• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV COMMISSIONING DAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI 3G UNTUK SITE KEMUNING DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV COMMISSIONING DAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI 3G UNTUK SITE KEMUNING DALAM"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

COMMISSIONING DAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI 3G

UNTUK SITE KEMUNING DALAM

4.1 Implementasi teknologi 3G

Saat ini Penggunaan jaringan semakin maju dengan perangkat yang lebih efisien. Pemenuhan yang dibutuhkan saat ini pada industry komunikasi bergerak untuk jangka panjang adalah menggunakan perangkat yang berdasarkan IP system dimana menyediakan layanan yang gabungan antara perangkat yang fix dan nirkabel dengan beragam akses yang ada. Dalam bab ini, akan dibahas tentang implementasi teknologi 3G dan step – step commissioning berdasarkan pada perangkat 3G RBS 3116 yang menggunakan system transport data paket yang menggunakan metode native-IP serta KPI dari hasil commissioning yang telah dilakukan.

Penggunaan native-IP merupakan pengembangan dari metode system transport paket data dari metode transport sebelumnya yang berbasis E1 dengan menggunakan ATM (Asynchronous Transfer Mode). Berikut perbandingan implementasi pada native-IP dan ATM.

(2)

Gambar 4.1. Perbandingan system transport ATM dan Native IP

Dari gambar diatas, dapat kita lihat perbedaan mendasar, pada penggunaan system transport, pada sisi Node B (dalam hal ini menggunakan RBS 3116). System transport pada perangkat yang menggunakan metode ATM yang berbasis E1, umumnya masih menggunakan perangkat yang menggunakan system transmisi PDH kemudian terjadi sinkronisasi dari crossconnect E1 ke interface IP pada sisi RXI ( Remote Crossconnect Interface ) sebelum data diproses di RNC. Kapasitas ATM ( E1 ) inipun terbatas, umumnya maksimal menggunakan 16E1 dengan kecepatan maksimal hanya 16 x 2Mbps dan tidak flexible karena masih menggunakan terminasi fisik yang rentan mengalami error. Sedangkan pada native-IP, dari sisi RBS sudah berbentuk IP address yang disinkronisasi di jaringan router, sehingga pada proses Operational dan Maintenance ( O&M ) dapat dilakukan secara parallel dengan data yang diproses di RNC. Kapasitas native-IP lebih besar dari ATM karena menggunakan kabel UTP ( Unshielded Twisted Pair ) RJ-45 yang mampu mencapai hingga 100 Mbps. Memiliki efektifitas yang tinggi dan fleksibilitas yang lebih baik karena mampu menjalankan prosesing data di RNC dan kegiatan Operational dan Maintenance secara bersamaan.

Operational & Maintenance ( O&M ) mencakup berbagai macam langkah. O&M dimulai dari installasi perangkat hingga perawatan dan troubleshooting perangkat yang sudah on air.O&M Router mencakup penggunaan IP untuk

(3)

berbagai kegiatan yang berhubungan dengan RBS 3G itu sendiri. Mulai dari proses commissioning, hingga monitoring alarm perangkat selama RBS 3G itu digunakan.

4.2 Commisioning RBS 3G

Commissioning adalah proses aktivasi dan integrasi perangkat hardware RBS 3G yang disesuaikan dengan parameter tertentu dengan menggunakan aplikasi software tertentu sehingga perangkat dapat bekerja dengan baik. Dengan berbagai fitur yang unik sehingga mampu melayani kebutuhan akan penggunaan jaringan 3G oleh para pelanggan komunikasi bergerak. Dengan menggunakan metode transport paket data native-IP, menjadikan perangkat 3G ini memiliki kualitas yang lebik dan memiliki flexibilitas yang baik dalam memanage parameter yang ada.

Dalam commissioning RBS 3G, ada beberapa beberapa step yang harus dilakukan, mulai dari perancangan penggunaan Basic Package hingga release software Basic Pakcage yang terbaru.

4.2.1 Preparence

Implementasi lapangan dalam hal ini menggunakan perangkat RBS 3116 dengan lokasi site Kemuning Dalam. Sebelum melakukan commissioning, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Instalasi hardware dan pengkabelan yang lengkap pada RBS yang digunakan. Dalam hal ini adalah RBS type 3116 dalam keadaan power up dan siap untuk di commissioning.

2. Data ATND ( Access Transport Network Design ) dan CDR ( Cell Data Record ) terbaru. Tentu saja dalam hal ini yang digunakan adalah data untuk site Kemuning Dalam.

3. Software aplikasi yang diperlukan untuk Operational dan Maintenance ( O&M ), Seperti aplikasi Java 1.5.1 , RBS Element Management,

(4)

Cygwin ( Moshell 9.0 ), Total Commander, File zilla server Interface , Hyper Terminal dan Ultra Edit ( UE ).

4. Script format baku OAM, Iub dan Site Equipment.

5. Cabling tool connectors sebagai penghubung untuk proses transfer data dari CBU ke perangkat support ethernet connection dan laptop ke CBU, antara lain:

a. UTP Cabling dengan menggunakan connector standar RJ45 koneksi straigt cabling. Selain itu, digunakan pula connector kabel Emily to RJ45 Female. Kedua kabel ini digunakan untuk koneksi dari Optical Radio Unit Interface Board (OBIF / RIF ), ke perangkat yang support ethernet connection, dalam hal ini menggunakan perangkat radio minilink Traffic Node ( TN ).

Gambar 4.2.kabel RJ45 (Atas kiri), Emily to Female RJ45 (Atas kanan) dan koneksi OBIF/RIF to ML-TN (Bawah)

(5)

b. Kabel serial UC232A 9 pin to USB. Kabel ini dipergunakan dalam

penggunaan Loading basic package dengan terintegreasi

menggunakan aplikasi hyper terminal.

c. Kabel Emily to RJ45 Male and Kabel Emily to Serial UC232A 9 pin. Kedua kabel ini dipergunakan dalam proses commissioning dan penghubung antara laptop dan CBU.

Gambar 4.3. Emily to Serial Port (kiri) dan Emily to RJ45 Male (kanan)

Gambar 4.4. Koneksi CBU ke laptop (atas)

4.2.2 Loading Basic Package

Basic Package adalah basic software yang dipergunakan untuk menjalankan prosesor yang tertanam dalam CBU dalam memproses berbagai macam data, mengatur jalannya seluruh operasional dari RBS dan memberikan alarm pada perangkat RBS 3116 secara keseluruhan.Dalam hal ini, basic package

(6)

standar yang digunakan adalah CXP9014349%1_R2D01.Basic package itu sendiri berisi format harddisk driver c2 dan d, yang diperlukan CBU. Pada proses ini, aplikasi yang digunakan adalah hyper terminal dan total commander.

Gambar 4.5. Drive c2 dan d basic package yang akan digunakan

Berikut adalah step – dalam loading basic package :

1. Mensetting IP Default pada IP LAN, yaitu: IP Address 169.254.1.2 subnetmask 255.255.0.0 dan default Gateway 169.254.1.1.

(7)

Gambar 4.6 Menyeting Lan IP pada TCP/Ip Properties

2. Transfer File c2 dan d dari laptop ke prosseor CBU untuk mengaktifkan basic package yang akan digunakan, yaitu file

CXP9014349%1_R2D01dengan menggunakan aplikasi Total Commander.

(8)

Pada gambar diatas, pada aplikasi Total Commander Host name (Port) disetting sesuai dengan IP Default pada laptop.

Gambar 4.8. Proses upload drive c2

Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa sebelah kiri adalah drive c2 dari CBU yang akan diisi oleh file – file drive c2 juga dari laptop. Semua file akan diupload dari laptop ke CBU.

Drive c2

CBU Prosers Upload

Drive c2 file dari Laptop

(9)

Gambar 4.9. Hasil upload drive c2

Pada gambar diatas tampak semua file sudah selesai diupload dari drive c2 laptop ke drive c2 pada CBU. Untuk langkah selanjutnya, akan diupload pula file – file yang berada pada drive D laptop ke drive D CBU. Prosesnya pun sama dengan mengupload drive c2 menggunakan aplikasi total comannder diatas.

(10)

4.10. Proses upload drive d

Pada gambar diatas, tampak proses pemindahan file – file pada drive D laptop ke drive D pada CBU. Untuk sisi sebelah kiri adalah tampilan drive D pada CBU dan sebelah kanan adalah file drive D pada laptop yang akan diupload.

Drive D CBU Prosers Upload

Drive D file dari Laptop

(11)

Gambar 4.11. Hasil upload drive d

Pada gambar diatas tampak sudah selesai proses upload file dari drive D laptop untuk diisikan pada drive D CBU. Kemudian langkah selanjutnya adalah mereload / menginstall file basic package yang sudah diupload.

(12)

Aplikasi hyperterminal hampir selalu ada pada aplikasi windows yang berbasis Microsoft.Umumnya berada pada menu accessories. Setelah memilih aplikasi ini, maka akan muncul tampilan sepeti gambar dibawah ini.

Gambar 4.12 Menyeting koneksi pada aplikasi Hyper Terminal

Langkah selanjutnya memilih koneksi pada hyper terminal dengan menggunakan kabel koneksi USB to Serial (umumnya menggukana merk ATEN) yang sudah terintegrasi pada communication port. Pada gambar diatas, communication port berada pada settingan COM2. Kemudian memilih Ok untuk settingan properties port settingnya.

(13)

Gambar 4.13. Menyeting properties koneksi Hyper Terminal

Pada tampilan COM2 Properties port setting seperti gambar diatas, maka memilih restore default untuk default setting portnya. Kemudian memilih OK. Secara otomatis hyperterminal akan meminta autentikasi berupa login untuk username dan password. Username yang digunakan adalah rbs, dan passwordnya adalah rbs. Tampilan autentikasi seperti dibawah ini.

(14)

Langkah selanjutnya adalah mengecek settingan konfigurasi telah sama dengan settingan konfigurasi IP Default LAN ( 169.254.1.1 netmask 255.255.0.0), dengan command

$ifconfig (enter)

Jika sudah sama (pada kotak bergaris hijau), maka langkah berikutnya adalah mengecek isi Drive c2 dan D, yang telah kita upload dengan menggunakan aplikasi total commander, dengan mengetikkan command sebagai berikut

$vols (enter)

Maka keseluruhan isi drive yang terdapat pada CBU akan terbaca (pada lingkaran bergaris merah), dan dapat diketahui apakan CBU telah siap untuk direload atau tidak. Tampilan isi drive dan settingan konfigurasi IP default dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(15)

Pada gambar diatas, tampak drive C dan D pada CBU sudah ada.Dan CBU siap untuk direload. Kemudian dengan mengetikkan command berikut

$reload

Maka secara otomatis (pada kotak bergaris biru), seluruh file basic package akan diaktifkan. Tunggu untuk beberapa menit, sampai kemudian akan muncul text : ‘Login Server Ready’ sebagai tanda akhir dari proses reload basic package (lingkaran warna merah). Gambar tampilannya seperti dibawah ini.

Gambar 4.16. hasil akhir mereload basic package

Tahap selanjutnya adalah commissioning dengan menggunakan aplikasi RBS Element Management.

4. Menggunakan Aplikasi RBS Element Management. Memasukan kembali IP Default RBS 3116, kemudian mengoneksi ke RBS. Perhatikan gambar dibawah ini.

(16)

Gambar 4.17. Mengisi IP Default pada aplikasi Element Management

(17)

Setelah connect, maka tampilan RBS Element Management akan seperti gambar diatas. Kemudian memilih menu tool (lingkaran merah), pada menu ini langkah pertama adalah memilih cabinet equipment configuration (panah kuning).Lalu memilih next (panah hijau pada gambar dibawah) hingga basic package sesuai dengan hardware yang telah diinstall. Hal ini bertujuan untuk mengintegrasi antara software pada CBU dan hardware pada Node B, serta memudahkan pembacaan script yang akan diintegrasikan. Gambar seperti dibawah ini.

Gambar 4.19. Mengaktifkan cabinet equipment configuration

5. RBS 3116 sudah memiliki basic package dan siap untuk step selanjutnya.

4.2.3 Loading OAM, Site Equipment (SE) dan Iub.

Pada bagian ini, data RBS akan disesuaikan dengan data CDR (Cell Data Record) dan ATND (Access Transport Network Design). Loading OAM, SE dan

(18)

Iub menggunakan script yang telah disiapkan. Dengan me-load script OAM, maka akan terjadi perubahan IP-OAM node B karena terintegrasi dengan IP OAM routernya. Penggunaan native-IP pada RBS ini, memungkinkan menggunakan IP Default pada implementasi lapangan untuk tujuan O&M, sehingga tidak akan terjadi crash IP pada saat selama proses O&M berlangsung.

Penggunaan Script Site Equipment (SE) bertujuan untuk mensetting parameter perangkat yang bekerja.Mulai dari Cell id, hingga ketinggian antenna terpasang.Sedangkan pada Script Iub, bertujuan untuk inisialisasi RBS-ID perangkat RBS 3116 pada RNC.Script tersebut dibuat dengan format ‘oam.xml’ pada script OAM, ‘se.xml’ pada script SE dan ‘iub.mo’ pada script Iub, dan kesemuanya bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi notepad, namun aplikasi Ultra Edit sangat direkomendasikan. Berikut data ATND dan CDR untuk OAM, Se dan Iub.

(19)

Gambar 4.21. Access Transport Network Design (ATND)

a. Loading OAM

Berikut adalah data ATND yang merupakan database dari IP – OAM yang merupakan acuan dalam membuat script OAM.

(20)

Gambar 4.22. Data ATND site Kemuning Dalam

Pada data diatas, dapat diketahui

• IP OAM : 10.244.116.28

• IP Default Router OAM : 10.244.116.3

• IP IUB : 10.212.114.51

• IP Default Router IUB : 10.212.114.3

• VLAN ID OAM 1519

• VLAN ID IUB 1504

• IpsynchRef 1 : 10.212.112.10

(21)

Berikut adalah script OAM

(22)

Gambar 4.24. Script OAM site Kemuning Dalam

Pengisian script OAM disesuaikan dengan data ATND. Langkah selanjutnya adalah me-loading script OAM diatas dengan menggunakan RBS Element Management, dapat dilihat pada capture gambar dibawah ini.

(23)

Gambar 4.25. OAM Access Configuration

Sama seperti langkah sebelumnya (mereload cabinet equipment), memilih menu Tools (Lingkaran merah), kemudian memilih O&M Access configuration (panah kuning).

(24)

Kemudian akan tampil wizard configuration dan mengambil file script yang telah dibuat tadi, kemudian memilih next.

Gambar 4.27. Tampilan OAM Access configuration

Setelah itu, akan muncul tampilan seperti gambar diatas. Pada gambar diatas, dapat dilihat bahwa port dalam posisi unlocked adalah port 2,3 dan 6. Sebagai mana yang telah dijelaskan pada BAB III tentang bagian – bagian dari CBU,maka port 2 dan 3 merupakan port Ethernet 1,2,3 dan 4 dimana port tersebut adalah port yang digunakan untuk system transport dengan menggunakan system ATM atau drop E1. Namun pada proses ini, port yang digunakan adalah port 6, yaitu port Ethernet yang menggunakan system transport NativeIP. kemudian memilih next untuk proses selanjutnya.

(25)

Gambar 4.28. Menyeting OAM Access configuration

Pada gambar diatas, akan muncul IP address dan Vlan ID (VID) (panah warna hijau), kemudian isilah default router OAM-nya dari data ATND (warna merah), yaitu 10.244.116.3. kemudian memilih next untuk proses selanjutnya.

(26)

Gambar 4.29. Kolom OAM Access configuration

Pada langkah selanjutnya, akan muncul tampilan seperti gambar diatas. Kemudian mengisi data IP Iub sesuai dengan data ATND nya. Isilah IP access Host ET dengan IP IUB, yaitu : 10.212.114.51 (panah biru), IP default routernya dengan 10.212.114.3 (panah hitam), dan NTP server IP address dengan IpsynchRef 1 (panah ungu) dan 2 (panah cokelat) yang disesuaikan dengan data ATNDnya. Kemudian memilih next untuk proses selanjutnya.

(27)

Gambar 4.30. Default Router OAM

Pada tampilan diatas, tidak lagi mengisi bagian yang kosong. Kemudian memilih next untuk proses selanjutnya.

(28)

Pada proses ini, langsung memilih next untuk melanjutnya proses selanjutnya.

Gambar 4.32. Server address OAM Access configuration

Pada proses ini, dapat dilihat secara otomatis akan langsung muncul Ip server (panah abu – abu) yang akan diintegrasikan, yaitu 10.145.140.38 dan 10.145.140.40 . Tidak ada yang diubah,kemudian memilih next untuk melanjutkan pada proses selanjutnya.

(29)

Pada proses ini, tidak ada yang perlu diubah. Kemudian memilih next untuk melajutkan proses selanjutnya.

Gambar 4.34. Overview OAM Access configuration

Pada gambar diatas, adalah rangkuman dari hasil proses sebelumnya. Kemudian memilih finish untuk melanjutkan proses notifikasi untuk me- loading script OAM., seperti gambar dibawah ini. Kemudian memilih OK.

(30)

Gambar 4.35. Konfirmasi OAM Access configuration

Gambar 4.36. Loading Script OAM

Setelah selesai melakukan loading script, maka aka nada notifikasi seperti gambar diatas, kemudian memilih Ok untuk menyelesaikan seluruh rangkaian loading script OAM.

(31)

b. Loading Site Equipment (SE)

Script SE dibuat berdasarkan data CDR (Cell Data Record) untuk konfigurasi perangkat.Mulai dari titik koordinat lokasi site, hingga tinggi antenna yang digunakan. Berikut capture data CDR untuk SE Site Kemuning Dalam.

Gambar 4.37. Data CDR site Kemuning Dalam

Berikut parameter yang digunakan untuk membuat script Site Equipment (SE) berdasarkan CDR kemuning dalam pada gambar diatas.

• Cell Id (cId) sector 1, 2 dan 3 : 38231, 38232 dan 38233.

(32)

• Longitude : 4979590

• Latitude : 584965

• Height antenna: 30 m

• Uplink dan Downlink Attenuation : 29 • Uplink dan Downlink Electrical Delay : 1727 • RBS Identity : 3823

Berikut adalah script SE untuk site kemuning dalam.

(33)

Pada gambar diatas, berdasarkan CDR dapat dilihat untuk :

• Site name diisi dengan user label, yaitu : 3GIP_KEMUNING_DLM • Logical name diisi dengan RBS Identity, yaitu : 3823

• Kordinat longitude dan latitude pada semua sector diisi dengan nilai yang sama, yaitu 582965 pada latitude dan 4979590 pada longitude. • Tinggi antenna diisi dengan 3000, karena satuannya adalah cm.

(34)

Pada gambar diatas, perlu diperhatikan apakah digunakan perangkat TMA atau tidak di antenna sectornya.Pada script diatas, tidak digunakan perangkat TMA berupa ASC dan Retu. Dalam bab ini, tidak akan dibahas tentang ASC dan Retu.

Gambar 4.40. Script SE site Kemuning Dalam

Pada gambar diatas, parameter yang perlu diperhatikan adalah, attenuation dan delay uplink dan downlink antenna, power high and low antenna.

(35)

Untuk parameter tersebut, memiliki nilai yang sama untuk ketiga sector antenna yang digunakan, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.41. Script SE site Kemuning Dalam

Setiap antenna sector memiliki orientasi yang berbeda, yaitu 0o,120o dan 240o. Hal ini memungkinkan untuk mencakup coverage area pada radius tertentu.

(36)

Gambar 4.42. Script SE site Kemuning Dalam

Setiap sector antenna akan dibedakan bedasarkan cell identity nya. Sesuai dengan CDR, Untuk sector 1 menggunakan cell id 38231, sector 2 menggunakan cell id 38232 dan untuk sector 3 menggunakan cell id 38233. Hal ini dilakukan untuk membedakan antara cell carrier tiap antenna sectornya.Dengan demikian, setiap sector memiliki 1 carrier

(37)

antenna.Namun, dengan demikian tidak menutup kemungkinan untuk menambah carrier tiap antenna sectornya.

Gambar 4.43. Script SE site Kemuning Dalam

Sama seperti melakukan loading script OAM sebelumnya, setelah membuat script SE pun akan diloading dengan menggunakan aplikasi yang sama. Pada menu tools, memilih Site Equipment Configuration. Kemudian akan muncul wizard configuration, lalu memilih script SE yang telah dibuat seperti gabar diatas. Kemudian memilih next kemudian tunggu hingga loading script selesai.Perhatikan gambar berikut dibawah ini.

(38)

Gambar 4.44. Site Equipment configuration

Untuk proses loading script SE ini, tidak perlu lagi mengedit parameter seperti halnya pada proses loading script OAM. Hal ini karena sudah mencakup semua parameter yang telah dibuat dalam script SE sesuai CDR nya. Kemudian hanya memilih next untuk melakukan proses selanjutnya.

(39)
(40)
(41)

Gambar 4.47. RBS Local Cell configuration

(42)
(43)
(44)

Gambar 4.51. Loading SE Script

Setelah semua proses loading script SE selesai, maka memilih OK. Kemudian siap untuk melakukan proses selanjutnya.

c. Loading Iub

Setelah melakukan proses loading OAM dan SE, selanjutnya adalah loading script Iub. Seperti pada penjelasan sebelumnya, Iub berfungsi sebagai penghubung antara node (RBS 3G) dengan RNC. Pada script ini, menggunakan parameter rbs Id sesuai dengan yang tercantum dalam CDR. Prosesnya pun tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya,berikut adalah script Iub site Kemuning Dalam.

(45)

Gambar 4.52. Script Iub Site Kemuning Dalam

Pada script Iub ini hanya mengubah parameter transport system dan mengisi parameter cell id sesuai dengan nilai cell id dari data CDR ditandai lingkaran berwarna merah pada gambar diatas. Untuk system transport menggunaan native IP, maka harus menyeting dengan nilai ‘true’, ditandai kotak berwarna biru pada gambar diatas. Gambar dibawah ini merupakan sambungan dari scrip Iub diatas.

(46)

Gambar 4.53. Script Iub site Kemuning Dalam

Langkah selanjutnya adalah me-loading script Iub diatas dengan menggunakan RBS Element Management.Pilih menu Tools, kemudian pilih Run Command File. Kemudian akan tampil wizard configuration, kemudian browse file script yang telah dibuat tadi. Kemudian memilih next kemudian menunggu hingga loading script selesai.Proses loading script seperti capture dibawah ini.

(47)

Gambar 4.54. Run Command File

(48)

Setelah memilih menu run command file pada menu tools, akan muncul capture run command file seperti gambar diatas. Kemudian memilih file script Iub yang telah dibuat, kemudian memilih start untuk mengaktifkan Iub. Setelah semua rangkaian commissioning sudah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah Upgrade software dari Node B itu sendiri.

4.2.4 Upgrade Software

Setelah melakukan step – step diatas, langkah selanjutnya adalah melakukan Upgrade software basic package.Hal ini dilakukan untuk standarisasi dari basic package yang digunakan sebelumnya diganti dengan basic package terbaru.Ini dilakukan untuk mendapat hasil maksimal dari RBS 3116 ini. Upgrade package bisa dilakukan selama RBS dalam kondisi operasional, dengan impact yang relative kecil dan kemungkinan untuk errornya pun kecil. Hal ini karena jika gagal melakukan upgrade, perangakat akan otomatis me-rollback ke basic package sebelumnya. Dalam melakukan upgrade package ini, aplikasi yang digunakan adalah FileZilla Server Interface. Berikut step melakukan upgrade package.

a. Menyetting aplikasi FileZilla

Memilih user account dialog seperti icon yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

(49)

Kemudian membuat user account beserta passwordnya untuk mengaktifkan user account yang akan digunakan untuk upgrade software. Perhatikan gambar user account dibawah ini.

Gambar 4.57. Add User Account

Mencentang pada pilihan ‘Enable Account’ dan ‘Password, kemudian mengisi password dengan password : rbs (ditandai dengan kotak merah). Lalu menamai user account dengan ‘rbs’ (ditandai dengan panah biru). Kemudian memilih OK. Setelah membuat user account, akan tampil menu selanjutnya seperti gambar dibawah ini.

Menamai user account dengan nama ‘rbs’

(50)

Gambar 4.58. File Upgrade package

Pada gambar diatas, tampak user account telah diaktifkan. Kemudian mengambil folder Upgrade package yang akan digunakan. Kemudian memilih OK pada file folder yang akan digunakan. Dengan demikian, user account yang digunakan sudah memiliki file folder untuk Upgrade package yang akan dilakukan

b. Menjalankan upgrade software dengan menggunakan aplikasi Element Management.

User account yang aktif

(51)

4.59. Upgrade Package

Pada menu Upgrde dan Backup seperti gambar diatas, tampak menu ‘up’ untuk digunakan dalam upgrade package. Kemudian memilih menu up tersebut untuk proses upgrade.

Langkah selanjutnya adalah mensetting ‘ftpserverIpaddress’ pada menu upgrade dengan menggunakan IP : 169.254.1.2.

Selanjutnya memilih file dalam folder basic package terbaru, contoh

file basic package yang akan digunakan :./

CXP9018733%1_R12B03.Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 4.60. File upgrade R12B03

Nama file upgrade yang digunakan

(52)

Selanjutnya memilih menu Install Package. Pada tahap ini, secara otomatis file folder yang akan digunakan akan direload ke Node B, melalui ftp server dengan menyamakan ftp Server Ip Address. Kemudian menunggu hingga proses Install package selesai.

Gambar 4.61. Upgrade package install executing

Setelah Install Package selesai, Langkah berikutnya adalah memilih menu Upgrade Node.Pada proses ini, secara otomatis akan memverifikasi file upgrade yang digunakan. Perhatikan gambar dibawah ini.

Menuliskan nama file Upgrade Memilih Install Package Mengisi ftp server IP address

(53)

Gambar 4.62. Upgrade node dengan file upgrade package

Setelah memilih ‘Upgrade Node’, maka akan muncul textbox berupa ‘Node Upgrade Confirmatio’ seperti gambar dibawah ini. Akan muncul 3 pilihan, yaitu soft upgrade, hard upgrade dan cancel. Perbedaan mendasar pada pilihan soft dan hard upgrade ini adalah flexibilitas dari file upgrade itu sendiri. Pada soft upgrade, ketika Node B sudah selesai di upgrade, maka untuk di waktu kedepannya node B tersebut memungkinkan untuk di upgrade kembali dengan file upgrade dengan versi terbaru. Sedangkan untuk hard upgrade, Node B tersebut hanya di upgrade dengan versi terakhir file upgrade yang digunakan. Dengan demikian, pada textbox ini, kita memilih soft upgrade.Perhatikan gambar dibawah ini.

(54)

Gambar 4.63. Loading package

Pada gambar diatas, memilih soft upgrade untuk konfirmasi Node B Upgrade. Secara otomatis, akan memverifikasi file upgrade package. Setelah selesai memproses seluruhnya, kemudian memilih close untuk menutup rangkaian upgrade package.

4.3 Hasil Commissioning

Dari serangkaian proses commissioning, maka hasil commissioning dapat dilihat melalui aplikasi langsung dilapangan dan melalui hasil analisa data pada jangka waktu tertentu yang didapat dari melalui proses drive test dan Operational Maintenance (O&M).

(55)

4.3.1 Aplikasi dilapangan

Setelah melakukan serangkaian step – step commissioning, kita bisa melihat hasilnya melalui aplikasi Element Management dan Moshell 9.0.Berikut hasil akhir dari commissioning.

Gambar 4.64. Basic Package sebelum dan sesudah di upgrade

Dapat dilihat pada gambar diatas, RBS 3116 site kemuning dalam ini memiliki basic cv yang merupakan basic package yang dimiliki RBS itu. Selain itu, script OAM, SE dan Iub pun dapat dilihan pada table gambar

Basic Package sebelum diupgrade

CXP9014349%1_R2D01

Basic Pakage, OAM,SE dan Iub setelah diupgrade

(56)

diatas. Untuk software upgrade, dapat dilihat pada release terbaru dari basic package CXP9014349%1_R2D01 menjadi basic packpage yang terbaru CXP9018733%1_R12B03

Hasil dari commissioning pun bisa di check melalui aplikasi Cygwin (Moshell 9.0), berikut capturannya.

Gambar 4.65. Moshel 9.0

Dari gambar diatas, dapat diketahui alarm apa saja yang masih muncul setelah melakukan proses commissioning. Tampak pada capture diatas, alarm yang muncul adalah alarm ‘Door Open’ dari RBS 3116 Site Kemuning Dalam.

Alarm actual setelah commissioning.

(57)

Gambar 4.66. Pendudukan Traffic

Dari table diatas, dapat dilihat pendudukan traffic pada masing – masing sector pada RBS 3116 untuk site kemuning dalam. Dapat dilihat dari gambar diatas, bahwa nilai – nilai tiap sector berbeda dan tiap saat pendudukan trafficnya pun selalu berubah.

4.3.2 Hasil pengumpulan data

Dalam system komunikasi seluler sangat diperlukan sekali pengawasan terhadap kualitas suatu jaringan sehingga suatu jaringan terjaga stabilitas

Pendudukan traffic tiap sector

(58)

dari kehandalan jaringan disetiap area.Dari pengawasan tersebut dihimpun data otentik mengenai kinerja jaringan yang dihimpun oleh OMC (Operational Maintenance Centre) untuk mempermudah program optimasi jaringan. Teknik – teknik yang dilakukan untuk melakukan pengawasan dan pengambilan data jaringan seluler dengan cara :

a. Data Statistik

Data statistik diambil dengan cara memantau kinerja jaringan melalui monitoring jaringan. Statistik berfungsi untuk memperlihatkan ukuran atau nilai kondisi dari suatu jaringan. Nilai ini akan dibandingkan dengan ukuran atau nilai yang diinginkan melalui kerjasama antara operator dan vendor. Pihak operator menganggap bahwa cara ini paling efektif untuk mengawasi kinerja jaringan karena data diambil pada saat seluruh pengguna menggunakan jaringan dimana kondisi traffic dalam keadaan padat sehingga element network berfungsi secara maksimal. Data statistic yang didapat akan diperbandingkan dengan data KPI yang harus dicapai oleh PT. Indosat, sebagai berikut:

No Indicator Unit Target

JBRO 2013 1 Call Setup Success Rate (CSSR) % >98%

2 Call Drop Rate (CDR) % < 1.00%

3 Hand Over Success Rate (HOSR) % >98%

4

Soft Hand Over Success Rate (SHOSR) /

(59)

Gambar 4.67. Call Setup Succes Rate Packet Service (CSSR PS)

Dari data diatasdiperoleh data yang diamati pada tanggal 1 september 2013 sampai dengan tanggal 15 semptember 2013. Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat 6 cell id, artinya node B site kemuning dalam ini telah mengalami upgrade kapasitas sektor nya menjadi 2 carrier yang setiap carrier dibedakan dengan cell id. Cell Id tersebut yaitu 38231 (1st Carrier) dan 38234 (2nd Carrier) untuk sector I, 38232 (1st carrier) dan 38235 (2nd Carrier) untuk sector 2, dan 38233 (1st Carrier) dan 38236 (2nd Carrier) untuk sector 3.

CSSR untuk data service selama rentang waktu 1 – 15 september 2013. Berikut nilai rataan sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) :

(60)

n i=O i=O i=O i=O n n x 1 = i=O (x1 + x2 + ⋯ + x(n))

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x 1 = ( i=O x̅ 1 = ∑15 15 (97,1+98,5+99,8+99,8+99,8+99,8+99,8+ 99,8+99,8+99,8+99,8+99,7+99,8+99,8+99,8) 15 x̅ 1 = ∑15 1492,9 15 = 99,526 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n

y1 + y2 + ⋯ + y(n))

y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 y1 + y2 + ⋯ . +y15) y 1 = ( i=O y 1 = ∑15 15 (99,8+99,5+99,8+99,8+99,8+99,8+99,8+ 99,8+99,8+99,7+99,8+99,4+99,8+99,8+99,9) 15 y 1 = ∑15 1496,4 15 = 99,76 %

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan CSSR data service, carrier I adalah 99.8 % dan carrier II adalah 99.58 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 99.526% dan 2nd Carrier = 99.76%

(61)

Gambar 4.68. Call Setup Success Rate Call Serveice (CSSR CS)

Data CSSR yang diperoleh adalah data yang diambil dari tanggal 1 september sampai dengan 15 september 2013. Berikut nilai rataan sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) :

(62)

n i=O i=O i=O n x̅ sec 1 = i=O (x1 + x2 + ⋯ + x(n))

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x 1 = ( i=O 15 15 (96 + 98,5 + 99,8 + 99,2 + 99,5 + 99,8 + 99,0 + x̅ 1 = 99,4 + 99,7 + 99,8 + 99,8 + 99,4 + 99,0 + 99,4 + 99,8) i=O 15 x̅ 1 = ∑15 1487,3 15 = 99,153 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n y1 + y2 + ⋯ + y(n))

y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 y1 + y2 + ⋯ . +y15) y 1 = ( i=O y 1 = ∑15 15 (99,6+99,5+99,8+99,5+99,9+99,8+99,7+ 99,7+99,8+99,7+99,4+99,4+99,5+99,9+99,8) 15 y 1 = ∑15 1495 15 = 99,67 %

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan CSSR voice service, carrier I adalah 99.8 % dan carrier II adalah 99.58 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 99.153% dan 2nd Carrier = 99.67%

• Sector 2 : 1st Carrier = 99.286% dan 2nd Carrier = 99.7 %

• Sector 3 : 1st Carrier = 99.026% dan 2nd Carrier = 99.526 %

(63)

Dari perhitungan CSSR untuk voice dan data service, memiliki nilai rata – rata LEBIH dari 99%, lebih baik dari target KPI yang direncanakan oleh PT. Indosat yaitu 98%.

Gambar 4.69. Call Drop Rate Call Service (CDR CS)

Data drop call yang didapat hendaknya memiliki nilai seminimal mungkin karena drop call terjadi saat koneksi sedang berlangsung sebelum pengguna jaringan menghentikan koneksi. Hal ini sangat merugikan pengguna jaringan. Berdasarkan data diatas, perhitungan rata – rata drop call selama periode 1 september hingga 15 september 2013 untuk sample pada sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) adalah sebagai bagi berikut :

(64)

n n n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) x̅ sec 1 = ( i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x 1 = ( i=O 15 15 (0,75 + 0,5 + 0,7 + 0,3 + 1,6 + 0,7 + 0,6 + x̅ 1 = 0,55 + 0,3 + 0,2 + 0,25 + 0,3 + 0,4 + 0,6 + 0,6) i=O 15 8,35 15 x̅ 1 = ∑i=O 15 = 0,5567 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n

x1 + x2 + ⋯ + x(n)) y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) y 1 = ( i=O 15 15 (0,8 + 0 + 0,3 + 0,25 + 1 + 0,5 + 0,3 + y 1 = 0,8 + 0,3 + 0,8 + 1,5 + 0,4 + 0,75 + 0,4 + 0,5 ) i=O 15 8,6 15 y 1 = ∑i=O 15 = 0,5733 %

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan CSSR voice service, carrier I adalah 0.5567 % dan carrier II adalah 0.4467 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 0.5567% dan 2nd Carrier = 0.5733%

• Sector 2 : 1st Carrier = 0.3367% dan 2nd Carrier = 0.4467 %

(65)

Gambar 4.70. Call Drop Rate Packet Service

Data diatas adalah Call Drop Rate data service. Nilai drop call yang didapat hendaknya memiliki nilai seminimal mungkin karena drop call terjadi saat koneksi sedang berlangsung sebelum pengguna jaringan menghentikan koneksi itu. Hal ini sangat merugikan pengguna jaringan. Berdasarkan data diatas, perhitungan rata – rata drop call selama periode 1 september hingga 15 september 2013 untuk sample pada sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) adalah sebagai bagi berikut :

(66)

i=O 15

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) x̅ sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x̅ 1 = ( i=O 15 15 (0,2 + 0,4 + 0,3 + 0,25 + 0,4 + 0,5 + 0,4 + x̅ 1 = 0,7 + 0,6 + 0,25 + 0,2 + 0,3 + 0,25 + 0,4 + 0,4 ) i=O 15 5,5 15 x̅ 1 = ∑i=O 15 = 0,37 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) y 1 = ( i=O 15 15 (0,2 + 0,25 + 0,3 + 0,25 + 0,3 + 0,3 + 0,4 + y 1 = 0,3 + 0,25 + 0,25 + 0,2 + 0,3 + 0,25 + 0,3 + 0,3 ) i=O y 1 = ∑15 4,15 15 = 0,2767 %

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan CSSR data service, carrier I adalah 0.5567 % dan carrier II adalah 0.4467 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 0.37% dan 2nd Carrier = 0.2767%

• Sector 2 : 1st Carrier = 0.2933% dan 2nd Carrier = 0.286 %

• Sector 3 : 1st Carrier = 0.423% dan 2nd Carrier = 0.3867%

n

(67)

Dari perhitungan CSSR untuk voice dan data service, memiliki nilai rata – rata KURANG dari 1%, lebih baik dari target KPI yang direncanakan oleh PT. Indosat yaitu 1%.

b. Operational Maintenance Centre (OMC)

Operation Maintenance berfungsi untuk memonitor kondisi jaringan

dengan mengumpulkan data statistic kinerja jaringan.Dengan

menggunakan suatu system tertentu yang bekerja secara sinergi sehingga dapat menganalisa beberapa parameter yang berhubungan dengan kinerja jaringan. Beberapa diantaranya adalah Hand Over Success Rate (HOSR) dan Soft Hand Over Success Rate (SHOSR).

(68)

i=O

i=O

Data diatas adalah persentasi tingkat keberhasilan MS melakukan proses Hond Over. Pada proses ini ditandai dengan adanya call drop saat Hand Ove berlangsung, sehingga pada saat melakukan penyambungan jaringan kembali posisi MS telah berada pada Node B pada site yang berbeda. Pada proses Hand Over ini tidak dibedakan antara voice dan data service. Berdasarkan data diatas, perhitungan rata – rata Hand Over selama periode 1 september hingga 15 september 2013 untuk sample pada sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) adalah sebagai bagi berikut :

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) x̅ sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x̅ 1 = ( i=O 15 15 (99,8 + 98,75 + 99,8 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + x̅ 1 = 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 ) i=O 15 x̅ 1 = ∑15 1497,15 15 = 99,81 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) y 1 = ( i=O 15 15 (99,8 + 98,75 + 99,8 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + y 1 = 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 ) i=O 15 y 1 = ∑15 1497,3 15 = 99,82 % n n

(69)

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan HOSR, carrier I adalah 99.81 % dan carrier II adalah 99.82 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 99.81 % dan 2nd Carrier = 99.82 %

• Sector 2 : 1st Carrier = 99.173 % dan 2nd Carrier = 99.806 %

• Sector 3 : 1st Carrier = 99.33 % dan 2nd Carrier = 99.806 %

Dari perhitungan HOSR untuk voice dan data service, memiliki nilai rata – rata LEBIH dari 99%, lebih baik dari target KPI yang direncanakan oleh PT. Indosat yaitu 98%. Dengan demikian, maka proses Hand Over pada MS tidak akan terjadi call drop.

(70)

i=O

Data adalah persentasi tingkat keberhasilan MS melakukan proses Soft Hond Over. Pada proses ini tidak terjadi call drop saat Hand Over berlangsung, sehingga pada saat proses Hand Over ini tidak akan mengganggu pengguna layanan jaringan. Pada proses Hand Over ini tidak dibedakan antara voice dan data service. Berdasarkan data diatas, perhitungan rata – rata Hand Over selama periode 1 september hingga 15 september 2013 untuk sample pada sektor I Carrier I (X) dan Carrier 2 (Y) adalah sebagai bagi berikut :

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) x̅ sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier I (X) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) x̅ 1 = ( i=O 15 15 (99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + x̅ 1 = 99,9 + 99,9 + 99,8 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 ) i=O15 1498,4 15 x̅ 1 = ∑i=O 15 = 99,893 %

Pada carrier kedua (Y) dari sector I pun digukanan dengan cara yang sama sebagai berikut

n x1 + x2 + ⋯ + x(n)) y sec 1 = (

i=O

dimana nilai n adalah 15. Maka nilai rataan untuk sektor I pada carrier 2 (Y) adalah 15 x1 + x2 + ⋯ . +x15) y 1 = ( i=O 15 15 (99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + y 1 = 99,9 + 99,9 + 99,8 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 + 99,9 ) i=O 15 y 1 = ∑15 1498,4 15 = 99,893 % n n

(71)

Didapat bahwa pada sektor I nilai rataan SHOSR, carrier I adalah 99.81 % dan carrier II adalah 99.82 %. Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka akan didapat hasil sebagai berikut :

• Sector I : 1st Carrier = 99.893 % dan 2nd Carrier = 99.893 %

• Sector 2 : 1st Carrier = 99.893 % dan 2nd Carrier = 99.893 %

• Sector 3 : 1st Carrier = 99.893 % dan 2nd Carrier = 99.893 %

Dari perhitungan SHOSR untuk voice dan data service, memiliki nilai rata – rata LEBIH dari 99%, lebih baik dari target KPI yang direncanakan oleh PT. Indosat yaitu 98%. Dengan demikian, maka proses Hand Over pada MS tidak akan terjadi call drop.

Gambar

Gambar 4.12 Menyeting koneksi pada aplikasi Hyper Terminal
Gambar 4.13. Menyeting properties koneksi Hyper Terminal
Gambar 4.17. Mengisi IP Default pada aplikasi Element Management
Gambar 4.19. Mengaktifkan cabinet equipment configuration
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia terhadap anak-anak usia dini, peneliti menggunakan strategi bermain Mind mapping agar anak-anak tersebut lebih mudah

Keywords: Convolutional neural networks · Deep learning · Face recognition · Face synthesis · Style transfer.

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa variabel X 1 (rekrutmen) berpengaruh nyata terhadap terhadap variabel kinerja karyawan pada PT PURA Barutama Unit Rotogravure II, dan

Berdasarkan Gambar 2 diperoleh nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kelas eksperimen ialah 0,38 (kategori sedang) dan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk

Dari uji kadar air arang aktif dari limbah padat proses sintesis furfural berbahan dasar sekam padi diperoleh hasil yang sesuai dengan standar SNI No.. Nilai kadar air terendah

Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau

Kunjungan Kerja bersama Bappeda, Dinas Bina Marga, Dinas Perhubungan, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Penataan Ruang &amp; Permukiman, Badan Lingkungan Hidup Provsu,

Setelah dilakukan analisis data penelitian variabel UTAUT yang mempengaruhi minat mahasiswa melakukan akses ke dalam sistem informasi Akper Alkautsar dan variabel