• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, yang memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, yang memiliki"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, yang memiliki potensi atau kemampuan dasar dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi, karena di dalam diri manusia terdapat akal pikiran yang menjadi kekuatan fisik bagi pengembangan diri manusia secara keseluruhan. Manusia adalah makhluk yang berpikir, berpikir itulah yang mencirikan hakekat manusia.

“Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan, proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yangg akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.”1

Potensi yang dimiliki manusia tidak akan memberikan manfaat apabila tidak dikembangkan dan dilatih melalui proses pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia yang mana diwujudkan dalam bentuk pendidikan. Pendidikan merupakan upaya paling utama untuk mengembangkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta merupakan modal dasar untuk menghadapi berbagai tantangan globalisasi.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan:

1 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ antara neurosains dan Al-Qur’an (Bandung:Mizan Pustaka,2003), hal.148

(2)

2

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 2

Pernyataan di atas merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan sumber daya manusia dengan mengedepankan SQ (Spiritual Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan tidak mengabaikan IQ (Intelektual Quotient). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi semua manusia tanpa terkecuali.

Salah satu yang menjadi tujuan dari pendidikan ialah mengembangkan kecerdasan. Dweck dan Chin Hong mendefinisikan kecerdasan merupakan kemampuan untuk meraih tujuan dalam menghadapi berbagai hambatan dengan cara mengambil keputusan berdasarkan asas-asas yang rasional.3

Kecerdasan Intelektual (IQ) dianggap sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan yang dimiliki manusia, dan sering di jadikan sebagai tolak ukur kesuksesan dan keberhasilan seseorang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian, beberapa ahli dalam bidang kecerdasan menemukan bahwa seseorang yang memiliki IQ tinggi dapat mengalami kegagalan dalam bidang akademis, karir, kehidupan sosial dan Sebaliknya, orang yang memiliki kecerdasan rata-rata dapat meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

2 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1.

3 Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi, 2003, hal. 73

(3)

3

Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Salah satu diantara faktor yang terpenting adalah kecerdasan emosi (EQ). 4

Goleman juga menyatakan bahwa bukanlah jaminan orang yang memiliki IQ tinggi akan berhasil. Seseorang akan berhasil dengan IQ yang dimiliki, jika seseorang tersebut mampu mengendalikan emosi, dan juga mampu menyeimbangkan emosinya dengan logika dan situasi yang di hadapi.5 Seorang tersebut harus belajar membaca perasaan diri sendiri, perkembangan keadaan, dan hubungan di sekitarnya dengan akurat, kemudian menyesuaikannya dengan tindakan yakni dengan cara mengenali, memahami, mengendalikan dan menggunakan emosi secara positif.

Keseimbangan antara Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam proses belajar siswa. Kecerdasan intelektual tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa adanya pertisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah.

Kurangnya keseimbangan antara IQ dan EQ inilah yang memunculkan fenomena banyaknya siswa yang berprestasi namun tidak sedikit dari mereka yang menjadi urakan dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam menjalani proses pendidikan, terjebak pergaulan bebas dan budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua.

4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Semarang:Pustaka Pelajar OFFSET, 2004), hal 152

5 Ary Nilandari, Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja; Mengasuh Dengan Cinta, Canda &Disiplin, Bandung: Kaifa, 2003), Cet. II, hlm. 37.

(4)

4

Fenomena tersebut juga membuktikan bahwa kurangnya kecerdasan emosi dapat mengakibatkan berkurangnya akhlak (tingah laku) pada diri siswa. Agil Husin Al-Munawar menyatakan bahwa akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak manusia akan setara dengan binatang.6 Akhlak menekankan pada nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila dicermati antara kecerdasan emosi dan akhlak sangat erat kaitannya. Kecerdasan emosional lebih merupakan hasil dari aktivitas individu dalam melatih fungsi-fungsi emosional diri sendiri atau oleh orang lain sehingga lebih merupakan hasil belajar.7 Hal tersebut sesuai dengan pandangan tentang penciptaan karakter dalam buku Atephen R.Covey:

“Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan dan tuailah karakter.”8 Artinya, untuk membentuk karakter tidak cukup hanya membuka buku saja atau pelatihan selama seminggu, namun dibutuhkan pembelajaran yang terarah dan berkesinambungan.

Statement tersebut sama halnya dengan akhlak menurut Ahmad Amin yang berarti “kehendak yang dibiasakan”9 Ini berarti, kecerdasan emosi sebagai hasil pembelajaran secara berulang-ulang dan proses ingatan ditanamkan di dalam hati sehingga pada akhirnya diaplikasikan dalam

6 Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam sistem Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,2003), hal.50

7 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung:Alfabeta, 2014), hal.86

8 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hal. xlviii

9 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:Pustaka Setia, 2010), hal.13

(5)

5

kehidupan sehari-hari apabila telah menjadi kebiasaan maka kebiasaannya itulah yang disebut dengan akhlak.

Kecerdasan para siswa dalam mengontrol diri dan mengelola emosi, khususnya mengelola permasalahan yang dihadapi tentu sangat mempengaruhi akhlak siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan emosi tentu dapat mengontrol diri sendiri sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang positif dalam kehidupan sehari-hari, dari perbuatan-perbuatan yang positif itulah yang akan menjadikan siswa berakhlak mulia (akhlakul karimah).

Sekolah merupakan tempat bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain. Sekolah harus mengedepankan budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan.

Madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan yang mengedapankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi dalam mengembangkan pendidikannya. MAN Malang 1 adalah Madrasah Aliyah Negeri yang berada di kota Malang dan setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) di bawah naungan Departemen Agama. Salah satu yang menjadi misi MAN Malang 1 adalah menumbuhkembangkan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan mewujudkan warga sekolah yang memiliki kepedulian terhadap diri, lingkungan dan berestetika tinggi. Berarti, MAN Malang 1 mengupayakan agar siswa-siswanya mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari termasuk didalamnya budi pekerti yang mulia

(6)

6

(akhlak). Misi yang dibawa MAN Malang 1 inilah yang membuat peneliti ingin mencari tahu mengenai akhlak yang dimiliki siswa MAN Malang 1.

Berdasarkan uraian di atas, Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengangkat judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Akhlak Siswa MAN Malang 1.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa MAN Malang 1?

2. Bagaimanakah akhlak yang dimiliki siswa MAN Malang 1?

3. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa MAN Malang 1?

C. Tujuan Penelitan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengukur dan mendeskripsikan kecerdasan emosional siswa di MAN Malang 1

2. Mengukur dan mendeskripsikan Akhlak siswa di MAN Malang 1

3. Mendeskripsikan tentang ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa di MAN Malang 1

(7)

7 D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan wacana keilmuan dan khazanah intelektual tentang kecerdasan emosi dan Akhlak.

b. Sebagai sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan dan disiplin ilmu lain di Fakultas Agama Islam khususnya jurusan Tarbiyah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru/Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami emosi anak didiknya, sehingga dapat membantu dalam mengatasi berbagai macam gejala kejiwaan anak, baik yang menyangkut kecerdasan emosional secara individual maupun kelompok.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang kecerdasan emosional, sehingga dapat dijadikan modal untuk meningkatkan kualitas sebagai calon guru dalam menghadapi dunia pendidikan.

(8)

8 d. Bagi Masyarakat umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengarahkan dan membimbing kecerdasan emosional anak.

E. Batasan Istilah

Batasan istilah diperlukan untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan judul

1. Pengaruh

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.10

Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daya atau kekuatan yang ditimbulkan dari kecerdasan emosi yang berdampak pada akhlak siswa.

2. Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman mengemukakan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.11

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga (Jakarta:Balai Pustaka 2003), hal. 849.

11 Rika Sa’diyah, Pengembangan Instrumen Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini, PRORESSIVA: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol.1, No.1, (Februari-Juni 2016),hal.133

(9)

9

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi 5 indikator, yakni: Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

3. Akhlak

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.12

Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup 8 indikator, yakni: Akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhadap sesama manusia, Akhlak terhadap lingkungan.Akhlak terhadap Rasulullah , Akhlak pribadi, Akhlak dalam keluarga, dan Akhlak bermasyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab, secara garais besar diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penulisan

Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri dari penelitian terdahulu, kajian teori yang mencakup tentang kecerdasan emosional dan akhlak.

Bab III Metode Penelitian, terdiri dari metode penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan Teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, terdiri dari, penyajian data penelitian, analisis data. dan pembahasan hasil penelitian

Bab V Kesimpulan dan saran.

12 Departemen Pendidikan Nasional, Ibid.,hal.20

Referensi

Dokumen terkait

anak-anak, sehingga mereka memiliki mental yang positif dalam.. membangun kehidupan

De Vito (2005) menambahkan bahwa individu yang tidak melakukan komunikasi interpersonal akan membuat individu cenderung memiliki emosi yang tidak stabil, merasa terasing

4. Masihbanyaksiswa yang tidak hafal bahkan tidak tahu lagu-lagu daerah dan lagu nasional Indonesia. Terdapat siswa yang sering melakukan perbuatan yang melanggar norma atau

Bagi pelaku, melakukan perilaku prososial juga memiliki keuntungan tersendiri, yaitu merasakan perasaan yang lebih positif karena dapat membantu orang lain, selain

Pendidikan di sekolah hanya berlangsung sekitar 6 jam per hari, dengan materi-materi pelajaran yang bermacam-macam, maka kepedulian orang tua untuk ikut

Menurut Fursman (2011) pada siswa yang memiliki emosi positif di sekolah akan memiliki keterikatan pada sekolah dan memberikan dampak positif terhadap

Sehingga kegiatan santri remaja yang tinggal di Pondok Pesantren sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian dan kecerdasan emosi, selain itu mereka juga lebih

Dengan demikian, siswa kelas VIII SMPN 3 Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung menunjukkan keragaman dalam beraktivitas sehari-hari, yakni terdapat siswa yang mencari