• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III UPAYA INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (ILO) DALAM MELINDUNGI PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI MALAYSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III UPAYA INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (ILO) DALAM MELINDUNGI PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI MALAYSIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

97 BAB III

UPAYA INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (ILO) DALAM MELINDUNGI PEKERJA MIGRAN INDONESIA DI MALAYSIA

Bab ini akan membahas mengenai upaya-upaya organisasi internasional ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia. Penulis akan menjelaskan mengenai upaya ILO melalui proyek yang dilaksanakan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia dalam kurun waktu 2015-2021. Diantaranya, upaya ILO melalui proyek Migrant Workers Empowerment and Advocacy yang dilaksanakan di Malaysia, upaya ILO melalui

proyek Safe and Fair, serta upaya ILO melalui proyek Asean Triangle yang akan di bahas dalam bab ini.

3.1 Upaya ILO Melalui Konvensi Internasional dalam Melindungi Pekerja Migran

International Labour Organization (ILO) sebagai organisasi internasional

pemerintah yang menjadi UN specialized agency memiliki tujuan dalam menetapkan dan mengembangkan instrumen internasional khususnya standart ketenagakerjaan yang berfokus pada perlindungan semua pekerja baik laki-laki maupun perempuan dalam sektor formal maupun non formal. Standart internasional atau instrumen internasional yang dibentuk ILO dapat berupa konvensi, deklarasi maupun rekomendasi yang memiliki keberpihakan terhadap kesejahteraan dunia

(2)

98

perburuhan internasional. Standart ketenagakerjaan fundamental yang dimiliki oleh ILO terdiri dari 8 konvensi dasar diantaranya adalah konvensi 29 tentang kerja paksa, konvensi 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan atas hak berorganisasi, konvensi 98 tentang hak berorganisasi dan berunding bersama, konvensi 100 tentang kesamaan upah, konvensi 105 tentang penghapusan semua bentuk kerja paksa, konvensi 111 tentang diskriminasi dalam pekerjaan, konvensi 138 tentang usia minimum kerja, konvensi 182 tentang penghapusan bentuk terburuk pekerjaan anak.131 Sedangkan konvensi yang secara khusus membahas dan mengatur mengenai pekerja migran juga dimiliki oleh ILO yaitu pada konvensi 48 tentang hak pekerja migran dalam menerima pensiun, konvensi 97 tentang migrasi untuk bekerja, dan konvensi 143 tentang pekerja migran (ketentuan tambahan).132 Meskipun pada beberapa konvensi terkait pekerja migran ini belum diratifikasi oleh Indonesia dan Malaysia sebagai negara yang akan diteliti dalam penelitian ini.

Namun adanya 8 konvensi fundamental ILO tersebut yang telah di ratifikasi oleh Indonesia dan Malaysia sebagian menjadi pokok aturan yang berkaitan dengan hak dasar pekerja dan sebagai upaya untuk memberikan pemenuhan hak perlindungan pekerja, baik pekerja dalam negeri maupun pekerja migran.

Adanya berbagai konvensi diatas menunjukkan bahwa adanya upaya dari keterlibatan ILO dalam turut serta melindungi pekerja migran melalui aturan atau standart yang telah dibuat. Selain melalui aturan konvensi tersebut, sebagai organisasi internasional yang memiliki ranah dalam bidang ketenagakerjaan, ILO

131 The ILO in Indonesia 2019, Op. Cit

132 Ibid

(3)

99

juga memiliki berbagai program/proyek dalam upaya melindungi pekerja migran.

Pada 2015 terdapat program Migrant Workers Empowerment and Advocacy (MWEA project) yang memiliki tujuan untuk memastikan hak pekerja migran dilindungi di Malaysia, kemudian ILO juga membentuk program ASEAN Triangle yaitu aksi tripatit dalam melindungi dan mempromosikan hak pekerja migran yang adil di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Tahun 2018 adanya program ILO Safe & Fair yang berupaya mewujudkan hak dan peluang perempuan pekerja migran di kawasan ASEAN yang akan penulis jelaskan lebih detail dalam sub selanjutnya.

3.2 Upaya ILO Melalui Proyek Migrant Workers Empowement and Advocacy (MWEA)

Proyek ILO Migrant Workers Empowerment and Advocacy (MWEA) dibentuk dengan tujuan untuk memastikan hak pekerja migran di Malaysia dilindungi. ILO sebagai representasi organisasi internasional yang turut terlibat dalam mengatasi masalah pekerja migran di Malaysia dengan membentuk proyek MWEA yang dimaksudkan untuk membangun kapasitas organisasi pekerja atau serikat pekerja dan organisasi masyarakat sipil lainnya untuk turut serta dalam membantu pekerja migran di Malaysia. Proyek yang diagendakan ILO dalam upaya memberikan perlindungan kepada pekerja migran yang ada di Malaysia pada tahun 2015-2019 di Malaysia ini memiliki 3 fokus utama yang dijadikan target, diantaranya adalah melakukan pemberdayaan pada organisasi masyarakat sipil Malaysia untuk lebih menghormati dan mendukung pekerja migran untuk

(4)

100

mendapatkan hak-hak nya sebagai pekerja migran di Malaysia, memberdayakan pekerja migran baik laki-laki maupun perempuan untuk mewujudkan hak-hak mereka, dan menginspirasi kaum muda Malaysia di kampus maupun media sosial untuk menunjukkan peningkatan dukungan pada pekerja migran dalam memperoleh hak dan kesejahteraan bagi pekerja migran yang ada di Malaysia.133

Salah satu faktor yang melatarbelakangi adanya proyek ILO MWEA di Malaysia dikarenakan negara Malaysia sebagai salah satu negara tujuan utama pekerja migran Asia sejak tahun 2015. Hal tersebut juga disampaikan oleh pihak BP2MI dalam wawancara dengan peneliti yang mengungkapkan banyaknya jumlah pekerja migran di Malaysia yang totalnya hampir 2 juta pekerja yang melalui jalur resmi dengan status reguler, dan terdapat sejumlah besar pekerja migran di Malaysia yang memiliki status irreguler. Tingginya jumlah pekerja migran yang datang ke Malaysia berbanding dengan banyaknya pelanggaran yang dialami oleh pekerja migran di Malaysia.134 Tingginya pelanggaran yang dihadapi pekerja migran yang bekerja di Malaysia terkhusus pada pekerja berketerampilan rendah yang dikenal dengan 3D (dirty, difficult and dangerous) sering mengalami tindak pelanggaran yang didapat dari penipuan agen dan kekejaman majikan mengenai biaya perekrutan yang terlalu mahal, hingga pelanggaran lainnya terkait syarat dan hak pekerja migran sesungguhnya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kesenjangan kebijakan ketenagakerjaan maupun implementasi kebijakan di Malaysia sehingga

133 Migrant Workers Empowerment and Advocacy (MWEA Project), ILO Project. Diakses dalam https://www.ilo.org/asia/projects/WCMS_596065/lang--en/index.htm (23/12/2021, 19:21 wib)

134 Wawancara penulis dengan Analis Perlindungan dan Pemberdayaan kawasan Asia dan Afrika, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Tri Cahyo Atmojo, Lamongan, 29 November 2021 melalui Zoom Meeting.

(5)

101

adanya perbedaan perlakuan pada warga negara dengan pekerja migran ditambah dengan masih adanya stigma negatif terhadap pekerja migran yang memperburuk kondisi mereka.

Upaya ILO dalam melindungi pekerja migran di Malaysia ditempuh ILO melalui program Migrant Workers Empowerment and Advocacy (MWEA).

Program ini bertujuan untuk memastikan hak pekerja migran dilindungi di Malaysia, terkhusus pekerja migran Indonesia dibidang manufaktur, konstruksi, dan pekerja rumah tangga (PRT).135 Dalam rangka mencapai tujuan utamanya, ILO juga berupaya untuk memberikan peningkatan pemahaman serta pendidikan bagi pekerja migran yang ada di Malaysia mengenai hak yang di dapat oleh pekerja migran baik hak individu maupun hak kolektif pekerja migran, selain itu ILO juga berupaya meningkatkan advokasi kepada pekerja migran di Malaysia atas dasar penegakan hak pekerja migran.136

Proyek MWEA dijalankan sebagai bentuk peningkatan pendidikan pekerja migran baik secara individu maupun kelompok untuk memberikan bantuan yang lebih berkualitas. Selain itu dalam proyek MWEA mampu mengadakan kegiatan peningkatan kesadaran dan advokasi melalui koordinasi antar stakeholder untuk melakukan dialog dalam memberikan advokasi atas nama pekerja migran yang

135 Fact Sheet, Protecting the Right of Migrant Workers through Empowerment and Advocacy, ILO Project. Diakses dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/publication/wcms_662369.pdf (14/12/2021, 20:08 wib)

136 Final Evaluation Protecting the Rights of Migrant Workers through Empowerment and Advocacy in Malaysia, Bureau of International Labor Affairs. Diakses dalam

https://www.dol.gov/agencies/ilab/protecting-rights-migrant-workers-through-empowerment-and- advocacy-malaysia (23/12/2021, 20.00 wib)

(6)

102

bertujuan memastikan hak pekerja migran yang lebih baik.137 Dalam rangka mengatasi hal tersebut melalui proyek MWEA ILO membangun serta memperkuat kapasitas stakeholder yang ada di Malaysia sebagai mitra ILO dengan sasaran proyek serikat pekerja yang ada di Malaysia, organisasi masyarakat sipil, asosiasi migran di Malaysia, Malaysian Trades Union Congress (MTUC), Tenaganita, Persatuan Sahabat Wanita Selangor (PSWS), dan North South Initiative (NSI).138

3.3 Upaya ILO Melalui Proyek Safe and Fair

Pada tahun 2018 adanya program ILO Safe and Fair: realizing women migrants worker rights and opportunities in the ASEAN region yang berupaya

untuk mewujudkan hak dan peluang yang adil bagi pekerja migran perempuan di kawasan ASEAN. Proyek ini merupakan bagian dari kerjasama antara Uni Eropa dengan PBB dalam Spotlight Initiative yang berupaya menghapus kekerasan terhadap perempuan dan gadis.139 Tujuan utama poyek ini adalah untuk memastikan migrasi tenaga kerja aman dan adil bagi perempuan di kawasan ASEAN dengan cara memperbaiki kerangka kerja migrasi tenaga kerja dan mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, meningkatkan akses informasi serta layanan bagi pekerja migran perempuan agar mereka dapat berjejaring dan berorganisasi, serta

137 Migrant Workers Empowerment and Advocacy (MWEA Project), ILO Project. Loc. Cit.

138 Protecting the Rights of Migrant Workers through Empowerment and Advocacy in Malaysia, Bureau of International Labor Affairs. Diakses dalam

https://www.dol.gov/agencies/ilab/protecting-rights-migrant-workers-through-empowerment-and- advocacy-malaysia (23/12/2021, 20.00 wib)

139 Safe and Fair: realizing women migrant workers rights and opportunities in the ASEAN region, ILO Project, Loc. Cit.

(7)

103

melakukan kampanye untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kontribusi pekerja migran perempuan.

Latar belakang adanya proyek ILO Safe and Fair sebagai upaya perlindungan pekerja migran terkhusus pekerja migran perempuan. Mengingat bahwa migrasi pekerja migran di ASEAN hampir setengah dari jumlah pekerja migran asal ASEAN adalah pekerja migran perempuan.140 Namun, tingginya pekerja migran perempuan dengan siklus migrasi saat ini membuat pekerja migran perempuan mengahadapi resiko yang lebih rentan terhadap kekerasan, penipuan yang mengarah pada human trafficking, serta diskriminasi terhadap pekerja perempuan dengan pembatasan akses dalam memperoleh proses perekrutan yang adil dan pekerjaan yang layak.

Kekerasan dan perdangangan manusia seringkali menimpa pekerja migran perempuan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari spektrum gender. Hal ini di dorong akibat norma dan budaya gender yang tidak ramah pada perempuan yang bekerja sebagai pekerja migran, sehingga menyebabkan adanya pembatasan akses bagi pekerja migran perempuan dalam mengakses migrasi reguler dengan pekerjaan yang terampil, aman dan dibayar secara layak yang disesuaikan dengan beban pekerjaan yang diperoleh. Namun status pekerja migran perempuan baik reguler maupun irreguler tidak menutup kemungkinan bagi pekerja migran perempuan menghadapi diskriminasi dan eksploitasi dari agen, majikan maupun pihak lainnya.

Padahal faktanya, tingginya pekerja migran perempuan yang melakukan migrasi di

140 Safe and Fair: Realizing Women Migrant Workers Rights and Opportunities in the ASEAN region, ILO Project, diakses dalam https://www.ilo.org/asia/projects/WCMS_632458/lang-- en/index.htm (11/12/2021, 21:09 wib)

(8)

104

kawasan ASEAN juga memberikan kontribusi positif secara sosial dalam pemberdayaan perempuan maupun secara ekonomi bagi negara tujuan maupun negara asal. Namun kontribusi positif pekerja migran perempuan tersebut tidak dibarengi dengan perlindungan, keselamatan dan hak asasi pekerja migran perempuan yang mendapat perlindungan sepenuhnya. Sehingga menurut ILO permasalahan perlindungan pekerja migran perempuan perlu adanya perubahan norma dan budaya yang responsif gender dengan perbaikan tata kelola migrasi tenaga kerja guna mencapai migrasi yang aman dan adil bagi semua perempuan dikawasan ASEAN dengan diadakannya proyek ILO Safe and Fair ini yang dilaksanakan melalui kemitraan ILO dengan UN Women pada 2018-2022 yang merupakan program global dilaksanakan di seluruh negara dalam kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.141

Program ILO sebagai upaya perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia yang dilaksanakan di Indonesia salah satunya adalah Safe & Fair Project yang bertujuan untuk mewujudkan hak dan peluang perempuan pekerja migran di kawasan ASEAN.142 Proyek Safe and Fair sebagai upaya perlindungan pekerja migran Indonesia terkhusus pada perempuan. Proyek ini berupaya untuk memberikan perlindungan kepada pekerja migran perempuan dengan membuat kerangka tata kelola migrasi yang responsive gender guna mengurangi kerentanan kondisi pekerja migran perempuan dari kekerasan dan perdagangan orang.143

141 Ibid

142 Ibid

143 Wawancara penulis dengan Cordinator ILO Project Safe and Fair: Realizing Women Migrant Workers Rights and Opportunities in the ASEAN region, Sinthia Dewi Harkrisnowo, Malang, 5 November 2021 melalui Zoom Meeting.

(9)

105

Program ini dibentuk guna memastikan migrasi tenaga kerja yang aman dan adil bagi perempuan dan memperkuat tata kelola migrasi tenaga kerja dan mengatasi resiko dalam alur sistem migrasi yang rawan terhadap tindakan pelanggaran mulai dari kekerasan hingga perdagangan manusia, serta mendukung akses ke layanan penting. Adanya penguatan migrasi yang dilakukan melalui pendekatan berbasis hak yang responsif gender guna meminimalisir kekerasan terhadap perempuan.144 Upaya yang dilakukan ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia dimulai dari pemberangkatan calon pekerja migran yang dilaksanakan di Indonesia melalui proyek Safe and Fair ini memiliki rencana 3 capaian program yaitu agar lebih terlindunginya pekerja migran perempuan dengan adanya tata kelola migrasi yang peka terhadap gender dengan cara memperbaiki kerangka kerja migrasi pekerja migran guna mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, terbentuknya layanan yang terkoordinasi yang dapat bermanfaat bagi pekerja migran perempuan yang rentan terhadap kekerasan dan perdagangan manusia yang dilakukan dengan memudahkan akses informasi dan layanan bagi pekerja migran dan mendapatkan kesempatan bagi pekerja migran untuk berjejaring, serta diupayakan untuk dapat meningkatkan pemahaman dan sikap mengenai hak dan kontribusi dari pekerja migran perempuan yang dibuktikan dengan data tentang pengalaman pekerja migran perempuan serta dilakukan melalui kampanye kontribusi positif pekerja migran perempuan.145

144 Ibid

145 Safe and Fair: Realizing Women Migrant Workers Rights and Opportunities in the ASEAN region, ILO Project, Loc. Cit

(10)

106

Proyek Safe & Fair memiliki tujuan untuk memastikan bahwa migrasi tenaga kerja secara aman dan adil bagi semua perempuan di kawasan Asia Tenggara.146 Koordinator proyek ILO, Sinthia Harkrisnowo dalam wawancara menjelaskan bahwa migrasi yang aman dan adil dengan pendekatan berbasis gender ini dilakukan guna memastikan tata kelola migrasi yang ramah bagi perempuan.

Adanya kesempatan bagi perempuan migran untuk mengakses pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan posisi mereka dalam keluarga maupun masyarakat secara luas.147 Proyek yang merupakan program kemitraan ILO dengan UN Women serta bekerjasama dengan UNODC ini dalam menjalankan program perlindungan pekerja migran perempuan Indonesia dengan mengembangkan LTSA yang di integrasikan dengan MRC yang dibentuk ILO di beberapa daerah sebagai lembaga yang memberikan perlindungan secara menyeluruh kepada pekerja migran dengan adanya layanan psiko-konseling, informasi pra kerja, pelatihan calon pekerja migran, advokasi, pengaduan, serta pembinaan terhadap korban permasalahan pekerja migran.

3.4 Upaya ILO Melalui Proyek Asean Triangle

Program ASEAN Triangle yaitu aksi tripatit dalam melindungi dan mempromosikan hak pekerja migran yang adil di kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan salah satu program ILO dalam upaya

146 Ibid

147 Wawancara penulis dengan Cordinator ILO Project Safe and Fair: Realizing Women Migrant Workers Rights and Opportunities in the ASEAN region, Sinthia Dewi Harkrisnowo, Loc. Cit

(11)

107

melindungi pekerja migran. Asean Triangle dibentuk untuk memberikan bantuan teknis guna menciptakan kebijakan migrasi, perangkat dan layanan yang tepat untuk meningkatkan kontribusi migrasi kerja yang adil, inklusif dan stabil di ASEAN.148 Proyek ILO Asean Triangle fase kedua ini dilaksanakan pada 2015- 2025 di dukung oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) atau Aus Aid dan Global Affairs Canada (GAC) sebagai upaya global ILO untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalisir resiko dalam migrasi tenaga kerja.

Aktivitas proyek Asean Triangle yang merupakan tujuan utama dibentuknya program ini adalah untuk memberikan perlindungan pada pekerja migran perempuan dan laki-laki agar lebih terlindungi dalam kerangka tata kelola migrasi yang benar. Selain itu juga pembangunan kebijakan yang dapat memberikan manfaat kepada pekerja migran perempuan maupun laki-laki dalam berkontribusi untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Proyek Asean Triangle bekerja berdasarkan 3 bidang utama yaitu; Pertama, Perlindungan pada pekerja migran perempuan dan laki-laki agar lebih terlindungi melalui kerangka tata kelola migrasi yang aman. Kedua, pembangunan kebijakan dan program yang dapat memberikan manfaat bagi pekerja migran perempuan maupun laki-laki dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Ketiga, sistem mobilitas pekerja migran yang lebih peka terhadap gender sehingga dapat meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja.149

148 Triangle in Asean, ILO Project, ILO. Diakses dalam

https://www.ilo.org/asia/projects/WCMS_428584/lang--en/index.htm (27/12/2021, 20:31 wib)

149 Key Result Asean Triangle 2011-2020. ILO Project. Diakses dalam https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-

bangkok/documents/projectdocumentation/wcms_718233.pdf (27/12/2021, 20:53 wib)

(12)

108

Upaya ILO melalui proyek Asean Triangle dilakukan dengan mitra program ILO dengan sekretariat ASEAN dan badan-badan ASEAN yang terkait diantaranya Asean Trade Union (ATUC), Asean Confederation Enterpreneur (ACE),

kementerian ketenagakerjaan, serikat pekerja, perusahaan perekrutan/penyalur pekerja migran, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil yang berada di enam negara intervensi yang menjadi sasaran proyek Asean Triangle diantaranta, negara Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Myanmar.150

Proyek Asean Triangle dalam setiap pelaksanaan kegiatan perlindungan pekerja migran Indonesia di Malaysia memiliki tiga tema besar proyek yaitu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, mendukung adanya keterlibatan swasta, serta perlindungan dilakukan melalui komunikasi, advokasi dan visabilitas.151 Salah satu bentuk konkrit dari adanya upaya ILO melalui proyek Asean Triangle adalah dengan dibangunnya layanan langsung yang dapat diakses oleh pekerja migran dan komunitasnya melalui jaringan pusat layanan Migrant Workers Resources Center (MRC) yang didirikan ILO di enam negara yang

menjadi sasaran proyek Asean Triangle. Adanya pusat layanan tersebut didirikan melalui program kemitraan bersama pemerintah, serikat pekerja dan organisasi masyarakat sipil yang ditujukan untuk memberikan layanan pada pekerja migran di negara asal maupun negara tujuan pekerja migran.152

150 Ibid

151 Triangle in Asean, ILO Project, ILO. Loc. Cit

152 Ibid

(13)

109

Berdasarkan upaya yang telah dilakukan ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia melalui berbagai konvensi internasional ILO, juga melalui proyek ILO menunjukkan adanya keterlibatan aktif dari organisasi internasional ILO. Melalui tiga proyek ILO dalam melindungi pekeja migran Indonesia di Malaysia yaitu pada proyek MWEA yang berupaya sebagai penyedia layanan manajemen kasus di Malaysia, sedangkan pada proyek Safe and Fair dan Asean Triangle berupaya untuk menyediakan layanan yang dapat diakses oleh pekerja migran di negara tujuan maupun negara asal serta berupaya untuk meningkatkan penyadaran terhadap pekerja migran mengenai hak pekerja migran dan juga penyadaran terhadap masyarakat luas mengenai kontribusi positif pekerja migran Indonesia.

Adanya keterkaitan antara tiga proyek ILO sebagai upaya untuk memberikan perlindungan terhadap pekerja migran secara menyeluruh mulai dari negara asal hingga negara tujuan di kawasan ASEAN. Dibangunnya Migrant Workers Resoruces Center (MRC) dalam kerangka proyek MWEA, Safe and Fair

dan Asean Triangle ini bekerja untuk memastikan bahwa pekerja migran dapat memperoleh informasi resmi serta konseling pra kerja sebelum melakukan migrasi ke negara tujuan terkait kondisi negara tujuan. Selain itu juga adanya layanan yang dapat diakses bagi calon pekerja migran terkait pelatihan kejuruan pekerja migran dan juga informasi peluang kerja di luar negeri. MRC juga menyediakan layanan pengaduan oleh pekerja migran ketika mengalami permasalahan di negara penempatan yang dapat dibantu melalui rujukan kepada penyedia layanan tertentu

(14)

110

seperti kesehatan, kehakiman, pihak imigrasi maupun layanan lainnya dalam rangka membantu penyelesaian permasalahan pekerja migran.

MRC sebagai salah satu wujud nyata adanya upaya ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia yang dibangun melalui tiga proyek ILO dan dan didirikan di negara Indonesia maupun Malaysia sebagai upaya ILO dalam memberikan perlindungan mulai dari negara asal hingga negara penempatan. MRC Indonesia berdiri pada tahun 2021 dibawah proyek Safe and Fair yang berada di empat daerah yaitu Cirebon, Lampung, Tulungagung, dan Blitar. Adanya MRC di Indonesia ini merupakan bagian dari kerjasama ILO dengan pemerintah, CSO dan serikat pekerja yang ada di Indonesia. Sedangkan MRC di Malaysia telah ada sejak tahun 2011 pada proyek Asean Triangle yang didirikan di Penang dan Selangor dibawah skema kerjasama ILO dengan serikat pekerja Malaysia (MTUC). Pada tahun 2016 melalui proyek MWEA adanya MRC di Malaysia di daerah Kuala Lumpur dan Penang sebagai hasil kerjasama ILO dengan CSO yang ada di Malaysia. Proyek Safe and Fair di Malaysia juga turut mendirikan MRC antara tahun 2019-2020 yang berhasil didirikan di Klang Valley dan Perak melalui kerjasama ILO dengan CSO di Malaysia sebagai upaya perlindungan terhadap pekerja migran yang ada di Malaysia.153

Melalui upaya ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia yang telah penulis paparkan diatas. Selanjutnya sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu akan menganalisis lebih dalam terkait tingkat keberhasilan organisasi

153 MRC Mapping ILO, ILO. Diakses dalam https://www.ilo.org/asia/areas/labour- migration/WCMS_775074/lang--en/index.htm (27/12/2021, 21:04 wib)

(15)

111

internasional dengan mengukur dan mengetahui efektivitas ILO dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori efektivitas organisasi internasional Frank Biermann dan Baueur yang akan dibahas dalam bab selanjutnya guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu mengetahui keefektivitasan ILO berdasarkan upaya yang telah dilakukan dalam melindungi pekerja migran Indonesia di Malaysia.

Referensi

Dokumen terkait

Tragedi ini terjadi saat masyarakat yang bergabung dengan mahasiswa melakukan aksi protes terhadap jadwal pelaksanaan dan kegiatan Sidang Istimewa yang memakan banyak korban baik

Di laman SNMPTN 2015, tersedia contoh/template Borang isian data kesehatan siswa, Lembar Pernyataan Keaslian/Orisinalitas, Surat Rekomendasi KONI/Pengurus cabang OR, dan

Sejalan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan di dalam negeri, pilihan untuk bekerja menjadi pekerja rumah tangga (PRT) pun dilakukan oleh sebagian para tenaga kerja

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan

Untuk menggambarkan pengaruh dari penentuan nilai batas ini, maka dalam penelitian ini akan digunakan 2 metode untuk menentukan parameter-parameter distribusi yaitu metode

1) Sumber data person, yaitu sumber data berupa orang dalam hal ini adalah mereka yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Sumber data dalam bentuk orang terbagi dua,

Studi komparasi yang telah dilakukan ada pada 4 bangunan. Tiga bangunan diantaranya adalah bangunan PLUT dan satu bangunan serupa. Survei dilkakukan secara langsung

Menurut William Dunn dalam Kusnadi (2000:51) menyebutkan ada 3 kriteria yang perlu diperhatikan dalam menganalisis suatu kebijakan publik: (1) Effectiveness ,