• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 4 Universitas Kristen Petra"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Tujuan dari K3 adalah menciptakan suatu lingkungan kerja yang sehat, aman, teratur dan sejahtera, sehingga hal ini dapat membuat suasana lingkungan kerja menjadi lebih kondusif dan nyaman, membuat para pekerja tetap dalam kondisi yang baik, sehat secara fisik dan bebas kecelakaan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat para pekerja (Suma’mur, 1985).

2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu sarana untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat maupun kematian sebagai akibat dari kecelakaan kerja yang terjadi. Keselamatan kerja mempunyai hubungan yang erat dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1985).

Setiap organisasi perlu menjaga keselamatan kerja terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja (Suma’mur, 1985) adalah sebagai berikut:

 Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

 Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan.

 Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja kepada karyawan dapat dilakukan dengan dua cara (Anton, 1989), yaitu:

o Usaha preventif

Usaha preventif merupakan suatu bentuk pengendalian/pencegahan terhadap sumber-sumber bahaya yang terdapat di lingkungan kerja, sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi karyawan.

(2)

o Usaha represif (kuratif)

Usaha represif/kuratif merupakan suatu tindakan yang dilakukan saat sumber bahaya sudah atau sedang berlangsung di lingkungan kerja. Tindakan yang dilakukan berupa suatu perbaikan dari sumber bahaya yang sedang atau sudah terjadi.

2.1.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, atau sosial. Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak perusahaan. Penerapan program kesehatan akan membuat karyawan dapat bekerja lebih baik karena karyawan jadi lebih jarang absen dan dapat bekerja di lingkungan yang lebih bersih. Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja (Simanjuntak, 1994), antara lain:

 Keadaan tempat lingkungan kerja

 Pengaturan penerangan

 Pemakaian peralatan kerja

 Kondisi fisik dan mental karyawan

2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor: PER/05/MEN/1996, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian disebarluaskan kepada semua tenaga kerja. Kebijakan ini bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan.

(3)

2.3 Identifikasi Bahaya (Hazards Identification)

Identifikasi bahaya merupakan suatu upaya untuk mengetahui adanya potensi bahaya di lingkungan kerja. Jika sifat dan karakteristik bahaya dapat lebih dahulu diketahui, maka hal ini dapat membuat kita lebih waspada dan dapat melakukan langkah-langkah pengamanan yang tepat agar tidak sampai terjadi kecelakaan (Silalahi, 1995). Kecelakaan dapat dikategorikan menjadi dua macam, kecelakaan ringan dan kecelakaan berat. Kecelakaan ringan merupakan kecelakaan yang tidak berdampak serius dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat, seperti luka gores, keseleo, dan memar. Kecelakaan berat merupakan kecelakaan yang menimbulkan dampak cukup serius dan membutuhkan waktu lama untuk penyembuhannya, contohnya patah tulang, luka bakar, dan cacat permanen. Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:

o Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.

o Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Teknik identifikasi bahaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam (Asfahl, 2010), yaitu:

2.3.1 Teknik pasif.

Teknik ini dapat dikenali dengan mudah apabila kita mengalaminya sendiri secara langsung. Teknik ini sangat rawan karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya, sehingga dapat terlihat dengan mudah.

2.3.2 Teknik semiproaktif.

Teknik ini didapatkan pada saat proses pembelajaran dari pengalaman orang lain. Teknik ini bisa lebih baik daripada teknik pasif karena tidak perlu mengalami sendiri. Meskipun teknik ini dikatakan lebih baik, namun masih ada kekurangannya, yaitu tidak semua bahaya telah diketahui, tidak semua kejadian dilaporkan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran, serta kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

2.3.3 Teknik proaktif.

Teknik proaktif merupakan teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya.

Teknik ini mencari terlebih dahulu bahaya-bahaya yang bakal terjadi. Kelebihan dari teknik ini adalah bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum

(4)

menimbulkan kecelakaan, bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikannya, meningkatkan awareness semua pekerja setelah mengetahui bahaya yang ada di sekitar lingkungan kerja, serta mencegah pemborosan yang tidak diinginkan.

2.4 Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)

FMEA merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengeliminasi kerusakan yang dapat dialami oleh sistem, desain, ataupun proses (Stamatis, 1995). FMEA memiliki tiga tahap, yaitu:

 Identifikasi

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap penyebab-penyebab kerusakan yang telah ataupun belum terjadi beserta dampak/akibat yang ditimbulkan.

 Analisa

Tahap berikutnya adalah menganalisa tingkat kerusakan. Analisa yang dilakukan dapat menggunakan Risk Priority Number (RPN), meliputi tingkat occurence (seberapa sering kejadian muncul), tingkat severity (keseriusan dari dampak yang ditimbulkan), dan tingkat detection (kesulitan untuk dideteksi).

RPN = Occurence x Severity x Detection (1) Keterangan: Occurence, Severity, dan Detection berupa skala 1 – 10

Semakin kecil RPN maka semakin baik tingkat kerusakannya. RPN dapat membuat kita lebih terfokus sesuai dengan prioritas tingkat kerusakan. Prioritas pertama yaitu kerusakan dengan RPN terbesar.

 Tindakan

Tahap terakhir yaitu melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang ada sesuai dengan tingkat RPN. Perbaikan dilakukan dengan memprioritaskan faktor RPN yang memiliki skala paling besar.

2.5 Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tujuan dilakukan penilaian resiko adalah untuk menentukan tingkat resiko yang ditinjau dari 3

(5)

macam parameter, yaitu frekuensi kejadian, kemungkinan kejadian dan dampak yang ditimbulkan (Anton, 1989).

2.6 Penetapan Pengendalian (Determining Control)

Setelah mengidentifikasi bahaya dan menilai resiko, perusahaan harus mengendalikan resiko. Ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan di dalam mengendalikan resiko (Asfahl, 2010)), antara lain:

 Eliminasi

Teknik pengendalian bahaya dengan cara menghilangkan sumber bahaya.

Teknik ini merupakan pilihan utama dalam pemilihan pengendalian resiko agar potensi bahaya dapat segera dihilangkan.

 Substitusi

Teknik pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan, alat, sistem ataupun prosedur yang diperkirakan berbahaya dengan sesuatu yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.

 Pengendalian teknis

Pengendalian ini lebih mengarah pada perbaikan atau penambahan sarana atau peralatan teknis, seperti penambahan peralatan, perbaikan pada desain dan pemasangan peralatan pengaman.

 Pengendalian administratif

Pengendalian ini lebih mengarah pada pemberian peringatan, rambu, prosedur, instruksi dan lain sebagainya. Misalnya, mengatur jadwal kerja, istirahat dan prosedur kerja yang lebih aman.

 Alat Pelindung Diri (APD)

Alternatif terakhir dalam pencegahan kecelakaan. Fungsi APD adalah sebagai pencegah kecelakaan atau mengurangi tingkat keparahan kecelakaan.

2.7 PDCA (Plan, Do, Check, Act)

PDCA merupakan pola yang dimulai dari penetapan kebijakan K3 oleh manajemen perusahaan sebagai perwujudan komitmen perusahaan dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam

(6)

bentuk perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah, tidak efisien dan tidak efektif (Tapping, 2008).

Berdasarkan hasil perencanaan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penerapan dan operasional melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Kemudian hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh pihak manajemen untuk memastikan bahwa program K3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan K3 dan untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaannya. Dengan demikian, perusahaan dapat segera melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kami berharap kedepannya akan ada kerjasama dengan para mahasiswanya, baik dalam bentuk bimbingan belajar, bisa dalam bentuk pengabdian masyarakat yang lainnya,” tutur

(1) Kepada Wajib Pajak yang telah memperoleh persetujuan Bupati Kepala Daerah untuk melakukan pembayaran pajak secara angsuran, harus dilakukan secara teratur dan

milik sendiri

Karenanya menurut Hamilton & Smith (2006), berdasarkan penetrasi air pada dinding dan atap gua, dapat dibedakan tiga-tipe gua karst, yaitu 1) gua fosil, adalah gua karst yang

Sesungguhnya konsep retail seperti apa yang diterapkan dalam bisnis took buku gramedia ini, diferensiasi apa yang took gramedia punya yang menjadikan dia besar

Skripsi ini berjudul “ PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel fluktuasi harga emas dan strategi promosi penjualan secara parsial maupun simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh signifikan