• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, baik sebagai sumber daya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, baik sebagai sumber daya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang bersifat agraris, masalah tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting, baik sebagai sumber daya produksi maupun sebagai pemikiran. Ini menyebabkan tanah menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan masyarakat untuk dapat melangsungkan hidupnya.

Tetapi karena tanah merupakan sumber daya alam yang terbatas, sementara kebutuhan tanah terus meningkat sehingga sering menimbulkan masalah yang amat kompleks. Ini menimbulkan bermacam-macam permasalahan pertanahan, maka tanah menjadi sesuatu yang tidak mudah diperoleh.

Keterbatasan ketersediaan tanah tersebut, tidak terlepas dari pertambahan penduduk yang tinggi, terutama untuk daerah perkotaan yang cenderung makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membawa akibat persediaan tanah di perkotaan tidak seimbang dengan kebutuhan berbagai kepentingan pembangunan. Akibatnya tanah di daerah perkotaan menjadi sangat mahal, sehingga menimbulkan usaha spekulasi dan manipulasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini menjadi salah satu hambatan dari proses pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. Selain itu dengan meningkatnya pembangunan, maka kebutuhan akan tanah dalam arti tempat dan ruang meningkat pula. Ini menimbulkan bermacam-macam masalah menyangkut masalah pertanahan.

(3)

Untuk menangani masalah pertanahan tersebut, haruslah berpegang pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR RI No.

II/MPR/1988, dan Undang-Undang No. 5 tahun 1960 (UUPA) yang merupakan dasar hukum bagi pertanahan Nasional.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3), dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dipelihara oleh negara dan “dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakuran rakyat” tidak

berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum/masyarakat.

Hal tersebut juga ditegaskan dalam ketetapan MPR RI No.

II/MPR/1988 Bab IV huruf D angka 30, yang antara lain berbunyi:

“Tanah mempunyai fungsi sosial dan pemanfaatanya harus dapat

meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Sedangkan Undang-Undang No. 5 tahun 1960 yang memuat dasar- dasar pokok di bidang pertanahan merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum pertanahan guna dapat diharapkan memberikan adanya jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk kesejahteraan bersama secara adil. Jadi untuk mencapai kesejahteraan dimana masyarakat dapat secara aman ,melaksanakan hak dan kewajiban yang diperolehnya sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak dan kewajiban tersebut.1

1Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan Pelaksanaanya, Alumni, Cetakan. Satu Bandung, 1983, halaman. 7.

(4)

Mengenai jaminan kepastian hukum, ini menjadi salah satu tujuan dari UUPA dan termuat dalam ketentuan pasal 19 ayat (1) yang menyatakan bahwa:

“Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah”.

Ketentuan diatas menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia yang kemudian ditegaskan dengan di keluarkannya peraturan pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. Ketentuan lain yang erat hubunganya dengan pasal 19 ayat (1) dan (2) UUPA yang menentukan bahwa:

“Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya pembebananya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan- ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19. pendaftaran yang dimaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut”.

Keharusan pendaftaran hak atas tanah semakin ditekankan lagi dengan adanya sanksi pidana yang diatur dalam pasal 52 UUPA dimana yang disengaja melanggarnya akan diancam pidana, pidana kurungan selama- lamanya 3 bulan dan atau denda setinggi-tingginya sebesar Rp. 10.000,-.

Ketiga pasal tersebut diatas merupakan penegasan untuk Undang- Undang tentang arti pentingnya pendaftaran tanah dan pendaftaran hak-hak diatasnya yang harus dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat pemegang hak atas tanah.

(5)

Pendaftaran tanah menurut pasal 1 PP No.24 Tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah ini menurut PP No. 24 Tahun 1997 secara garis besar meliputi 2 kegiatan yaitu pendaftaran tanah secara sporadik dan pendaftaran tanah secara sistematik :

1. Secara Sporadik, yaitu melayani masyarakat umum yang mana masyarakat sendiri dengan sukarela mendaftarkan tanahnya agar mendapatkan sertifikat dengan mengurus surat-suratnya maupun biaya-biaya yang dikeluarkan ditanggung sendiri.

2. Secara Sistematik, yaitu pendaftaran tanah yang dibantu oleh pemerintah, yang mana tanah-tanah milik pemohon atau masyarakat lokasinya mengelompok dan hal ini lokasinya ditunjuk oleh pemerintah (Badan Pertanahan Nasional).

Pendaftaran tanah yang selama ini diupayakan oleh pemerintah belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan adanya hambatan dari masyarakat yang belum tahu dan menganggap bahwa pendaftaran tanah itu prosesnya sulit sekali, biaya mahal, prosedurnya

(6)

berbelit-belit dan takut jika tanahnya diukur atau dipetakan oleh petugas Kantor Pertanahan nantinya akan diambil untuk kepentingan umum dan lain sebagainya.

Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang telah dilakukan selama ini adalah pendafaran tanah secara sporadik yang mana pemilik tanah bersangkutan atas kesadaran diri mendaftarkan tanah miliknya ke Kantor Pertanahan Kotamadya/Kabupaten dengan maksud bila memperoleh sertifikat sebagai alat bukti hak atas tanah dan mempunyai kepastian hukum yang kuat, namun pendaftaran tanah secara sporadik ini dirasa berat karena memerlukan biaya mahal dan memerlukan tenaga ekstra. Untuk itu pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengupayakan pendaftaran tanah telah melakukan suatu kebijakan dalam memberikan kemudahan kepada masyarakat pemilik tanah untuk dapat memiliki sertifikat sebagai hak dan mempunyai kepastian hukum atas tanah yang dimiliki.

Pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 (Undang-Undang Pokok Agraria) mengamanatkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah.

Di dalam Peraturan Pemerintah tersebut, pendataran tanah dilakukan dengan dua (2) cara yaitu : Pendaftaran tanah secara sistematik yag dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi dan pendaftaran tanah secara sporadik

(7)

yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan. Untuk tahun anggaran 2005 sampai dengan 2009 kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik merupakan bagian dari Land Management and Policy Development Program (LMPDP).

Untuk menindaklanjuti kegiatan Pendaftaran Tanah secara Sistematik tersebut, di Kabupaten Sukabumi telah dibentuk Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) LMPDP berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Propinsi Jawa Barat Nomor 200-2725 tanggal 19 Mei jo Nomor 4325-200-32 tanggal 23 Juni, yang bertugas menjalankan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan Land Management and Policy Development Program (LMPDP), selanjutnya sebagai pelaksana kegiatan di lokasi pendaftaran tanah sistematik telah dikeluarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.129-XVI-2008 tanggal 2 Mei 2008 tentang pembentukan Panitia Ajudikasi dalam rangka Pendaftaran tanah sistematik tahun 2008 di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat, serta Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat Nomor 200-3456 tanggal 5 Juni 2008 tentang Pembentukan Satuan Tugas dalam rangka pendaftaran tanah Sistematik Tahun 2008 di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat.

Untuk kabupaten Sukabumi mulai tahun 2005 sampai tahun 2008.

Pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional mengadakan Proyek Ajudikasi, dimana mengingat di Kabupaten Sukabumi yang masyarakatnya banyak yang berekonomi lemah disamping kesadaran terhadap masalah

(8)

sertifikat kurang, pemerintah menetapkan Kabupaten Sukabumi untuk bisa dijadikan lokasi pensertifikatan tanah secara sistematik atau Ajudikasi.

Pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik atau Ajudikasi di Kabupaten Sukabumi telah dilaksanakan mulai tahun 2005 sampai dengan 2008. Pada tahun 2005/2006 dilaksanakan di Kecamatan Cibitung, Kecamatan Jampang Kulon dan Kecamatan Surade. Untuk tahun 2007/2008 dilaksanakan di Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Sukalarang dan Kecamatan Sukabumi.

Dari uraian diatas penulis tertarik akan permasalahan yang ada pada pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik di Kabupaten Sukabumi dengan menitik beratkan pada keberhasilan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik tersebut, di samping itu juga melihat faktor-faktor yang menunjang maupun yang menghambat di dalam upaya penyelesaian pendaftaran tanah secara sistematik.

Penulis terdorong untuk mengadakan penelitian terhadap masalah- masalah tersebut, maka dari itu penulis mengambil judul “TINJAUAN

YURIDIS PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK MENURUT PP NO.24 TAHUN 1997 DI KECAMATAN SUKARAJAKABUPATEN SUKABUMI”

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah yang akan di teliti sebagai berikut:

(9)

1. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik menurut P.P 24 Tahun 1997 di kabupaten Sukabumi ?

2. Hambatan-hambatan apakah yang timbul dari perlaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik, serta upaya untuk mengatasinya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik di Kabupaten Sukabumi berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, serta keberhasilannya.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik di Kabupaten sukabumi. Serta usaha- usaha apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.

D. Telaah Pustaka

Penguasaan Negara atas bumi dan kekayaan yang terkandung di dalamnya memberi Kewenangan kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia, pada tingkat tertinggi mempunyai isi yaitu :

1. Mengatur dan meyelenggarakan peruntukan penggunaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa (dengan kata lain menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bumi dan lain-lain)

(10)

3. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.2

Kebijakan dikembangkan berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 45 yang berbunyi :

“Bumi, air dan kekeayaan alam terkandung didalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Sedangkan dalam UUPA yang memuat dasar-dasar pokok di bidang pertanian merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum pertanahan guna dapat diharapkan bagi masyarakat dan memanfaatkan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan di mana masyarakat dapat secara aman melaksanakan hak dan kewajiban yang diperoleh sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak dan kewajiban tersebut.3

Dalam usaha penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran tanah sebagai Peraturan Perundang-undangan yang direvisi dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1997 tentang

2Hasan Wargakusumah,Hukum Agraria I Buku Pedoman Mahasiswa, PT Prehallindo, Jakarta, halaman 53

3Bahtiar efendi,Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya,Alumni Cet, Satu Bandung, 1993 halaman 7

(11)

Pendaftaran tanah yang sasarannya agar pendaftaran tanah disemua bidang tanah tetap menjamin kepastian hukum dan dapat dipertanggung jawabkan dan bisa dilaksanakan lebih cepat, sederhana dan murah. Sehingga akan jelaslah bahwa Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 ini telah diperkaya sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA Tahun 1960 yaitu :

1. Bahwa dengan diterbitkannya sertifikat hak atas tanah maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum.

2. Di jaman informasi ini maka Kantor Pertanahan sebagai kantor di garis depan haruslah terpelihara dengan baik setiap informasi yang diperlukan untuk suatu bidang tanah, baik untuk pemerintah sehingga dapat direncanakan pembangunan Negara dan juga bagi masyarakat sendiri informasi itu penting untuk dapat memutuskan sesuatu yang diperlukan dimana terlibat tanah, yaitu data fisik dan data yuridisnya termasuk satuan rumah susun. Informasi tersebut bersifat terbuka untuk umum artinya dapat diberikan apa saja yang diperlukan atas sebidang tanah atau bangunan yang ada.

3. Sehingga untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan suatu yang wajar.4

Dalam pengertian tersebut pendaftaran tanah mengandung berbagai aspek teknik dan aspek yuridis yang merupakan penyempurnaan dari kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Pokok

4A.P.Parlindungan,Pendaftaran Tanah di Indonesia Bedasarkan PP No.24 Tahun 1997.Mandar Maju,Bandung halaman 2

(12)

Agraria yang hanya meliputi pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah dan peralihan hak atas tanah serta pemberian surat tanda bukti hak atas tanah atau sertifikat.

Disamping itu dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah didaftar.

Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi dibidang pertanahan.

Selain itu pemerintah mengeluarkan perturan pemerintah dengan melakukan peninjauan kembali terhadap peraturan-peraturan pelaksanaan pendaftaran tanah untuk memperoleh landasan hukum yang lebih baik relevan bagi kebutuhan pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik yaitu:

1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1996 mengenai pengukuran dan pemetaan untuk Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah yang merupakan revisi dari sejumlah peraturan-peraturan menteri yaitu:

a. Peraturan Menteri Agraria Nomor 6 Tahun 1961.

b. Peraturan Menteri Agaria Nomor 8 Tahun 1961.

c. Peraturan Menteri Agraria Nomor 8 Tahun 1965.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1978.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

(13)

3. Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

4. Keputusan Menteri Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 1996 Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja Proyek Administrasi Pertanahan/Ajudikasi.

5. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Tugas Dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional.

6. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor (129-XVI- 2008-2 MEI) Tentang Pengangkatan Panitia Ajudikasi.

7. Instruksi Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 200 Tentang Penyelenggaraan Manajemen Mutu Pada Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik.

.

E. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Tamah Secara Sistematik Menurut PP No.24 Tahun 1997 di Kabupaten Sukabumi

2. Subyek Penelitian

a. Kepala Seksi (Kasi) Pendaftaran Tanah di Kabupaten Sukabumi.

b. Ketua Tim Ajudikasi di Kabupaten Sukabumi.

(14)

3. Sumber Data a. Data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari orang yang memberikan keterangan, dalam hal ini : 1) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sukabumi

2) Ketua Tim Ajudikasi Kabupaten Sukabumi b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa buku-buku, dokumen-dokumen resmi, peraturan perundangan dan laporan ilmiah yang berhubungan dengan masalah pendaftaran tanah.

4 Metode Pendekatan

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yuridis-normatif. Yang dimaksud dengan yuridis-normatif adalah mengkaji subjek penelitian dengan menggunakan peraturan-peraturan hukum/teori hukum yang terkait dengan masalah pendaftaran tanah secara sistematik.

5 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (Interview)

Dengan cara Tanya Jawab secara langsung dengan responden atau nara sumber guna memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini..

b. Studi Pustaka

(15)

Yaitu dengan data yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan pendaftaran tanah.

6 Analisa Data

Menggunakan metode kualitatif, yaitu menguji praktek pelaksanaan pensertifikatan tanah berdasarkan kaidah hukum/peraturan yang berlaku kemudian diolah, dirumuskan, diambil kesimpulan umum mengenai pelaksanaan pensertifikatan tanah tersebut.

7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari beberapa BAB antara lain :

BAB pertama : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka dan metode penelitian.

BAB kedua : Penulis akan membahas tinjauan umum pendaftaran tanah yang didalamnya terdiri dari, tinjauan umum mengenai pendaftaran tanah, tinjauan umum tentang pendaftaran tanah secara sistematik, tujuan proyek Ajudikasi.

BAB ketiga : Pelaksanaan pendaftaran tanah menurut PP No 24 Tahun 1997 di Kabupaten Sukabumi, yang di dalamnya berisikan, Gambaran umum Lokasi Penelitian, tata cara pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik di kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi,

(16)

permasalahan yang ada dan upaya penyelesaian tanah secara sistematik di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

BAB Keempat : Yaitu penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

(17)
(18)

Referensi

Dokumen terkait

Secara analog, perhitungan nilai anuitas jiwa awal seumur hidup untuk usia yang berbeda berdasarkan distribusi Gompertz disajikan dalam Tabel 2 berikut:.. Tabel 2

Hazard Bahan Kimia dalam Proses .... Hazard Kondisi Peralatan

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kemiling merupakan salah satu Kantor Urusan Agama Kecamatan dari Tiga belas Kantor Urusan Agama Kecamatan yang berada di Wilayah Kota Bandar Lampung,

Panitia Pelatihan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus bagi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, Medan, 24-27 Mei

Ang bawat mag – aaral ay susulat ng isang talatang naglalarawan sa masining na paraan na tumatalakay sa mga pangyayari sa kanilang buhay o sa buhay ng iba na pumapaksa tungkol

KETUA POKJA PENCEGAHAN ANGGOTA UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI K/L/DAERAH SEKRETARIAT KETUA POKJA INTELEJEN ANGGOTA SEKRETARIAT BID... STRUKTUR ORGANISASI UPP K/L K/L STRUKTUR DISESUAIKAN

merupakan jenis pohon yang paling dominan pada vegetasi tingkat pohon, tiang, dan semai, masing-masing dengan Indeks Nilai Penting (INP) 262,7%, 113,6%, dan 60,3%; sedangkan

Hasil Pengamatan dan Beberapa Prediksi Pergerakan Lateral Tanah di Bagian Permukaan akibat Pemancangan Tiang Diameter 600 mm pada Proyek Kedua .... Hasil Pengamatan dan