• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Pengadopsian E-Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Pengadopsian E-Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor Yang Memperngaruhi Pengadopsian E-Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga

Penulis Pertama : Muhammad Iqbal Penulis Kedua : Rifelly Dewi Astuti

Program Studi S1 Ekstensi, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengadopsian E- Commerce pada UMKM khususnya bisnis keluarga dan pengaruh moderasi family business’s strategic orientations terhadap pengadopsian E-Commerce. Teknik analisis data yang digunakan adalah Logistic Regression. Hasil penelitian menunjukan external pressure dan perceived benefits memiliki pengaruh yang positif terhadap pengadopsian E-Commerce. Sedangkan organizational readiness tidak memiliki pengaruh yang positif terhadap pengadopsian E-Commerce. Family business’s strategic orientations memiliki pengaruh secara moderasi antara external pressure, organizational readiness dan perceived benefits.

Kata Kunci: E-Commerce Adoption, Family Business, UMKM.

A. Pendahuluan

Pada saat krisis ekonomi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) banyak dipuji sebagai kekuatan penyelamat. Karena dianggap sebagai satu jenis usaha yang paling tahan uji.

Pada saat usaha besar dihadapkan pada kesulitan untuk membayar pinjaman luar negerinya atau kesulitan untuk membiayai impor bahan baku industrinya, usaha kecil pada umumnya dianggap tidak menghadapi masalah serius (Handoyo, 2001). Karakter kegiatan produksi mereka yang spesifik, yaitu bersifat padat karya, teknologi sederhana, serta mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan (Hanifah, 2011). Disamping itu Hanifah (2011) menjelaskan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sub sektor kegiatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam memperkuat struktur ekonomi secara makro. Sejarah perekonomian dapat ditinjau kembali untuk membuktikan peranan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di Jepang pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dikaitkan dengan

(2)

besaran sektor usaha kecil dan di Amerika serikat dalam penciptaan lapangan kerja, sumbangan UMKM memiliki peranan penting yang tidak dapat diabaikan (Gilmore, 2011) Di Indonesia berdasarkan data paling akhir yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (BPS dan Kemenegkop

& UMKM RI) tahun 2012 sedikitnya terdapat 3 (tiga) indikator yang menunjukkan bahwa keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia memiliki posisi penting tersebut.

Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Jumlah populasi UMKM pada tahun 2012 mencapai 56,5 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja yang menyerap 107,6 juta tenaga kerja atau 97,16% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) memberikan kontribusi sebesar 4,869 milyar atau sekitar 59,08 % dari total PDB.

Potensi lain, bisnis keluarga sering diperhitungkan sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi, karena mereka dikreditkan untuk memelihara potensi kewirausahaan antar generasi, rasa kesetiaan kepada keberhasilan bisnis, komitmen strategis jangka panjang dan sifat independen perusahaan (Poutziouris, 2001). Di negara-negara maju dan berkembang, mereka telah bermain peran penting dan membuat kontribusi yang cukup besar untuk masyarakat.

Misalnya di AS, Bisnis keluarga diperkirakan mewakili 90% - 98% dari semua bisnis, menawarkan pekerjaan untuk lebih dari 50% dari angkatan kerja, dan membuat 40% - 60%

untuk PDB (Shanker and Astrachan, 1996). Di Belanda, Bisnis keluarga mewakili 75 persen dari semua perusahaan. Di India, 16 keluarga menyumbangkan 65 persen dari semua sektor asset swasta (Kenyon-Rouvinez and Ward, 2005). Bahkan di Indonesia pada tahun 2006, Bisnis keluarga menyumbangkan sebesar 90,95% dari seluruh bisnis yang ada di Indonesia (Yulizar, 2008).

Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah memberikan efek terhadap aktifitas usaha dan bisnis diberbagai negara dibelahan dunia. Keberadaan internet dan berbagai teknologi di bidang telekomunikasi telah memberikan perubahan kepada banyak hal. UMKM diharapkan mampu bersaing dan menjaga keberlangsungan usahanya dengan melakukan perubahan dan aplikasi dibidang teknologi. Salah satu bentuk aplikasi teknologi internet dan informasi yang sering digunakan adalah E-Commerce yang merupakan proses jual beli produk atau jasa dengan media perpindahan data secara elektronik melalui media internet dan World Wide Web (WWW) (Gradon & Pearson, 2004). Dengan aplikasi E-Commerce juga membantu sebuah

(3)

usaha untuk dapat bersaing dengan baik dan memperoleh keunggulan kompetitif. E- Commerce merupakan cara yang efektif untuk dapat bersaing didalam pasar. Dengan mendorong UMKM untuk menggunakan E-Commerce akan membantu mereka untuk dapat bersaing satu dengan yang lain (Jacobs & Dowsland, 2000; Shaharudin et al, 2011).

Di saat ini, dengan munculnya pengetahuan ekonomi dan masuknya informasi, E-Commerce telah menjadi mode baru yang lain. Namun demikian, di dalam bisnis keluarga terdapat variasi pendapat dalam penggunaannya. Wang & Ahmed (2009) menjelaskan bahwa terdapat dua pandangan terhadap pengadopsian E-Commerce bagi bisnis keluarga. Pertama, beberapa bisnis keluarga menganggap E-Commerce sebagai bantuan teknologi yang baik dengan alasan memudahkan untuk membeli dan menjual produk atau jasa melalui media online, memfasilitasi perusahaan untuk mendekati pelanggan baru dan pemasok serta dapat mengurangi biaya transaksi. Kedua, beberapa bisnis keluarga mengklaim bahwa E-Commerce ini tidak cocok untuk transaksi atau promosi produk atau jasa karena perusahaan tidak siap untuk menggunakan teknik online ini dan perusahaan sedang dibatasi oleh sumber daya, oleh karena itu perusahaan tidak mampu menggabungkan teknik ini.

Bisnis keluarga sering menunjukkan fitur-fitur yang istimewa karena terjalin hubungan keluarga dan subsistem bisnis (Sharma et al., 1996). Untuk pertumbuhan yang sehat atau kemakmuran bisnis, bisnis keluarga sering melakukan penggunaan teknologi untuk meluncurkan produk baru dan membuka pasar baru. Dengan modal yang tersedia dalam bisnis keluarga cenderung menurun dan tidak stabil memungkinkan perusahaan untuk mengadopsi teknologi canggih dan sketsa strategi inovatif (Sirmon and Hitt, 2003). Atau bisnis keluarga yang bersifat konservatif masih sulit untuk berubah karena keprihatinan berlebih atas kelangsungan hidup jangka panjang bisnis di bawah kekuasaan keluarga dapat menghambat bisnis keluarga menggunakan internet, karena usaha-usaha tersebut mungkin berisiko mengakibatkan kehilangan kekayaan dan dengan demikian dapat mengguncang pondasi perusahaan (Sharma et al., 1996).

Jika melihat beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa organizational readiness memiliki pengaruh siginifikan dari pengaplikasian E-Commerce di dalam UKM di wilayah Depok Jawa Barat (Abdurrohman, 2011) dan pada UMKM Industri Furniture Malaysia (Shaharudin et al,2011). Selain itu pada penelitian Wang dan Ahmed (2009) menemukan bahwa organizational readiness tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap pengadopsian E-Commerce pada UMKM bisnis kelurga di UK dan faktor moderasi

(4)

family business strategy orientations berperan kuat secara moderasi terhadap pengadopsian E-Commerce membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengadopsian E-Commerce dan karena perspektif yang berbeda pada bisnis keluarga dalam menggunakan internet dan hampir tidak ada studi telah dilaksanakan untuk meneliti pengadopsian E-Commerce dalam bisnis keluarga maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengadopsian E- Commerce Pada UMKM Khususnya Bisnis Keluarga”. Dari hasil penelitan ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan acuan perbaikan serta perhatian untuk bisa meningkatkan penggunaan E-Commerce dalam UMKM khusunya bisnis keluarga.

B. Tinjauan Teoritis 1. UMKM

Di Indonesia SME atau UMKM didefinisikan di dalam UU No Tahun 2008 di dalam galeri UMKM (2012) sebagai berikut:

• Usaha Mikro

Kelompok usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

• Usaha kecil

Kelompok usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

• Usaha Menengah

Kelompok usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Undang-undang No 20 Tahun 2008 ini juga menjelaskan mengenai karateristik UMKM dari segi kekayaan bersih (Aset) dan hasil penjualan (Omzet).

(5)

Kriteria UMKM bedasarkan UU. No 20 Tahun 2008

No Usaha Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Milyar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Milyar > 2,5 Milyar – 50 Milyar Sumber : galeriumkm.com (2010)

Sedangkan Biro Pusat Statitstik mengelompokan Usaha Mikro, Kecil dan menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja yang ada.

Kriteria UMKM berdasarkan Biro Pusat Statistik No Uraian Kriteria (Tenaga Kerja)

1 Usaha Mikro 1 s.d 4 orang

2 Usaha Kecil 5 s.d 19 orang

3 Usaha Menengah 20 s.d 99 orang Sumber : galeriumkm.com (2010)

2. E-Commerce

Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi dari Electronic Commerce atau E-Commerce.

Pendapat tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli dan pelaku bisnis itu sendiri. E-Commerce memiliki definisi proses jual beli produk, atau jasa jaringan data elektronik melalui internet dan world wide web (Grandon dan Pearson (2004) . Kalokota dan Whinston (1997) dalam Shaharudin Et al (2011) menambahkan bahwa aplikasi E-Commerce adalah pengiriman informasi,produk atau jasa, atau pembayaran melalui hubungan telefon atau jaringan komputer dan tidak hanya terbatas untuk penjualan dan pembelian melalui media internet tetapi juga dalam transaksi online lainnya.

Secara garis besar E-Commerce sendiri memiliki karateristik seperti yang dikemukakan Indrajit (2001) didalam buku “Kiat & Strategi bisnis di dunia maya” di dalam Abdurrohman (2011) yaitu:

• Terjadinya transaksi antar kedua belah pihak

• Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi

• Internet meupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut Salah satu penelitian yang mengemukakan perkembangan E-Commerce bagi UMKM yang dilakukan oleh Chen and Mcqueen (2008) adalah:

Tabel Perkembangan E-Commerce

Stages Aktifitas E-Commerce

Stages 1 (Messaging)

1. Pencarian Informasi (Searching Information) 2. Pengunaan layanan online (Using online services)

3. Penggunaan e-mail untuk komunikasi dengan konsumen

(6)

Stages Aktifitas E-Commerce Stages 2

(Online Marketing)

1. Memiliki versi website dan online dari katalog (Having a static Web site & online version of paper-based catalogue) 2. Pengembangan untuk menggunakan e-mail dengan tujuan

komunikasi,betukar dokumen dan pemesanan dengan konsumen, supplier dan karyawan (Extensive using e-mail to communicate& exchanging document and order with customers,suppliers & employees)

3. Pemesanan via E-mail (E-mail ordering) Stages 3 (Online

Ordering)

1.Pertukaran informasi dua arah melalui wesite yang menyediakan menu pencarian dan informasi perusahaan yang dibutuhkan (Having two-way information interactive Web sites that provide topic searches and company information queries.) 2. Penggunaan cart untuk belanja dalam pemesanan melalui web

site.(Using shopping cart software to place an order on the web site)

3. Menyediakan pembayaran manual melalui bank deposit, bank Che-Commercek, or Intenet Banking.(fullfilling payment manually by bank deposit, bank che-commercek, or internet banking)

4.Mengembangkan pasar potensial dalam negeri.(Expanding the potential market internationally)

Stages 4 (Online

Transaction) 1. Melayani pemesanan secara online secara otomatis, dimana akan dilakukan konfirmasi ulang serta pembuatan invoice atau tagihan online secara otomatis.(Online order fulfillment can be accomplished automatically, that is, an order can be recommerceeived or confirmend, and an invoice can be issued or re-commerceeived online).

2. Menerima pembayaran secara online melalui kartu kredit dan debit, elecommercetronic cash, elecommercetronic fund transfer, atau melalui jasa EDI (Online payment can be undertaken through debit & credit cards, ele-commercetronic cash, elecommercetronic fund transfer, or through an EDI service)

3. Integrasi 6ystem online antara Front-end & back end (Inegrating online front-end & back-end system)

4. Mengembangkan pasar potensial luar negeri. (Expanding the potential market internationally)

E-Business Penyatuan seluruh kegiatan dengan proses internal didalam bisnis melalui ICT (Integrating all these activities with the internal processing of a business through ICT)

Sumber : Chen & McQueen (2008)

Penjelasan dari tabel di atas adalah pada stages 1 terdapat dua alasan perusahaan melakukan aktifitas tersebut. Pertama, perusahaan menggunakan internet sebagai alat pencariaan

(7)

informasi yang dapat menunjang usahanya. Kedua, perusahaan menggunakan media email sebagai alat komunikasi kepada customer dan supplier. Pada stages 2 perusahaan memiliki website untuk menampilkan katalog produk yang dimiliki dan pengembangan untuk menggunakan email dengan tujuan komunikasi, bertukar dokumen dan pemesanan dengan konsumen atau supplier. selanjutnya stages 3 menjelaskan aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menggunakan website terdapat fasilitas menu pencarian dan informasi perusahaan yang dibutuhkan serta didalam website terdapat pilihan untuk pemesanan produk yang ditampilkan dalam website. Selain itu pada stages 3 menyediakan pembayaran secara manual melalui bank deposit, bank Che-Commercek atau Internet Banking dan dalam mengembangkan potensial pasar hanya dalam negeri. Untuk stages 4 perusahaan lebih mengembangkan aktifitasnya dalam menggunakan E-Commerce yaitu perusahaan dapat melayani pemesanan secara online secara otomatis, dimana akan dilakukan konfirmasi ulang serta pembuatan invoice atau tagihan online secara otomatis. Selanjutnya perusahaan dapat menerima pembayaran secara online melalui kartu kredit dan debit, ele-commercetronic cash, ele-commercetronic fund transfer atau melalui jasa EDI. Selain itu pada stages 4 mengembangkan potensial pasarnnya hingga ke luar negeri.

3. External Pressure

Iacovou (1995) menjelaskan bahwa external pressure untuk mengadopsi E-Commerce mengacu kepada pengaruh dari organisasi lingkungan. Dua sumber utama bagi external pressure untuk mengadopsi adalah competitive pressure dan trading partners, seperti ketika perusahaan diminta oleh supplier mereka menggunakan E-Commerce dalam transaksi mereka. Competitive pressure mengacu pada tingkat kemampuan teknologi perusahaan dan para pesaingnya. Apabila pesaing dan mitra bisnis berkemampuan menggunakan E- Commerce, UMKM harus mengadopsi E-Commerce dalam rangka untuk mempertahankan posisi kompetitif mereka.

Pengaruh dari trading partners diharapkan menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk adopsi E-Commerce oleh perusahaan kecil (Iacovou, 1995). Provan (1980) dalam Iacovou (1995) menjelaskan bahwa tekanan yang dilakukan oleh trading partners adalah fungsi dari dua faktor yaitu potensi kekuatan dari pengaruh partner dan pengaruh pilihan strategi. Permintaan dari mitra besar yang mengkonsumsi sebagian besar penjualan atau menghasilkan sebagian besar keuntungan perusahaan kecil untuk menjadi berkemampuan E-

(8)

Commerce diharapkan lebih berpengaruh dalam keputusan adopsi dari perusahaan kecil daripada permintaan serupa dari mitra kecil.

Iacovou (1995) menjelaskan mitra yang berpengaruh secara besar dapat membuat tiga strategi yang berbeda untuk mendorong usaha kecil dalam mengadopsi E-Commerce. Pada strategi pertama adalah rekomendasi, perusahaan besar menggunakan informasi untuk mengubah pandangan mitra mereka bagaimana perusahaan mereka mungkin lebih efektif beroperasi menggunakan sistem E-Commerce. Strategi kedua adalah perusahaan dapat meminta keinginan mitra bisnis. Perusahaan membuat perjanjian dengan mitra bisnis yang didalamnya menyarankan bahwa perusahaan akan memberikan suatu penghargaan apabila mitra bisnis dapat mengadopsi E-Commerce. Strategi ketiga adalah ancaman, mengacu pada tindakan yang diambil oleh perusahaan untuk menerapkan sanksi negatif apabila mitra bisnis tidak ingin mengadopsi E-Commerce.

Merthens et al. (2001) mendefinisikan external pressure sebagai tekanan yang diterima dari pengguna internet yang ada, terutama pelanggan, pemasok dan karyawan yang mengharapkan perusahaan itu untuk menjadi pengguna internet dan keinginan mereka untuk berkomunikasi secara elektronik. Grandon & Pearson (2004) mencatat bahwa usaha kecil lebih dipengaruhi oleh tekanan pelanggan karena mereka pada dasarnya tergantung pada pelanggan untuk bertahan dalam industri. Mereka menyarankan dalam studi mereka bahwa perusahaan yang mampu membuat hubungan secara elektronik dengan pemasok dapat mengurangi biaya operasional mereka dan menjadi lebih kompetitif di pasar.

4. Organizational Readiness

Iacovou (1995) dalam literaturnya menjelaskan bahwa organizational readiness mengacu pada keuangan dan sumber daya teknologi perusahaan. Faktor-faktor tersebut dianggap penting karena perusahaan kecil cenderung kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk adopsi E-Commerce atau investasi TI lainnya. Selain itu, tingkat komputerisasi yang rendah membuat pengadopsian teknologi seperti E-Commerce menjadi sulit karena memerlukan biaya yang besar. Hal itu dikarenakan usaha kecil cenderung kekurangan seperti sumber daya, kemampuan mereka untuk menerima semua manfaat strategis dari teknologi tersebut adalah biasanya terbatas.

Kesiapan keuangan mengacu pada sumber daya keuangan yang tersedia dalam mengadopsi E- Commerce untuk membayar biaya instalasi, pelaksanaan setiap tambahan perangkat

(9)

berikutnya dan biaya penggunaan selama berlangsung. Dimensi kedua dari organizational readiness adalah kesiapan teknologi. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kecanggihan penggunaan dan IT manajemen dalam sebuah organisasi.

Chong et al. (2009) menjelaskan organizational readiness adalah pengukuran apakah atribut perusahaan cukup untuk mengadopsi E-Commerce. Mereka menyarankan bahwa dukungan top management adalah faktor yang paling penting untuk menentukan apakah perusahaan siap untuk mengadopsi E-Commerce. Mehrtens et al. (2001) mendefinisikan organizational readiness sebagai tingkat pengetahuan internet pada karyawan non-IT. Menurut mereka, organisasi harus lebih siap dengan lebih baik dan manajer non-IT berpengetahuan tentang internet. Selain itu, organizational readiness juga mencakup infrastruktur sistem komputer yang memadai dalam perusahaan untuk mengakses dan browsing Internet tanpa masalah.  

Dalam hal ini, perusahaan harus siap dengan hardware dan software yang tepat untuk sukses mengadopsi E-Commerce. Dengan jumlah infrastruktur yang memadai, adopsi dan penggunaan web lebih tinggi tanpa perlu lebih banyak investasi dalam sistem komputer.

5. Perceived Benefits

Iacovou (1995) mencatat dua keuntungan dengan mengadopsi E-Commerce yaitu direct benefit dan indirect benefit . Direct benefit yaitu sebagian besar penghematan operasional yang berkaitan dengan efisiensi internal organisasi. Indirect benefit yaitu yang merujuk pada dampak dari adopsi E-Commerce pada proses bisnis dan hubungan dengan pelanggan, pemasok maupun mitra bisnis.

Mertherns et al. (2001) dalam studi mereka menemukan bahwa perceived benefit adalah efisiensi manfaat dari keuntungan Internet dibandingkan dengan metode tradisional yang digunakan sebelumnya seperti telepon, fax, dan surat dalam berkomunikasi dengan pelanggan mereka. Mereka lebih lanjut menguraikan manfaat yang dirasakan seperti salah satu cara untuk karyawan untuk mengumpulkan informasi tentang kompetitor, peraturan pemerintah, produk dan tingkat saham dengan cara yang efektif. Selain itu, manfaat yang dirasakan dari bisnis elektronik oleh organisasi baik keuntungan langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi proses bisnis.

Kuan dan Chau (2000) mendefinisikan perceived benefits sebagai tingkat pembuktian bahwa teknologi dapat memberikan keuntungan kepada organisasi. Mereka menyebut perceived benefits dapat dibagi menjadi dua dimensi yang manfaat langsung dan tidak langsung.

(10)

Manfaat langsung diartikan sebagai penghematan operasional yang berkaitan dengan efisiensi internal organisasi. Sementara itu, manfaat tidak langsung mengacu pada taktis dan memiliki keunggulan kompetitif yang mempengaruhi proses bisnis dan hubungan bisnis seperti pandangan terhadap organisasi, meningkatkan keunggulan kompetitif, meningkatkan layanan pelanggan dan meningkatkan hubungan dengan mitra bisnis mereka.

6. Bisnis Keluarga

Definisi umum dalam literatur bisnis keluarga adalah bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga (Chua et al, 1996). Selanjutnya Chua et al (1996) menjelaskan bahwa komponen keluarga secara langsung dalam menentukan tujuan serta strategi bisnis dan itu yang membedakan perusahaan keluarga dan perusahaan lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Vilaseca (2002) mengakui bahwa bisnis keluarga memiliki dua subsistem yaitu keluarga dan bisnis. Chua et al (1996) dalam Wang & Ahmed (2009) melanjutkan penjelasannya bahwa karakteristik bisnis keluarga ini sangat istimewa, sebuah bisnis keluarga biasanya memiliki orientasi strategi yang unik dan sangat berbeda dengan perusahaan lain yang dikelola secara profesional bisnis.

Singer and Donohu (1992) dalam Wang & Ahmed (2009) percaya bahwa bisnis keluarga dapat menentukan ciri dari organisasi mereka, sebagai family-centered business atau sebagai business-centered family. Karena strategi operasi bisnis umumnya konsisten dengan ciri perusahaan tersebut, klasifikasi tersebut menawarkan jawaban mengapa beberapa perusahaan berhasil beroperasi dengan satu cara sedangkan orang lain mencapai sukses dengan mengoperasikan dengan berbagai cara. Dunn (1995) dalam Wang & Ahmed (2009) mengkonfirmasi bahwa bisnis keluarga itu kompleks, tujuan yang banyak dan berbagai macam prioritas. Dunn (1995) menambahkan bahwa bisnis keluarga bersedia untuk mempekerjakan anggota keluarga untuk mempertahankan hubungan keluarga yang baik, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan kinerja yang tidak optimal.

Birley et al (1999) dalam Wang & Ahmed (2009) menjelaskan bahwa bisnis keluarga dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Family-oriented Firms dimana segala keputusan yang mengendalikan adalah keluarga.

Seperti menjaga kepemilikan dalam keluarga, menghasilkan pendapatan hanya untuk keluarga, dan menjaga reputasi keluarga.

(11)

2. Business-oriented Firms berlawanan dengan prinsip pada Family-oriented Firms dimana strategi ini berfokus pada sisi bisnis. Strategi ini biasanya seperti penggunaan teknologi baru, strategi pertumbuhan bisnis dan keterlibatan investor.

3. Balance-oriented Firms tidak mengekspresikan preferensi yang jelas, tapi memperdulikan untuk sampai pada keseimbangan yang tepat antara masalah keluarga dan bisnis.

C. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan riset deskriptif dan riset dilakukan satu kali dalam satu periode (cross-sectional design). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik survei dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik Logistic Regression dengan menggunakan program SPSS 18.

Peneliti melakukan pretest kepada 30 responden sebelum pengambilan data primer, dengan tujuan untuk mengurangi masalah yang mungkin timbul. Pretest dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18. Pretest bertujuan untuk melihat apakah responden mengerti akan setiap pertanyaan yang dilakukan, adakah kesalahan penulisan, adakah pertanyaan- pertanyaan yang memiliki makna ganda dan lain sebagainya (Malhotra, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM yang merupakan bisnis keluarga yang telah menggunakan E-Commerce. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan cara self admininstrated survey dimana responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden dengan melalui surat elektronik (e-mail), fasilitas Privates Messages, penyebaran kuesioner online yang disebarkan sendiri oleh peneliti dan penyebaran kuesioner secara fisik kepada responden. Penyebaran melalui media elektronik seperti email dan private message ini untuk menyakinkan responden merupakan pengelola,pemilik dan karyawan dibidang IT dari bisnis keluarga UMKM. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobabilitis Judgemental (Cooper & Schindler,2006). Karena peneliti terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap sampel apakah telah sesuai dengan kriteria populasi penelitian. Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin dan hasilnya sampel yang digunakan adalah 100 perusahaan. Berikut model penerlitian peneliti:

(12)

Model Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan E-Commerce Sumber : Wang & Ahmed (2009)

Hipotesis Statistik

1. H1: External preasure berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce.

2. H2: Organisational Readiness berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E- Commerce.

3. H3: Perceived Benefits berpengaruh secara positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce.

4. H4: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara external pressure dengan E-Commerce adoption.

5. H5: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara organizational readiness dengan E-Commerce adoption.

6. H6: Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara perceived benefits dengan E-Commerce adoption.

D. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat enam buah hipotesis. Analisis pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien dengan metode Logistic Regression. Hipotesis diterima apabila nilai signifikikansi ≤ 0,05, sedangkan hipotesis akan ditolak apabila nilai signifikikansi yang didapat ≥ 0,05. Berdasarkan nilai signifikikansi inilah, dilakukan uji hipotesis untuk melihat apakah model yang diusulkan didukung oleh data.

External Preasure

Organisational Readiness

Perceived Benefit

Family Business Strategic Orientations

E-Commerce Adoption

(13)

Hipotesa Deskripsi Sig. Kesimpulan H1 External preasure berpengaruh secara positif

signifikan terhadap adopsi E-Commerce

0,023 Diterima H2 Organisational readiness berpengaruh secara

positif signifikan terhadap adopsi E-Commerce

0,174 Ditolak H3 Perceived benefits berpengaruh secara positif

signifikan terhadap adopsi E-Commerce

0,000 Diterima H4 Family business’s strategic orientation

berpengaruh positif secara moderasi antara external pressure dengan E-Commerce adoption

0,005 Diterima

H5 Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara organizational readiness dengan E-Commerce adoption

0,005 Diterima

H6 Family business’s strategic orientation berpengaruh positif secara moderasi antara perceived benefits dengan E-Commerce adoption

0,002 Diterima

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS Diolah Kembali Oleh Penulis E. Pembahasan

Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji koefisien regresi. Uji koefisien regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing dari variabel independen kepada variabel dependen. Dari hasil uji ini ditemukan bahwa dua variabel memiliki pengaruh signifikan dengan melihat nilai siginifikansi berada dibawah 0,05. Variabel yang memiliki pengaruh secara dalam E-Commerce adoption adalah external pressure dan perceived benefits. Sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan adalah variabel organizational readiness.

Pengujian selanjutanya dilakukan untuk melihat pengaruh moderasi family business’s strategic orientation memiliki pengaruh yang positif antara external pressure, organizational readines, dan perceived benefits terhadap E-Commerce Adoption secara parsial. Dari hasil uji ini ditemukan bahwa family business’s strategic orientation memiliki pengaruh moderasi positif antara external pressure, organizational readines, dan perceived benefits terhadap E- Commerce adoption secara parsial.

1. External Pressure

Analisa mengapa external pressure atau tekanan eksternal berpengaruh secara positif dan signifikan adalah karena adanya tekanan dari konsumen, supplier maupun industri untuk

(14)

mengadopsi E-Commerce. Hal tersebut diungkapkan juga oleh Grandon & Pearson (2004) bahwa UMKM lebih terpengaruh dengan tekanan dari lingkungan karena pada dasarnya UMKM tergantung kepada konsumen agar mampu tetap bertahan didalam industri. Lawrence (1997) mencatat yang menjadi faktor pendorong UMKM mengadopsi E-Commerce adalah dorongan dari supplier. Merthens et al. (2001) menambahkan bahwa tekanan yang diterima dari pengguna internet yang ada, terutama pelanggan, pemasok dan karyawan yang mengharapkan perusahaan itu untuk menjadi pengguna internet dan keinginan mereka untuk berkomunikasi secara elektronik.

2. Organizational Readiness

Dari hasil uji koefisien regresi menghasilkan variabel organizational readiness berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap adopsi E-Commerce. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya kesiapan perusahaan secara keuangan dan teknologi dan dari hasil analisa deskriptif kurangnya pengalaman dalam aplikasi berbasis jaringan menjadi alasan yang kuat dalam penelitian ini mengapa organizational readiness tidak berpengaruh dalam pengadopsian E-Commerce. Alam et al (2011) dan Hong & Zhu (2006) mengungkapkan bahwa kemampuan teknologi dari UMKM memiliki hubungan siginifikan. Ketersediaan ini seperti jaringan internet yang tersedia dalam UMKM, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh internal usaha mulai dari pengelola hingga karyawan. Hal-hal ini dijelaskan Alam et al (2011) akan mencerminkan kemampuan teknologi dari sebuah usaha. Dengan kemampuan yang kurang memadai tentunya akan mengurangi kemampuan untuk menggunakan E-Commerce bagi sebuah UMKM.

Hong & Zhu menambahkan bahwa kemampuan teknologi ini penting bagi UMKM yang baru mulai menggunakan E-Commerce. Dari hasil jawaban responden ditemukan bahwa masih minimnya alokasi yang dikeluarkan oleh para responden untuk mengembangkan teknologi dan E-Commerce yang mereka lakukan. Dari fenomena ini mencerimankan bagaimana karateristik UMKM yang enggan untuk mengelaurkan biaya untuk dalam hal teknologi dan informasi yang dikemukann oleh Walczuch et al (2000), Dennis (2000), Macgregor & Bunker (1996), Poon & Swatman (1997) dan Abell & Limn (1996) dalam Macgregor & Vrazalic (2004).

(15)

3. Perceived benefits

Dari uji hipotesa lain juga mengungkapkan variabel lain yang mempengaruhi penggunaan E- Commerce adalah perceived benefits atau persespi manfaat yang bisa didapatkan. Persepsi atau harapan dari UMKM akan berbagai manfaat yang diterima tentunya menjadi pendorong UMKM untuk mengadopsi E-Commerce. Menurut Roger (2003) di dalam Wilson (2008) mengungkapkan dengan informasi mengenai keuntungan relatif atau relative advantages dari pengunaan E-Commerce akan mendororong pengelola untuk menprioritaskan menggunakan E-Commerce.

Dari pemahaman mengenai bagaimana manfaat bisa diperoleh akan menarik UMKM untuk mulai menggunakan E-Commerce. dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilson (2008) ditemukana bahwa pemahaman dan pengetahuan mengenai berbagai manfaat dari menggunakan E-Commerce ini menjadi hal penting dibandingkan dengan memahami bagaimana teknologi itu sendiri. dari pernyataan ini serupa dengan hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini.

4. Family business’s strategic orientation

Dari hasil uji moderasi family business’s strategic orientation antara variabel external pressure, organizational readiness, dan perceived benefits terhadap E-Commerce adoption memiliki pengaruh positif yang kuat. Hal tersebut dikarenakan karena proritas dari family business’s strategic orientation yaitu pertumbuhan bisnis dan memaksimumkan keuntungan yang menjadi alasan yang kuat dari pengaruh tersebut. Carsson (2005) manambahkan strategi orientasi tersebut adalah elemen spesialisasi yang fungsional dan delegasi kekuasaan. Oleh karena itu informasi pasar dapat disaring melalui strategi ini, sebagai akibatnya, cenderung lebih akurat dan memiliki cakupan yang lebih luas, memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan logis untuk menanggapi tekanan eksternal.

Family business strategic orientation juga berkaitan dengan organizational readiness dan berdampak pada penggunaan E-Commerce. Pada business-oriented firm, staf cenderung memiliki pengetahuan manjerial, keahlian dan keterampilan karena pada saat perekrutan sering menekankan pada calon yang memiliki kemampuan dan kesesuaian pada kebutuhan.

Grable dan Lytton (1998) dalam Wang dan Ahmed (2009) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan staf kunci adalah pengaruh signifikan yang membedakan intensitas mengambil risiko dalam bisnis. Mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi cenderung untuk

(16)

menunjukkan pengetahuan kompetitif eksploitasi, akuisisi, asimilasi dan transformasi kemampuan, yang akan memfasilitasi inisiatif generasi kewirausahaan dan kemajuan teknologi dasar. Selain itu, staf tersebut dengan intensif mungkin membantu dalam memformalisasi prosedur untuk mengoperasikan bisnis. Dengan demikian, bisnis dapat memulai ke platform kemajuan teknologi yang lebih mudah. Selain itu, manajemen tertinggi di sebuah perusahaan cenderung menjadi lebih mudah menerima teknologi modern. Mereka mungkin mempromosikan dengan teknologi baru, meluncurkan produk baru, dan membuka pasar baru.

Family business strategic orientation lebih memiliki dampak dari faktor moderasi antara perceived benefit dan pengadopsian E-Commerce. Perusahaan-perusahaan yang berorientasi bisnis cenderung untuk memprioritaskan inisiatif yang berkaitan dengan bisnis. Ketika mereka menyadari manfaat yang bisa diberikan oleh teknologi baru, termasuk pengurangan biaya transaksi (Mehrtens et al., 2001). (Pfeiffer, 1992) mencatat untuk meningkatkan arus kas, pengurangan tingkat persediaan dan efisiensi operasional perusahaan akan lebih cenderung untuk mengambil solusi teknologi baru untuk meningkatkan daya saing mereka.

F. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan dari peneliti bisa disimpulkan Penggunaan E-Commerce atau E- Commerce Adoption dalam UMKM khususnya bisnis keluarga dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh external pressure dan perceived benefits. Pada tujuan penelitian berikutnya disimpulkan bahwa pengaruh moderasi family business’s strategic orientations memiliki pengaruh yang positif pada external pressure, organizational readiness dan perceived benefits terhadap E-Commerce Adoption.

Berikut kesimpulan yang ditampilkan dari penelitian ini:

1. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa external pressure dari responden UMKM khususnya bisnis keluarga berpengaruh secara positif dan signifikan atas E- Commerce Adoption. Dari analisis deskriptif ditemukan bahwa pelanggan, supplier dan kompetitor mendorong usaha mereka untuk mengadopsi E-Commerce.

2. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa organizational readiness dari responden UMKM khususnya bisnis keluarga berpengaruh secara positif namun tidak signifikan atas E-Commerce Adoption. Organizational readiness menjadi tidak signifikan karena kurangnya sumber daya keuangan maupun teknologi dalam mengadopsi E-

(17)

Commerce. Selain itu, kurangnya pengalaman usaha dalam penggunaan aplikasi berbasis jaringan menjadi penyebab yang kuat dalam penelitian ini.

3. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa faktor perceived benefits memiliki pengaruh terbesar dan signifikan dari penggunaan E-Commerce dalam UMKM khususnya bisnis keluarga di indonesia. sesuai analisis deskriptif diketahui responden cenderung menggunakan E-Commerce agar dapat mengurangi biaya operasional, meningkatkan pendapatan penjualan, mempromosikan produk/jasa usaha mereka. Selain itu, mereka dapat berkomunikasi secara baik dan efisien dengan pelanggan maupun dengan supplier mereka. Dengan manfaat-manfaat ini mendorong para pengelola dan pemilik untuk memprioritaskan penggunaan E-Commerce dalam usahanya. Dengan pemahaman ini dapat membuat para UMKM mau mengesampingkan hambatan yang mungkin dihadapi ketika menggunakan E-Commerce.

4. Dari hasil uji hipotesa diketahui bahwa faktor moderasi family business strategic orientation antara external Pressure, organizational readiness dan perceived benefits mempunyai pengaruh yang positif dalam pengadopsian E-Commerce. Hal tersebut diperkuat karena karakteristik yang memprioritaskan pertumbuhan bisnis dan memaksimumkan keuntungan. Dari karakteristik tersebut membuat perusahaan lebih mudah menerima dan mengadopsi teknologi baru untuk kepentingan perusahaan.

G. Saran

Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada pelaku UMKM khusunya bisnis keluarga serta Instansi terutama Kementerian Koperasi dan Usaha kecil Menengah.

1. Saran Untuk Instansi dan Asosiasi E-Commerce

Instansi pemerintah yang terkait dengan UMKM ini sebaiknya terus memberikan dukungan serta dorongan untuk kepentingan kemajuan dari UMKM. Terutama mengenai pemahaman dan pelatihan bagi UMKM untuk menggunakan E-Commerce itu sendiri. dengan hal ini diharapkan minat UMKM lain khususnya bisnis keluarga menjadi semakin besar untuk penggunaan E-Commerce.

Pemberian pelatihan serta seminar mengenai penggunaan dan pemanfaatan E-Commerce bagi UMKM bisa menjadi salah satu cara meningkatkan pemahaman serta penggunaan E- Commerce. Pelatihan dan himbauan perlu didampingi dengan pemberian informasi mengenai

(18)

manfaat yang akan diperoleh sehingga para UMKM akan sadar dengan manfaat dari E- Commerce dalam usaha mereka. Dukungan infrastruktur seperti akses internet yang lebih cepat dan mampu diakses setiap saat. selain itu pelatihan kepada pengelola, pemilik maupun karyawan dianggap perlu karena faktor tersebut selain tentunya internet berpengaruh akan penggunaan E-Commerce dalam UMKM.

Bantuan berupa dana atau subsidi untuk infrastruktur terkait perangkat pendukung dan hal lain menjadi salah satu saran dari peneliti untuk meningkatkan penggunaan E-Commerce bagi UMKM. Dana ini juga dapat digunakan untuk kebutuhan pengembangan E-Commerce itu sendiri. masih minimnya perdagangan internasional sepertinya berhubungan dengan pengembangan E-Commerce yang dilakukan oleh UMKM. Dimana dalam fase pengembangan salah satunya adalah perdagangan internasional yang dapat dilakukan dengan metode pembayaran secara online apabila sistem E-Commerce yang mendukung. Bantuan tersebut bertujuan untuk memberikan peluang bagi UMKM lain yang sebelumnya belum menggunakan E-Commerce namun memiliki produk atau jasa dengan potensi tersendiri agar dapat menembus pasar internasional. jika hal ini dapat dimaksimalkan peluang produk Indonesia dari UMKM akan menjadi lebih dikenal di pasar internasional.

2. Saran Untuk Pelaku UMKM Bisnis Keluarga

Bagi para pelaku UMKM sebaiknya terus berusaha untuk melakukan pengembangan dan kreasi-kreasi untuk mengembangkan usaha mereka. Penggunaan E-Commerce dengan berbagai manfaat yang dapat diperoleh akan menjadi pilihan tepat bagi para UMKM Bisnis Keluarga ini untuk bisa mengembangkan usaha. Pengalokasian dana, tenaga dan perhatiannya tentunya akan sebanding dengan potensi dari hasil yang dapat diperoleh dalam menggunakan E-Commerce. Pengalokasian dana untuk pengembangan diharapkan mendatangkan manfaat dari penggunaan E-Commerce. Dengan pengembangan yang tepat seperti fasilitas pembayaran untuk pasar internasional tentunya diharapkan bisa menjadi awal produk UMKM Go Internasional.

3. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menentukan besaran jumlah usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan definisi dari satu lembaga di Indonesia. Sebagai contoh menggunakan definisi UMKM dari Kementrian Koperasi dan UMKM yang

(19)

mengklasifikasikan usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan jumlah omzet usaha pertahun ataupun asset usaha.

Saran selanjutnya diharapkan dapat menentukan sektor industri yang akan menjadi objek penelitian. Karena apabila menentukan sektor industri tertentu akan menghasilkan hasil yang optimal dan spesifik dalam hasil penelitiannya. Lalu dalam memberikan alternatif jawaban harus dihindari jawaban yang bersifat ambigu.

H. Kepustakaan

Abdurrohman (2011). Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi E-Commerce (Multi Studi kasus : UMKM di Wilayah Depok dan Sekitarnya). Jakarta . Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Alam SS, Nor Asiah Omar, Nik Mohd Hazrul Nik Hisbam (2011). Applying the Theory of Perceived Charateristic of Innovating (PCI) on ICT Adoption in the SMEs in Malaysia.

Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(8): 8-1, 2011

Casson, M., 2005. Entrepreneurship and the theory of the firm. Journal of Economic Behaviour & Organisation 58 (2), 327–348.

Chen J & Mcqueen R.J., (2008).  Factors Affecting E-Commerce Stages of growth in Small Chinese Firms in New Zealand: An Analysis of Adoption Motivators and Inhibitors.

Journal of Global Information Management, Volume 16,

Chong AYL, Lin B, Ooi KB, Raman M (2009). Factors affecting the adoption level of c- commerce: An empirical study. J. Compuert. Information. System., 13-22.

Dennis C. (2000) Networking for Marketing Advantage Management Decision vol 38, no. 4, pp 287 -292

Gilmore, A (2011), Entrepreneurial and SME Marketing, Journal of Research in Mrketing and Entrepreneurship, University of Ulster, Jordanstown, UK.

Grandon, E.E., Pearson, J.M., (2004). Electronic commerce adoption: an empirical study of small and medium US businesses. Information & Management 42.

Handoyo, A (2001) Pengaruh Orientasi Wirausaha Terhadap Kinerja Perusahaan Kecil dengan Lingkungan dan Strategi sebagai Variabel Moderat (Studi Kasus Pada Industri Aneka di Kota Semarang), Semarang. Universitas Diponogoro.

Hanifah (2011) The Effect of Entrepreneurial Orientation, Organizational Culture and Business Strategy in The Corporate Perfomance. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas.

(20)

Iacovou, C.L., Benbasat, I., Dexter, A.S., (1995). Electronic data interchange and small organisations: adoption and impact of technology. MIS Quarterly 19 (4), 465–485.

Kuan KKY, Chau PYK (2000). A perception-based model for EDI adoption in small businesses using a technology-organizationenvironment framework. Inf. Manage., 38:

507-521.

Lawrence K.L. (1997) Factors Inhibiting the Utilisation of Electronic Commerce Facilities in Tasmanian Small-to-Medium Sized Enterprises 8th Australasian Conference on Information Systems pp 587 – 597

MacGregor Robert, Vrazalic Lejla (2004). Electronic Commerce Adoption in Small to Medium Enterprise : A Comparative Study of SMEs in Wollongong (Australia) and Karlstad (Sweden) . School of Economic and Information Systems. University of Wollongong

MacGregor R.C., Bunker D.J. & Waugh P. (1998) Electronic Commerce and Small/Medium Enterprises (SME’s) in Australia: An Electronic Data Interchange (EDI) Pilot Study, Proceedings of the 11th International Bled Electronic Commerce Conference, Slovenia.

Malhotra, Naresh k (2010). Marketing Research an Applied Orientations 6th Ed New Jersey:

Pearson Education

Mehrtens, J., Cragg, P.B., Mills, A.M., (2001). A model of internet adoption by SMEs.

Information & Management 39 (3), 165–176.

Poon S. & Swatman P. (1997) The Internet for Small Businesses: An Enabling Infrastructure Fifth Internet Society Conference pp 221 - 231

Poutziouris, P., (2001). The (Re)-emergence of growth vis-a-vis control dilemma in a family business growth star: the case of the UK Taramosalada kings. In: Poutziouris, P., Pistrui, D. (Eds.), Family Business Research in the Third Millennium – Building Bridges Between Theory and Practice. The Family Firm Institute Publication, Boston, MA.

Shaharudin et al (2011). Determinant of electronic commerce adoption in Malaysian SMEs’

furniture industry. African Journal of Business Management Vol. 6(10), pp3648-3661

(21)

Sharma, P., Chrisman, J.J., Chua, J.H., (1996). A Review and Annotated Bibliography of Family Business Studies. Kluwer Academic Publishers, Boston.

UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, kecil dan Menengah diunduh pada Maret 2013 http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm

Walczuch R., Van Braven G. & Lundgren H. (2000) Internet Adoption Barriers for Small Firms in the Netherlands European Management Journal vol 18, no. 5, pp 561 - 572

Wang, Y., Ahmed, P., (2009).  The moderating effect of the business strategic orientation on eCommerce adoption: Evidence from UK family run SMEs. Journal of Strategic Informayions System 18 .

Gambar

Tabel Perkembangan E-Commerce

Referensi

Dokumen terkait

Terkait hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka disarankan setiap organisasi, lembaga pemerintah, swasta dan individu guru-guru perlu mengevaluasi diri dalam kaitannya

Dari hasil penelitian jumlah tenaga kerja di Desa Bancong dan Desa Kaliabu, mayoritas pengrajin industri brem rata – rata sumber modalnya berasal dari pribadi yaitu

Telah dilakukan penelitian tentang analisa pengembangan film pembelajaran oleh mahasiswa calon guru fisika pada matakuliah media pembelajaran. Dalam penelitian ini

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

PENOMORAN DAN PERHITUNGAN KETEBALAN PIPA Setiap jalur perpipaan harus dinamai sesuai dengan identifikasi operasi, kelas, material dan kelengkapan lainnya yang melekat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran akan pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik bagi orangtua sehingga

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi