• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI BERBAGAI JENIS VEGETASI SEBAGAI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI PADANG PENGGEMBALAAN KAMPUNG SOTA, KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI BERBAGAI JENIS VEGETASI SEBAGAI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI PADANG PENGGEMBALAAN KAMPUNG SOTA, KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI BERBAGAI JENIS VEGETASI SEBAGAI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI PADANG PENGGEMBALAAN KAMPUNG SOTA, KABUPATEN MERAUKE

1)Irine Ike Praptiwi, 2)Diana Sri Susanti, 1)A. Tenny Damayanti, 3)Yosefina Mangera,

4)Nafiatul Umami

Surel: irineike@gmail.com

1)Jurusan Peternakan FAPERTA UNMUS

2)Jurusan Agroteknologi FAPERTA UNMUS

3)Jurusan Teknik Pertanian FAPERTA UNMUS

4)Jurusan Peternakan UGM

ABSTRACT

Forage availability become a major issue in the provision of feed, especially during the dry season. The purpose of this study is to identify the type of vegetation in the grazing fields that have been used by people in the village of Sota. The data were taken from the area around the used rice field in the village of Sota. The forage classified as grass, legume and forbs. The method applied in the research by observing the botanical composition there at several observation points. The forage was taken as the sample, then calculated the production and analyzed the content of dry material. The results showed that the vegetation found in the used rice fields in the village of Sota, there are 33 vegetation, consisting of legume, grass and forbs 3, 61 and 36%. Vegetation types most commonly found are Fimbristylis genus, Paspalum and species of Calopogonium mucunoides the SDR value of 9.88; 9.3 and 9.74%. Composite dry matter production of 757.62 kg /ha with measuring capacity 1,68 AU/ ha.

Keyword : Sota, vegetation, grazing

PENDAHULUAN

Ternak ruminansia mengkonsumsi lebih dari 80% hijauan. Ternak ruminansia di Indonesia mengkonsumsi hijauan yang berasal dari pinggir jalan, pematang sawah, sawah bera, dan lapangan sepak bola (Parakkasi, 1999), hal tersebut juga terjadi di Kampung Sota Kabupaten Merauke, lahan sawah yang sudah tidak produktif dimanfaatkan oleh peternak untuk padang penggembalaan maupun penyedia hijauan pakan ternak. Hijauan pakan ternak terdiri atas hijauan rerumputan, kacang-kacangan dan limbah pertanian maupun perkebunan.

Ketersediaan hijauan pakan menunjang keberlanjutan usaha peternakan, besarnya daya tampung ternak dipengaruhi oleh produksi hijauan yang dihasilkan suatu wilayah.

Keberagaman jenis vegetasi akan berpengaruh terhadap produksinya, demikian juga karakteristik dan kandungan nutrisi yang beragam, akan berpengaruh terhadap kecukupan kebutuhan ternak.

Budidaya tanaman pakan di Kabupaten Merauke khususnya Kampung Sota, belum dilakukan oleh petani peternak. Oleh karena itu, sebagian besar hijauan pakan berasal dari tanaman liar yang tumbuh pada lahan bekas sawah tidak produktif. Distrik Sota memiliki populasi ternak sapi 947 ekor dan luas lahan pengembalaan 1.364,96 ha (Dinaskeswan, 2016).

(2)

16

Pemeliharaan ternak sapi di Kampung Sota secara ektensif, dan penyediaan hijauan pakan sebagian besar bergantung pada lahan bekas persawahan yang sudah tidak produktif lagi.

Vegetasi yang tumbuh dilahan bekas sawah tersebut sangat beragam dan belum diketahui kemampuannya sebagai pakan hijauan. Masih banyak jenis hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan, namun belum diketahui oleh peternak ataupun masyarakat luas, di tahun 2012 penelitian yang dilakukan di Kampung Wasur Kabupaten Merauke diperoleh hasil bahwa potensi legume sebagai pakan ruminansia cukup besar mampu menampung 3,63 UT/ha/bln (Praptiwi., dkk, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Sawen dan Junaidi (2011), proporsi spesies tumbuhan berdasarkan frekuensi ditemukannya terdiri dari 53% rumput, 13% legum dan hijauan lain 34%

untuk lokasi Sorong sedangkan di Fakfak terdiri dari 56% rumput 30% legum dan hijauan lain 14%. Kapasitas tampung padang penggembalaan alami di Kabupaten Sorong sebesar 6,64 UT/ha/tahun dan di Kabupaten Fakfak sebesar 4,94 UT/ha/tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan di Propinsi Papua menunjukkan padang penggembalaan alam dengan komposisi botani sekitar 82 – 87% rumput, 1% legum dan hijauan yang dapat dikonsumsi dan 12 - 17%

hijauan lain yang tidak dapat dikonsumsi ternak. Ditemukan sebanyak 40 spesies hijauan pada padang penggembalaan alam di dataran Kebar (Yoku, 2015). Penelitian tersebut menggambarkan bahwa Provinsi Papua pada umumnya masih memiliki potensi hijauan yang cukup besar untuk pengembangan ternak ruminansia.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis vegetasi yang tumbuh di lahan bekas sawah dan potensinya sebagai pakan hijauan untuk mencukupi kebutuhan ternak secara kuantitas maupun kualitas di Kampung Sota Kabupaten Merauke, Propinsi Papua.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di lokasi penggembalaan ruminansia pada lahan bekas sawah di Kampung Sota, selama kurang lebih satu bulan. Peralatan yang digunakan antara lain peralatan analisis komposisi botani yang meliputi alat tulis, plastik kemasan, kertas label, kamera dan buku untuk mengidentifikasi jenis - jenis vegetasi yang ditulis oleh Backer (1973), Soerjani, et all (1987) dan Barnes, et all (2003), sedangkan peralatan yang digunakan dalam pengukuran produksi bahan segar dan bahan kering berupa oven, timbangan dan ubinan berukuran 1m2. Materi yang digunakan adalah vegetasi yang tumbuh pada lahan bekas sawah di Kampung Sota.

Metode yang dilakukan untuk mengetahui komposisi botani, produksi bahan segar dan bahan kering serta daya tampung menggunakan metode Halls et al. (1964) yang ditulis oleh

(3)

17

Manu (2013), menggunakan bingkai kuadrat berukuran 1 × 1 m2 sebagai titik pengamatan.

Pengamatan dilakukan pada 3 lokasi yang merupakan bekas bukaan sawah, pada tiap - tiap lokasi tersebut diambil 20 cuplikan, cuplikan pertama diambil secara acak, namun pada luas lahan yang diambil lebih dari satu cuplikan maka petak cuplikan kedua diambil dengan bergeser 10 langkah ke kanan dan terus menerus membentuk satu kumpulan (cluster). Hijauan yang terdapat di dalam petak cuplikan tersebut dipotong dan kemudian diamati komposisi botaninya, selanjutnya hijauan dikumpulkan dan ditimbang bobot segarnya untuk mengetahui pruduksi hijauan dan daya tampung ternak.

Untuk mengukur produksi hijauan, pada setiap ubinan pengamatan hijauan dipotong setinggi 5 cm dari tanah. Selanjutnya dihitung produksi hijauan (g/m2) setiap pemotongan. Dari 60 titik pengamatan ini kemudian dihitung rata-ratanya dan dikonversi ke produksi per ha. dari pengukuran bahan segar, cuplikan tersebut dilanjutkan dengan pengukuran bahan kering dengan cara pengovenan menggunakan suhu 1050C selama 6 jam.

Perhitungan daya tampung padang penggembalaan dilakukan dengan membagi produksi hijauan/ha dengan kebutuhan BK/UT/tahun. Kebutuhan BK untuk 1 unit ternak (UT) adalah sebesar 3 %/hari dari berat badan (BB). Satu UT adalah satu ekor sapi dewasa dengan BB 400 kg atau 8 ekor domba dewasa dengan BB 40 kg/ekor (Anggraeny dan Umiyasih. 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis komposisi botani yang telah dilakukan, ditemukan 33 vegetasi tanaman yang terdapat pada padang pengembalaan, jenis tersebut tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis - Jenis Vegetasi Tanaman di Kampung Sota

NO JENIS SDR Nilai SDR

LOKASI I LOKASI II LOKASI III (%)

1 Blumea sp. 0,39 0,36 0,00 0,25

2 Brachiaria reptans 2,02 4,00 6,57 4,20

3 Colopogonium mucunoides 2,97 6,85 19,41 9,74

4 Croton hirtus 0,48 0,44 0,00 0,31

5 Cyperus compresus 0,86 0,79 2,37 1,34

6 Cyperus halpan 4,62 3,13 2,43 3,39

7 Cyperus sphacelatus 4,21 6,93 6,44 5,86

8 Digitaria longiflora 0,97 0,89 1,06 0,98

9 Eleocharis congesta 0,97 0,92 0,00 0,63

10 Eleocharis retroflexa 1,94 1,16 0,59 1,23

11 Eragrostis unioloides 5,33 5,33 6,26 5,64

12 Eriocalon longifolium 3,11 2,82 2,30 2,74

(4)

18

NO JENIS SDR Nilai SDR

LOKASI I LOKASI II LOKASI III (%)

13 Fimbristylis acuminata 7,23 9,66 4,18 7,02

14 Fimbristylis dichotoma 15,17 17,61 5,44 12,74

15 Fuirena ciliaris 0,40 0,00 0,00 0,13

16 Fuirena umbellate 0,39 0,36 0,00 0,25

17 Hedyotis diffusa 0,43 1,21 0,76 0,80

18 Hymenachne acutigluma 5,76 4,15 3,19 4,37

19 Hyptis brevipes 0,40 0,37 0,00 0,26

20 Imperata cylindrica 12,95 0,00 1,20 4,72

21 Lindernia anagallis 0,98 0,00 0,00 0,33

22 Lindernia crustaceae 1,48 0,73 0,73 0,98

23 Lindernia hyssopioides 0,91 0,42 0,00 0,45

24 Melastoma malabathricum 2,95 1,73 1,33 2,01 25 Paspalum cartilagineum 4,28 9,64 17,36 10,43

26 Paspalum commersonii 4,30 7,04 13,26 8,20

27 Portulaca oleraceae 0,39 1,14 0,72 0,75

28 Sagittaria sp. 8,04 7,44 1,70 5,73

29 Sphaeranthus africanus 0,78 0,72 1,43 0,98

30 Spilanthes paniculata 0,53 0,00 0,00 0,18

31 Stachytarpheta indica 0,88 0,00 0,37 0,42

32 Uraria lagopodioides 2,53 2,91 0,00 1,81

33 Xyris indica 1,37 1,27 0,90 1,18

Pengolongan hijauan pakan pada lahan pengembalaan di Kampung Sota dibedakan menjadi 3 bagian berupa rumput 61% meliputi Brachiaria reptans, Cyperus compresus, Cyperus halpan, Cyperus sphacelatus, Digitaria longiflora, Eleocharis congesta, Eleocharis retroflexa, Eragrostis unioloides, Eriocalon longifolium, Fimbristylis acuminata, Fimbristylis dichotoma, Fuirena ciliaris, Fuirena umbellata, Hedyotis diffusa, Hymenachne acutigluma, Imperata cylindrica, Paspalum cartilagineum, Paspalum commersonii, Sagittaria sp, dan Xyris indica. leguminosa 6% yang dijumpai di lapangan yaitu Colopogonium mucunoides dan Uraria lagopodioides, dan tanaman lainnya 33% meliputi Blumea sp., Croton hirtus, Hyptis brevipes, Lindernia anagallis, Lindernia crustaceae, Lindernia hyssopioides, Melastoma malabathricum, Portulaca oleraceae, Sphaeranthus africanus, Spilanthes paniculata dan Stachytarpheta indica . Kelompok pakan hijauan meliputi bangsa rumput, legume, dan tumbu-tumbuhan lainnya. Semuanya bisa diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar atau kering.

Sumber : data primer 2016

(5)

19

Hijauan sebagai bahan pakan ternak sapi di Indonesia memegang peranan yang amat penting karena hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Bahan ini diberikan dalam jumlah yang besar (Sugeng, 2004). Permasalahan kelangkaan sumberdaya tanaman pakan karena potensi bergantung pada sistem pertanian yang ada, ketersediaan berfluktuasi bergantung musim dan pola produksi, sejumlah sumberdaya tanaman pakan mempunyai nilai manfaat rendah (Sumarsono, 2006).

Tanaman bawah merupakan jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan meliputi semak belukar, tumbuhan herba, rumput dan paku-pakuan dan dapat meningkatkan kesuburan tanah, sumber pangan bagi flora, sebagai tanaman obat, penaham percikan air hujan, dan sebagai penahan aliran permukaan air (Dahlan, 2011). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa populasi vegetasi genus Fimbristylis, Cyperus, Eragrostis, Sagittaria, Paspalum dan Calopogonium mendominasi pada padang pengembalaan di Kampung Sota dengan nilai SDR di atas 5. Manu (2013) yang menyatakan bahwa sebagian besar hijauan yang ada di padang penggembalaan adalah rumput alam yakni diatas 90 %, hanya terdapat sedikit tanaman leguminosa. Kurangnya proporsi tanaman leguminosa di padang rumput alam menyebabkan rendahnya kualitas hijauan, terutama selama musim kemarau proporsi legum sudah tidak ada, dimana rumput alam sudah menjadi sangat rendah mutunya dan menjadi sumber pakan satu- satunya. Penelitian ini didukung oleh pendapat Nurlaha dkk (2014) yang menyatakan bahwa rumput merupakan jenis hijauan pakan yang dominan di areal pematang sawah dan area tanaman hortikultur, sedangkan hasil penelitian Infitria dan Khalil (2014) menunjukkan bahwa tanaman yang tumbuh pada lahan padang rumput sebanyak 12 spesies hijauan yang terdiri dari 5 jenis gramineae, 4 jenis leguminosae, dan 3 jenis tanaman lainnya.

Penelitian di Kampung Sota menunjukkan persentasi rumput, legume dan rumba masing-masing sebesar 79.34; 7.38 dan 13.28 % dengan di dominasi jenis rumput paspalum.

Gambar 1.Fimbristylis Gambar 2.Colopogonium

(6)

20

Gambar 3. Paspalum Gambar 4. Cyperus

Gambar 5. Eragrostis Gambar 6. Sagitaria

Tanaman Eragrostis, Fimbristylis, dan Cyperus merupakan tanaman tahunan yang akan tumbuh subur pada musim hujan, namun mereka juga termasuk tanaman yang toleran dan mudah beradaptasi (Subudhi et al, 2015). Tanaman Fimbristylis akan tumbuh setelah 3 hari setelah tanam, tahap pertumbuhan Fimbristylis dibagi menjadi 3 tahap, tahap 1) awal yang lambat tahap pertumbuhan, dari munculnya sampai 4 minggu setelah munculnya (WAE) , tahap 2) pertumbuhan aktif 4 - 9 WAE, tahap 3) tahap pertumbuhan maksimal 9-17 WAE (Begum, 2008).

Calopogonium muconoides adalah salah satu jenis hijauan yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tanaman pakan dan sebagai tanaman vegetasi tanah. Umur Calopogonium muconoides dapat mencapai dua tahun satu kali tanam. Hijauan ini cocok tumbuh pada daerah tropis (Hasan, 2012). Paspalum merupakan tanaman tahunan, hijauan pakan ini tumbuh di daerah tropis lembab dan tanah yang agak liat (Hasan, 2012). Menurut Prasetyo dkk (2012), Kabupaten Merauke memiliki jenis tanah alluvial, memiliki terkstur tanah yang liat atau liat berpasir. Penelitian yang dilakukan pada saat musim peralihan dari musim hujan ke musim kering, sehingga hanya jenis vegetasi yang masih tetap bertahan di Musim kemarau, beberapa jenis vegetasi yang tahan kekeringan, salah satunya adalah Cyperus, Cyperus merupakan tumbuhan tahunan memiliki bentuk batang langsing dan tegar, vegetasi ini menyukai tanah liat berpasir dan bertoleransi terhadap tanah yang mengandung garam. Cyperus dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama di daerah tropis kering, dan tergolong tanaman yang cepat berkembang (Pranesti dkk, 2014).

Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan kualitas hijauan pakan. Analisis komposisi botani merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan adanya spesies-spesies tumbuhan tertentu serta proporsinya di dalam suatu

(7)

21

ekosistem padangan. Komposisi suatu padangan tidak konstan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan susunan akibat adanya pengaruh iklim, kondisi tanah dan juga pemanfaatannya oleh ternak (Susetyo, 1980).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kandungan bahan kering dari tiap vegetasi yang ditemukan, kandungan bahan kering tersebut tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan bahan kering tiap vegetasi yang ditemukan

NO JENIS Nilai BK (%)

1 Blumea sp. 0,03

2 Brachiaria reptans 1,23

3 Colopogonium mucunoides 7,68

4 Croton hirtus 0,02

5 Cyperus compresus 0,63

6 Cyperus halpan 2,41

7 Cyperus sphacelatus 2,64

8 Digitaria longiflora 0,25

9 Eleocharis congesta 0,52

10 Eleocharis retroflexa 0,78

11 Eragrostis unioloides 3,80

12 Eriocalon longifolium 2,05

13 Fimbristylis acuminata 6,93

14 Fimbristylis dichotoma 14,73

15 Fuirena ciliaris 0,02

16 Fuirena umbellate 0,03

17 Hedyotis diffusa 0,04

18 Hymenachne acutigluma 1,86

19 Hyptis brevipes 0,05

20 Imperata cylindrica 7,78

21 Lindernia anagallis 0,07

22 Lindernia crustaceae 0,22

23 Lindernia hyssopioides 0,09

24 Melastoma malabathricum 1,69

25 Paspalum cartilagineum 7,91

26 Paspalum commersonii 5,06

27 Portulaca oleraceae 0,12

28 Sagittaria sp. 6,82

29 Sphaeranthus africanus 0,41

30 Spilanthes paniculata 0,05

31 Stachytarpheta indica 0,10

(8)

22

NO JENIS Nilai BK (%)

32 Uraria lagopodioides 0,32

33 Xyris indica 0,37

Kandungan bahan kering yang terbesar dimiliki oleh tanaman Fimbristylis dichotoma sebesar 14,73%, kemudian Paspalum cartilagineum sebesar 7,78%. Alang-alang (Imperata cylindrica) juga memiliki kandungan bahan kering yang besar setelah Fimbristylis dan Paspalum yaitu sebesar 7,78%. Menurut Kristianto dan Nappu (2004), sistem pemeliharaan sapi potong di tingkat petani dinilai masih kurang optimal, karena ternak sapi diikat atau dibiarkan di padang penggembalaan alam dengan kualitas hijauan yang masih rendah, karena komposisi hijauan pakan ternak didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica) dan semak belukar. Sistem pemeliharaan ekstensif seperti ini masih banyak dilakukan oleh peternak di kampung Sota.

Menurut Susetyo (1980), kandungan bahan kering yang baik untuk hijauan adalah 15 – 30%, dengan demikian kandungan bahan kering pada hijauan yang ditemukan di kampung Sota belum dapat dikatakan baik, ternak yang dipelihara secara ekstensif juga mempengaruhi kualitas hijauan pakan yang tersedia, menurut pendapat Humphrey (1991), pastura yang sering dipotong dapat menyebabkan produksi bahan keringnya menjadi lebih rendah.

Kebutuhan ternak ruminansia akan behan kering sebesar 3% dari bobot badannya, untuk vegetasi yang bersifat komposit pada lahan pengembalaan di kampung Sota mempunyai daya tampung ternak 1,68 UT/ha/Thn, dengan produksi bahan kering bersifat komposit sebesar 757.62 kg / ha. Menurut Sawen dan Junaidi (2011), Kapasitas tampung berhubungan erat dengan produktivitas hijauan pakan pada suatu areal penggembalaan ternak. Makin tinggi produktivitas hijauannya pada suatu areal padang penggembalaan, makin tinggi pula kapasitas tampung yang ditunjukkan dengan banyaknya ternak yang dapat digembalakan, sedangkan menurut pendapat Mcillroy (1977), bahwa kapasitas tampung daerah tropik umumnya sebesar 2 – 7 UT/ha/tahun, hal ini menunjukkan bahwa lokasi pengembalaan di kampung Sota yang selama ini digunakan masyarakat berupa lahan bekas bukaan sawah belum dapat maksimal dalam penyediaan hijauan pakan.

KESIMPULAN Sumber : Data Primer, 2016

(9)

23

Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 33 jenis vegetasi yang dijumpai pada padang pengembalaan di Kampung Sota, vegetasi tersebut terbagi menjadi rumput 61 %, leguminosa 3% dan tanaman lainnya 36%. vegetasi yang dominan ditemukan adalah genus Fimbristylis, Cyperus, Eragrostis, Sagittaria, Paspalum dan Calopogonium mendominasi pada padang pengembalaan di Kampung Sota dengan nilai SDR di atas 5%. Kapasitas Tampung di Kampung Sota untuk ternak Ruminasia Masih tergolong kecil perlu dilakukan budidaya ataupun pengolahan hijauan pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, Y.N. dan U. Umiyasih. 2005. Tinjauan Tentang Upaya Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sepanjang Tahun di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fapet-UGM, Yogyakarta.

Backer, C.A. 1973. Atlaas Of 220 Weeds Of Sugarcane Fields In Java. Ysel Pess, Director of the Indonesian Sugar Experiment Station. Pasuruan.

Barnes, R. F., C. J. Nelson, M. Collins, K. J. Moore. 2003. Forages: An Introduction to Grassland Agriculture. 6th ed. Blackwell Publishing Professional, Iowa.

Begum M., Abdul S.J.,Rajan A., Syed O.B.S.R. 2008. Growth and Development of Fimbristylis miliaceae (L). Boptropia Vol 15 No 1, 2008 : 1 - 11

Dahlan, Moh Maz’um. 2011. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah Pada Tegakan Sengon (Parasentriaes falcataria L. Nielsen ) (Studi Kasus di Areal Kampus IPB Darmaga Bogor). Skripsi Bogor. IPB

Dinaskeswan. 2016 . Data Luas Lahan Pengembalaan dan Populasi Ternak Kabupaten Merauke Tahun 2015. Merauke

Hasan Syamsudin. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press. Bogor

Humphrey, L.R. 1991. Tropical Pasture Utilization. Cambridge University Press, Melbourne, Sidney.

Inftria dan Khalil. 2014. Studi Produksi dan Kualitas Hijauan Hijauan di Lahan Padang Rumput UPT Peternakan Universitas Andalas Padang. Buletin Makanan Ternak 101 (1) : 25 - 33.

Kristanto, L.K dan M. B. Nappu. 2004. Prospek Pengembangan Sapi Potong Melalui Pola Pengembangan Kolektif Dalam Upaya Swasembada Daging Sapi di Kalimantan Timur.

Lokakarya Nasional Sapi Potong. Samarinda.

Manu Arnold E. 2013. Produktivitas Padang Penggembalaan Sabana Timor Barat. Pastura Vol.

3 No. 1 : 25 - 29.

Nurlaha., Agus Setiana dan Nur Santy Asminaya. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Lahan Persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Jitro Vol. 1 No. 1, September 2014.

(10)

24

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan Pertama. Penerbit UIP, Jakarta.

Pranesti A., Rohlan R. dan Sriyanto W. Pengaruh Tingkat Kerapatan Teki (Cyperus rotundus L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Habitus Wijen (Sesamum indicum. L ).

Vegetalika Vol.3 No. 4, 2014 : 119 - 130.

Prasetyo Lilik. Budi., Ida Bagus Ketut Wedastra ., Putri Tiara Maulida., 2012. Pemetaan sebaran Carbon di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Fakultas Kehutanan IPB dan WWF Indonesia.

Praptiwi I,P., Yenni P.Pasaribu dan Diana S. Susanti. 2013. Potensi Centrocema Pubescence & Calopogonium Mucunoides Sebagai Pakan Kombinasi Rumput (Studi Kasus Di Kampung Wasur). Agricola, Tahun III, Nomor 1, Maret 2013.

Sawen Diana dan M. Junaidi. 2011. Potensi Padang Pengembalaan Alam Pada Dua Kabupaten di Provinsi Papua Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011.

Soerjani, M., A.J.G.H. Kostermans and Gembong Tjitrosoepomo. (ed). 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Subudhi, H.N., S.P. Panda., P.K Behera and Chitra Patnaik. 2015. A Check List of Weeds in Rice Field of Coastal Orissa India. Journal of Agricultural Science, Vol 7 No 6: 2015.

Published by Canadian Center of Science and Education.

Sugeng Y.B. 2004. Sapi Potong. Cet.12, Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumarsono. 2008. Tanaman Pakan pada Intervensi Sistem Pertanian Berwawasan Lingkungan.

Pidato Pengukuhan diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Guru Besar dalam Ilmu Tanaman Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.Semarang 15 Maret 2008.

Sumarsono. 2006. Peran Tanaman Pakan dalam Intervensi Pertanian Berwawasan Lingkungan. Makalah Utama disajikan dalam Silaturahmi Ilmiah Internal. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang 26 Maret 2006.

Susetyo, S, 1980. Pengelolaan dan Potensi Hijauan Makanan Terak untuk Produksi Ternak Daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yoku Onesimus , Andoyo Supriyantono, Trisiwi Widayati dan Iriani Sumpe. 2015. Komposisi Botani dan Persebaran Jenis-Jenis Hijauan Lokal Padang Penggembalaan Alam di Papua Barat. Pastura Vol. 4 No. 2 : 62 - 65.

Referensi

Dokumen terkait

a) Guru memberikan beberapa soal tiket masuk kelas (menggunakan kartu soal) untuk mengingatkan materi yang sudah dipelajari yaitu pembulatan ke satuan terdekat dengan

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri

Dengan menggunakan monitoring berbasis notifikasi E-mail administrator tidak perlu selalu mengecek secara berkala untuk mengetahui terjadi perubahan aktifitas

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Hal tersebut berdasarkan perhitungan t hitung > t tabel dengan nilai 11,15 > 1,711, maka dapat disimpulkan bahwa mobile learning materi Perkenalan Diri Bahasa

Tahap dari penelitian tersebut adalah tahap analisis, menganalisis hal yang berhubungan dalam pelaksanaan pembangunan perangkat lunak, meliputi: (1) penentuan

Di atas kesedaran ini, maka penyelidik berminat untuk melihat persepsi pelajar terhadap jadual waktu kuliah yang diadakan di luar waktu rasmi pelajar Ijazah Sarjana Muda