidikannya. Pada saat ini, banyak anak yang suka berkumpul dengan teman sebaya yang tujuannya tidak jelas. hal tersebut berakibat anak menjadi malas dan menjadi putus sekolah. Lingkungan pergaulan yang sangat mempengaruhi anak.

(25)

6. Strategi

Strategi adalah sebuah tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.

Dalam hal ini Strategi agar mempertahankan suatu masalah agar perbuatan tersebut dapat dipertahankan dan mencari solusi. Dalam kasus anak putus sekolah ini Strategi yang dilakukan pihak sekolah agar mempertahankan anak putus sekolah

(26)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Behavioral Sociology

Menurut Skinner teori ini dibangun dalam rangka menerapkan prinsip - prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses bersinggung dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulant tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Konsep dasar dari teori ini adalah penguat/ganjaran (reward). Teori ini lebih menitik beratkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan.

Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa yang akan datang. Yang menarik perhatian behavioral sociology adalah hubungan-hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempegaruhi tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkah laku nyata dimasa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan bertingkah laku yang sama dalam situasi sekarang.

Asumsi dasar yang dipakai dalam teori ini diantaranya :

(27)

1. Behavior is lawful ( perilaku memiliki hukum tertentu ) 2. Behavior can be predicted ( Perilaku dapat diramalkan) 3. Behavioral can be controlled ( Perilaku dapat dikontrol)

Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan ( reinforment) dan hukuman ( punishment). Penguatan dan hukuman.

Menurut Skiner, analisis tingkah laku secara eksperimental tidak memungkinkan kita mengutarakan kejadian-kejadian internal. Sebaliknya, kita ketahui bahwa tingkah laku dikendalikan oleh keadaan-keadaan lingkungan. Manusia hidup sebagai satu jenis dan sebagai seorang individu. Tingkah lakunya tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang datang dari dalam. Ia dilihat sebagai fungsi dari keadaan-keadaan lingkungannya. Dalam hal ini skinner berkata : ia sesungguhnya ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, tetapi kita perlu mengingat bahwa lingkungan itu adalah lingkungan ciptaan sendiri. Evolusi budaya adalah satu latihan raksasa mengenai control diri. Kita belum melihat apa yang dapat diperlukan oleh manusia atas manusia sendiri.

Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respons tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respons tersebut hingga akhirnya dia merespons pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respons akan semakin kuat bila diberi penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan

(28)

14

negatif. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.

Konsep dasar behavioral sociology yang menjadi pemahamannya adalah

‘’reinforment’’ yang dapat diartikan sebagai ganjaran. Tidak ada sesuatu yang melekat dalam objek yang dapat menimbulkan ganjaran. perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri.

Perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap aktor. Sesuatu ganjaran yang tidak membawa pengaruh terhadap faktor tidak akan diulang.

2.2 Pendidikan

Menurut George F. Kneller (ed) dalam bukunya yang berjudul Foundation of education (1967:63), pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character) atau kemampuan fisik individu. Sedangkan dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan dengan sengaja mentransformasi warisan budayanya yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(29)

Menurut Fachtul Mu‟in (2011:290), proses pendidikan itu berkaitan dengan kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan berikut ini.

1) Proses pemberdayaan

Proses pemberdayaan adalah ketika pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang membuat manusia menjadi lebih berdaya menghadapi keadaan, dari situasi yang lemah menjadi kuat.

2) Proses pencerahan dan penyadaran

Proses pencerahan dan penyadaran adalah ketika pendidikan merupakan proses mencerahkan manusia melalui dibukanya wawasan dengan pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak sadar menjadi sadar akan potensi dirinya dan lingkungannya.

3) Proses memberikan motivasi dan inspirasi

Proses memberikan motivasi dan inspirasi yaitu suatu upaya agar peserta didik tergerak untuk bangkit dan berperan bukan hanya sekedar karena arahan dan paksaan, melainkan karena diinspirasi oleh apa yang dilihatnya yang memicu semangat dari dalam diri dan sesuai dengan bakat kemampuannya.

4) Proses mengubah perilaku

Proses mengubah perilaku yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta didik.

Adapun mengenai unsur-unsur yang secara esensial yang tercakup dalam pengertian pendidikan adalah sebagai berikut.

 Dalam pendidikan terkandung pembinaan.

(30)

16

Dalam pendidikan, secara implicit terjalin hubungan antara dua pihak yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik.

 Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan.

 Aktifitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, dalam sekolah dan dalam masyarkat.

Tujuan pendidikan, sebagaimana di ungkapkan oleh A. Tresna Sastrawijaya (1991), adalah mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun, dan sebagainya karena tiap siswa/anak mempunyai harapan yang berbeda. Sementara itu, tujuan pendidikan berkaitan dengan bidang studi dapat dinyatakan spesifik. Misalnya dalam pelajaran Bahasa untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara mahir secara lisan dan tulisan. Tujuan pendidikan secara umum seperti itu menyangkut kemampuan luas yang akan membantu siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

2.3 Anak Putus Sekolah

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun

(31)

(Damayanti,2008). Anak putus sekolah adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Menurut Darmaningtyas, putus sekolah adalah suatu keadaan terhentinya aktivitas pendidikan pada anak anak usia sekolah, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan informal sebelum mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk bertahan hidup dalam masyarakat. Gunawan (2010) menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya.

Menurut Djumhur dan Surya (1975) putus sekolah dapat dikelompokkan atas tiga Jenis yaitu:

1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang.

Putus sekolah pada jenjang ini adalah ketika seorang murid atau peserta didik yang berhenti sekolah tapi masih berada dalam jenjang tertentu.

Sebagai contoh nya seorang siswa yang berhenti sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

2. Putus sekolah di ujung jenjang.

Putus sekolah di ujung jenjang adalah mereka yang tidak sempat menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya, mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SMP, kelas III SMA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah.

(32)

18

Putus sekolah yang dimaksud dengan berhenti antara jenjang yaitu tidak melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah menamatkan pendidikannya di tingkatan SMA tetapi tidak bisa melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi.

Septiana & Wulandari (2012), putus sekolah didefinisikan sebagai mereka yang pernah bersekolah di salah satu tingkat pendidikan, tetapi pada saat survei berlangsung mereka tidak terdaftar di salah satu tingkat pendidikan formal.

Berdasarkan berbagai uraian mengenai anak putus sekolah, maka anak putus sekolah dapat di artikan sebagai suatu keadaan dimana anak atau peserta didik yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya ketingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya ataupun tidak dapat menamatkan pendidikannya karena berbagai macam alasan.

Putus sekolah adalah belum sampai tamat namun sekolahnya sudah keluar, jadi seseorang yang meninggalkan sekolah sebelum tamat, berhenti sekolah.

Tidak dapat melanjutkan sekolah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,(1984). Sedangkan putus sekolah menurut Imron (2004:125) adalah siswa secara terpaksa berhenti dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Menurut Gunawan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat menyelesaikan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Imron (2004:126-127) dalam bukunya “Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah”

menjelaskan sebab-sebab mengapa peserta didik drop out dan tidak menyelesaikan pendidikannya, yaitu:

(33)

 Rendahnya kemampuan yang dimiliki, menjadikan peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan pendidikannya.

 Tidak mempunyai biaya untuk sekolah.

 Sakit yang tidak tahu kapan sembuhnya, ini menjadikan penyebab-penyebab siswa tidak sekolah sampai dengan batas waktu yang dia sendiri tidak tahu.

 Karena bekerja Harus membantu orang tua diladang. Di daerah agraris dan kantong-kantong kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting ayahnya untuk bekerja diladang.

Di drop out oleh sekolah. hal ini terjadi karena yang bersangkutan memang sudah tidak mungkin dididik lagi. Tidak dapat dididik lagi ini bisa disebabkan karena kemampuannya rendah, atau dapat juga karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak mau sekolah.

 Terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.

 Sekolah dianggap sudah tidak menarik bagi peserta didik. Karena tidak menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja

2.4 Penelitian Terdahulu

1) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heri Gunawan (2019) tentang „‟ Faktor penyebab dan dampak anak putus sekolah Studi kasus pada anak putus sekolah Tingkat SLTP dan SLTA di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat).

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji dan menjelaskan tentang faktor penyebab dan dampak anak putus sekolah yang berlokasi di Kecamatan Air

(34)

20

penyebab anak putus sekolah terdiri dari dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu budaya malas belajar dan malas berangkat ke sekolah, faktor eksternal yaitu kondisi perekonomian keluarga yang tidak memadai atau tidak stabil dan akses jalan tempat tinggal menuju ke sekolah yang masih buuk. Dampak anak putus sekolah yakni kurang percaya diri dan sulitnya mencari pekerjaan, terbatasnya wawasan tentang pendidikan, serta menambah beban orang tua (dampak ekonomi).

2)Menurut penelitian yang dilakukan Nurul Fajariah ( 2018) tentang‟‟faktor-faktor penyebab remaja putus sekolah pada jenjang sekolah menengah atas di desa bumi restu kecamatan abung surakarta kabupaten lampung utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab remaja putus sekolah serta penanggulangannya di Desa Bumi Restu Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Penelitian berjenis kualitatif lapangan. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami putus sekolah, orang tua remaja putus sekolah, masyarakat dan tokoh masyarakat di Desa Bumi Restu Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi yaitu triangulasi. sumber data dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab putus sekolah Desa Bumi Restu Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara adalah faktor Intern dari remaja tersebut yaitu kurangnya motivasi untuk bersekolah dan faktor ekstern, dari remaja tersebut yaitu faktor ekonomi keluarga, faktor banyaknya anak dalam keluarga, dan faktor rendahnya pendidikan orang tua. Sedangkan upaya mengatasinya yaitu pihak pemerintah desa mengadakan sosialisasi pentingnya

(35)

sekolah dan upaya pemerintah dalam mengeluarkan biaya pendidikan untuk meringankan biaya sekolah seperti dana BOS, dan sebagainya

3) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eddy Sugianto ( 2017 ) tentang „‟ faktor penyebab anak putus sekolah tingkat sma di desa bukit lipai kecamatan batang cenaku kabupaten inderagiri hulu‟‟. Penelitian dilakukan di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu dengan mengambil sampel 34 siswa SMA yang putus sekolah. Data dianalisa secara deskriptif kwantitatif dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kharakteristik keluarga siswa yang mengalami putus sekolah jenjang pendidikan SMA di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku yang dilihat dari jenis pekerjaan orang tua sebagian besar adalah petani, pekebun dan peternak, dengan tingkat penghasilan rendah yaitu rata-rata berkisar antara 1 juta s/d 2 juta rupiah perbulan, sehingga keluarga akhirnya tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan anaknya. Keputusan keluarga siswa untuk melakukan putus sekolah (droup-out) terhadap anaknya, sebagian besar terjadi pada masa pertengahan jalan atau pada tahun kedua jenjang pendidikan SMA dengan alasan utama ketidaksanggupan pembiayaan sehingga atas dasar kemauan sendiri mengambil jalan untuk putus sekolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab utama siswa mengalami putus sekolah pada jenjang SMA adalah faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu, sehingga akhirnya faktor ini berakibat pada faktor-faktor non ekonomi lainnya seperti rendahnya pendidikan orang tua yang kurang memiliki kemauan dan wawasan untuk masa depan pendidikan anak-anaknya, faktor lingkungan keluarga yang kurang mendukung agar terciptanya suasana pendidikan dalam rumah

(36)

22

tangga. Kesemua faktor tersebut memaksa langsung maupun tidak langsung kepada siswa untuk menerima keadaan putus sekolah di tengah jalan.

Tabel 4

Persamaan Dan Perbedaan Penelitian terdahulu

No Penelitian terdahulu Persamaan Perbedaan

1. Heri Gunawan (2019) yang berjudul „‟Faktor penyebab dan dampak putus Sekolah di Kecamatan Air Hitam

Kabupaten Lampung Barat‟‟.

Penelitian ini sama- sama membahas mengenai Faktor penyebab putus sekolah yaitu : faktor

Malas belajar dan faktor Ekonomi

Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Snowball dan Sequental

2. Nurul Fajariah (2018) yang berjudul „‟Faktor penyebab remaja putus Sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Atas di Desa Bumi Restu

Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten

lampung Utara

Penelitian ini sama- sama menggunakan

jenis penelitian Deskrptif dengan

pendekatan Kualitatif

Hasil yang didapatkan dalam

penelitian ini hanya faktor kurangnya motivasi diri, Faktor ekonomi

dan rendahnya pendidikan Orang

tua 3. Eddy Sugianto (2017) yang

berjudul „‟Faktor penyebab anak putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas di

Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

Kabupaten Indragiri Hulu

Penelitian ini sama- sama membahas faktor penyebab putus sekolah

Penelitian ini bersifat Eksplonatif (Analitik) yaitu

Survei untuk menjelaskan hubungan antar

fenomena

(37)

2.5 Kerangka Pemikiran

Faktor penyebab anak putus sekolah

 Malas Untuk

bersekolah  Lingkungan Sosial

 Ekonomi Orang tua

Faktor Intern Faktor Ekstern

Strategi yang dilakukan pihak

sekolah

Memberikan sosialisasi dan motivasi masalah kenakalan remaja dan pentingnya pendidikan

Memberikan bantuan beasiswa kepada siswa yang kurang mampu dan siswa yang berprestasi

Dampak setelah anak putus sekolah

Masyarakat Diri Sendiri

(38)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebelum melakukan penelitian langsung, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian seperti halnya mengumpulkan referensi yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini dapat berupa:

jurnal, penelitian terdahulu, hasil skripsi, serta hal-hal yang dapat menambah wawasan peneliti sebelum melakukan penelitian lapangan. Peneliti kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang Faktor penyebab anak putus sekolah tingkat sekolah menengah atas di kecamatan Stabat kabupaten langkat. Selain itu pendekatan ini bertujuan untuk menggali mengenai apa saja faktor penyebab putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Fokus penelitian ini di Tiga Sekolah yaitu MAN 3 Stabat, SMK Harapan dan SMK AL- Ma‟sum.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di Tiga Sekolah Tersebut karena dengan adanya pertimbangan yang cukup jelas. Man 3,dengan alasan sekolah ini merupakan sekolah Madrasah Aliyah Negeri yang Favorite sehingga banyak anak-anak yang tertarik dan mendaftar sekolah tersebut. selanjutnya alasan peneliti mengambil di SMK Harapan ialah karena SMK ini merupakan Sekolah Swasta yang peminatnya cukup banyak dan menerima siswa baru dengan kuota yang cukup banyak. Dan alasan peneliti untuk mengambil di SMK Al-

(39)

Ma‟sum dikarenakan letak lokasi Sekolah ini strategis, sehingga banyak siswa yang ingin mendaftarkan diri di sekolah ini. Dari tiga sekolah tersebut terdapat anak yang mengalami putus sekolah sehingga Peneliti tertarik meneliti sekolah tersebut.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah hal- hal yang diperhitungkan menjadi subjek dari keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian ( Bungin, 2007 ). Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah Anak yang mengalami putus sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Sederajat di kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Menurut Moleong (2006). Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.

Informan juga merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007).

Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive, dimana hanya orang-orang atau pihak-pihak tertentu saja yang akan dijadikan tujuan peneliti sebagai sumber informasi. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah :

1. Anak yang mengalami putus sekolah 2. Wakil Kepala sekolah

3. Guru

4. Orang tua anak yang mengalami putus sekolah

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian. Dalam memperoleh data dilapangan, maka diperlukan adanya alat pengumpulan data. Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik

(40)

26

mengelolah data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari lapangan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara mendalam, serta dokumentasi sebagai bukti wawancara dalam bentuk dokumentasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu :

Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, Penciuman, mulut dan kulit ( Bungin, 2007 ). Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan alat ( instrument ) pengumpulan data utama dan dapat berhubungan baik secara langsung ataupun tidak dengan informan atau objek penelitiannya.

Sebelum dilakukannya observasi penelitian, peneliti melakukan Pra Observasi terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran lokasi penelitian, Informan yang ingin diteliti, yang pada akhirnya akan membantu dalam proses penelitian serta kelengkapan apa saja yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

Wawancara

Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para informan. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara peneliti dengan informan, dan kegiatannya dilakukan

(41)

secara lisan. Hubungan antara peneliti dengan informan bukan hubungan antara atasan dengan bawahan atau hubungan antara para ahli dengan sebaliknya, melainkan peneliti datang meminta dengan memohon kesediaannya dalam memberikan informasi. Dengan metode wawancara ini, peneliti dapat memperoleh data primer yang berkaitan dengan faktor penyebab internal/eksternal dan kondisi siswa/anak pasca mengalami putus sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Atas.

sehingga peneliti memperoleh gambaran yang jelas guna mempermudah menganalisis data selanjutnya.

Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen- dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian ( Hamidi ; 2004- 72). Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya.

Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal yang dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal yang membahas narasumber yang akan diteliti ( Arikunto ; 2006 -231 ).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data kedua setelah data primer, dengan kata lain data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.

(42)

28

buku- buku, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Selain bahan bacaan cetak, media elektronik dan sumber online juga membantu dalam penelitian ini untuk menentukan data-data yang diperlukan.

3.5 Interpretasi Data

Intrepetasi data merupakan proses menyusun agar data dapat ditafsirkan ( Nasution, 1996 : 126 ). Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah itu data yang diperoleh tersebut dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dan pertanyaan rumusan masalah kemudian data direduksi sehingga menghasilkan solusi.

Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan beberapa komponen analisis, yaitu :

 Pengumpulan data

Data-data yang diperoleh dilapangan dicatat dan direkam dalam bentuk naratif dan foto, yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya tanpa adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif ini, kemudian dibuat catata reflektif yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti atas fenomena yang ditemui di lapangan.

 Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan terus

(43)

menerus selama penelitian dilaksanakan. Reduksi data merupakan wujud analisis yang menajamkan. Mengklarifikasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak berkaitan dengan pokok persoalan.

Selanjutnya dibuat ringkasan, pengkodean, penelusuran tema-tema, membuat catatan kecil yang dirasakan penting pada kejadian seketika yang mengatakan data yang mengatakan data yang diredukasi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data bila diperlukan.

 Penyajian data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindaka ( Nasution, 1996 ; 129 ). Pada tahap ini data hasil temuan di lapangan disajikan dalam bentuk teks deskripsi naratif, tabel, grafik, skema, gambar, dan lain-lain. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan mudah dipahami. Pada tahap ini, peneliti mulai mengkomparasikan teori yang digunakan untuk menganalisis data dengan fakta yang ditemukan di lapangan.

 Penarikan kesimpulan dan verivikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya memaknai data yang disajikan dengan mencermati pola-pola

(44)

30

melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi selalu dilakukan peninjauan terhadap penyajian data dan dicatatan lapangan.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan 2019

Sep Okt nov Des Jan Feb

1

Tahap Persiapan Penelitian

a. Penyusunan dan Pengajuan judul

b. Pengajuan Proposal c. Perijinan Penelitian

2. Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan Data

b. Analisis data

3 Tahap Penyusunan Laporan

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Stabat merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang berada di Kabupaten Langkat. Stabat merupakan ibu kota Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, dimana sebelumnya ibu kota Kabupaten Langkat berkedudukan di Kotamadya Binjai, namun sejak diterbitkannya peraturan pemerintah No. 5 tahun 1982 kedudukan ibu kota Kabupaten Langkat di pindahkan ke Stabat.

Kecamatan Stabat merupakan pintu gerbang Kabupaten Langkat karena merupakan kecamatan pertama yang dilalui dari arah Medan. Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai Timur). Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di sumatera Utara yakni sungai wampum yang sekaligus memisahkan kecamatan ini dengan Kecamatan wampu di sebelah barat.

Terdapat 12 desa/kelurahan di Kecamatan Stabat. Dahulu Kecamatan Stabat hanya memiliki 1 Kelurahan dan 9 Desa, namun pada tahun 2004 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan, maka Kecamatan Stabat memiliki 4 Kelurahan dan 6 Desa dan pada tahun 2008 kembali pula dimekarkan dengan dua Kelurahan, sehingga sampai saat ini Kecamatan Stabat mempunyai Desa/Kelurahan sebagai berikut:

(46)

32 2. Kelurahan Kwala Bingai

3. Kelurahan Sidomulyo 4. Desa Pantai Gemi 5. Kelurahan Perdamaian 6. Kelurahan Stabat Baru 7. Desa Ara Condong 8. Desa Kwala Begumit 9. Desa Mangga

10. Desa Karang Rejo 11. Kelurahan Dendang 12. Kelurahan Paya Mabar

Wilayah Kecamatan Stabat bertofografi dataran dan ini menjadikannya wilayah yang menyimpan potensi sebagai areal Agrobisnis dan Agro industri.

Disamping itu Kecamatan Stabat memiliki aliran sungai seperti sungai Wampu, sungai Singlar, sungai Blengking dan sungai Kapal Keruk. Dari gambaran kondisi di atas, maka secara umum Kecamatan Stabat mempunyai potensi sebagai berikut:

1. Perkebunan, berupa tanaman kelapa sawit, tebu, kakao yang diusahakan swasta dan masyarakat.

2. Pertanian tanaman pangan, berupa tanaman padi, kacang-kacangan, jagung dan sayur-sayuran.

(47)

3. Industri yang berkembang merupakan kerajinan rakyat, seperti anyaman tikar purun, usaha pisang sale, pembuatan tahu tempe, dan industri kerajinan rumah tangga lainnya.

4. Bahan galian C berupa pasir dan krikil.

5. Pusat perdagangan dan jasa.

4.1.1 Letak Geografis Kecamatan Stabat

Kecamatan Stabat terletak pada 030 47‟ 26” – 040 00‟ 00” Lintang utara dan 980 15‟ 00‟ – 980 25‟ 20” Bujur timur. Adapun jarak Ibu Kota kecamatan Stabat dengan Ibu Kota Kabupaten Langkat 0,5 km, dan jarak Kecamatan Stabat ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara lebih kurang 40 km, sementara jarak Ibu Kota kecamatan Stabat ke desa terjauh yaitu Desa Mangga dengan jarak 12 km.

dengan luas wilayah keseluruhan 10.885 Ha (108,85 Km2), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Secanggang

• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Binjai dan Selesai

• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan Hinai

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Stabat berada 4 meter diatas permukaan laut dengan suhu maksimum 350 dan suhu minimum 210, curah hujan pertahun 15 mm.

(48)

34 Tabel 5

Luas wilayah kecamatan menurut Desa/Kelurahan,2018.

NO Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km2) Persentase Luas Wilayah (%)

1 Bayumas 5,01 4,60

2 Kwala Bingai 27,21 25,00

3 Sidumulyo 1,70 1,56

4 Pantai Gemi 12,15 11,16

5 Perdamaian 3,90 3,58

6 Stabat Baru 2,31 2,12

7 Ara condong 8,80 8,08

8 Kwala Begumit 31,47 28,91

9 Mangga 5,72 5,25

10 Karang Rejo 4,55 4,18

11 Dendang 3,07 2,82

12 Paya Mabar 2,96 2,72

Jumlah/ Total 108,85 100

Sumber : BPS Kab. Langkat

(49)

4.1.2 Keadaan Penduduk di Kecamatan Stabat

Jumlah penduduk di Kecamatan Stabat adalah 99.486 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 49.309 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 50.177 jiwa serta 21.063 KK yang terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain Melayu, Jawa, Karo, Simalungun, Tapanuli, Madina, Banjar dan etnis Tionghoa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Perdamaian yaitu sebanyak 16.378 jiwa.

Besarnya jumlah penduduk di Kelurahan Perdamaian dikarenakan antara lain Kelurahan Perdamaian merupakan kelurahan yang banyak lingkungannya dan berada di pinggiran jalan protokol Sumatera – Provinsi NAD.

Urutan kedua kelurahan Kwala Bingai sebanyak 14.161 jiwa dan diikuti Desa Karang Rejo sebanyak 11.312 jiwa. Sedangkan penduduk paling sedikit berada di Desa Mangga sebanyak 3.312 jiwa. Kelurahan Perdamaian merupakan kelurahan yang paling padat penuduknya dengan kepadatan 3.055 jiwa per Km2 dikarenakan luas wilayah yang dimiliki oleh Kelurahan Perdamaian hanya seluas 3,9 Km2 atau 3,58 persen dari luas Kecamatan Stabat. Desa Kwala Begumit merupakan Desa dengan Kepadatan penduduk terkecil yaitu sebanyak 238 jiwa per Km2, dengan luas wilayah yaitu 31,47 Km2 atau 28,91 persen dari luas Kecamatan Stabat.

4.1.3 Gambaran Lokasi Sekolah

4.1.3.1 Man 3 Stabat

Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Stabat yang berada di Jalan Proklamasi 4 Desa Banyumas Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Suku masyarakat yang berada di lingkungan Madrasah ini lebih dominan banyak

(50)

36

wiraswasta, pedagang dan juga petani. Lokasi ini tidak jauh dari pusat administrasi perkantoran Kabupaten Langkat berkisar 2 km. Adapun alasan peneniliti memilih lokasi ini karena MAN 3 Stabat merupakan salah satu Man negeri favorit yang ada di Stabat dan tiap tahun man ini memiliki jumlah siswa yang meningkat, akan tetapi ternyata masih saja terdapat anak putus sekolah, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti di sekolah ini.

4.1.3.2. SMKS Harapan

Penelitian ini juga dilakukan di SMKS Harapan yang berada di jln. Letda. S Parman No. 5 Stabat. Suku masyarakat yang berada di lingkungan Sekolah ini ialah:

melayu, jawa, batak dan lain-lain. Dan mata pencarian penduduknya ada yang menjadi pedagang, petani dan wiraswasta. Adapun peneliti tertarik meneliti di sekolah ini dikarenakan sekolah ini merupakan Sekolah Swasta yang peminatnya cukup banyak dan menerima siswa baru dengan kuota yang cukup banyak. Jumlah siswa yang masuk tiap tahunnya berjumlah 400 siswa, namun siswa yang putus sekolah juga banyak tiap tahunnya dan hal tersebut membuat peneliti ingin tahu lebih dalam.

4.1.3.3 SMK Al- Ma’sum

Penelitian ini Juga dilakukan di SMK AL-Ma‟sum yang berada di Sei Batang Serangan No.4 Kelurahan Kwala Bingai Kecamatan Stabat, kabupaten Langkat.

Sama halnya dengan sekolah di Man 3 dan SMK Harapan, suku masyarakat dilingkungan sekolah ini ialah jawa, batak, melayu, dan lainnya. Dan mata pencariannya ada sebagai pedagang, petani, dan wiraswasta. Adapun alasan peneliti memilih sekolah ini dikarenakan sekolah ini merupakan sekolah swasta yang di

(51)

miliki oleh yayasan dan letak sekolah ini Strategis dan berada di pusat kota. Akan tetapi ternyata masih ada anak yang mengalami putus sekolah, termasuk ini alasan peneliti ingin meneliti lebih dalam.

4.2 Profil Informan

4.2.1. Informan 1

Nama : SY

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 20 Tahun

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Kuli Bangunan Penghasilan : ≤ Rp 2.500.000

Sy Merupakan informan pertama yang peneliti temui, Peneliti mendatangi Sy secara langsung di rumahnya, Sy berasal dari keluarga yang sederhana, SY tinggal dengan kedua orang tuanya, Masuk di sekolah yang diinginkan dan berharap agar bisa tercapai cita-cita yang diinginkan, tanpa paksaan dari orang tua, awal masuk sekolah SY mengatakan bahwa ia sangat bersemangat dan mentaati peraturan yang diberikan oleh pihak sekolah, akan tetapi hal tersebut tidak berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan. SY mengatakan bahwa pada saat di kelas 2 sering bolos sekolah, hal tersebut dilakukan karena SY ingin mengikuti teman-temannya, akibat

(52)

38

SY juga Mengatakan bahwa ia diberikan Fasilitas yang memadai oleh orang tua, akan tetapi putus sekolah bukan didasarkan oleh ekonomi, melainkan karena diri sendiri yang terpengaruh oleh lingkungan pertemanan. Orang tua SY memberikan Semua Fasilitas yang diinginkan, Mulai dari Kendaraan, Handphone,dan Uang saku.

Sekarang, SY memenuhi kehidupannya dengan bekerja sebagai kuli bangunan, berpenghasilan yang dapat memenuhi kehidupan dirinya sendiri untuk keperluan sehari- hari, SY tidak menyesali keputusannya untuk tidak bersekolah lagi hal tersebut dikarenakan atas kemauannya sendiri, walaupun begitu menurutnya pendidikan itu sangat penting hal tersebut dirasakannya ketika ia ingin melamar pekerjaan. Karena pendidikan sangat berpengaruh, hal tersebut dikarenakan ketika SY ingin mencari pekerjaan yang penghasilan yang didapatkan sesuai yang diinginkan, akibat SY putus sekolah ia merasa penghasilan yang ia dapatkan belum sesuai dengan apa yang dia inginkan karena menurutnya penghasilan yang SY dapatkan masih terbilang rendah.

SY juga mengatakan apabila SY diberikan kesempatan dan dibiayai untuk sekolah lagi ia ingin untuk melanjutkan, akan tetapi SY juga merasa malu untuk melanjutkannya walaupun ia harus menempuh pendidikan yang non formal, akan tetapi menurutnya hal tersebut mustahil karena sekolah non formal menurut SY mahal dan untuk saat ini belum ada niatan untuk melanjutkannya, dan SY masih ingin fokus untuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun usia SY masih terbilang muda akan tetapi SY harus tetap bekerja karena hal tersebut sudah menjadi resiko yang harus SY ambil sendiri. Dan dalam lingkungan perteman

(53)

SY juga banyak terdapat yang sudah bekerja hal tersebut membuat SY tidak malu untuk tidak melajutkan pendidikan.

4.2.2. Informan 2

Nama : IS

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 18 Tahun

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Buruh Pabrik Roti Penghasilan : ≤ Rp 1.500.000

IS Merupakan Salah satu anak yang baik dan menuruti keinginan orangtuanya, IS memilih sekolah yang diinginkan tanpa paksaan dari siapapun alasan IS memilih Sekolah tersebut berharap agar bisa kerja ketika sudah lulus dari sekolah tersebut. IS Masuk Sekolah Menengah Atas pada tahun ajaran 2017, IS salah satu anak yang rajin untuk sekolah, akan tetapi pada kelas 2 IS memilih untuk tidak bersekolah lagi, hal itu ia lakukan atas kemauannya sendiri, IS mempertimbangkan hal tersebut secara matang, walaupun pihak sekolah sudah datang untuk membujuk agar sekolah lagi, akan tetapi hal tersebut tidak membuat IS ingin sekolah lagi.

IS berasal dari keluarga yang sederhana. Pada saat IS dikelas 2 ibu IS

Referensi

Dokumen terkait

Tanah pada lokasi 4 memiliki klas infiltrasi sangat lambat dengan nilai laju infiltrasi hanya 0,704 cm/jam diakibatkan tanah pada lokasi 4 telah pada keadaan jenuh air

Hasil ini berarti tidak melebihi batas yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat sehingga ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali dapat diolah

Beragamnya nama marga/fam, gelar adat dan gelar kebangsawanan di wilayah atau etnis Indonesia menimbulkan banyak permasalahan bagi pengatalog dalam melakukan pengolahan

In this article are presented some significant examples to show the potential of this tool in oil and gas activity: a hydrocarbon storage field where the comparison between SAR

Pada data khusus akan disajikan mengenai variabel yang menjadi fokus penelitian: Pengetahuan Masyarakat Tentang Efek Jangka Panjang Penggunaan Jamu pada Resiko Gagal

Proses kemunculan bar ini juga lebih lama dibandingkan dengan ikan botia yang muncul empat hari setelah menetas, demikian juga bar yang muncul lebih awal adalah bar yang berada

konsumen dimana mereka memakai produk Shake Mix swakonsumsi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, adapun

Penilaian dalam akuntansi merupakan proses pemberian jumlah moneter (kuantitatif) yang bermakna pada aktiva. Salah satu tujuan dari penilaian adalah untuk menyajikan