1
POLICY BRIEF JiKTI 2015 Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia
KEGIATAN PERTAMBANGAN RAKYAT KABUPATEN BONE BOLANGO: DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Dr. Razak H. Umar, S.Ag., M.Pd.
Momy A. Hunowu Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo Dr. Sukirman Rahim, S.Pd., M.Si.
Fakultas Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo Anggota Peneliti JiKTI Provinsi Gorontalo Dr. Nursini Mahmud, M.A.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Manajemen (P3KM-UNHAS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar Peneliti Senior JiKTI Provinsi Sulawesi Selatan
Dalam lima tahun terakhir ini, nilai tambah sektor pertambangan di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dari Rp.3,98 juta pada tahun 2008 menjadi Rp. 7,29 juta pada tahun 2012. Meskipun kontribusinya t erhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih tergolong kecil rata-rata 0,6 % per tahun, namun sektor ini mengalami p ertumbuhan paling cepat d ibandingkan dengan sektor- sektor ekonomi lainnya yaitu rata-rata 16 % per t ahun dalam kurun waktu 2008-2012. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sektor pertambangan memiliki peran penting dalam menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat terutama menciptakan l apangan kerja, selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Angka pengangguran di Kabupaten Bone Bolango masih tergolong cukup tinggi yaitu 13% pada tahun 2013.
Sektor pertambangan yang memiliki potensi cukup besar dan relatif banyak digeluti oleh masyarakat adalah pertambangan emas rakyat yang tersebar di beberapa kecamatan. Akan tetapi keberadaan potensi sumber daya t ersebut tidak diikuti oleh legalitas yang sah s ehingga di dalam pengelolaannya menimbulkan permasalahan-permasalahan yang cukup
signifikan, misalnya pengelolaannya tanpa izin
dan tidak terkendali, terbengkalai, l ingkungan rusak, pembuangan limbah tambang dan muncul konflik sosial baik antar penambang lokal dan
penambang pendatang, antar p enambang dengan perusahaan, maupun antar penambang dengan Pemerintah Daerah. Sejauh ini perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango terhadap upaya penertiban dan penataan p engelolaan pertambangan rakyat (Gambar 1) telah dilakukan, namun karena desakan faktor
Lokasipertambangandititikbor17,Tulabolo,BoneBolango.
Foto:RazakUmar/JiKTI-BaKTI
3
POLICY BRIEF JiKTI 2015 Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia
Dengan terbukanya lapangan kerja, berimplikasi terhadap perbaikan ekonomi rumah tangga.
Terdapat7-10elemenkegiatan/kelompokkerja
yang membentuk rantai k egiatan p ertambangan rakyat yang berimplikasi terhadap ekonomi rumah tangga (Gambar 2). Untuk Pekerja
Kongsi (penggali lubang) biasanya memperoleh pendapatan berkisar antara Rp.10-20 juta jika kondisi lubang “Pica Kongsi”, pendapatan Pekerja Tong berkisar Rp.1-2 juta per hari, pendapatan
ekonomi masyarakat dan keterbatasan l apangan kerja, sehingga aktivitas pertambangan rakyat tanpa izin semakin berkembang dan sulit
untuk dikendalikan. Aktivitas pertambangan Emas Rakyat Tanpa Izin (PETI), di satu sisi,
dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, namun disisi lain, diperhadapkan pada ancaman k erusakan dan pencemaran lingkungan dan beberapa permasalahan sosial lainnya termasuk di bidang kesehatan.
Gambar 1. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango terkait pertambangan rakyat
Tanggal05Pebruari2007,
•TimPerumusPembentukan
Wilayah Pertambangan Rakyat.
Tanggal07Pebruari2007,
• Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bone
BolangomembentukTim
PembinaanPETIuntuk
menghindari pencemaran Sungai Bone.
2007
2010
Tanggal07Oktober
•2010, usulan Pertambangan Rakyat (WPR)
Pembentukan Pansus
•Pertambangan DPRD Kabupaten Bone Bolango
Tanggal27Januari2011,PembentukanWilayah
•Pertambangan Rakyat (WPR)
Tanggal6Pebruari2011,studiBandingdiLokasi
•Pertambangan Rakyat di Poboya , Palu- Sulawesi Tengah
Tanggal15April2011,RapatBupatidihadiri
•WakapolresBonbol,TokohMasyarakatBonbol
serta perwakilan penambang
Tanggal24April2011;PembentukanForum
• Pemerhati Masyarakat Penambang Bersatu (FPMPB) Bone Bolango
Rapat Muspida Pertambangan Rakyat Kab. Bone
•Bolango .
Tanggal,24Mei2011;PembahasanRencana
•PengusulanPerizinanWilayahPertambangan
Rakyat
Tanggal04Juni2011,PendataanPenambang
•Rakyat
2011
16 April 2012
;Persetujuan
Bersama Wilayah WPR dalam Revisi RTRWBone
B olango
2012
Aktivitas Pertambangan Rakyat Tanpa Izin
yang dilakukan masyarakat sejak lama dengan c ara-cara tradisional telah memberikan
perubahan signifikan terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar daerah pertambangan. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dengan kehadiran pertambangan rakyat dapat dilihat pada Tabel 1. Salah satu dampak positifnya adalah terbukanya lapangan kerja bagi 10 ribu pencari kerja pada kurun waktu dua tahun terakhir (2010-2011).
Tabel1.DampakSosialMasyarakatsebelumdansetelahPETI SEBELUM PETI
• Berladang,kebun,sawah
• Sumberairtidaksulit
• Minimnyakonflik
• Keterbatasansaranasosial-IbadahMinimnya
pengeluhan sakit
• Keterbatasanaksespendidikan
• Perambah&berburu
SETELAH PETI
• ProfesiPenambang
• Terbukanyaberagamlapangankerja
• Sulitmendapatkanairbersih
• Arusmigrasi&Mobilitaspenduduk
• Meningkatnyaangkatankerja
• Pembauransosial&PotensiKonflik
• Penyakitsosialmasyarakat
• Perbaikansaranasosial-ibadah
• Membaiknyatarafpendidikanmasyarakat
• Meningkatnyakeluhansakit(ISPA)
bersih para Kelompok Kijang berkisar antara Rp.200.000-Rp.300.000,- sedangkan Pekerja
“Kabilasa” memperoleh pendapatan per setiap minggu mencapai Rp.2-3 juta atau Rp.12.000.000/bulanatauRp.144.000.000/tahun
denganjumlahKabilasaberkisarantara50-100
orang, pendapatan yang bergerak disektor jasa seperti warung/kios makan per minggu
mencapai Rp.1-2 juta per warung dengan jumlah warung/kiostercatatsekitar70-100buah,serta
Para Ojek yang berjumlah 300 buah dengan
Gambar 2. Rantai kegiatan Pertambangan Rakyat di Kecamatan Suwawa Kab. Bone Bolango, Provinsi Gorontalo
Warung /Cafe
Jasa Parkir
Bengkel
Ojek
Kelompok Tromol
Kelompok Rempel
Kelompok Tong
Kijang Tos Kabilasa
Ampas Pemilik Lubang (Kelompok Kongsi)
Selain dampak sosial ekonomi, dampak lain yang ditimbulkan oleh Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat Tanpa Izin di Kabupaten Bone Bolango
adalah dampak lingkungan hidup s eperti ancaman keselamatan kerja bagi penambang khususnya penggali lubang, ancaman kesehatan Yayat, seorang remaja berusia 14 tahun yang putus
sekolah dasar untuk menjadi tukang ojek lokal di daerah p ertambangan
Foto:RazakUmar/JiKTI-BaKTI
tarif berkisar antara Rp.100.000-Rp.300.000,-.
Disamping dampak positif, dari aspek ekonomi juga terdapat dampak negatif yaitu dikalangan ParaOjekterdapatpuluhananakputusSekolah
Dasaryangberusia10-15tahun.
manusia akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak terkontrol seperti sulfur dioksida, asam sufat, senyawa sianida, cresol, serta kerusakan lingkungan lainnya seperti hilangnya lahan/
kerusakan kesuburan tanah, penurunan kualitas air, biota dan udara. Hingga saat ini, merkuri atau disebut Amalgamasi masih merupakan alternatif yang banyak digunakan oleh Pertambangan Emas Rakyat di Bone Bolango dan jenis bahan kimia ini cukup berbahaya.
Secaraumum, dampak negatif yang diakibatkan dari aktivitas Pertambangan Rakyat diantaranya:
1. Kehilangan penerimaan negara. PETI tidak
membayar pajak dan pungutan lainnya, 2. Kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan PETI
nyaris tanpa pengawasan dan tidak mengerti tentang pengelolaan lingkungan hidup, s ehingga lahan subur pun berubah menjadi hamparan padang pasir,
3. Kecelakaantambang.PETItelahmenimbulkan
kecelakaan tambang yang memakan korban luka-luka dan meninggal dunia, serta berbagai penyakit,
4. Iklim investasi tidak kondusif. Kegiatan
investasi di sektor pertambangan tidak s emata-mata di pengaruhi aspek geologis, namun juga dipengaruhi oleh stabilitas politik dan ekonomi yang mampu memberikan jaminan kepastian hukum. Dua faktor terakhir inilah yang kini tengah mengalami batu ujian di Indonesia menyusul maraknya
5
POLICY BRIEF JiKTI 2015 Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia
Sebelum memasuki kawasan tambang rakyat, setiap warga akan diperiksa untuk memastikan tidak ada barang berbahaya yang masuk ke kawasan tambang.
Foto:RazakUmar/JiKTI-BaKTI
PETI diberbagai wilayah, sebab telah
mengakibatkan iklim i nvestasi menjadi tidak kondusif dan menimbulkan ketidakpastian hukum,
5. Pemborosansumberdayamineral.Teknologi
penambangan dan pengolahan yang
dilakukan oleh PETI secara umum sangat
sederhana, sehingga perolehannya sangat kecil. Cadangan yang masih tertinggal di dalam tanah maupun limbah hasil pengolahan sangat sulit untuk ditambang atau diolah kembali karena kondisinya s udah rusak (idle r esources). Disamping itu, PETI hanya
menambang cadangan berkadar tinggi,
Foto:RazakUmar/JiKTI-BaKTI
cadangan berkadar rendah menjadi tidak ekonomis untuk ditambang.
6. Pelecehan hukum. PETI telah menimbulkan
preseden buruk bagi upaya penegakan dan supremasi hukum di Indonesia termasuk
keengganan pengusaha untuk berusaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Kerawanansosial.DisemualokasiPETI,gejolak
sosial merupakan peristiwa yang kerap terjadi, baikmasyarakatsetempatdenganpelakuPETI
(pendatang), maupun diantara sesama pelaku PETI sendiri dalam upaya mempertahankan
kepentingan masing- masing.
Seorang penambang melewati jembatan gantung yang digunakan untuk menghubungkan kawasan tambang dan perkampungan di Bone Bolango.
Foto:RazakUmar/JiKTI-BaKTI
7
POLICY BRIEF JiKTI 2015 Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia
Policy Briefs JiKTI 2015 adalah luaran akhir dari rangkaian Hibah Penelitian JiKTI 2014. Hibah Penelitian JiKTI
dilaksanakan guna membangun tradisi penyusunan kebijakan berdasarkan penelitian (evidence-based policy) di KTIuntukmenjawabtantanganpembangunan.HibahPenelitianJiKTIadalahproseskolaboratifantaraJiKTI-BaKTI,
penelitipenerimahibahdanDewanPanelHibahPenelitianyangberanggotakan4orangpenelitiseniorJiKTI.
Sekretariat Forum KTI – JiKTI
BursaPengetahuanKawasanTimurIndonesia(BaKTI) Jl.H.A.MappanyukkiNo.32,Makassar90125
Telepon:+62411832228/833383Fax.+62411852146 Email: info@bakti.or.id
Website: www.bakti.or.id | www.batukarinfo.com StockofKnowledgeJiKTI:http://jikti.bakti.or.id
REKOMENDASI
Kegiatan aktivitas Pertambangan Rakyat
TanpaIzindiakuitelahmemberikandampak
positif terhadap ekonomi rumah tangga bagi penambang dan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan, namun disisi lain dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih besar dan lebih membahayakan terutama dampaknya terhadap lingkungan. Dengan mencermati kondisi tersebut, kehadiran P emerintah untuk menata dan menertibkan PengelolaanPertambanganRakyatTanpaIzin
sangatdibutuhkan.Terkaitdenganitu,maka
beberapa rekomendasi kebijakan untuk lebih memperbaiki pengelolaan pertambangan rakyat dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan lingkungan hidup yaitu:
Pertama, mengoptimalkan upaya pemenuhan
“status legal” Pengelolaan Pertambangan Rakyat dengan kemitraan yang baik bersama
OrganisasiPenambangyangtelahterbentuk,
diikutiolehPenertibanPETIlainnya.
Kedua, pengendalian terhadap arus migrasi untuk menghindari persaingan lapangan kerja bagi Penambang Lokal, menekan ledakan
jumlah penduduk dan konflik kesenjangan
s osial-ekonomi.
Ketiga,menataSistemUsahaPertambangan
Rakyat dalam bentuk Badan Usaha
atau Perkumpulan Masyarakat, dimana kepemilikannya bersifat kolektif yang diharapkan mampu m eminimalisir kepemilikan perorangan.
Keempat, m eningkatkan pengawasan
terhadapaktivitasPETIdanmemberikansanksi
yang tegas bagi penambang liar sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Potret pekerja tos (buruh) yang sedang mengangkut material (rempel) dari lubang tambang emas untuk dimasukkan ke dalam gudang.