• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS VISUAL DAN ESTETIKA SUNDA PADA MOTIF BATIK PRIANGAN KELOM GEULIS SAGITRIA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS VISUAL DAN ESTETIKA SUNDA PADA MOTIF BATIK PRIANGAN KELOM GEULIS SAGITRIA TASIKMALAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB IV

ANALISIS VISUAL DAN ESTETIKA SUNDA PADA MOTIF BATIK PRIANGAN KELOM GEULIS SAGITRIA TASIKMALAYA

IV.1 Kajian Estetika Jamaludin Wiartakusumah

Untuk mengkaji visual pada motif batik Sagitria ini menggunakan analisis data yang mengacu terhadap estetika Sunda teori Jamaludin Wiartakusumah. Metode deskriptif pada pengkajian ini menjadi aspek utama dari bentuk fisik suatu objek, sehingga berkaitan langsung dengan apresiasi terhadap unsur bentuk, irama, kompleksitas, material, tekstur, ruang dan kombinasinya.

Pada kajian ini juga peneliti membatasi motif batik yang akan dianalisis, dari enam puluh empat motif yang ada di kelom geulis Sagitria hanya motif batik Priangan Tasikmalaya, Ciamis dan Garut saja yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan analisis. Ada tiga motif batik Priangan di kelom geulis Sagitria yaitu: motif Batik Kawung Tasikmalaya, Batik Rereng Taleus Ciamis, dan Batik Domba Garut.

Batasan pada ke-tiga motif batik ini dikarenakan Priangan identik dengan identitas berbagai batik yang ada di wilayah Sunda yang juga berhubungan langsung dengan teori analisis yang digunakan terhadap nilai-nilai estetika Sunda dan beberapa hal lainnya seperti dari segi kosmologi Sunda. Sedangkan motif Priangan lainnya seperti Motif Purwakarta dan Cimahi belum dapat dikatakan sebagai motif batik.

Pertama. Analisis deskriptif dari istilah Sunda “siga” yang dikaitkan dengan motif batik aslinya, dengan menganalisis beberapa proses yang membuat perubahan bagaimana rekaan manusia terhadap bentuk fisik dan alam saling berkaitan dan memiliki kemiripan. Kedua. Istilah “sarupaning” analisis kesamaan bentuk pada alam atau kosmologi Sunda. Ketiga. Istilah “waas” bagaimana rasa terhadap objek yang dinilai memiliki cerita atau kenangan serta sejarah mampu mebawanya kedalam rasa kebatinan

(2)

32 IV.2 Motif Batik Kawung Tasikmalaya

Batik Tasikmalaya adalah batik yang memiliki ciri khas dengan karakter yang cukup kuat dari warna dan motifnya. Dilihat dari segi motifnya batik Tasikmalaya memiliki ragam hias yang terkenal pada bentuk-bentuk flora dan fauna. Hal ini juga mecerminkan bahwa kondisi lingkungan yang ada di tanah Sunda mengacu terhadap hasil alamnya. Ragam hias yang banyak digunakan antara lain anggrek dan burung, merak ngibing (merak menari), kulit kayu, motif rereng, buah kopi, buah manggu, buah kawung, dan lainnya.

Batik kawung Tasikmalaya salah satu motif batik yang diambil dari buah kawung atau yang dikenal dengan buah aren (enau). Motif ini memiliki bentuk dasar berupa lingkaran elips pada bagian buahnya dengan penampang lintang atau irisan-irisan tegas dari keempat bijinya.

Motif batik kawung termasuk kedalam golongan motif geometris, sehingga ciri khas dari motifnya mudah untuk disusun, dipadu-padankan dengan motif lain, atau dibuat dengan pola utuh mengikuti irama dan komposisi bentuknya. Dari bentuk fisiknya motif batik kawung tersusun dari bentuk lonjong atau elips, susunannya memanjang diagonal ke kiri atau ke kanan dan disusun berulang- ulang secara selang-seling dan diagonal.

“Siga batik kawung”, bentuk lingkaran lonjong pada motif kawung ini ditegaskan dengan garis-garis runcing dan ramping, bentuk-bentuknya hampir bersentuhan antara yang satu dan yang lainnya. “Sarupaning buah kawung” sama halnya dengan buah kawung, batik kawung diambil dari bentuk buah kawung yang ketika dibelah terdapat kelopak-kelopak sebagai tempat menyimpan isi buahnya (kolang- kaling). “Waas ka Panyadap” bagaimana pandangan terhadap seorang penyadap pohon kawung di Sunda yang menganggap bahwa pohon kawung adalah sosk wanita.

(3)

33

Motif Batik Kawung Sagitria Batik Kawung Buah Kawung

Gambar VI.1 Motif Batik Kawung Sagitria Sumber: Sagitria Collection

Gambar VI.2 Kelom Batik Kawung Sagitria

Sumber: Sagitria Collection Gambar IV.3 Batik Kawung

Sumber:http://kriyalea.com

Gambar VI.4 Batok Buah Kawung

Sumber:http://4.brta.in/images/2014-01/7kawung.jpg

Gambar IV.5 Buah Kawung

Sumber:http://1.bp.blogspot.com/Bkaling.jpg

Siga Batik Kawung Sarupaning Buah Kawung Waas ka Panyadap

Motif Batik Kawung Sagitria

• Memiliki empat lingkaran / elips yang hampir bersentuhan.

• Garis-garis yang tegas runcing dan ramping

• Ada satu titik kosong di antara ke-empat elips.

• Terdapat dua buah titik di dalam elips sebagai buah.

• Susunan motifnya berulang-ulang membentuk diagonal.

Batok (tempurung) Buah kawung

• Buah kawung tersalut batok (tempurung) tipis yang keras membentuk lingkaran dengan penampang-penampang lintang disetiap sisinya sehingga membentuk elips pada setiap isi buahnya.

• Terdapat satu titik diujung batok buah kawung sebagai acuan keterhubungan antar penampang lintang.

Menurut hasil wawancara dengan Mamat Sasmita (2015) disebutkan bahwa, dalam naskah kuno Parahyangan abad ke- 16 disebutkan salah satu mata pencaharian orang sunda adalah sebagai panyadap atau sebagai tukang sadap air nira, selain itu pohon kawung juga banyak memiliki manfaat dalam memenuhi kebutuhan orang Sunda, yaitu:

Tabel IV.1 Analisis Motif Batik Kawung Tasikmalaya

IV.2.1 Analisis Motif Batik Kawung Tasikmalaya

(4)

34 Motif Batik Kawung

• Bentuk lingkaran yang saling berpotongan.

• Berjajar ke kiri dan kanan, atas dan bawah serta diagonal.

• Berpola bulatan seperti buah kawung.

• Terdapat dua tanda silang yang meengisi lingkaran elipsnya.

Pada motif batik kawung Sagitria terdapat beberapa perbedaan yang dihasilkan dari proses-proses penyederhaan:

Proses Stilasi

• Merubah bentuk lingkaran pada jarak pembagi setiap kotaknya sehingga terlihat lebih besar dan lebar.

• Pada motif batik kawung setiap elips memiliki ujung dengan garis lurus yang meruncing, motif batik kawung sagitria

menyederhanakan bentuk elips yang dibuat lebih runcing dan ramping.

• Merubah bentuk silang yang terdapat pada bagian buah, atau yang terdapat di dalam elips pada motif asli batik kawung, dengan menggunakan dua buah lingkaran kecil atau titik.

Proses Cropping (Pemotongan)

• Memotong bagian-bagian pada motif batik kawung disesuaikan pada bentuk sandalnya, sehingga detail motif lebih menonjol.

Buah Kawung :

• Ketika batok buah kawung dibelah terdapat empat kelopak lingkaran buah berujung ramping tempat menyimpan isi buah nya.

• Setiap sisi pada lingkaran buah memiliki jarak atau batas sebagai pemisah.

• Dan tepat ditengahnya ada satu titik sebagai acuan ke- empat kelopak buah.

Kebutuhan Sandang

• Daun aren dapat dipakai sebagai bahan pembuatan sapu ijuk dan sapu lidi.

• Sebagai pembungkus makanan atau belanjaan di pasar tradisional.

• Pelepahnya dapat dijadikan sebagai senar pancing.

• Kayunya dapat dijadikan tongkat.

• Dan akarnya dijadikan sebagai bahan anyaman dan cambuk.

Kebutuhan Pangan

• Buahnya (kolang-kaling) dapat dijadikan bahan campuran makanan atau minuman seperti kolak.

• Nira disadap dari batang bunganya dibuat gula beureum (gula merah).

• Kayunya dapat diolah menjadi tepung sagu.

Kebutuhan Papan

• Daunnya dijadikan sebagai atap rumah dan sebagai tali ijuk yang dapat mengikat kuat kontruksi rumah.

• Batang dari pohonnya dapat dijadikan sebagai papan kayu bahan dasar bangunan.

Dalam jurnal Toekang Sadap C. M. Playete

mengungkapkan “Eene bijdrage tot het leerstuk dat planten bezielde wezens zijn”. (tanaman adalah makhluk bernyawa).

Toekang sadap menganggap pohon kawung sebagai sosok

perempuan dalam ritualnya. Pandangan terhadap motif batik

kawung di Sunda digambarkan sebagai penghargaan bagi

sosok perempuan. Batik kawung merupakan batik yang biasa

dipakai oleh perempuan Sunda sebagai samping atau kain

yang dililitkan menjadi rok setelan dari kebaya.

(5)

35 IV.3 Motif Batik Rereng Taleus Ciamis

Motif batik Ciamis atau yang disebut dengan batik Ciamisan memiliki karakter yang sederhana karena terkenal dengan coraknya yang tidak terlalu rumit. Ragam hiasnya banyak diambil dari hal-hal yang naturalis, yang timbul dari gambaran alam seperti flora dan fauna. Motif batik Ciamisan ini merupakan motif yang dipengaruhi oleh batik pesisiran.

Salah satu motif batik Ciamisan adalah motif batik rereng taleus. Motif rereng identik dengan bentuk garis-garis miring sejajar, motif ini diadaptasi dari motif parang dan lereng yang menggambarakan senjata jenis parang atau keris karena adanya bentuk yang berkelok-kelok diantara pilin, namun perbedaannya motif rereng di Sunda tidak termasuk kedalam motif larangan seperti parang.

Batik rereng taleus pada kelom geulis Sagtria “siga batik rereng taleus” atau seperti batik rereng pada aslinya. Bentuknya disederhanakan dengan tidak menghilangkan identitas dari motif batik rereng pada umumnya, sedang dengan adanya motif daun taleus atau talas menegaskan bahwa talas adalah salah satu tanaman yang berada di daerah Sunda.

“Sarupaning keris jeung daun taleus” atau sama halnya dengan keris dan daun talas itu juga terdapat pada pola motif rereng yang dihubung-hubungkan dengan meander dan pilinnya serta gaya pada pohon talas, yang dimaksudkan pada bentuk visual dari pergayaan daun talas dikembangkan dan dipolakan dari motif meander yang semulanya datar kemudian dimiringkan sehingga menjadi rangkaian motif rereng.

“Waas ku sakral na keris jeung ateul na taleus”, dalam kebudayaan Sunda keris sudah dialih fungsikan dan dipercayai sebagai benda pusaka, sakralnya keris dapat dilihat dari bentuknya yang meruncing pucaknya. Sedangkan pohon talas adalah pohon yang banyak bermanfaat menhasilkan kebutuhan pangan di masyarakat Sunda, namun memiliki getah yang dapat membuat gatal seperti halnya peribahasa sunda “ngaliarkeun taleus ateul” (menyebarkan kejelekan orang lain).

(6)

36

Motif Batik Rereng Taleus Sagitria Batik Rereng Taleus Keris Jeung Tangkal Taleus

Gambar IV.6 Motif Batik Rereng Taleus Sagitria Sumber: Sagitria Collection

Gambar IV.7 Kelom Batik Rereng Taleus Sagitria

Sumber: Sagitria Collection Gambar IV.8 Batik Rereng Taleus

Sumber:http://kriyalea.com

Gambar IV.9 Keris

Sumber:http://pusakasakti.com

Gambar IV.10 Tangkal Taleus

Sumber:http://texasinvasives.org/plant_images/COES.jpg

Siga Batik Rereng Taleus Sarupaning Keris jeung daun Taleus Waas ku Sakralna Keris jeung Ateulna Taleus

Motif Batik Rereng Taleus Sagitria

• Memiliki garis-garis miring yang sejajar.

• Meander ganda yang berderet dan saling berhadapan.

• Motif rereng nya berbentuk meander atau membentuk garis tepi dengan lengkungan siku-siku.

• Susunan bentuknya berulang-ulang.

• Terdapat motif daun taleus (talas).

Bentuk Keris

• Bagian pangkal yang melebar.

• Bilah dan pilinnya berkelok-kelok.

• Bentuknya meruncing pada bagian ujung.

• Terdapat pegangan keris yang terbuat dari kayu sebagai tumpuan.

Keris adalah salah satu senjata tikam golongan belati yang berunjung runcing dan tajam pada kedua sisinya. Dalam

kebudayaan Sunda, Keris memiliki nilai yang sangat penting selain sebagai senjata saat berperang, keris juga sering

dijadikan sebagai perhiasan. Menurut hasil wawancara dengan Mamat Sasmita (30 Mei 2015), ada tiga bentuk dasar yang mendasari keris sebagai benda pusaka di Sunda adalah:

• Propan, bagian bawah yang dekat pada tangan.

• Panyangga, bagian tengah yang disebut penyangga.

• Sakral, bagian puncak atau ujung runcing keris.

Tabel IV.2 Analisis Motif Batik Rereng Taleus Ciamis

IV.3.1 Analisis Motif Batik Rereng Taleus Ciamis

(7)

37 Motif Batik Rereng Taleus

• Motif rerengnya membentuk pilin ganda.

• Berderet sejajar dengan satu arah kemiringan.

• Terdapat motif pohon talas dengan kupu-kupu.

• Ditepi garis kainnya terdapat motif daun talas yang terlihat seperti mengakar dan menjalar mengelilingi kain.

Motif batikrereng taleus Sagitria berbeda dengan motif rereng taleus Ciamis aslinya. Bentuk pada motifnya dibuat lebih

sederhana, dengan ukuran meander dan pilin yang lebih besar pada batik parang barong diambil sebagai dasar motif rerengnya, sedangkan daun talassendiri diambil dari penyederhanaan pohon talas yang terdapat pada batik rereng taleus.

Proses Stilasi

• Merubah bentuk pilin pada motif batik rereng taleus menjadi bentuk meander.

• Kepala pada bentuk S motif rereng taleus yang spiral dijadikan sebuah lingkaran atau titik besar.

Proses Cropping (pemotongan)

• Memotong bentuk meander pada motif barong menjadi bentuk segitiga siku-siku.

Memotong bagian motif pohon talas pada motif batik rereng taleus dengan menerapkan daun talas dengan batang-batang tipisnya.

Bentuk Dasar Keris Pada Motif Rereng Sagitria

• Meander atau membentuk segitiga siku-siku, memiliki tiga sudut dengan bidang miring pada sisinya.

• Sebagian dari bentuk lingkaran sebagai bentuk dasar pada pegangan kayu keris.

• Penyederhanaan bentuk dasarnya “siga bentuk keris”

hanya saja pada bagian meander pegangan keris dibuat dengan lingkaran penuh.

Tangkai dan Daun Talas

• Daunnya lebar berbentuk bundar telur, dengan ujung meruncing perisai.

• Memiliki garis-garis pada tulang daun yang tegas.

• Dalam satu pohon talas daunnya terdapat 2-5 helai.

• Tangkai dan daun sama-sama berwarna hijau.

• Pangkalnya berbentuk pelepah.

• Tangkai yang seolah-olah selalu merunduk kebawah atau miring.

Inilah mengapa keris dianggap benda yang sakral memiliki kekuatan gaib seperti halnya:

• Sebagai salah satu media atau sarana bagi sesajen.

• Menjadi jimat bagi pemiliknya sehingga mengubah perilaku psikologinya.

• Dapat menjadi media komunikasi atau perantara dengan makhluk gaib penunggunya.

• Menjadi benda pusaka yang diagungkan dan dihormati karena berkaitan dengan ritual setiap malam satu suro.

• Disimpan di tempat-tempat tertentu seperti goah. Dalam bahasa Sunda goah diartikan sebagai ruangan yang

dikhusukan sebagai tempat menyimpan beras, benda sakral, dan sesajian atau persembahan bagi Nyi Pohaci.

Taleus (Talas)

Taleus adalah salah satu jenis tanaman umbi yang tumbuh dilingkungan alam masyarakat Sunda. Tangkal taleus atau pohon talas ini banyak bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan pangan yaitu:

• Umbinya dapat dimakan sebagai pengganti karbohidrat.

• Pucuk dan tangkai daun yang muda dapat dimanfaatkan sebagai sayuran masyarakat Sunda menyebutnya sayur lompong, sejenis gulai.

• Daunnya dijadikan sebagai bungkus buntil (berisi parutan kelapa yang direbus dengan bumbu-bumbu dan santan).

Dalam peribahasa Sunda ada istilah ngaliarkeun taleus

ateul (menyebarkan kejelekan orang lain). Karena memang

talas mengandung getah yang membuat gatal dan tidak dapat

dikomsumsi secara berlebih. (Mamat Sasmita, 30 Mei 2015)

(8)

38 IV.4 Motif Batik Domba Garut

Motif batik Garut atau yang disebut dengan Batik Garutan adalah batik yang berasal dari daerah Garut Jawa Barat. Ragam hias pada batik garut ini bersifat naturalistis atau mengacu terhadap hal-hal yang natural seperti motif flora dan fauna yang diambil dari keadaan alam disekitarnya. Batik garutan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sandang sehari-hari atau yang disebut dengan kain sinjang, (kain panjang), sehingga tidak termasuk kedalam motif-motif larangan yang berkaitan dengan agama atau kepercayaan tertentu. Warna yang khas pada batik garut ini menjadi kekhasan tersendiri yaituwarna gumading (kuning gading).

Batik domba adalah salah satu motif batik garutan yang diambil dari motif fauna yaitu domba. Di Garut domba adalah salah satu hewan kebanggaan yang menjadikan Garut terkenal akan kesenianny aatau yang dikenal dengan, seni ketangkasan domba Garut. Kesenian domba garut ini lebih cenderung kearah kesenangan sehingga menjadi suatu kegemaran tersendiri bagi pemiliknya yang dapat dikategorikan kedalam hewan kesayangan serta kebanggaan sebagai, domba tangkas (laga).

Motif batik domba Sgatria menggambarkan domba garut pada umunya, motifnya

“siga batik domba”, seperti batik domba hanya saja lebih disederhanakan dengan menggunakan motif kepala domba saja. “Sarupaning domba garut” sama halnya dengan domba garut, mengacu terhadap catur bangga domba garut. “Waas ku catur banggana domba”, domba garut berbeda dengan domba biasa lainnya, disebut catur bangga domba karena domba garut dapat menjadi suatu kebanggaan karena membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Catur bangga sendiri adalah ketentuan atau tanda-tanda yang menajdi ciri khas bagus atau tidaknya domba.

(9)

39

Motif Batik Domba Sagitria Batik Domba Domba Garut

Gambar IV.11 Motif Batik Domba Sagitria Sumber: Sagitria Collection

Gambar IV.12 Kelom Batik Domba Sagitria Sumber: Sagitria Collection

Gambar IV.13 Batik Domba Sumber: http://enjoybatik.com

Gambar IV.14 Domba Garut

Sumber: http://infokulinergarut.blogspot.com

Gambar IV.15 Tanduk Domba Garut Sumber: http://zonadomba.blogspot.com

Siga Batik Domba Sarupaning Domba Garut Waas ku Catur Bangga na Domba

Motif Batik Domba Sagitria

• Adanya motif kepala domba pada bagian belakang sandal.

• Menggambarkan tanduk domba yang besar dan teabal khas dengan belang-belang.

• Bentuk kepala lebar dengan mata tajam.

• Tanduk dominan berwarna putih yang menandakan jantan.

Motif Batik Domba Garut

• Motif domba menggambarkan keseluruhan bentuk dombanya.

• Terdapat ornamen tumbuhan alam seperti bunga dan dedaunan.

• Terdapat batang pohon yang menyerupai pagar tempat mengikat domba.

Domba menggambarkan istilah adeg-adeg atau yang disebut dengan kesesuaian postur tubuh mulai dari badan sampai kaki,ini merupakan bentuk umum dari performa fisik yang dinilai dari postur (kekokohan badan, leher dan kepala), jingjingan (bentuk, ukuran, dan letak tanduk), ules (bentuk diraut muka).

Rengreng jeung Sirah Domba Sagitria

• Ngabendo (tanduk yang besar dan meilingkar penuh ke belakang).

• Ngabangus kuda (mirip dengan kuda, bagian mulut besar dan lebar hidung besar dengan lubang hidung lebar).

Domba Garut atau dikenal dengan domba priangan adalah salah satu hewan peliharaan kebanggaan masyarakat Garut sebagai domba tangkas (laga). Menurut Mamat Saasmita (2015), domba Garut lebih cenderung kedalam kesenangan yaitu:

• Cocooan (mainan, termasuk binatang peliharaan) sifatnya individu.

• Kaulinan (permaianan yang sifatnya melibatkan banyak orang).

Domba Garut sendiri berbeda dengan domba pada umumnya, karena memiliki ciri khas tersendiri yang

menjadikannya hewan unggulan. Catur bangga domba Garut Tabel IV.1 Analisis Motif Batik Domba Garut

IV.4.1 Analisis Motif batik Domba Garut

(10)

40 Penyederhanaan motif batik domba kedalam motif batik

domba Sagitria dapata dilihat dari bentuk kepala domba yang hanya dijadikan sebagai motifnya. Berbeda dengan motif batik domba yang menggabarkan keseluruhan bentuk domba dengan ornamen-ornamen lainnya yang menggambarkan habitat asli domba tersebut.

Proses Stilasi

• Merubah sudut pandang kepala domba menjadi tampak depan.

• Menghilangkan detail pada gambar hidung dan mulut.

• Merubah dan menyesuaikan warnanya sesuai karakteristik domba garut pada umunya.

Proses Cropping (pemotongan)

Memotong pada bagian keseluruhan motif domba dengan hanya menggunakan bagian kepala domba.

• Ngadaun hiris (memiliki telinga pendek seperti daun hiris).

• Panon jalak (seperti mata burung jalak).

• Tanduk belang-belang yang menandakan sebagai domba jantan.

nyaeta kaweruh paranti mika nyaho tanda-tanda hade

henteuna domba (acuan untuk mengetahui tanda-tanda bagus atau tidaknya domba). Catur bangga memberikan rasa

bangga karena membawa keberuntungan bagi pemiliknya.

Ules Beungeut (Rupa Wajah)

• Kasep (tampan)

• Ngamenak (ningrat atau seperti domba bangsawan)

• Ngaules (memiliki rupa) Panon(Mata)

• Kupa (seperti buah kupa) Ceuli (Telinga)

• Rumpung (patah/pendek hampir habis).

• Rumpung sapotong (patah separuh).

• Ngadaun hiris (seperti daun hiris).

• Ngadaun nangka saeutik (seperti daun nangka sedikit) Tanduk / Rengreng

• Ngabendo (tanduk melingkar penuh kebelakang dan mengarah ke depan).

• Golong tambang (tanduk melengkung kesamping dan menggulung).

• Setengah gayor (tanduk setengah mengarah ke tengah).

• Gayor (posisi tanduk yang ujungnya mengarah ke tengah).

• Leang-leang (sedikit lengkungan mengarah ke samping).

• Sogong (jarak antara tanduk agak jauh dengan leher).\

Kualitas Tanduk/ Rengreng

• Poslen (seperti keramik).

• Waja (seperti baja).

• Beusi (seperti besi).

• Gebog (seperti batang pohon).

Sumber: Profil Domba Garut Kab.Garut

(11)

41 IV.5 Ikhtisar Kajian Motif Batik Priangan

Dengan menggunakan analisis formal kualitatif, yang menjabarkan dan mendeskripsikan temuan-temuan di lapangan bedasarkan bentuk-bentuk kosmologi lingkungan alam sekitar masyarakat Sunda, kajian motif batik Priangan pada kelom geulis Sagitria, didasarkan pada teori estetika Sunda Jamaludin Wiartakusumah. Dengan menggunakan tiga istilah dalam bahasa Sunda sebagai acuan dasar dari analisis deskriptif yaitu:

• Siga, ‘seperti’ atau ‘menyerupai’ bentuk aslinya namun tetap ada perbedaan karena pemakaian kata siga mengarah terhadap sebuah rekaan manusia terhadap bentuk fisik yang menyerupai aslinya. Dalam analisis ini visual dari bentuk batik pada aslinya dideskripsikan dengan bentuk batik pada sagitria yang telah mengalami proses penyederhaan.

• Sarupaning ‘sama halnya’ “sarupaning anu katingalna endah” (segala sesuatu yang terlihat indah). Dalam masyarakat sunda estetika mengacu terhadap konteks keindahan alamnya. Ditatar Sunda hasil kekayaan alam banyak tersirat pada kebuyaannya sehingga dalam hal ini kosmlogi Sunda menjadi salah satu bentuk yang menciptakan nilai-nilai keindahan dengan kreatifitas baru. Analisis ini mendeskripsikan bagaimana kesamaan bentuk pada motif batik dengan kosmologinya.

• Waas, penggambaran terhadap pengalaman nilai estetiknya, bagaimana sebuah keindahan yang dilihat mampu memberikan pesan dan kesan terhadap rasa kebatinannya. Pengalaman ini yang nantinya menjadi suatu hal yang memiliki nilai makna, karena analisis keindahan pada waas mampu membawa seseorang untuk kembali kedalam sebuah kenangan yang melampaui ruang, jarak, dan waktu yang lain.

Berdasarkan teori dan istilah estetika Sunda dalam kajian ini juga terdapat batasan pengkajian analisis yang difokuskan terhadap tiga motif batik priangan yang terdapat di Sagitria Collection yaitu:

(12)

42

• Batik Kawung Tasikmalaya

“Siga” (seperti) batik kawung tasikmalaya, bentuk motif batik kawung Sagitria juga seperti pola pada buah kawung terdapat empat lingkaran saling berpotongan, dengan bentuk yang sejajar dan diagonal. “Sarupaning”(sama hal nya dengan buah kawung) batok (tempurung) buah kawung menggambarkan empat lingkaran dengan penampang-penampang lintang disetiap sisinya sehingga membentuk elips pada setiap isi buahnya, ketika batok buah kawung dibelah, terdapat empat bentuk lingkaran yang saling berhadapan tempat menyimpan isi buahnya (kolang-kaling), terdapat garis-garis pembatas jarak dengan satu buah lingkaran kecil ditengah sebagai pemisah setiap lingkarannya. Pohon kawung banyak menghasilkan manfaat bagi kehidupan masyarakat Sunda karena menghasilkan kebutuhan sandang, pangan dan papan. “Waas ka panyadap”, tukang sadap air nira menggambarkan pohon kawung adalah sosok perempuan berbagai ritual dilakukan sebelum mengambil hasil dari pohon kawung tersebut. Maka dari itu mengapa motif batik kawung di masyarakat Sunda sebagai penghargaan bagi sosok perempuan.

• Motif Batik Rereng Taleus Ciamis

Meander ganda yang berderet dan saling berhadapan dengan motif daun talas pada motif batik rereng taleus Sagitria “siga” batik rereng taleus ciamis, karena sama halnya dengan bentuk keris dan talas “sarupaning bentuk keris jeung taleus” dibuat penyederhaan bentuk pada motif batik rereng taleus Sagitria terlihat bentuk-bentuk dasar keris, dengan pemotogan pada motif daun taleus yang hanya menggambarkan daun dan batang-batang halus pada pohon talas. Keris sendiri adalah senjata jenis belati yang biasa dipakai dalam peperangan namun kini keris sudah dialih fungsikan sebagai benda pusaka yang di sakralkan “waas ku sakralna keris” bentuk dasar keris terdiri dari:

Propan, bagian bawah yang dekat pada tangan. Panyangga, bagian tengah yang disebut penyangga. Sakral, bagian puncak atau ujung runcing keris.

(13)

43

• Motif Batik Domba Garut

“Siga batik domba”, motif batik domba Sagitria menggunakan motif dengan menyederhanakan pada bagian kepala domba garut. Domba Garut berbeda dengan domba pada umumnya, karakteristik domba garut disebut dengan istilah adeg-adeg, dinilai dari fostur (kekokohan badan, leher dan kepala), jingjingan (bentuk, ukuran, dan letak tanduk), ules (bentuk diraut muka).“Sarupaning domba garut” bentuk kepala domba garut disebut dengan profil, pada motif domba Sagitria profil domba “ngabangus kuda” atau mirip dengan kuda. Domba Garut merupakan termasuk kedalam cocooan (mainan, termasuk binatang peliharaan) sifatnya individu. Dan kaulinan (permaianan yang sifatnya melibatkan banyak orang). Domba Garut termasuk hewan peliharaan yang membawa keberuntungan dan kebanggan bagi pemiliknya,

“matak waas ku catur bangga na domba Garut” karena setiap domba memiliki watak dan acuan untuk mengetahui tanda-tanda bagus atau tidaknya.

Dari hasil analisis diatas menjelaskan bagian-bagian dari nilai-nilai deskriptif yang menjadi alasan mengapa kajian ini dilakukan. Motif pada batik Priangan bukan hanya sekedar motif yang digambar, melainkan ada makna dan filosofi dibalik bentuk dan sejarahnya. Estetika Sunda yang tekandung di dalam desain motif batik pada kelom geulis juga merupakan suatu hal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari di masarakat Sunda.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif batik Merak Ngibing Garut & Tasikmalaya ini adalah dengan merancang media informasi yang tepat serta

yang diperoleh oleh pengrajin tadi ke dalam praktek, tentunya adalah desain motif Batik Blora. Maka, kreativitas pengrajin untuk menciptakan motif-motif baru harus

Motif – motif lainnya diluar motif utama merupakan unsur tambahan pada kain batik untuk menambah variasi visual dari kain tersebut tanpa mempengaruhi konsep