• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 15, Nomor 1, Maret 2022, (Halaman 24-30) ISSN e-issn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 15, Nomor 1, Maret 2022, (Halaman 24-30) ISSN e-issn"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada

PADA SISWA DI SMK PATRIOT 1 BEKASI TAHUN 2021

Asih Sriyanti1, Cut Alia Keumala Muda2, Putri Handayani3, Fierdania Yusvita 4

Program Studi Kesehatan Masyarakat 1,2,3,4 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

Jl. Harapan Indah Boulevard, Pusaka Rakyat, Tarumajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, 17214, Indonesia Korespondensi: asihsriyanti08@gmail.com dan 083129597356

ABSTRAK

Perilaku safety riding merupakan upaya untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan cidera akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data Global Status Report on Read Safety yang dikeluarkan WHO sebanyak 1,24 juta orang diseluruh dunia meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

Menurut data Korlantas Polri terdapat 19,681 kecelakaan di dominasi usia produktif, kalangan pelajar dan mahasiswa. SMK Patriot 1 Bekasi merupakan sekolah menengah kejuruan yang berada di wilayah Kota Bekasi Kecamatan Medan Satria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku safety riding pada siswa kelas XII SMK Patriot 1 Bekasi tahun 2021. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi siswa kelas XII SMK Patriot 1 Bekasi yang mengendarai sepeda motor 88 siswa dan sampel yang digunakan sebanyak 88 siswa dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Data analisis menggunakan uji Chi Square dengan hasil menunjukan bahwa ada hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku safety riding (p-vlue 0,000). Serta tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku safety riding (p-vlue 0,071), dan dukungan keluarga dengan perilaku safety riding (p-vlue 0,084). Maka dari itu perlu upaya pengawasan dari pihak sekolah untuk menerapkan peraturan atau larangan membawa kendaraan ke sekolah. Serta pihak sekolah dapat bekerjasama dengan pihak kepolisian setempat untuk memfasilitasi siswa memperoleh SIM C sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.Sehingga tidak ada lagi siswa kelas XII yang membawa kendaraan tidak memiliki SIM.

Kata kunci :

Perilaku Safety Riding, Pengetahuan, Kepemilikan SIM, Dukungan Kelurga, Siswa SMK.

ABSTRACT

Safety riding behavior is an effort to reduce the number of traffic accidents and injuries due to traffic accidents. Based on data from the Global Status Report on Read Safety issued by WHO, 1.24 million people worldwide died due to traffic accidents. According to the Korlantas Polri data, there were 19,681 accidents dominated by productive age, students and college students. SMK Patriot 1 Bekasi is a vocational high school located in the Bekasi City area, Medan Satria District. This study aims to analyze the factors related to safety riding behavior in class XII students of SMK Patriot 1 Bekasi in 2021. The type of research used is quantitative with a cross sectional study design. The population of class XII students of SMK Patriot 1 Bekasi who rides a motorcycle is 88 students and the sample used is 88 students with a total sampling technique of sampling. Data analysis uses Chi Square test with the results showing that there is a relationship between SIM ownership and safety riding behavior (p-vlue 0.000). And there is no relationship between knowledge and safety riding behavior (p-vlue 0.071), and family support with safety riding behavior (p-vlue 0.084). Therefore, it is necessary to supervise efforts from the school to implement regulations or prohibitions on bringing vehicles to school. And the school can cooperate with the local police to facilitate students to get a SIM C in accordance with the established procedures. So there are no more class XII students who bring vehicles without a SIM.

Keywords :

Safety Riding Behavior, Knowledge, SIM Ownership, Family Support, Vocational School

PENDAHULUAN

Keberadaan transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting saat ini bagi masyarakat. Pentingnya transportasi tidak terlepas akan kebutuhan mobilitas yang harus dilakukan oleh masyarakat. Dalam hal ini

kebutuhan akan mobilitas yang tinggi erat kaitannya dengan daerah perkotaaan (1). Kebutuhan akan transportasi yang tinggi ini terlihat dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang ada hingga saat ini. Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SAFETY RIDING

(2)

Indonesia jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 104,211 juta unit pada tahun 2013.Jumlah ini meningkat 11% dari tahun 2012 yang mencapai 94,299 unit.(2). Meningkatnya penggunaan kendaraan juga memiliki dampak yang negatif dijalan raya, seperti kepadatan lalu lintas dan kendaraan mempunyai tingkat signifikan terjadinya kecelakaan yang sangat tinggi, sehingga kendaraan bermotor salah satu pembunuh manusia lewat kecelakaan lalu lintas

(3).

Safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminilasir tingkat bahaya dan memaksimalkan keselamatan dalam berkendara, untuk menciptakan suatu kondisi yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. Perilaku safety riding meliputi 3 hal yaitu sebelum, saat dan setelah berkendara. Dari penelitian yang telah dilakukan, perilaku sebelum berkendara meliputi stretching untuk melemaskan otot-otot dan memeriksa kelengkapan dan kondisi kendaraan bermotor. Pada saat berkendara salah satu perilaku yaitu membawa kelengkapan surat berupa SIM C dan STNK serta penggunaan safety apparels seperti jaket, sepatu, sarung tangan, dan masker.

Salah satu perilaku setelah berkendara adalah melakukan servis secara rutin sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh pihak dealer.(4)

Berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukan oleh Colle dkk (2016) menunjukan bahwa ada hubungan antara kepemilikan SIM C, dukungan keluarga terhadap prilaku berkendara aman pada siswa SMA Negeri 1 kelas XI dan XII. Menurut penelitian yang dilakukan Ratu Dewi Alam (2018) menunjukan bahwa Pengetahuan, sikap, kepemilikan SIM, dukungan keluarga dan motivasi merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku berkendara aman (safety riding) pada siswa kelas XII SMA Negeri 102 Jakarta Timur.

Penelitian lain yang dilakukan Rendi Hendrawan (2019) menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku keselamatan berkendara (Safety Riding) pada siswa SMA di Kota Surakarta.

Peneliti melakukan penelitian terkait perilaku safety riding di SMK Patriot 1 Bekasi merupakan sekolah menengah kejuruan swasta yang berada di wilayah Kota Bekasi Kecamatan Medan Satria. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung. Didapatkan hasil studi pendahuluan 100% siswa belum memiliki SIM, 90% siswa mematuhi peraturan petunjuk arah saat berkendara, 90% siswa mematuhi peraturan petunjuk arah saat berkendara, 80%

siswa tidak membawa STNK saat berkendara,

70% siswa tidak menggunakan Helm berstandar, 60% siswa sesekali ngebut saat mengendarai sepeda motor jika terlambat kesekolah, 50% siswa telah mengecek kendaraan sebelum menggunakan, 50% orang tua tidak melarang siswa untuk menggunakan kendaraan kesekolah. Sebanyak 30% siswa pernah ditilang oleh polisi karena tidak membawa SIM dikarenakan belum memiliki SIM.

Tidak adanya penerapan safety riding dengan baik, dapat memberikan dampak yaitu terjadi kecelakaan lalu lintas, serta terkena tilang oleh polisi. Hal ini sejalan dengan hasil observasi awal bahwa 70% siswa mengalami kecelakaan ringan akibat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan selap-selip dijalan raya serta dalam keadaan mengantuk, dan 30% siswa pernah ditilang polisi yang disebabkan tidak memiliki SIM serta tidak memakai helm saat berkendara.

Pihak sekolah telah melakukan program sosialisasi tentang safety riding kepada siswa di SMK Patriot 1 Bekasi oleh perwakilan dari Kepolisian pada bulan Desember 2020. Namun program sosialisasi safety riding hanya dilakukan sekali oleh sekolah. SMK Patriot 1 Bekasi menerapkan peraturan bahwa setiap kendaraan bermotor yang parkir di area sekolahan wajib memiliki dan membawa STNK.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk lebih lanjut melakukan penelitian.Oleh karena itu penulis menyimpulkan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Pada Siswa Di SMK Patriot 1 Bekasi Tahun 2021”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectionalstudy. Pengambilan data melalui kuisioner dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari absensi siswa.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sama yaitu siswa kelas XII SMK Patriot 1 Bekasi sebanyak 88 siswa. Instrument dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reabilitas dengan hasil seluruh pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel.Selanjutnya dilakukan uji normalitas menggunakanuji kolmogorov-smirnov dalam mengambil keputusan, didapatkan signifikankolmogorov-smirnovperilaku yaitu 0,134 > 0,05 diputuskan untuk menentukan nilai cut offpoint menggunakan nilai mean, nilai kolmogorov-smirnov kepemilikan SIM 0,00 <

0,05 diputuskan untuk menentukan nilai cut offpoint menggunakan nilai median, nilai kolmogorov-smirnovdukungan keluarga 0,00 <

0,05 diputuskan untuk menentukan nilai cut offpoint menggunakan nilai median. Selanjutkan dilakukan analisis univariat dan analisis bivariat.

Jenis uji analisis bivariat dilakukan dengan uji

(3)

Chi Square untuk hasil uji statistik menggunakan uji Continuity Correction.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden didapatkan hasil bahwa diketahui bahwa dari 88 responden dalam penelitian diperoleh proporsi tertinggi dengan kategori perilaku aman > 27 (mean) sebanyak 45 (51,1%) dan proporsi terendah perilaku tidak aman < 27 sebanyak 43 (48,9%).

Berdasarkan Tabel 1, hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa dari 88 responden dalam penelitian diperoleh proporsi tertinggi dengan kategori pengetahuan baik >8 sebanyak 64 (72,7%) dan proporsi terendah pengetahuan tidak baik < 8 sebanyak 24 (27,3%). Kepemilikan SIM proporsi tertinggi dengan kategori tidak memiliki SIM sebanyak 67 (76,1%) dan proporsi terendah memiliki SIM sebanyak 21 (23,9%). Dan kategori dukungan keluarga yang mendukung ≥ 5 sebanyak 57 (64,8%) dan proporsi terendah dukungan

keluarga tidak mendukung sebanyak 31 (35,2%).

Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku safety riding (p-value 0,071 > 0,05) nilai Prevalence Ratio (PR) adalah 1,580 yang artinya siswa yang memiliki pengetahuan tidak baik berisiko 1 kali untuk perilaku safety ridingtidak aman dibanding pengetahuan yang baik. Selanjutnya ada hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku safety riding (p-value 0,000< 0,05) diperoleh nilai Prevalence Ratio (PR) adalah 6,425 > 1. Hal tersebut menunjukan siswa yang Tidak Memiliki SIM berisiko 6 kali untuk perilaku safety riding tidak aman dibanding siswa yang memiliki SIM.. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding (p-value 0,772 > 0,05) dari hasil analisisnilai PR

= 0,888 < 1. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa yang dukungan keluarga mendukung mengurangi risiko untuk perilaku safety riding tidak aman dibanding dukungan keluarga tidak mendukung.

a. Analisis Univariat

Tabel 1.

Distribusi frekuensi berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku safety riding pada siswa SMK Patriot 1 Bekasi

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengetahuan

Baik 64 72,7

Tidak Baik 24 27,3

Kepemilikan SIM

Memiliki SIM 21 23,9

Tidak Memilik SIM 67 76,1

Dukungan Keluarga

Mendukung 57 64,8

Tidak Mendukung 31 35,2

Perlaku Safety Riding

Baik 45 51,1

Tidak Baik 43 48,9

Sumber : Data Primer, 2021

b. Analisis Bivariat

Tabel 2.

Hubungan variabel penelitian dengan perilaku safety riding pada siswa SMK Patriot 1 Bekasi

Variabel

Perilaku Safety Riding

p-value Nilai OR (95%CI)

Aman Tidak Aman

n % n %

Pengetahuan

Baik 37 42,0 27 30,7

0,071 1,580

(1,056-2,364)

Tidak Baik 9 9,1 16 18,2

Kepemilikan SIM

Memiliki SIM 19 21,6 2 2,3

0,000

6,425

Tidak Memiliki SIM 26 29,5 41 15,9 (1,696-24,343)

Dukungan Keluarga

Mendukung 28 31,8 29 33,0

0,772 0,888

Tidak Mendukung 17 19,3 14 15,9 (0,558-1,412)

Sumber : Data Primer, 2021

(4)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 88 siswa kelas XII di SMK Patriot 1 Bekasi.

Diperoleh proporsi tertinggi gambaran perilaku safety riding adalah siswa dengan perilaku aman sebanyak 45 (51,1%).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan (5) perilaku safety riding responden yang paling banyak adalah kategori baik dengan jumlah 39 responden (67,2%). Penelitian lain yang dilakukan (6) hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan cukup lebih tinggi yakni 107 orang (61,1%).

Perilaku merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta yang tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.Perilku juga merupakan suatu hal yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dengan diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Hal ini berarti perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulakan reaksi, yaitu yang disebut dengan rangsangan. Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilakn reaksi atau perilaku tertentu.(7)

Menurut Ditjen Perhubungan Darat (2009) perilaku keselamatan berkendara atau safety riding, meliputi pengendara kendaraan bermotor yang diwajibkan memiliki SIM, mematuhi hukum yang telah ditentukan Undang- undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, persiapan, serta mampu mengendalikan kecepatan dan keseimbangan dalam mengendarai kendaraan bermotor.

Berdasarkan jawaban kuesioner pada 88 responden, diketahui bahwa sebanyak (75%) responden menjawab selalu mengutamakan keselamatan dan keamanan lalu lintas dengan sedemikian rupa saat mengemudi sepeda motor. Hal ini sesuai dengan hasil total perilaku safety riding pada siswa yang memiliki perilaku aman yaitu sebanyak (51,1%).

Hal tersebut terjadi karena pihak sekolah SMK Patriot 1 Bekasi telah melakukan program sosialisasi tentang safety riding dengan mendatangkan pihak kepolisian kesekolah pada bulan desember 2020. Akan tetapi program sosialisasi safety riding hanya dilakukan sekali oleh sekolah, upaya dilakukan edukasi terkait safety riding siswa dapat mengerti akan pentingnya perilaku safety riding saat berkendara sepeda motor.

Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Safety Riding

Berdasarkan hasil analisis uji chi square didapatkan p-value 0,071 ( p ≥ 0,05), maka Ho gagal ditolak. Maka dari hasil statistik

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku safety riding.

Hasil ini sejalan dengan penelitian (8) bahwa pengetahuan safety riding tidak memiliki hubungan dengan perilaku safety riding.

Penelitian lain yang dilakukan oleh (9) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan perilaku keselamatan berkendara (Safety Riding) pada siswa SMA Negeri 5 Palu.

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai Prevalence Ratio (PR) adalah 1,580 yang artinya siswa yang memiliki pengetahuan tidak baik berisiko 1 kali untuk perilaku safety riding tidak aman dibanding pengetahuan yang baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam berkendara. Semakin baik pengetahuan dari seseorang seharunya akan semakin baik pula perilaku yang dimiliki oleh seseorang saat sedang mengendarai kendaraan bermotor, sebaliknya apabila pengetahuan yang dimiliki seseorang masih kurang maka kemungkinan seseorang berperilaku dalam berkendara juga tidak akan aman. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keselamatan berkendara keselamatan berkendara memungkinkan ada faktor lain yang lebih mempengaruhi seseorang untuk berperilaku berkendara yanag aman. (10)

Menurut peneliti, tidak adanya hubungan pengetahuan safety riding dengan perilaku safety riding dikarenakan proporsi tertinggi pada pengetahuan baik dengan perilaku aman sebanyak 37 (42,0%) sedangkan proporsi pengetahuan tidak baik dengan perilaku tidak aman sebanyak 16 (18,2%). Hal tersebut didukung dengan upaya pihak sekolah memberikan program sosialisasi tentang safety riding dengan mendatangkan pihak kepolisian kesekolah pada bulan desember 2020 untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang safety riding. Selain mendapatkan sosialisasi dari sekolah, siswa juga mendapatkan informasi tentang safety riding yang ada di media sosial seperti internet (browser), media massa, serta berita acara yang menampilkan kejadian kecelakaan dan cara berkendara yang aman.

Akan tetapi program sosialisasi safety riding dari pihak kepolisian hanya dilakukan sekali di sekolah serta belum ada rencana secara berkala untuk dilakukan edukasi kembali oleh pihak kepolisian di sekolah SMK Patriot 1 Bekasi. Saran dari peneliti adalah upaya untuk program sosialisasi safety riding yang dilakukan oleh pihak kepolisian lebih baik dijalankan jika sekolah melakukan penerimaan siswa baru hal ini sekaligus berguna juga untuk mengingatkan

(5)

kembali kepada siswa kelas X dan XI. Sehingga program sosialisasi safety riding yang diberikan oleh pihak kepolisian kepada siswa disekolah menjadi lebih efektif.

Hubungan antara Kepemilikan SIM dengan Perilaku SafetyRiding

Berdasarkan hasil analisis uji chi square didapatkan p-value 0,000 ( p< 0,05), maka Ho ditolak. Maka hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan SIM dengan perilaku safety riding pada siswa SMK Patriot 1 Bekasi. Hasil ini sejalan dengan penelitian (9) hasil uji statistik didapatkan hasil ρ = 0,039 sehingga ρ ≤ 0,05 artinya bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku keselamatan berkendara (Safety Riding) pada siswa SMA Negeri 5 Palu. Penelitian lain yang dilakukan (6) menyebutkan ada hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku safety riding pada siswa SMA di Kabupaten Pangkep.

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai Prevalence Ratio (PR) adalah 6,425> 1. Hal tersebut menunjukan siswa yang Tidak Memiliki SIM berisiko 6 kali untuk perilaku safety riding tidak aman dibanding siswa yang memiliki SIM.

Hasil ini sejalan dengan penelitian (9) hasil uji statistik didapatkan hasil ρ = 0,039 sehingga ρ ≤ 0,05 artinya bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku keselamatan berkendara (Safety Riding) pada siswa SMA Negeri 5 Palu.

Penelitian lain yang dilakukan (6) menyebutkan ada hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilaku safety riding pada siswa SMA di Kabupaten Pangkep.

Kepemilikan SIM merupakan salah satu bukti kompetensi dalam berkendara, merupakan bentuk standar kemampuan dalam berkendara yang aman, apabila tidak memiliki SIM berarti belum memiliki standar kemampuan dalam berkendara, atau bahkan belum memenuhi persyaratan dalam memiliki Surat Izin Mengemudi. Sesuai UUD Nomor 02 tahun 2002 tentang kewenangan memberikan surat izin kendaraan bermotor di Indonesia ini secara sah hanya dimiliki oleh Kepolisian Republik Indonesia sehingga dalam memilikinya pun memiliki persyaratan usia, administrasi, kesehatan dan syarat lulus ujian yang belum dilaksanakan oleh responden sedangkan faktor kebutuhan akan kendaraan sudah sangat di perlukan untuk berangkat kesekolah sehingga standar dalam berkendara pun belum mencapai standar berarti dalam berkendara pun belum tergolong aman.

(9)

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dan observasi awal terkait siswa yang tidak

memiliki SIM dikarenakan belum cukup umur, belum ada keinginan untuk mengurus SIM karena masalah ekonomi dan siswa yang masih sering gagal dalam tes ujian SIM. Serta belum ada upaya dari pihak sekolah terkait kepemilikan SIM dan sanksi yang tegas dari kepolisian karena hanya dilakukan pengarahan dan teguran di sekolah tetapi tidak dilanjuti dengan tindakan sanksi berupa tilang.

Dikarenakan belum adanya peraturan dari pihak sekolah terkait larangan membawa sepeda motor jika belum memiliki SIM. Maka saran dari peneliti untuk mengantisipasi penggunaan kendaraan pada siswa yang tidak memiliki SIM yang belum cukup umur, perlu upaya pengawasan dari pihak sekolah untuk menerapkan peraturan atau larangan membawa kendaraan ke sekolah. Sedangkan bagi siswa yang belum memiliki SIM dan sudah > 17 tahun, pihak sekolah dapat bekerjasama dengan pihak kepolisian setempat untuk memfasilitasi siswa memperoleh SIM C sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.Sehingga tidak ada lagi siswa kelas XII yang membawa kendaraan tidak memiliki SIM.

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Safety Riding

Berdasarkan hasil analisis uji chi square didapatkan p-value 0,772 ( p ≥ 0,05), maka Ho gagal ditolak. Maka dari hasil statistik disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (11) menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding. Penelitian lain yang dilakukan oleh (5) penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding pada siswa SMA Negeri 1 Wundulako. Penelitian ini membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting dalam penerapan safety riding pada anak.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Prevalence Ratio (PR) adalah 0,888 yang artinya siswa yang dukungan keluarga mendukung mengurangi risiko untuk perilaku safety riding tidak aman dibanding dukungan keluarga yang tidak mendukung.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

(11) menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding. Penelitian lain yang dilakukan oleh (5) penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding pada siswa SMA Negeri 1 Wundulako. Penelitian ini membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat penting dalam penerapan safety riding pada anak.

Hasil tidak sesuai dengan teori (12) dukungan keluarga sebagai interaksi yang

(6)

dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Bentuk dukungan keluarga bisa dalam bentuk teguran, nasihat dan dukungan finansial untuk beberapa hal misalanya biaya pemeliharaan dan perbaikan kendaraan.

Menurut peneliti tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku safety riding berdasarkan hasil observasi para orang tua memberi izin kepada siswa untuk mengendarai sepeda motor di jalan raya sebelum memiliki SIM. Kemudian siswa tidak disarankan memeriksa kendaraan sebelum berkendara. Hasil ini memberikan gambaran bahwa pihak keluarga belum sepenuhnya memberikan dukungan terhadap siswa untuk menerapkan safety riding. Hal ini dapat disebabkan masih banyak masyarakat dalam hal ini keluarga siswa yang menganggap bahwa SIM hanya menjadi formalitas saja dan pemeriksaan kendaraan sepeda motor dilakukan hanya pada saat terjadi kerusakan saja.

Dikarenakan orang tua siswa belum sepenuhnya memberikan dukungan terhadap siswa terkait perilaku safety riding. Maka saran dari peneliti upaya kepada pihak keluarga untuk menambah wawasan terkait safety riding serta memberikan dukungan kepada anak mengenai keselamatan berkendara berupa nasihat dan teguran mengenai kelengkapan dalam berkendara seperti alat pelindung diri, SIM , STNK, serta kondisi kendaraan sebelum berkendara. Pemeriksaan kendaraan sebelum berkendara merupakan salah satu langkah antisipasi yang berarti merupakan salah satu pandangan jauh kedepan untuk mempersiapkan

segala sesuatu sebelum hal buruk terjadi. Hal tersebut dapat memberikan dukungan serta pengawasan dengan baik untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 88 siswa kelas XII yang mengendara sepeda motor di SMK Patriot 1 Bekasi Tahun 2021 dapat disimpulkan bahawa.

Responden yang memiliki perilaku safety riding aman sebanyak (51,1%) responden dan yang memiliki perilaku safety riding tidak aman sebanyak (48,9%) responden. Responden yang memiliki pengetahuan safety riding baik sebanyak (72,7%) responden dan yang memiliki pengetahuan safety riding tidak baik sebanyak (27,3%) responden. Responden yang memiliki SIM sebanyak (23,9%) responden dan yang tidak memiliki SIM sebanyak (76,1%) responden. Responden yang mendapat dukungan keluarga sebanyak (64,8%) responden dan yang tidak mendapat dukungan keluarga sebanyak (35,2%) responden. Tidak ada hubungan antara pengetahuan safety riding dengan perilaku safety riding, dengan p value = 0,071. Ada hubungan antara kepemilikan SIM dengan perilakusafety riding, dengan p value = 0,000. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilakusafety riding, dengan p value = 0,772.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti F, Edwina DS TN. Resiliensi pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Kelas Karyawan Ditinjau dari Konsep Diri. Published online 2017.

2. Syabanawati EN. Gambaran College Adjustment Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Published online 2014.

3. Cholily A. Hubungan antara konsep diri dengan resiliensi pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2010-2013 Universitas Islam Negeri Malang.

Published online 2014.

4. Nur IF, Ekasari A. Hubungan antara konsep diri dengan kecerdasan emosional pada remaja. SOUL J Pemikir dan Penelit Psikol. 2008;1(2):15-31.

5. Mu’in F, Karakter P. Konstruksi Teoritik dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Published online 2011.

6. Angkawijaya YF. Peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan moral bangsa (Studi kasus peran konsep diri terhadap karakter mulia pada mahasiswa di Universitas X Surabaya). Widyakala J Pembang Jaya Univ. 2017;4(1):36-42.

7. Yunistiati F, Djalali MA ad, Farid M.

Keharmonisan keluarga, konsep diri dan interaksi sosial remaja. Pers J Psikol

Indones. 2014;3(01).

doi:https://doi.org/10.30996/persona.v3i 01.371

8. Anggreni NLPY, Cahayani NLP.

PENGARUH KONSEP DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA BARU. Widyadari J Pendidik.

2019;20(2).

9. Pambudi PS, Wijayanti DY. Hubungan konsep diri dengan prestasi akademik pada mahasiswa keperawatan. J

Keperawatan Diponegoro.

2012;1(1):149-156.

(7)

10. Sofia L. Hubungan Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan Motivasi Berprestasi. Psikostudia J Psikol.

2012;1(2):81-90.

11. Chotimah C. Hubungan religiusitas, konsep diri dan keintiman keluarga dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa program studi DIII kebidanan poltekkes bhakti mulia sukoharjo. IJMS-Indonesian J Med Sci.

2015;2(1).

12. Respati WS, Yulianto A, Widiana N.

Perbedaan konsep diri antara remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan authoritative. J Psikol. 2006;4(2):119- 138.

13. Isminayah A. Relasi Tingkat Keharmonisan Keluarga dengan Konsep Diri Remaja. al-Balagh J Dakwah dan Komun. 2016;1(2):233-248.

14. Thanoesya R, Syahniar S, Ifdil I. Konsep Diri dan Optimisme Mahasiswa dalam Proses Penulisan Skripsi. JPPI (Jurnal Penelit Pendidik Indones. 2016;2(2):58- 61.

15. Sitepu JM, Nasution M. Pengaruh konsep diri terhadap coping stress pada mahasiswa FAI UMSU. Intiqad J Agama Dan Pendidik Islam. 2017;9(1):68-83.

16. Irawan S. Pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal mahasiswa. Sch J Pendidik Dan Kebud.

2017;7(1):39-48.

17. Candrawati D. Persepsi terhadap pola asuh demokratis dan konsep diri terhadap penyesuaian diri pada mahasiswa. Psikostudia J Psikol.

2019;8(2):99-107.

Referensi

Dokumen terkait

korelatif objektif: jati diri unsur instrinsik: gaya bahasa/ tema/ plot/latar struktur pemikiran individu: id, ego &amp; superego emosi tenaga.. Maka dipanahnya pula,

untuk bertanding. 2.5 Perbedaan VO2 max pada cabang olahraga permainan dan bela diri Olahraga permainan membutuhkan kemampuan komprehensif meliputi fisik, teknik, mental dan

Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 4 Nomor 1 Februari 2020 Hal 28 34 p ISSN 2549 1857; e ISSN 2549 4279 (Diterima Oktober 2019; direvisi Desember 2019; dipublikasikan Februari 2020)

Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor,

Untuk mengetahui apakah penggunaan Google Body berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif aspek pemahaman pada materi anatomi tubuh manusia mata

Terdapat 9 (sembilan) operator telekomunikasi yang melayani kebutuhan komunikasi seluler di Kabupaten Bangkalan. Ke-sembilan operator telekomunikasi tersebut adalah

Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan virus baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia (Susilo A, et al., 2019). Virus corona umumnya ditemukan

Signifikansi nilai hasil pengujian di atas, didukung pula oleh nilai Koefisien Determinasi R 2 sebesar 0,1014 yang juga menunjukkan besarnya pengaruh pelaksanaan