• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bahaya Kerja Guna Pencegahan Kecelakaan Kerja di CV Lancar Jaya Menggunakan Metode HIRARC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Bahaya Kerja Guna Pencegahan Kecelakaan Kerja di CV Lancar Jaya Menggunakan Metode HIRARC"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Bahaya Kerja Guna Pencegahan Kecelakaan Kerja di CV Lancar Jaya Menggunakan Metode HIRARC

Thezar Alfarozi1, Deny Andesta2

1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik Indonesia

*Koresponden email:thezaralfarozi7997@gmail.com1, deny_andesta@umg.ac.id2

Diterima : 15 Oktober 2022 Disetujui : 8 November 2022

Abstract

CV. Lancar Jaya is one of the industries engaged in repair service workshops and the manufacture of new spare parts that have been established since 2013. CV. Lancar Jaya in making new spare parts starting from the process of purchasing raw materials to the finishing process. During the manufacturing process, there is still a potential danger of work accidents. One of the factors for the emergence of potential occupational accident hazards is the presence of operators who do not use PPE completely. This study aims to identify potential hazards, assess risks, and control them using the HIRARC method. HIRARC is a semi- quantitative method of analysis that gives priority to more detail because it divides risks into parts in order to identify all the hazards inherent in the work process. The results of research on the work area of spare part production in CV. Lancar Jaya identified 10 potential hazards and classified them into 1 potential low risk hazard, 4 potential moderate risk hazards, 2 potential high-risk hazards and 3 potential extreme risk hazards.

Keywords : work accidents, HIRARC, potential hazards, risk, risk management

Abstrak

CV. Lancar Jaya merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang bengkel jasa reparasi dan pembuatan spare part baru yang telah berdiri sejak tahun 2013. CV. Lancar Jaya dalam pembuatan spare part baru mulai dari proses pembelian bahan baku hingga proses finishing. Selama proses manufaktur, masih terdapat potensi bahaya kecelakaan kerja. Salah satu faktor munculnya potensi bahaya kecelakaan kerja adalah adanya operator yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikannya menggunakan metode HIRARC.

HIRARC adalah metode analisis semi-kuantitatif yang memberikan prioritas lebih rinci karena membagi risiko menjadi beberapa bagian untuk mengidentifikasi semua bahaya yang melekat dalam proses kerja.

Hasil penelitian pada area kerja produksi spare part di CV. Lancar Jaya mengidentifikasi 10 potensi bahaya dan mengklasifikasikannya menjadi 1 potensi bahaya low risk, 4 potensi bahaya moderate risk, 2 potensi bahaya high risk dan 3 potensi bahaya extrem risk.

Kata Kunci : kecelakaan kerja, HIRARC, potensi bahaya, risiko, manajemen risiko

1. Pendahuluan

Indonesia kini memasuki Era Industri 5.0, dimana setiap perusahaan menghadapi tantangan peningkatan produktivitas dan persaingan yang semakin ketat. Karena hal itu maka perusahaan harus dapat menilai semua jenis aspek yang mungkin ada di tempat kerjanya. Karyawan merupakan salah satu bagian terpenting dari modal berupa sumber daya manusia (SDM) yang keberadaannya sangat penting dalam setiap bisnis suatu perusahaan. SDM merupakan aset terpenting sebagai motor penggerak manajemen perusahaan [1]. Perusahaan percaya bahwa karyawan yang profesional, andal dan kompeten adalah kunci keberhasilannya dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola dan memelihara SDM-nya dengan baik. Sehingga perusahaan menerapkan tingkat dan peraturan tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk mengurangi kecelakaan kerja. K3 merupakan bagian yang sangat penting dalam menciptakan ruang kerja yang nyaman dan aman bagi pekerja [2].

Semua perusahaan, atau lebih tepatnya yang berada di area kerja, harus menanggung risiko terjadinya kecelakaan saat bekerja. Hampir tidak ada tempat kerja yang bebas dari risiko pekerjaan [3].

Tingkatan risiko yang dihadapi akan bervariasi tergantung pada jenis industri, teknologi dan penerapan

(2)

2017 [5]. Sejumlah penelitian, khususnya [6] menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia. Faktor manusia adalah kelelahan fisik, kurangnya pengetahuan, terlalu banyak bekerja, dan pekerjaan yang tidak sesuai keahliannya.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengatur bahwa semua perusahaan wajib menerapkan sistem keselamatan kerja untuk mengurangi atau menghilangkan risiko kerja yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja bagi pekerja dan perusahaan [7]. Langkah-langkah yang dapat mengurangi atau menghilangkan hal ini dapat diimplementasikan dengan menggunakan proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang ditujukan untuk mengendalikan sumber dan potensi bahaya di tempat kerja [8].

Apabila upaya pencegahan dan pengendalian tidak dilaksanakan atau dianggap tidak efektif terhadap potensi bahaya, maka SDM merupakan salah satu aset terpenting bagi suatu perusahaan untuk menjaga kelancaran proses produksi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan [9].

CV. Lancar Jaya adalah salah satu industri yang bergerak di bidang bengkel jasa reparasi dan pembuatan spare part baru. perusahaan ini telah melakukan banyak reparasi atau produksi baru, seperti Ring Kampas, Shaft Roll, Roll Vee, Cutter, Roller Nylon, dsb. CV. Lancar Jaya selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Untuk mendukung kelancaran proses kerjaa, CV. Lancar Jaya memiliki beberapa divisi/departemen, yakni Machinery, Repairing dan Fabrication. CV. Lancar Jaya melakukan proses pembuatan spare part baru mulai dari proses pembelian bahan baku, proses pengukuran desain, pembuatan pola berdasarkan desain, proses manufaktur, proses quality control hingga dengan proses finishing. Selama proses manufaktur, masih terdapat potensi bahaya kecelakaan kerja. Salah satu faktor munculnya potensi bahaya kecelakaan kerja adalah adanya operator yang tidak menggunakan APD secara lengkap. Tabel 1 adalah hasil dari observasi yang dilakukan peneliti saat berada di area kerja CV.

Lancar Jaya.

Tabel 1. Hasil observasi di area kerja CV. Lancar Jaya Kegiatan Hasil Observasi Keterangan

Proses Pengelasan

Operator las tidak memakai sarung tangan,

kacamata, safety shoes

Proses Bubut Operator bubut tidak

memakai kacamata

Proses Pengeboran

Operator bor tidak memakai kacamata

(3)

Kegiatan Hasil Observasi Keterangan

Proses Gerinda

Operator gerinda tidak memakai kacamata, sarung

tangan dan merokok saat bekerja

Sumber : Data di CV. Lancar Jaya, 2022

Pada Tabel 1 menunjukkan proses reparasi atau pembuatan spare part baru di CV. Lancar Jaya, karyawan tidak memakai APD dengan benar yang dapat menyebabkan cedera di tempat kerja. Kecelakaan kerja merupakan masalah utama bagi kelangsungan operasional sebuah perusahaan. Kerugian yang ditanggung tidak hanya kerusakan yang tinggi dalam hal kerusakan harta benda, tetapi jumlah korban jiwa juga cukup besar. Kecelakaan kerja di tempat kerja adalah penyebab utama penderitaan pribadi dan hilangnya produktivitas kerja. Pada periode Juli hingga Desember tahun 2021 telah terjadi beberapa kecelakaan kerja di CV. Lancar Jaya. Adapun data jumlah kecelakaan kerja disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi jumlah kecelakaan kerja Di CV. Lancar Jaya Juli - Desember 2021 No. Bulan Jumlah Kecelakaan Persentase %

1. Juli 13 21,67 %

2. Agustus 14 23,33 %

3. September 9 15 %

4. Oktober 11 18,33 %

5. November 5 8,33%

6. Desember 8 12,33

Total 60 100%

Sumber : Data di CV. Lancar Jaya, 2022

Pada Tabel 2 menunjukkan data jumlah kecelakaan yang terjadi, dan dapat dilihat bahwa pada bulan Agustus memiliki persentase kecelakaan kerja tertinggi dengan 14 kecelakaan. Sedangkan kasus kecelakaan kerja terendah pada bulan November sejumlah 5 kali kejadian. Beberapa potensi bahaya yang teridentifikasi antara lain tangan tergores benda tajam yang panas, mata terkena serpihan besi yang di bor, tangan melepuh, dsb. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan direktur dan marketing CV. Lancar Jaya ditemukan data nilai standar atau ambang batas untuk kejadian kecelakaan kerja yang terjadi sebesar 10%. Dengan menggunakan data pada Tabel 2 untuk menilai lebih lanjut jumlah kecelakaan kerja, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi.

Berdasarkan kondisi diatas, maka bahaya kerja haru diidentifikasi dan penilaian risiko terhadap proses kerja di CV. Lancar Jaya harus dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan potensi bahaya yang muncul. Salah satu upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan manajemen risiko K3 di tempat kerja. Manajemen risiko K3 sangat penting diterapkan pada CV. Lancar Jaya karena dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan bisa mengendalikan segala macam risiko yang ada. Pemilihan tools HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control) dapat membantu mengidentifikasi semua jenis risiko dan dampaknya yang mungkin timbul. HIRARC adalah metode semi

(4)

menggunakan metode HIRARC. Analisis risiko pekerja menggunakan metode HIRARC di CV Lancar Jaya bertujuan untuk mengidentifikasi langkah-langkah untuk mengelola segala macam risiko yang ada agar menjadi perusahaan dengan tingkat kecelakaan kerja yang sangat rendah atau bahkan tidak ada. Hal ini dapat membuat perusahaan lebih berproduktivitas dan sejalan dengan tujuan CV. Lancar Jaya yaitu untuk meningkatkan kentungan perusahaan. Beberapa keuntungan menggunakan metode HIRARC adalah penerapan metode ini sangat mudah dipahami dan dapat disesuaikan dengan cepat kepada individu, serta hasil analisisnya dapat didokumentasikan sebagai bahan audit perusahaan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di CV. Lancar Jaya yang di JL. KIG Kav A No.14 Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Industri bengkel ini sudah ada sejak tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh informasi penerapan metode HIRARC di CV. Lancar Jaya, tujuan penerapan metode ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya (Hazard Identification), menetapkan penilaian tingkat risiko (Risk Assessment) dan menetapkan pengendalian risiko (Risk Control) di CV. Lancar Jaya. Jenis data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, pengukuran, dan wawancara, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari survei literatur penelitian masa lalu dan data historis perusahaan. Adapun langkah - langkah analisis data, penyelesaian masalah dan penerapan metode HIRARC dalam mengolah data di CV. Lancar Jaya sebagai berikut :

A. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya didefinisikan sebagai upaya sistematis yang mencakup proses penyelidikan dan analisis area kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja [11]. Proses ini dilakukan dengan mengamati aktivitas kerja yang ada serta melakukan wawancara dan diskusi dengan direksi, marketing dan kepala unit kerja. Proses ini menawarkan banyak keuntungan, yakni meminimalkan atau menghilangkan kemungkinan terjadinya kecelakaan, memberikan informasi tentang bahaya dan digunakan sebagai dasar untuk menetapkan strategi pencegahan dan keselamatan yang efektif [7].

B. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah suatu metode memperkirakan secara sistematis risiko bahaya yang memiliki efek mematikan di tempat kerja dengan cara mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan, kemudian mengklasifikasi tingkatannya dengan tabel matriks analisis risiko [12]. Untuk dapat menentukan kategori risiko, dilakukan evaluasi matriks risiko dengan mengalikan nilai keparahan dan peluang untuk mendapatkan kategori jenis risiko [3]. Adapun nilai keparahan (Severity), peluang (Likelihood) digambarkan dalam bentuk skala yang telah ditentukan menurut Australian Standard [13]

Skala Likelihood ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat skala peluang (Likelihood )

Tingkat Klasifikasi Deskripsi

5 Hampir Pasti Peristiwa yang hampir pasti akan selalu terjadi 4 Kemungkinan Peristiwa yang mungkin sering terjadi

3 Kadang-Kadang Peristiwa yang terjadi sesekali 2 Tidak Mungkin Peristiwa yang mustahil terjadi

1 Langka Peristiwa yang hampir tidak pernah terjadi Sumber : Adopsi dari [13], [14]

Skala Severity ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran skala keparahan (Severity)

Tingkat Klasifikasi Deskripsi

5 Penyebab Kecil Tidak ada cedera, kerugian ekonomi sangat kecil

(5)

Tingkat Klasifikasi Deskripsi

4 Ringan Cedera ringan dan pertolongan pertama yang diperlukan, kerugian ekonomi sedang

3 Sedang Cedera ringan yang memerlukan perhatian medis, kerugian ekonomi yang serius

2 Serius Cedera berat satu orang atau lebih, kerugian ekonomi besar dan mengganggu aktivitas produksi

1 Bencana Cedera fatal satu orang atau lebih meninggal, kerusakannya sangat besar sehingga semua kegiatan perusahaan terhenti Sumber : Adopsi dari [13], [15]

Skala matriks risiko ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks analisis risiko

Likelihood

Severity

1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

Sumber : Adopsi dari (AS/NZS) (peruzzi 8) Informasi :

L = Rendah, kejadian dengan risiko yang masih dapat diterima

M = Sedang, kejadian dengan risiko perlu tindakan untuk menguranginya H = Tinggi, kejadian berisiko tinggi seperti penghentian aktivitas E = Ekstrim, kejadian berisiko ekstrim dan tidak boleh dilanjutkan

C. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko merupakan proses mengelola semua kemungkinan bahaya di tempat kerja dan meminimalkan tingkat risiko ke tingkat yang paling rendah atau paling aman [16]. Langkah ini merupakan proses penting dalam keseluruhan pelaksanaan analisis manajemen risiko. Pengendalian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan tingkatan pengendalian yakni Eliminasi (pengendalian dengan menghilangkan hazard), substitusi (pengendalian dengan mengganti alat atau proses kerja yang kurang berisiko), Engineering (pengendalian dengan cara rekayasa teknik), Administratif (pengendalian dengan melakukan pemisahan berupa aturan, safety sign dan training pekerjaan) dan Alat Pelindung Diri (pengendalian dengan kebijakan pengoperasian dan penggunaan APD) [15].

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini mengumpulkan data potensi bahaya di area kerja produksi spare parts di CV. Lancar Jaya. Data diperoleh dengan melakukan brainstorming terhadap manajemen perusahaan dan pengisian kuesioner dengan empat orang expert terdiri dari satu operator bubut, satu operator las, satu operator gerinda dan satu operator bor yang bekerja lebih dari 2 tahun di CV. Lancar Jaya.

A. Identifikasi Bahaya

(6)

terjadi pada semua jenis aktivitas kerja. Tabel 6 adalah hasil identifikasi bahaya untuk setiap jenis aktivitas pekerjaan di CV. Lancar Jaya pada area produksi spare parts yang telah direview oleh responden ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Identifikasi bahaya dalam aktivitas kerja di CV Lancar Jaya

No. Aktivitas Kerja Bahaya Kerja

1. Proses Pengelasan

Mata terkena percikan api

Tangan tergores benda tajam yang panas Mendapat sengatan listrik

2. Proses bubut

Jari tangan tergores pahatan besi yang tajam Kulit tangan robek saat memegang mesin yang lagi berputar

3. Proses Pengeboran

Tangan tergores mata bor yang tajam Mata terkena serpihan besi yang dibor

4. Proses gerinda

Tangan melepuh akibat panas benda kerja yang digerinda Debu yang menyebabkan sesak pernafasan

Percikan api yang menyebabkan kebakaran jika terkena barang mudah terbakar

Sumber : Data historis di CV. Lancar Jaya, 2022

Pada Tabel 6 menyajikan data potensi bahaya di area kerja produksi spare parts di CV. Lancar Jaya.

Pada tahap ini diketahui terdapat 10 potensi bahaya di area kerja produksi spare parts. Secara spesifik, terdapat 3 jenis bahaya dalam proses pengelasan, 2 jenis dalam proses pembubutan, 2 jenis dalam proses pengeboran dan 3 jenis dalam proses penggilingan. Berdasarkan data potensi bahaya pada Tabel 6, perusahaan harus memperhatikan pekerja dari perspektif kesehatan dan keselamatan kerja. Kurangnya pengetahuan tentang K3 dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan rendahnya kesadaran penggunaan APD dan berujung pada kecelakaan kerja.

B. Penilaian Risiko

Pada langkah kedua ini, penilaian risiko dilakukan untuk potensi bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya. Koordinasi dengan pihak CV. Lancar Jaya diperlukan untuk mendapatkan skor risiko mengacu pada penentuan tingkat keparahan (Severity) dan nilai peluang (Likelihood). Setelah mendapatkan skor risiko potensi bahaya, terhadap nilai peluang dan nilai keparahan, langkah selanjutnya adalah menentukan klasifikasi risiko menggunakan acuan matriks skor risiko. Klasifikasi risiko diperoleh dengan menghubungkan persimpangan nilai peluang dan nilai keparahan. Nilai risiko bahaya ditentukan dalam kesepakatan dengan empat orang pekerja expert di CV. Lancar Jaya yang kemudian dikelompokkan menjadi satu pendapat tentang hasil penilaian risiko dari potensi bahaya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Ringkasan penilaian risiko dalam aktivitas kerja di CV Lancar Jaya Aktivitas

Kerja Bahaya Kerja Likelihood Severity Level Risiko

Proses Pengelasan

Mata terkena percikan api 3 2 M

Tangan tergores benda tajam yang panas 2 5 E

Mendapat sengatan listrik 1 4 H

Proses bubut Jari tangan tergores pahatan besi yang tajam 2 4 H

(7)

Kulit tangan robek saat memegang mesin

yang lagi berputar 1 4 H

Proses Pengeboran

Tangan tergores mata bor yang tajam 3 2 M

Mata terkena serpihan besi yang dibor 2 3 M

Proses gerinda

Tangan melepuh akibat panas benda kerja

yang digerinda 1 2 L

Debu yang menyebabkan sesak pernafasan 1 3 M

Percikan api yang menyebabkan kebakaran

jika terkena barang mudah terbakar 2 5 E

Sumber : Data kuesioner yang diolah, 2022

Berdasarkan data pada Tabel 7, diketahui hasil penilaian risiko pada proses produksi spare part di CV. Lancar Jaya, ditemukan 10 potensi bahaya yang dikelompokkan menjadi 1 potensi bahaya low risk, 4 potensi bahaya moderate risk, 2 potensi bahaya high risk dan 3 potensi bahaya extreme risk. Potensi bahaya yang termasuk tingkat risiko medium dan high segera dikelola risikonya untuk meminimalkan jumlah insiden yang terjadi. Disisi lain, untuk potensi bahaya yang masuk dalam extreme risk, pengelolaan risiko yang tepat dan efektif harus diprioritaskan untuk mengurangi risiko yang merugikan pekerja.

Faktor kecelakaan kerja yang terjadi di CV. Lancar Jaya adalah kurangnya kesadaran pekerja akan keamanan dan keselamatan saat bekerja, kegagalan pekerja untuk melakukan proses produksi tidak sesuai prosedur yang ada dan sikap kerja yang salah. Di antara beberapa faktor penyebab yang menimbulkan risiko signifikan terhadap keamanan dan keselamatan pekerja di tempat kerja harus dikelola untuk mencegah terulangnya cedera kerja di CV. Lancar Jaya.

C. Pengendalian Risiko

Langkah selanjutnya adalah melakukan risk control untuk semua potensi bahaya yang tergolong tingkat risiko low hingga extreme. Rekomendasi pengendalian ini adalah untuk meminimalkan risiko bahaya yang ada dan mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Pada tahap ini, peneliti mengembangkan rekomendasi kontrol yang diterima selama fase brainstorming dengan direktur CV.

Lancar Jaya. Rekomendasi risk control yang diberikan oleh peneliti didasarkan pada hierarki tingkat pengendalian risiko, dimulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratif dan penggunaan APD yang disesuaikan dengan kondisi di CV. Lancar Jaya. Adapun rekomendasi pengendalian bahaya untuk semua jenis bahaya di CV Lancar Jaya ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rekomendasi pengendalian risiko

Bahaya Kerja Rekomendasi Pengendalian

Mata terkena percikan api

Pengendalian Teknis (menyediakan APAR)

Pengendalian Administratif (peringatan pekerja tidak menaati SOP, training K3) Menggunakan APD (kacamata)

Tangan tergores benda tajam yang

panas

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan)

Pengendalian Administratif (checklist penggunaan APD secara rutin, peringatan pekerja yang tidak menggunakan APD)

Menggunakan APD (sarung tangan)

Mendapat sengatan

Pengendalian teknis (memasang tanda bahaya)

Pengendalian Administratif (checklist penggunaan APD secara rutin, peringatan

(8)

Jari tangan tergores pahatan besi yang

tajam

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan dan tutup pelindung mesin) Pengendalian Administratif (checklist penggunaan APD secara rutin, peringatan pekerja yang tidak menggunakan APD, memastikan APD selalu tersedia) Menggunakan APD (sarung tangan)

Kulit tangan robek saat memegang mesin yang lagi

berputar

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan awas terjepit, memasang tutup pelindung pada mesin)

Pengendalian Administratif (safety talk, pengawasan penggunaan APD, peringatan pekerja yang tidak menggunakan APD)

Menggunakan APD (sarung tangan)

Tangan tergores mata bor yang tajam

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan dan tutup pelindung mesin) Pengendalian Administratif (melakukan checklist penggunaan APD secara rutin, peringatan pekerja yang tidak menggunakan APD)

Menggunakan APD (sarung tangan)

Mata terkena serpihan besi yang

di bor

Pengendalian Teknis (menyediakan APAR)

Pengendalian Administratif (peringatan pekerja yang tidak menaati SOP, memberikan pelatihan K3)

Menggunakan APD (kacamata)

Tangan melepuh akibat panas benda kerja yang digerinda

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan bahaya)

Pengendalian Administratif (safety talk, peringatan pekerja yang tidak menaati SOP, pelatihan K3, peringatan pekerja yang tak patuh aturan penggunaan APD) Menggunakan APD (sarung tangan)

Debu yang menyebabkan sesak

pernafasan

Pengendalian Teknis (memasang tanda peringatan bahaya di area kerja)

Pengendalian Administratif (peringatan pekerja yang tidak menaati SOP, pelatihan K3, pemeriksaan kesehatan secara rutin)

Menggunakan APD (masker) Percikan api yang

menyebabkan kebakaran jika terkena barang mudah terbakar

Pengendalian teknis (memasang tanda peringatan bahaya di area kerja)

Pengendalian Administratif (safety talk, pengawasan penggunaan APD, peringatan kepada pekerja yang tidak menggunakan APD)

Menggunakan APD (sarung tangan)

Sumber : Hasil brainstorming dengan Direktur CV. Lancar Jaya, 2022

Data pada Tabel 8 merupakan rekomendasi untuk meningkatkan perbaikan hasil penilaian risiko pada proses produksi spare part di CV. Lancar Jaya. Pemberian rekomendasi tersebut diharapkan dapat menekan angka kejadian kecelakaan kerja. Adapun rekomendasi risk control berlaku dalam jangka pendek untuk risiko yang termasuk dalam kategori high risk dan extreme risk. Sedangkan rekomendasi risk control jangka waktu panjang untuk risiko yang termasuk dalam kategori low risk dan moderate risk. Berdasarkan hasil wawancara dengan direktur CV. Lancar Jaya, tahapan eliminasi risiko tidak dapat dilakukan karena tidak ada sumber bahaya atau aktivitas risiko yang dapat dihilangkan dari proses kerja. Begitu pula dengan tahapan substitusi tidak dapat dilakukan karena tidak efisiennya alternatif yang tersedia.

4. Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian yang dilakukan sehubungan analisis bahaya kerja untuk mencegah kecelakaan kerja di CV. Lancar Jaya dengan menerapkan metode hazard identification, risk assessment and risk control

(9)

diperoleh kesimpulan yakni pada area kerja produksi spare part di CV. Lancar Jaya telah mengidentifikasi 10 potensi bahaya yang telah diverifikasi. Tahap penilaian risiko untuk berbagai risiko operasional pada proses produksi spare part di CV. Lancar Jaya diketahui memiliki 1 potensi bahaya low risk, 4 potensi bahaya moderate risk, 2 potensi bahaya high risk dan 3 potensi bahaya extreme risk.

Rekomendasi pengendalian risiko diberikan untuk semua jenis bahaya kecelakaan di CV. Lancar Jaya. Tindakan pengendalian yang direkomendasikan peneliti antara lain pengendalian teknis (memasang rambu peringatan, memasang tutup pelindung pada mesin dan menyediakan APAR), pengendalian administratif (pemeriksaan rutin penggunaan APD, peringatan pekerja yang tidak menggunakan APD, memastikan APD selalu tersedia) dan Menggunakan APD (sarung tangan dan kacamata). Adapun rekomendasi pengendalian untuk kategori high risk dan extreme risk dapat diterapkan dalam jangka pendek, sedangkan kategori low risk dan moderate risk dapat diterapkan dalam jangka panjang.

Adapun saran yang diberikan peneliti kepada CV. Lancar Jaya untuk mencegah kecelakaan kerja, yaitu memberi penghargaan kepada pekerja karena disiplin menggunakan APD dan menghukum pekerja yang ditemukan tidak menggunakan APD, daftar periksa ketersediaan APD harus dikembangkan untuk memastikan pekerja memiliki APD di tempat kerja setiap saat. Membiasakan dan melatih pekerja dalam penggunaan APD, secara teratur mengembangkan daftar periksa penggunaan APD pekerja, memberikan pelatihan K3 dan memastikan pekerja untuk memahami cara mencegah risiko dengan baik. Disisi lain, saran kepada peneliti selanjutnya yakni melakukan analisis masalah risiko yang lebih rinci dengan memecahkan masalah menggunakan metode korelasi HIRARC dan JSA bertujuan untuk mengetahui sumber risiko lebih dini serta menambah jumlah responden untuk hasil perhitungan yang lebih akurat.

5. Referensi

[1] O. Saputra and G. Putra, “Analisis Potensi Bahaya di Area Produksi Kelapa Sawit Menggunakan Metode HIRARC di PT. Beurata Subur Persada,” J. Serambi Eng., vol. 7, no. 2, pp. 2913–2921, 2022.

[2] N. R. Sitompul, W. Nuswantoro, and V. H. Puspasari, “Analisis Faktor-Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi di Masa Pandemi Covid-19 pada Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu Universitas Palangka Raya,” J. Serambi Eng., vol. VII, no. 3, pp. 3321–3330, 2022.

[3] A. Agustina and M. Mulyono, “Hirarc Pada Bagian Mini Bus PT Mekar Armada Jaya Magelang,”

Indones. J. Occup. Saf. Heal., vol. 6, no. 2, pp. 177–186, 2017, doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.177- 186.

[4] A. B. Sri Ainun Muhtia, Suharni A. Fachrin, “Analisis Risiko K3 Dengan Metode HIRARC Pada Pekerja PT Varia Usaha Beton Makassar Tahun 2020,” Wind. Public Heal. Journal, vol. 01, no. 03, pp. 166–175, 2020.

[5] F. M. Khudhory, L. D. Fathimahhayati, and T. A. Pawitra, “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Dengan Metode HIRARC (Studi Kasus: CV. Jaya Makmur, Samarinda),” TEKINFO - J. Ilm. Tek.

Ind. dan Inf., vol. 10, no. 2, pp. 66–77, 2022.

[6] T. Yuniastuti, S. Devita, and I. Rupiwardhani, “Kajian Faktor Pengetahuan Pekerja CV. Pakis Indah pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai Bagian Pencegahan Faktor Resiko Metode HIRARC,” in The 4th Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH 2021), 2021, no. Ciastech, pp. 563–570.

[7] H. MZ, F. Suryani, and P. A. Sari, “Analisis Potensi Bahaya, Penilaian Risiko Dan Pengendaliannya Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) (Studi Kasus di Divisi Perawatan (Bengkel Utama) PT XYZ,” J. Desiminasi Teknol., vol. 10, no. 1, pp. 8–

17, 2022.

[8] D. Kusumawardhani, H. S. Kasjono, and P. Purwanto, “Analisis Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC) di Bagian Finishing 2 Industri Serikat Pekerja Aluminium Sorosutan Tahun 2017,” Sanitasi J. Kesehat. Lingkung., vol. 9, no. 1, pp. 1–9, 2017, doi:

10.29238/sanitasi.v9i1.40.

[9] N. Faizah, E. Purnamawati, and D. Tranggono, “Analisis Risiko K3 Pada Kegiatan Reparasi Kapal Dengan Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) Dan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada PT. Nf,” Juminten J. Manaj. Ind. dan Teknol., vol. 02, no. 05, pp. 74–85, 2021.

(10)

[11] Mohammad Ikrar Pramadi, Hadi Suprapto, and Ria Rahma Yanti, “Pencegahan Kecelakaan Kerja Dengan Metode Hiradc Di Perusahaan Fabrikasi Dan Machining,” JENIUS J. Terap. Tek. Ind., vol.

1, no. 2, pp. 98–108, 2020, doi: 10.37373/jenius.v1i2.60.

[12] A. Kurniawan, M. Santoso, and M. R. Dhani, “Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy di Industri Kapal,” in Proceeding 1st Conference on Safety Engineering and Its Application, 2017, no. 2581, pp. 182–186.

[13] Australia Standard, “Standard Australia Licence 2004,” As/Nzs 4360:2004, p. 52, 2004, [Online].

Available: http://www.epsonet.eu/mediapool/72/723588/data/2017/AS_NZS_4360- 1999_Risk_management.pdf.

[14] H. I. F. dan W. Hari Rarindo, Etik Puspitasari, Satworo Adiwidodo, Hangga Wicaksono, “Risk Management Assessment K3 Upaya Proteksi Pandemi Covid-19 Tempat Usaha Home Industri Masakan Ayam Dengan Metode HIRARC,” Teknologi, vol. 16, no. 1, pp. 6–12, 2022.

[15] R. Fauzan and N. B. Puspitasari, “Evaluasi Bahaya Kerja Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assesment And Risk Control Dalam Memproduksi Rak Engine Overhaul Pada CV. Mansgroup,” Ind. Eng. J., vol. 6, no. 4, pp. 1–8, 2019.

[16] R. Widiastuti, P. E. Prasetyo, and M. Erwinda, “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Untuk Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratorium Terpadu Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,” Ind. Eng. J. Univ. Sarjanawiyata Tamansiswa, vol. 3, no. 2, p. 51, 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis risiko kecelakaan kerja dengan metode bowtie ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek tersebut; serta dapat

Dalam hal ini implikasi pada CV Citra Jaya adalah perusahaan harus mampu meningkatkan kesadaran terhadap kondisi faktor eksternal, dalam menghadapi ancaman

Kopi Tunah Kolak Jaya terdapat sistem kerja yang kurang ergonomis, dimana pada bagian sortasi biji kopi para pekerja melakukan kegiatanya dengan postur

Potensi bahaya tersandung plat berada pada bagian cutting, bending, dan rolling, kemudian potensi bahaya tersandung pipa, kabel, dll berada pada bagian mesin grinding

Merupakan serangkaian proses untuk mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi baik aktivitas rutin ataupun tidak rutin di perusahaan kemudian melakukan penilaian

Dengan penerpan konsep lean untuk mengurangi waste pada lini produksi di UKM Riau Jaya Paving menggunakan metode VSM,WRM dan Relationship Diagram dapat

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah identifikasi risiko yang terdapat pada departemen ekstrusi dengan menggunakan metode HIRA dan ada 4 (empat) proses yang masih

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja