ANXIETY DALAM PERSPEKTIF HADIS (Kajian Tematik Hadis)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Hadis
Oleh :
SYUKRON MA’MUN NIM. 11830112995
Pembimbing I:
Dr.H. Zailani, M.Ag
Pembimbing II:
Dr. Alpizar, M.Si
PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1444 H/2023 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis/skripsi ini tepat pada waktu yang telah direncanakan. Sholawat beserta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ruslan dan Ibunda Hernita, beserta kakak tercinta Hanna Watriyah dan adik tercinta Nadilla Ruslaini. Berkat perjuangan dan kegigihan beliau penulis dapat merasakan nikmat ilmu pengetahuan, berkat doa dan dukungan beliau juga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, ketenangan, dan membalas semua jasa-jasamu wahai ayah dan ibu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Kepada Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yakni Prof.
Dr. H. Hairunas, M.Ag., beserta jajarannya.
2. Kepada Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. H. Jamaluddin, M.Us., Wakil Dekan I Dr. Rina Rehayati, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Afrizal Nur, MIS., dan Wakil Dekan III Dr. H. M. Ridwan Hasbi, Lc., M.Ag.
3. Kepada Ayahanda Dr. Adynata, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hadis.
4. Kepada Ayahanda Usman, M.Ag., selaku dosen Penasehat Akademik sejak awal hingga akhir perkuliahan.
5. Kepada Ayahanda Dr. H. Zailani, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
ii
membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Kepada Bapak dan Ibu Dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta pelayanan yang baik kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. .
8. Kepada teman-teman jurusan Ilmu Hadis lokal A sejak awal hingga akhir perkuliahan yang telah menemani dan menjadi teman diskusi dalam pembuatan skripsi ini.
9. Kepada senior jurusan Ilmu Hadis yang turut membantu dan memberikan arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
10. Kepada teman-teman KKN Sialang Munggu Squad yang turut memberikan semangat serta dukungan kepada penulis sejak awal penulisan hingga ujian munaqasah.
Semoga semua jasa yang telah dilakukan menjadi amal dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi menyempurnakan skripsi ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Aamiin yarabbal‟alamin.
Pekanbaru, Desember 2022 Penulis,
Syukron Ma’mun 11830112995
iii DAFTAR ISI Halaman Judul
Pengesahan Nota Dinas
Persetujuan Penasehat Akademik Dan Ketua Prodi Surat Pernyataan
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
صخهم ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Penegasan Istilah ... 5
C. Identifikasi Masalah ... 6
D. Batasan Masalah ... 7
E. Rumusan Masalah ... 7
F. Tujuan Penelitian... 8
G. Manfaat Penelitian... 8
H. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 10
A. Landasan Teori ... 10
1. Anxiety ... 10
2. Kajian Tematik Hadis ... 25
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis & Metode Penelitian... 30
B. Sumber Data Penelitian ... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ... 31
D. Teknik Analasis Data ... 32
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ... 33
A. Status dan Pemahaman Hadis. ... 33
1. Tabah Menghadapi Anxiety ... 32
2. Cinta Akhirat Menghilangkan Anxiety. ... 35
3. Memperbanyak zikir menghilangkan Anxiety ... 37
B. Analisis ... 41
BAB V PENUTUP ... 58
A. Kesimpulan... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
iv
Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surah Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide to Arabic Tranliterastion), INIS Fellow 1992.
A. Konsunan Tunggal
Arab Latin Arab Latin
ا A ط Th
ة B ظ Zh
د T ع „
ث Ts غ Gh
ج J ف F
ح Ḥ ق Q
خ Kh ك K
د D ل L
ذ Dz و M
ز R ٌ N
ش Z ٔ W
س S ِ H
ش Sy ء ‟
ص Sh ي Y
ض Dl
v B. Vocal, Panjang dan diftong
Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang= Â misalnya لبق menjadi qâla Vokal (i) panjang= î misalnya ميق menjadi qîla Vokal (u) panjang= Û misalnya ٌٔد menjadi dûna Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan
“i”, melainkan tetap ditulis dengan „iy”: agar dapat menggambarkan ya‟
nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah di tulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:
Diftong (aw) = ٕـ misalnya لٕق menjadi qawlun
Diftong (ay) = ـيـ misalnya سيخ menjadi khayru
C. T a’ marbȗthah )ة(
Ta‟ marbȗthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila Ta‟ marbȗthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya خسزدًهن خنبس سنا menjadi al-risalat li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya ىف الله خًحز menjadi fi rahmatillah.
D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” )لا( ditulis huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh Jalâlah yang berada di tengah- tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan ...
2. Al-Rawi adalah ...
3. Masyâ‟ Allâh kâna wa mâ lam yasya‟ lam yakun...
vi
Skripsi ini berjudul "Anxiety Dalam Perspektif Hadis (Kajian Tematik Hadis)". Kecemasan sebenarnya pernah dirasakan oleh semua oarng. Adapun perasaan cemas yang mereka hadapi ialah seperti cemas terhadap sesuatu yang buruk menimpa mereka atau seperti merasa cemas terhadap hal buruk yang mungkin akan terjadi terhadap mereka. Namun yang menjadi permasalahan sekarang ialah banyak orang yang tidak bisa mengendalikan perasaan itu dengan baik sehingga bnyak dari mereka yang frustasi, stres dan yang terburuk adalah mengalami gangguan jiwa. Lalu bagaimana sebenarnya cara terbaik dalam mengatasi kecemasan ini dan apa sebenarnya tujuan allah memberikan rasa cemas kepada manusia?. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research) Metode Kualitatif. Adapun sumber data primernya adalah kitab Shahih Bukhari dan kitab syarah Fathul bari dan juga kitab Shahih Muslim dengan syarahnya Kitab Sarah Shahih Muslim. Hasil dari penelitian ini, maka dapatlah beberapa bentuk kecemasan yang ditemukan yaitu cemas akan kejadian masa lalu yang buruk, cemas dalam menjalani masa sekarang dan juga kekhawatiran dalam menghadapi masa yang akan datang. Dari beberapa bentuk kecemasan tersebut timbullah perasaan Anxiety seperti sedih, takut, perasaan yang menyesakkan dada dan perasaan gelisah tanpa ada sebabnya. Anxiety (kecemasan) dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu: tidak terlalu berambisi dalam mengejar dunia, berzikir kepada Allah, berbuat baik serta perbanyak berdoak kepada Allah.
Adapun hikmah dari rasa cemas yang Allah berikan kepada kita adalah agar kita selalu berusaha mengikuti perintah Allah, selalu takut padaNya, selalu hanya bergantung padaNya, serta sebagai penghapus dosa kita.
Kata Kunci: Tematik, Hadis, Anxiety
vii ABSTRACT
This thesis is entitled "Anxiety in the Perspective of Hadith (Thematic Study of Hadith)". Anxiety has actually been felt by everyone. Like worrying about something bad happening to them or like feeling worried about something bad that might happen to them. However, the problem now is that many people cannot control these feelings properly so that many of them are frustrated, anxious, stressed and the worst thing is experiencing mental disorders. Then what exactly is the best way to deal with this anxiety and what is the real purpose of Allah giving anxiety to humans? This research uses library research (Library Research) Qualitative Method. The primary data sources are the book of Shahih Bukhari and the book of Fathul bari verses and also the book of Sahih Muslim with the syarah of the book Sarah Shahih Muslim. The results of this study, several forms of anxiety can be found, namely anxiety about bad past events, anxiety in living the present and also worry in facing the future. From these several forms of anxiety arise feelings of anxiety such as sadness, fear, a feeling of suffocation and feelings of anxiety for no reason. Anxiety (anxiety) can be overcome in several ways, namely: not being too ambitious in pursuing the world, remembering Allah, doing good and praying to Allah more. The wisdom from the anxiety that God gives us is that we always try to follow God's commands, always fear Him, always depend only on Him, and as an eraser of our sins
Keywords: Thematic, Hadith, Anxiety
viii
لا هذى ثحب وبرعش دقل .")يملعلا ثيدلحا ةيعوضوم ةسارد( ثيدلحا ةرظن نم قلقلا" ناونعلا تتح
كلذ عمو .مهبيصيس ام ىلع وب روعشلا وأ ةئّيسلا ءايشلأا ةباصإب مهفّوختك .ُقلقلا ناسنلإا عيجم ب مىرّثأيف ،هاومّظنيو هاوبيعتسي نأ نوردقي لا ناسنلإا نم يرثك يى ةلكشلدا نإف ، عزجو ، جاعزا
وتباصإ نم يقيقلحا فدلذا وى امو ونع ةياقولل ةقيرطلا لضفأ ةّيفيكف .ًانونلر نوكي ّتّح ، عدُصو تانايبلا رداصمو .)ةيثحبلا ةبتكلدا( يعونلا ثحبلا وى ثحبلا اذى مدختسي و ؟َناسنلإا ُللها ملسم حيحص و يراخبلا حيحص باتك نم ةذوخأم ةساردلا هذى نم ةيبتكلدا جئاتنلاف .امهحرشو
ةهجاوم ىلع قلقلا و ةقباسلا ةئيسلا ةعقاولا ىلع قلقلا يىو ةيقلقلا لاكشلأا يى ةساردلا هذى فولخاو نزلحا لثم قلقلا روعش أشنت لاكشلأا هذى نمو .لبقتسلدا لابقبسا ىلع قلقلا و ةرضالحا نع ةياقولل قرطلا كانى .ببس نود نم ةسوسولاب روعشلاو ردصلا قانتخاو حومطلا مدع :يىو ، و
قلقلا نم ةدافتسلدا ةمكلحا ّنإف .ءاعدلا يرثكت و ، لحاصلا لمعلاو ، للها ركذو ، ايندلا ةّهم ىلع ، ويلع اًمئاد دمتعنو ، وب فولخاو ، للها رماوأب لمعلا ىلع اًمئاد ليوحتلا يى للها هاطعأ يذلا بنذلا رفغمو .
:ةيحاتفملا تاملكلا
، ثيدلحا ، عوضولدا
قلقلا
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2017 terdapat beberapa masalah kesehatan mental terbanyak yaitu gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perlaku, autis, gangguan perilaku makan, cacat intelektual dan attion deficit hyperactivity disorder. Remaja merupakan salah satu kelompok yang dapat mengalami masalah kesehatan mental. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, penduduk berusia ≥ 15 tahun mengalami gangguan mental emosional lebih dari 19 juta dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Gangguan depresi pada remaja usia 15-24 tahun sebesar 6,2%. Prevalensi depresi pada penduduk umur lebih 15 tahun di Provinsi Jambi adalah 1,8%.1
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, ditemukan aneka ragam cara menghadapi masalah atau keadaan yang kurang menyenangkan. Ada orang yang mudah patah semangat, menyerah kepada keadaan, kehilangan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, bahkan menjadi putus asa dan murung. Misalnya orang yang ditimpa suatu penyakit yang membahayakan, seperti penyakit jantung, kanker, lever dan sebagainya. Orang yang lemah semangat hidupnya, akan tenggelam dalam kesedihan, dan membayangkan kematian yang akan segera datang menghampirinya, seolah-olah setiap saat nyawanya akan putus. Orang yang dulu kuat bersemangat, kini menjadi lemah tak berdaya, sedih dan takut menghadapi maut yang terasa mengintip-intip kesempatan untuk menerkam dirinya.2
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya- upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi. Tehnologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap globalisasi. Menurut asal katanya globalisasi diambil dari kata global yang berarti dunia. Globalisasi dapat diartikan sebagai proses masuknya keruang lingkup dunia. Banyak kalangan menyadari
1 Hafifatul Auliya Rahmy & Muslimahati, “Depresi dan Kecemasan Remaja Ditinjau dari Perspektif Kesehatan dan Islam”, Journal of Demography, Vol. 1, No. 1, (2021), hlm. 35-36.
2 Syansidar," Doa sebagai metode pengobatan psikoterapi islam", fakultas dakwah dan komunikasi UIN Alauudin Makassar.hlm 3
bahwa globalisasi banyak membawa dampak positif, diantaranya komunikasi lebih canggih, transportasi lebih cepat dan lain–lain. Tapi tanpa kita sadari Globalisasi juga banyak membawa dampak negatif.3
Salah satu dampak negatifnya ialah timbulnya tantangan bagi angkatan kerja baru sekarang yang sudah bekerja maupun yang belum mendapatkan pekerjaan serta angkatan kerja di masa-masa mendatang dalam kurun abad ke-21 yang mengharuskan tuntutan profesionalisme yang semakin meningkat.
Persaingan mendapatkan pekerjaan, dan persaingan di tempat kerja juga semakin sengit dan menantang. Tantangan para pekerja dewasa ini dan di masa mendatang dalam menghadapi dan melaksanakan pekerjaannya serta dalam pengembangan karir dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, kesempatan (opportunity), motivasi, ketrampilan dan prestasi, kompensasi dan tunjangan, kepuasan kerja, budaya organisasi, perkembangan teknologi, ekonomi suatu negara, persaingan global, dan yang di dalamnya faktor silang budaya.4
Belum lagi keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia sangat cukup tinggi dari tahun ke tahun, lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan" dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada. Sementara dampak sosial dari jenis pengangguran ini relatif lebih besar dan banyak efek negatif dari hal ini salah satunya tinggkat kriminalitas tiap daerah juga ikut bertambah karena dorongan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran Indonesia per Februari 2017 mencapai 7,01 juta jiwa atau menurun tipis dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 7,02 juta jiwa. Dari data BPS juga, diketahui bahwa tingkat pengangguran terbuka tercatat 5,33%, sementara pada Februari 2017 sebesar 5,50%. Porsi paling besar dari pengangguran ada di perkotaan dengan 6,5%.5
3 Nurhaidah & M. Insya Musa, “Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia”, JURNAL PESONA DASAR, Vol. 3, No. 3, (April 2015), hlm. 1-2.
4 Menara Simanjuntak, “Peningkatan Perilaku Profesionalisme Pekerja Menghadapi Tantangan Globalisasi Pada Abad 21”, BINUS BUSINESS REVIEW, Vol.1, No.2, (November 2010), hlm. 320.
5 Khodijah Ishak, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Dan Inflikasinyaterhadap Indek Pembangunan Di Indonesia”, ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id, Vol.
1, No. 10, (2019), hlm. 25-26.
3
Ditambah lagi wabah Covid-19 yang menerpa kita belakangan ini, sudah barang tentu menimbulkan dampak negatif yang luar biasa. Diantara dampak negatif itu ialah menimbulkan stress. Stress tersebut bisa dialami oleh siswa/mahasiswa yang biasa belajar di sekolah maupun kampus, serta karyawan/pekerja yang biasa bekerja di kantor maupun perusahaan. Kuantitas tuntutan yang diberikan dan kejenuhan, serta kekhawatiran akan di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dari perusahaan tempat mereka bekerja dapat menyebabkan stress tersendiri Pada sisi lain, stress dialami oleh anggota keluarga yang sakit dan yang meninggal karena Covid-19. Protokol Kesehatan yang harus ditaati mengakibatkan tekanan tersendiri bagi penderita dan keluarga yang tidak bisa merawat secara langsung. Demikian juga dengan keluarga yang meninggal karena terkena virus corona, akan mendapatkan tekanan tersendiri dari lingkungan sekitar, karena khawatir tertular.6
Terhitung sebanyak 64,3 persen dari 1.522 orang responden memiliki masalah psikologis cemas atau depresi setelah melakukan periksa mandiri via daring terkait kesehatan jiwa dampak dari pandemi Covid-19 yang dilakukan di laman resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI).
Gejala cemas paling utama yang dirasakan responden adalah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, khawatir berlebih, mudah marah atau jengkel, dan sulit untuk rileks. Sementara gejala depresi utama yang dirasakan gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga, dan kehilangan minat. Hal itu dirasakan oleh para responden pada separuh waktu dan hampir sepanjang hari dalam dua minggu terakhir.7
Tak berhenti sampai disitu, kecemasan juga terjadi karena faktor rendahnya ekonomi seseorang. Didalam jurnal Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia lima tahun terakhir (Studi Kasus Pada 33 Provinsi) yang dibuat oleh Nur Zuhdiyati dikatakan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang yang sudah berumur 57 tahun, masih mengalami masalah
6 Ibid.
7 Tim Reporter Tirot.id, “Pandemi COVID-19 Survei: 64,3% dari 1.522 Orang Cemas &
Depresi karena COVID-19”, dikutip dari https://tirto.id/survei-643-dari-1522-orang-cemas- depresi-karena-covid-19-fgPG, pada tanggal 1 Mei 2020.
kemiskinana sebesar 24% jika angka kemiskinan di bawah 1$US dari 240 juta jiwa. Namun, jika angka kemiskinan menggunakan standart hidup dibawah 2$
maka angka kemiskinan tersebut melonjak menjadi 35%. Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini dirasa masih kurang efektif dalam mengatasi masalah kemiskinan yang ada.8
Sebagai seorang Muslim sudah seyogyanya kita bersabar atas keburukan yang terjadi dan menimpa kita. Selain tentunya semua itu mengandung hikmah, kejadian-kejadian tersebut juga menjadi penyebab terhapusnya dosa-dosa kita. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi.
َُلز ْنَع ٍدَّمَُلز ُنْب ُرْ يَىُز اَنَ ثَّدَح وٍرْمَع ُنْب ِكِلَمْلا ُدْبَع اَنَ ثَّدَح ٍدَّمَُلز ُنْب ِوَّللا ُدْبَع ِنَِثَّدَح ِنْب ِدَّم
َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَعَو ِّيِرْدُْلخا ٍديِعَس ِبَِأ ْنَع ٍراَسَي ِنْب ِءاَطَع ْنَع َةَلَحْلَح ِنْب وِرْمَع ِِّبَّنلا ْنَع
ىَّلَص
َلاَو ىًذَأ َلاَو ٍنْزُح َلاَو ٍّمَى َلاَو ٍبَصَو َلاَو ٍبَصَن ْنِم َمِلْسُمْلا ُبيِصُي اَم َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ُهاَياَطَخ ْنِم اَِبِ ُوَّللا َرَّفَك َّلاِإ اَهُكاَشُي ِةَكْوَّشلا َّتَّح ٍّمَغ ىراخبلا هاور(
)
Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin 'Amru telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah dari 'Atha` bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri dan dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa musibah berupa keletihan, penyakit, keresahan, kesedihan, gangguan dan kegundahan bahkan duri yang melukainya sekalipun, melainkan Allah akan hapus kesalahannya.” (Hadis Riwayat Bukhari no.
5210).”9
Adapun yang menjadi permasalahan pokoknya sekarang adalah banyak orang yang tidak bisa mengendalikan perasaan Anxiety dengan baik sehingga sangat penting dikaji untuk mengetahui bagaimana Anxiety dalam perspektif hadis, dan bagaimana realisasi solusi atas Anxiety dalam kehidupan. Kemudian bagaimna amalan-amalan sebagai solusi dalam mengatasi Anxiety(kecemasan).
Kemudian bagaimana dengan mereka yang selalu dihantui terhadap kejadian masa lalu yang buruk menimpa mereka dan bagaimana pula dengan mereka yang merasa cemas dalam menghadapi masa sekarang dan juga khawatir terhadap
8 Nur Zuhdiyaty, “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir (Studi Kasus Pada 33 Provinsi)”, Jurnal JIBEKA, Vol.
11, NO. 2, (Februari 2017), hlm. 27.
9 Imam Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo, Darussyu'ab, 1987), hlm. 148.
5
bagaimana nanti kehidupanya pada masa yang akan datang. Maka pentingnya penelitian ini dibuat supaya agar kecemasan yang ada dalam diri seseorang tidak berkelanjutan hingga mengakibatkannya menjadi depresi yang tidak dapat tertolong lagi. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Anxiety Dalam Persepktif Hadis (Kajian Hadis Tematik).
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan penerangan istilah-istilah sebagai berikut.
1. Anxiety (kecemasan)
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “Anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, seperti perasaan tidak enak, perasaan kacau, was-was dan ditandai dengan istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang dialami dalam tingkat dan situasi yang berbeda-beda, Atkinson dalam Ardiyanto (2012).
Pendapat di atas menjelaskan bahwa kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respon- respon fisiologis10
2. Perspektif
Perspektif dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan menjadi dua defenisi. Yang pertama ialah cara melukiskan suatu benda dan lain-lain pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata tiga
10 Hengki Kumbara , Yogi Metra, & Zulpikar Ilham, “Analisis Tingkat Kecemasan (Anxiety) Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten Banyuasin Pada Porprov 2017”, Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol. 17, No 2, (Juli – Desember 2018), hlm. 29.
dimensi (panjang, lebar, dan tinggi). Yang kedua ialah sudut pandang;
pandangan.11 3. Hadis
Hadis menurut bahasa ialah al-Jadid (baru), bentuk jamaknya adalah Al Ahaadits, bertentangan dengan qiyas. Menurut istilah ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir (diamnya) maupun sifatnya.12
4. Kajian Tematik Hadis
Tematik atau tema menurut kamus Bahasa Indonesia adalah pokok pikiran atau dasar cerita.13 Kajian hadis tematik ialah langkah yang digunakan untuk melacak, menghimpun, dan menentukan tema-tema yang berkaitan dengan topik penelitian.14
C. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang penulis ajukan dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut.
1. Adanya fenomena pandemi yang akhirnya membuat banyak orang anxiety bahkan mereka merasa takut akan hal buruk yang akan menimpa mereka.
2. Maraknya kemiskinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, dan sulitnya mencari pekerjaan, Sehingga hal demikian itu menjadikan mereka anxiety.
3. Besarnya dampak anxiety pada diri seseorang jika dibiarkan begitu saja bisa mengakibatkan trauma yang berkepanjangan dan depresi yang mendalam.
4. Adanya anxiety terjadi dimasyarakat dan mereka tidak kembali kepada agama, sehingga dibutuhkan penjelasan berdasarkan hadis Nabi.
11 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 1167.
12 Mahmud Thahan, Ilmu Mushthalah Hadits, Terj. Abu Fuad, (Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, 2010), hlm. 13.
13 Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 1663.
14 Dede Mardiana, “Rasulullah Saw. dan Pencegahan Wabah Covid-19: Studi Tematik Hadis-hadis Penyakit Menular”, Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, Vol. 1, No. 3, (Agustus 2021), hlm. 150-151.
7
5. Maraknya terjadi dikalangan masyarakat pengguna alkohol atau minuman keras dengan alasan untuk menghilangkan stres/depresi.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan masalah dalam membahas permasalahan yaitu, penelitian ini akan membahas Anxiety dalam perspektif hadis kajian tematik hadis.
Melalui pencarian dari kitab Mu‟jam al Mufahras melalui kata ىَْ ditemukan 22 hadis tentang kecemasan yang terdapat di Kitab al-Kutub at-Tis‟ah.15 Dari 22 hadis tersebut Imam Bukhari meriwayatkan sebanyak 5 hadis, Imam Tirmidzi 1 hadis, Imam Nasai sebanyak 3 hadis, Imam Abu Daud sebanyak 1 hadis, Imam Nasai sebanyak 3 hadis dan Imam Ahmad bin Hambal sebanyak 8 hadis. Namun, penulis membatasi hadis hadis yang dicantumkan pada pokok pembahasan penelitian ini hanya pada tiga hadis. Ketiga hadis tersebut adalah hadis Shahih Bukhari no. 5642, Sunan Tirmidzi no 2389, hadis Shahih Muslim no. 4868.
kemudian, ketiga hadis ini dijelaskan syarahnya menggunakan kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-„Asqalani, syarah Shahih Muslim karya Imam An- Nawawi dan syarah Tuhfatul Ahwadzi li Syarhi Sunan atTirmidzi karya Iman Al-
Mubarakfuri. Sementara hadis-hadis lainnya baik yang berada dalam kitab Kutub
At-Tis‟ah menjadi pendukung dalam pembahasan.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana status dan pemahaman hadis tentang anxiety?
2. Bagaimana realisasi solusi atas anxiety dalam kehidupan?
15 Arnold John Wensinck, al-Mu‟jam al-Mufahras al-Hadis Li Alfazh al-Nabawiy, terj.
Muhammad Fuad Abd. Al-Baqiy, juz III, (Leiden: E.J.Brill, 1936), hlm. 107.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan diatas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana status dan pemahaman hadis tentang Anxiety.
2. Untuk mengetahui realisasi solusi atas anxiety dalam kehidupan.
G. Manfaat Penelitian
Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca selain dijadikan khazanah perpustakaan khususnya di bidang ilmu hadis.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi masyarakat luas termasuk remaja dalam bertindak dikehidupan sehari-hari.
Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi dalam rangka untuk menguraikan pembahasan masalah yang telah tertata diatas, penulis menyusun kerangka pembahasan pembahasan yang sistematis agar pembahasannya lebih terarah dan mudah dipahami. Adapun sistematika pembahasan yang disusun adalah sebagai berikut :
Bab I: Merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan apa dasar pemikiran dari penulis dalam melakukan penelitian ini, kemudian penegasan istilah yang bertujuan agar tidak adanya kerancuan dan kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah bertujuan untuk membatasi agar penelitian ini lebih terfokus, tujuan dan manfaat penelitian bertujuan untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini dilakukan, dan yang terakhir adalah sistematika penelitian.
Bab II: bab ini berisi landasan teori yang meliputi pembahasan mengenai pengertian anxiety, aspek-aspek kecemasan, macam-macam kecemasan, ciri-ciri
9
kecemasan, faktor penyebab kecemasan, defenisi kajian tematik hadis dan penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III: Metode penelitian yang akan digunakan, dimaksudkan untuk menjelaskan begaimana cara yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini, dimulai dari jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV: Penyajian dan analisis data, yang merupakan merupakan inti dari permasalahan yang diteliti dan menguraikan secara panjang lebar mengenai skripsi ini, meliputi tentang hadis-hadis tentang anxiety (kecemasan) dan bagaimana realisasi solusi atas anxiety dalam kehidupan.
Bab V: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah. Setelah itu, penulis juga mengemukakan saran-saran yang dianggap penting demi kemajuan maupun kelanjutan penelitian yang lebih baik.
10 BAB II
KERANGKA TEORITIS A. Landasan Teori
1. Anxiety
a. Pengertian Anxiety (Kecemasan)
Cemas (Anxiety) atau kecemasan menurut KBBI diartikan dengan “tidak tentram dihati” (karena takut, khawatir), hati merasa sangat gelisah.16Kecemasan (Anxiety) yaitu emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkatan yang bebeda-beda.17Gunarsa mengatakan bahwa kecemasan adalah rasa khawatir dan takut yang tidak jelas sebabnya18
Menurut Atkinson(2012) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, seperti perasaan tidak enak, perasaan kacau, was-was dan ditandai dengan istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang dialami dalam tingkat dan situasi yang berbeda-beda.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respon-respon fisiologis19
Kecemasan menurut Zakiah Daradjat adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan
16 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), hlm 1036
17 Dewa Ketut Sukardi & Desak Made Sumiati, Kamus Istilah Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm 22
18 Gunarsa, SD dan Gunarsa YSD, Psikologi Keperawatan. Edisi I (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1986), hlm 27.
19 Hengki Kumbara, Yogi Metra, & Zulpikar Ilham, “Analisis Tingkat Kecemasan (Anxiety) Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten Banyuasin Pada Porprov 2017”, hlm. 29.
11
batin (konflik) kecemasan itu memiliki segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa dan bersalah, terancam dan sebagainya. Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa dan ada bermacam-macam pula.20
Kecemasan menurut Dadang Hawari adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau khawatir yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku dapat terganggu tetapi masih batas- batas normal.21
Mengutip dari buku Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa karya Dadang Hawari, Gazalbha menjelaskan kecemasan dapat diartikan sebagai suatu reaksi emosi seseorang.
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan. Hal ini muncul karena beberapa situasi yang mengancam diri manusia sebagai mahluk sosial22
Kecemasan atau Anxiety pasti pernah dialami oleh semua orang, yang berbeda adalah bagaimana mereka menyikapi hadirnya perasaan ini. Ada yang mampu mengendalikannya namun tidak jarang yang justru mereka dikendalikan oleh perasaan ini sehingga mereka tenggelam di dalamnya. Banyak ditemui seseorang yang sukses dalam hidupnya dikarenakan dia mampu untuk menyelesaikan kecemasan.
Sebaliknya banyak orang yang labil (stres) salah satu di antaranya karena tidak mampu untuk mengatasi kecemasan dalam dirinya.23
20 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta , Gunung Agung, cet ke-21, 2016), hlm.
27.
21 Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Pt dana prima yasa, 1998), hlm. 62.
22 Ibid
23 Mukholil,”Kecemasan Dalam Proses Belajar”, Jurnal Eksponen, Volume 8, Nomor 1, (April 2018), hlm.1.
Menurut Lubis (2009) ”kecemasan adalah perasaan yang anda alami ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi”. Sedangkan menurut Sudrajat(2008) “Kecemasan atau Anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas.24 Menurut Kartini Kartono kecemasan merupakan semacam kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan terhadapap sesuatu yang tidak jelas, yang menyebar atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang.25
Gangguan ini sering dialami orang secara samar-samar atau setengah sadar, dan tampil sebagai gejala nervousitas, kegelisahan dan kebimbangan. Lebih lanjut kecemasan dapat memprodusir macam- macam penyakit jasmani. Hal ini disebabkan karena sistem syaraf dan sistem fisik gagal memperingan serta gagal mencernakan kecemasan konflik tersebut.26
Manusia mempunyai penyebab kecemasannya masing-masing.
Ada yang cemas saat akan ujian, akan tampil di depan kelas, ada yang cemas dengan lingkungan yang baru, adapula yang cemas akan apa yang belum dia hadapi. Cemas atau sering disebut anxietas yaitu perasaan khawatir, takut yang penyebabnya tidak pasti. Kecemasan adalah reaksi yang tepat terhadap suatu hal yang dianggap mengancam, namun cemas menjadi tidak wajar apabila reaksi dan kemunculannya tidak tepat, baik intensitas maupun tingkatan gejalanya.27
b. Aspek-Aspek Anxiety (kecemasan).
Didalam kitab Fathul Bari syarah Sahih Bukhari karya imam Ibnu Hajar Al-Asqalany ada beberapa aspek kecemasan diantaranya seperti kelelahan, penyakit, risau, sedih, gangguan dan kesusahan.
24 Ibid.
25 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3; Gangguan-gangguan Kejiwaan, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 140
26 Ibid, hlm. 24.
27 Aditya Dedy Nugraha, ”Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam”, Indonesian Journal of Islamic Psychology Volume 2. Number 1,(June 2020), hlm. 4.
13
Aspek ini jugak disebut gangguan atau penyakit yang menimpa batin dan jiwa mnusia.28
Menurut Zakiah Daradjat (1990), aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Fisiologis: bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat, pencernaan tidak teratur, keringat berlebihan, ujung-ujung jari terasa dingin, sering buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala pusing, nafsu makan hilang dan sesak nafas.
2) Psikologis: yang terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a) Aspek Kognitif: Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu memusatkan perhatian
b) Aspek Afektif: Termasuk dalam aspek ini antara lain : takut, merasa dirinya akan ditimpa bahaya.29
Berikut aspek kecemasan menurut Clark dan Beck (2018) disebutkan bahwa aspek kecemasan meliputi;
1) Aspek afektif : yaitu perasaan individu yang sedang merasakan kecemasan, seperti tersinggung, gugup, tegang, gelisah, kecewa dan tidak sabar.
2) Aspek Fisiologis: merupakan ciri fisik yang muncul ketika individu sedang mengalami kecemasan, seperti sesak nafas, nyeri dada, nafas menjadi lebih cepat, denyut jantung meningkat, mual, diare, kesemutan, berkeringat, menggigil, kepanasan, pingsan, lemas, gemetar, mulut kering dan otot tegang.
3) Aspek Kognitif: dengan ciri aspek kognitif yaitu rasa takut tidak dapat menyelasaikan masalah, takut mendapatkan komentar negatif, kurangnya perhatian, fokus, dan kurangnya konsentrasi, sulit melakukan penalaran.
28 Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, Terj. Amiruddin, jilid 28, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2016), hlm. 12.
29 Laila Faried, Fuad Nashori, ”Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Kecemasan Menghadapi Masa Pembebasan Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”, Khazanah, Vol. 5 No.2, (Januari 2012), hlm. 67.
4) Aspek Perilaku: respon yang biasanya muncul adalah menghindari situasi yang mengancam, mencari perlindungan, diam, banyak bicara atau terpaku, dan sulit bicara. Bisa kita tarik kesimpulan bahwa aspek perilaku meliputi semua sisi dalam diri manusia, baik sisi afektif, kognitif maupun psikomotorik individu yang sedang mengalai kecemasan.30
Aspek-aspek lain menurut Rosenhan dan Seligman (1989) meliputi:
1) Somatic, yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya.
2) Kognitif, yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia 3) Emosi, yaitu perasaan manusia yang mengakibatkan individu secara
terus-menerus khawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam
4) perilaku, yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman dengan menghindar atau menyerang31
c. Macam-Macam Anxiety (kecemasan)
Rasa cemas tarafnya bermacam-macam. Mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Mulai dari kecemasan yang sifatnya normal sampai kecemasan yang merupakan gejala gangguan kejiwaan32
Menurut imam Ibnu Hajar Al-Asqolani ada beberapa macam kecemasan yang terjadi kepada manusia. Diantaranya adalah cemas dikarenakan memikirkan hal buruk yang akan terjadi, kemudian juga kepedihan hati karena apa yang terjadi dan juga cemas dikarenakan hilangnya sesuatu yang sangat berat untuk berpisah.33
30 Aditya Dedy Nugraha , “ Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam” , hlm. 6.
31 Laila Faried, Fuad Nashori, ”Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Kecemasan Menghadapi Masa Pembebasan Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, hlm. 67.
32 Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islam., hlm. 156.
33 Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, Terj. Amiruddin, jilid 28, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2016), hlm. 12.
15
Ada dua macam kecemasan secara umum :
1) Kecemasan Kepribadian (Anxiety in personality theory), kecemasan secamam ini sering dikatakan bahwa keadaan atau rasa cemas lebih erat hubungannya dengan ketidaktentuan dari pada dengan rasa takut. Perasaan ini disertai perubahan tubuh yang cukup jelas terperinci, yang menjelma dalam detak jantung yang naik tanggapan kulit galvanic (galvanic skin response).
2) Kecemasan Psikologi Sosial (Anxiety in social Psychology), merupakan suatu keadaan fisiologis atau sebuah ciri kepribadian, dan mendapat perhatian sebagai faktor penentu tingkah laku afiliatif (cenderung untuk mempromosikan kohesi sosial.34
Menurut Jefrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, dan Beverly Greene, ada beberapa tipe spesifik dari kecemasan yang sifatnya lebih berat (kronis) atau dalam hal lain sebagai gangguan jiwa, di antaranya:35
1) Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik (panic attack) yang spontan dan tidak terduga. Sedangkan pengertian serangan panik sendiri adalah kecemasan atau ketakutan yang sangat intens dalam waktu yang relatif singkat (biasanya kurang dari 1 jam), dan disertai dengan simtom somatic seperti berkeringat dingin.36
Serangan-serangan panik biasanya disertai dengan perasaan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya bahaya yang segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa serta yang disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini.
Seranganserangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simtom fisik seperti jantung berdebar-
34 Rom Harre, dkk, Ensiklopedi Psikologi (Jakarta: Arcan, 1996), hlm. 14-15.
35 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal., hlm. 165.
36 Fitri Fausiah, Psikologi Abnormal; Klinis Dewasa, hlm. 85.
debar, nafas cepat, nafas tersengal, atau kesulitan bernafas, berkeringat banyak, dan rasa lemas serta pusing37
Jika terdapat hubungan yang erat antara pemicu situasional dengan serangan panik, maka keadaan ini disebut cued panic attack (serangan panik berisyarat). Namun asosiasi tersebut tidak terlalu kuat, istilahnya adalah situationally predisposed attack (serangan yang tidak muncul ketika terekspos dengan situasi tertenu). Adapun serangan panik yang terjadi dalam keadaan yang tidak berbahaya seperti saat tidur atau sedang melakukan relaksasi, disebut dengan uncued panic attack (serangan panik tidak berisyarat).38
2) Phobia ( Takut )
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani phobos, berarti takut.
Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respon terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.39
Fobia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu fobia spesifik dan fobia sosial.
a) Fobia spesifik, berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.Jenis fobia ini dapat digolongkan dalam lima hal, yaitu:
40
(1). Tipe fobia terhadap binatang (misal: fobia tikus, atau binatang yang berbulu lebat).
(2). Tipe lingkungan alam (missal; ketinggian, kilat, atau air) (3). Tipe fobia terhadap darah, suntikan atau luka
37 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal., hlm. 166.
38 Fitri Fausiah, Psikologi Abnormal; Klinis Dewasa, hlm. 85.
39 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal., hlm. 168.
40 Fitri Fausiah, Psikologi Abnormal; Klinis Dewasa,hlm. 76.
17
(4). Tipe situasional (contohnya berada dalam pesawat terbang, lift, atau tempat tertutup)
(5). Tipe lainnya (misalnya ketakutan terhadap kostum karakter tertentu pada anak-anak)
b) Fobia sosial, merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain;
individu menghindari situasi dimana ia mungkin dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukan tanda-tanda kecemasan atau penampilan perilaku lain yang memalukan.41
Sebab-sebab fobia adalah pernah mengalami ketakutan hebat, yang disertai rasa malu dan bersalah. Semua itu ditekan dalam ketidaksadaran. Dan sewaktu orang yang bersangkutan mengalami peransang yang sama timbul kemudian respon ketakutan yang bersyarat kembali, sungguh pun peristiwa atau pengalaman yang asli sudah dilupakan.42
Menurut Ibnu Qudamah, rasa takut itu ada tiga macam : Pertama, rasa takut yang berlebihan, yaitu rasa takut yang melebihi batas kewajaran hingga bisa menjerumuskan kepada keputus asaan.
Rasa takut seperti itu adalah rasa takut tercela atau negativ, karena yang demikian bias membuatnya sakit, stress, dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Banyaknya kasus bunuh diri atau pembunuhan terhadap anak karena terjadinya rasa takut yang seperti itu. Kedua, rasa takut yang diremehkan atau kurangnya rasa takut.
Rasa takut yang demikian juga adalah termasuk rasa takut yang negativ, Ia diibaratkan sebuah lidi yang digunakan untuk memukul hewan yang besar, tentu tidak bisa membuat hewan tersebut merasa kesakitan, tidak mampu menuntunnya kepad sesuaut yangdimaksudkan dan tidak bias digunakan untuk melatihnya. Hal
41 Fitri Fausiah, Psikologi Abnormal; Klinis Dewasa, hlm. 78.
42 Kartini Kartono, Patologi Sosial 3; Gangguan-gangguan Kejiwaan, hlm. 146.
inilah yang sering menghinggapi manusia pada umumnya, sehingga seringkali membuatnya lalai. Ketiga, rasa takut yang sedang (pertengahan) inilah takut yang terpuji atau takut positif.
Diibaratkan seorang hamba Allah Swt. yang takut melanggar ketentuan Allah Swt. Misalnya takut melalaikan shalat lima waktu walau hanya sekali saja.43
3) Gangguan Obsesif Kumpulasif
Suatu obsesi (obsession) adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi menjadi sangat kuat dan persisten sehingga mengganggu kehidupan sehari- hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan.
Tercakup di dalamnya adalah keraguan-raguan, implus-implus, dan citra (gambaran) mental. Sedangakan suatu kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang repetitif (seperti memeriksa kunci pintu 28 gembok) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa, mengulang kata-kata tertentu) yang dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan.
Kompulsi sering kali terjadi sebagai jawaban terhadap pikiran obsesif dan muncul dengan cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan44
Obsesif-kompulsif menggambarkan peranan dimana seseorang memikirkan sesuatu hal yang ia kehendaki secara terus menerus, atau yang menyebabkan dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat ritualistic. Tindakan ini bersifat irrasional, tetapi ia tidak mengendalikannya.45
43 Ikrar, KONSEP KHAUF DALAM TAFSIR AL - MISBAH Telaah Atas Pokok-Pokok Pikiran Tasawuf M. Quraish Shihab, Vol 2, No 1, Manado, 2018), hal. 37.
44 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal., 172-173
45 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal., 76
19
Beberapa kompulsi yang umum menurut Davison dan Neale, antara lain:
a). Mengikuti kebersihan dan keteraturan, terkadang dengan ritual tertentu yang dapat memakan waktu berjam-jam.
b). Menghindari obyek tertentu.
c). Menampilkan kegiatan-kegiatan praktis yang repetitif, aneh, dan bersifat pencegahan, misalnya menghitung.
d). Memeriksa, berkali-kali memeriksa untuk memastikan bahwa perilaku yang sudah ditampilkan benar-benar telah dikerjakan.
e). Menampilkan perilaku tertentu seperti makan dengan sangat perlahan-lahan.46
4) Gangguan stres akut dan gangguan stres pascatrauma
Gangguan stress akut (acute stress disorder) adalah suatu reaksi maladaptif yang terjadi pada bulan pertama sesudah mengalami traumatis. Sedangkan gangguan stress pascatrauma (posttraumatic stres disorder) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Keduanya mempunyai banyak ciri dan simtom yang sama, yaitu: mengalami kembali peristiwa traumatis, menghindari pentunjuk atau stimuli yang diasosiakan dengan peristiwa tersebut, mati rasa dan dalam responsivitas secara umum atau dalam segi emosional, mudah sekali terangsang, gangguan fungsi atau distres emosional yang penting.47
Ada tiga kecemasan menurut Suyantini, yaitu:
1) kecemasan yang disebabkan merasa berdosa atau merasa bersalah.
Misalnya sesorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya. Seorang pelajar menyontek, pada waktu pengawas ujian lewat di depanya berkeringat dingin, takut diketahui.
46 Fitri Fausiah, Psikologi Abnormal; Klinis Dewasa, hlm. 93.
47 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal. ,hlm. 176-177.
2) Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya. Misalnya kendaraan yang dinaiki remnya macet, menjadi cemas kalau terjadi tabrakan beruntun dan ia sebagai penyebabnya.
3) Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal/benda yang tidak berbahaya.
Rasa takut sebenarnya sesuatu perbuatan yang biasa/wajar kalau ada sesuatu yang ditakuti dan seimbang. Bila takut yang sangat, luar biasa dan tidak sesuai terhadap objek yang ditakuti sebenarnya patologis yang disebut phobia. Phobia adalah rasa takut yang sangat atau berlebihan terhadap sesuatu yang tidak diketahui lagi penyebabnya.48
Freud memberikan kategori sindiri mengenai kecemasan, menurutnya terdapat tiga jenis kecemasan, yaitu:
1) Kecemasan nyata (reality Anxiety), yaitu kecemasan yang sumbernya obyektif, atau juga disebut dengan takut (fear).
2) Kecemasan neurotik (neurotic Anxiety), yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan cirri-ciri khas yang obyektif.
3) Kecemasan moral (moral Anxiety), yaitu kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani (conscience).49
Berkaitan dengan kecemasan moral yang merupakan kecemasan terhadap hati nurani, Chomaria (2009) menyatakan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara keteraturan menjalankan salat dengan kecemasan. Makin teratur seorang menjalankan shalat makin rendah tingkat kecemasan.50
48 Mukholil,” Kecemasan Dalam Proses Belajar”, hlm.3.
49 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal (Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 67.
50 Mukholil,” Kecemasan Dalam Proses Belajar”, hlm. 2.
21
d. Faktor Penyebab Anxiety (Kecemasan)
Zakiah Daradjat mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan didalam buku kesehatan mental karya Kholil Lul Rochman, yaitu :
1) Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.
2) Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal- hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum
3) Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan akut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik 16 lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.51
Kecemasan bisa berasal dari faktor internal dan eksternal seseorang, beberapa ahli menjelaskan lebih rinci dengan penjabaran sebagai berikut :Menurut Ramaiah (2003) menjelaskan bahwa Faktor pertama yakni; Lingkungan dimana kita tinggal memberi warna pola berfikir sesorang mengenai diri sendiri ataupun orang lain. Peristiwa ini dikarenakan ada peristiwa dan pengalaman yang kurang menyenangkan pada seseorang terhadap keluarga, teman, atau dengan teman kerja.Hingga seseorang tersebut merasa insecure terhadap lingkungan tempat tinggalnya.52
51 Kholil Lur Rochman, “Kesehatan Mental” (Purwokerto: Fajar Media Press, 2010), hlm.
137.
52 Aditya Dedy Nugraha, ”Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam”, Indonesian Journal of Islamic Psychology Volume 2. Number 1,(June 2020), hlm.7.
Selanjutnya faktor ke dua adalah Perasaan yang tidak diungkapkan dan direpress. Kecemasan dapat aktual apabila seseorang kurang mampu menemukan solusi untuk perasaannya sendiri, terutama jika dirinya merepress perasaan marahnya atau frustasi dalam tempo yang amat lama.53 Faktor yang ke tiga adalah semua hal mengenai tubuh dan pikiran selalu saling terhubung dan mampu menimbulkan kecemasan. Peristiwa ini akan aktual pada peristiwa-peristiwa dalam kehidpuan seperti pada saat hamil, sewaktu remaja dan saat pulih dari sebuah penyakit. Setelah mengalami peristiwa tersebut, sebuah hal yang lumrah apabila muncul kecemasan pada seseorang.54
Mengutip dari buku Kebahagiaan karya Zakiah Daradjat, Karn Horney mengatakan ada tiga faktor penyebab cemas yaitu:
1) Kurangnya kehangatan dalam keluarga dan harga diri dibenci, tidak dicintai, dan bermusuhan/kompetitif.
2) Berbagai bentuk pengajaran yang digunakan dalam keluarga, seperti: otoritarianisme, didikan yang keras, ketidakadilan, ingkar janji,kurangnya rasa hormat satu sama lain dan suasana kekeluargaan yang lengkap dengan konflik dan permusuhan.
3) Lingkungan yang penuh kontradiksi, yaitu adanya faktor-faktor yang menyebabkan perasaan stres dan frustasi, penipuan, pengkhianatan, kedengkian dan sebagainya.55
Kecemasan sering mencuri kesenangan dan kenyamanan hidup, dan itu selalu membuat Anda gelisah dan Anda tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Ada beberapa hal yang selalu membuat keadaan terjadi, yaitu:
1) Lemahnya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah 2) Kurangnya kepercayaan kepada Allah.
53 Ibid., hlm. 8.
54 Ibid., hlm. 8.
55 Zakiyah Daradjat, Kebahagiaan, (Bandung: Ruhama, 1993), hlm. 26.
23
3) Terlalu sering berpikir tentang kejayaan masa depan dan apa yang akan terjadi kedepannya dengan pola pikir dan pandangan negatifnya terhadap dunia beserta isinya.
4) Permintaan mereka yang rendah untuk tujuan penciptaan mereka.
5) Selalu mengandalkan diri sendiri dan manusia lain untuk urusan dunia hingga lupa bergantung pada Tuhan.
6) Ia mudah dipengaruhi oleh hawa nafsu, keserakahan, ambisi, keegoisan yang berlebihan.
7) Kesuksesan hanya ada di tangan manusia, dan ditentukan oleh usaha mereka sendiri56
e. Ciri-Ciri Kecemasan
Ada beberapa ciri-ciri kecemasan baik secara fisik, behafioral dan koknitif
1) Fisik
Ciri-ciri fisik dari kecemasan yaitu sebagai berikut:57 a) Kegelisahan, kegugupan.
b) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar sensasi dari pita ketat yang mengikat disekitar dahi.
c) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada.
d) Banyak berkeringat.
e) Telapak tangan yang berkeringat.
f) Pening atau pingsan.
g) Mulut atau kerongkongan terasa kering.
h) Sulit berbicara.
i) Sulit bernafas.
j) Bernafas pendek.
k) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.
l) Suara yang bergetar.
m) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
56 Abdul Aziz al-Husain, Jangan Cemas Menghadapi Masa Depan, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), hlm. 22.
57 J. S. Nevid, S. A. Rathus, B. Greene, Psikologi Abnormal., hlm. 164.
n) Pusing.
o) Merasa lemas atau mati rasa.
p) Sulit menelan.
q) Kerongkongan terasa tersekat.
r) Leher atau punggung terasa kaku.
s) Sensasi seperti tercekik atau tertahan.
t) Tangan yang dingin dan lembab.
u) Terdapat gangguan sakit perut atau mual.
v) Panas dingin.
w) Sering buang air kecil.
x) Wajah terasa memerah.
y) Diare.
z) Merasa sensitif atau mudah marah.
2) Behavioral
Behavioral merupakan perubahan tingkah laku pada individu. Diantara ciri-ciri dari behavioral dari kecemasan, yaitu:58
a) Perilaku menghindar.
b) Perilaku melekat dan dependen (bergantung).
c) Perilaku terguncang.
3) Koknitif
Kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Sedangkan ciri-ciri kognitif dari kecemasan, yaitu:59
a) Khawatir tentang sesuatu.
b) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan.
c) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas.
d) Terpaku pada sensasi ketubuhan.
e) Sangat waspada sensasi ketubuhan.
58 Ibid, hlm. 164.
59 Ibid.
25
f) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian.
g) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.
h) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan.
i) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan.
j) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi.
k) Khawatirr terhadap hal-hal yang sepele.
l) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang- ulang.
m) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan.
n) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan.
o) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.
p) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis.
q) Khawatir akan ditinggal sendirian.
r) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
2. Kajian Tematik Hadis
Secara bahasa kata maudhu‟i berasal dari kata عٕضٕي yang merupakan isim maf‟ul dari kata waḍa„a yang artinya masalah atau pokok permasalahan.60 Secara etimologi, kata maudhu‟i yang terdiri dari huruf ض ع ٔ berarti meletakkan sesuatu atau merendah-kannya, sehingga kata maudhu‟i merupakan lawan kata dari alraf„u (mengangkat). Mustafa Muslim berkata bahwa yang dimaksud maudhu‟i adalah meletakkan sesuatu pada suatu tempat. Maka, yang dimaksud dengan metode maudhu‟i adalah mengumpulkan ayat-ayat yang bertebaran dalam Alquran atau hadis-hadis yang bertebaran dalam kitab-kitab hadis yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun sesuai dengan
60 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hlm. 1565.
sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan penjelasan, pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut.61
Menurut al-Farmawi sebagaimana dikutip oleh Maizuddin dalam bukunya Metodologi Pemahaman Hadis, disebutkan bahwa metode maudhu‟i adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu topik atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbabul wurud dan pemahamannya yang disertai dengan penjelasan, pengungkapan dan penafsiran tentang masalah tertentu. Dalam kaitannya dengan pemahaman hadis, pendekatan tematik (maudhu‟i) adalah memahami makna dan menangkap maksud yang terkandung di dalam hadis dengan cara mempelajari hadis-hadis lain yang terkait dalam tema pembicaraan yang sama dan memperhatikan korelasi masingmasingnya sehingga didapatkan pemahaman yang utuh.62
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penulis mulanya menelusuri dari beberapa literatur agar memudahkan penulisan dan memperjelas perbedaan pembahasan atau kajian dari para penulis sebelumnya. Setelah mencari dari literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini, akhirnya penulis menemukan sejumlah literatur dalam bentuk jurnal, disertasi, tesis dan penelitian skripsi, sebagai berikut:
1. Skripsi dari M. Wahid Nasrudin “Gangguan Kecemasan Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Pendekatan Psikologi)” tahun 2018. Dalam skripsi ini dia membahas tentang bagaimana pandangan mufassir terhadap kecemasan didalam Alquran, dia juga membahas apa saja bentuk-bentuk kecemasan dalam Al-Quran menggunakan pendekatan ilmu psikologi dan menjelaskan menggunakan pendapat para mufassir. Adapun persamaan skripsi ini yaitu sama-sama membahas tentang kecemasan dan adapun perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih memfokuskan terhadap
61 Maulana Ira, “Studi Hadis Tematik”, Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis, Vol. 1, No. 2, (Juli-Desember 2018), hlm. 190-191.
62 Maizuddin, Metodologi Pemahaman Hadis, (Padang: Hayfa Press, 2008), hlm. 13.