• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI Perbedaan Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEMAHAMI Perbedaan Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

MEMAHAMI Perbedaan Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

(Perbandingan dengan Permenkes No 30 Tahun 2019) Dr. dr. Beni Satria, S.Ked., M.Kes., S.H., M.HKes1

Lahirnya PMK No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pada tanggal 14 Januari 2020 dan telah diundangkan pada tanggal 16 Januari 2020 telah memberikan kepastian terkait ‘polemik’ dalam penyelenggaraan perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit, artinya dengan aturan ini maka Permenkes No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dinyatakan telah dicabut dan tidak berlaku.

Akhirnya Para dokter spesialis dan subspesialis yang dulu

“DILARANG” berpraktik di RS Tipe C dan D sudah dapat ‘bernafas’ lega.

Kewajiba Rumah Sakit terkait pemenuhan sarana prasarana yang dahulu

“DIWAJIBKAN” Wajib ada, diberi pilihan (+/-) boleh ada boleh tidak (baca:

Lampiran Permenkes No 3/2020). Apakah ini PELUANG, TANTANGAN atau ANCAMAN. Akankah ada Pihak Yang Dirugikan atau Diuntungkan dengan Lahirnya Permenkes No 3 Tahun 2020 ini?

APA YANG BARU DARI PMK No 3/2020 ini dengan PMK No 30/2019 lalu?

1. Dalam PMK No 3 Tahun 2020 ini, Pelayanan Medik di Rumah Sakit tetap dibagi menjadi 3 Kategori, yaitu:

a. Pelayanan Medik Umum, berupa Pelayanan Medik Dasar b. Pelayanan Medik Spesialis berupa;

1) Pelayanan Medik Dasar (P.Dalam, Anak, Bedah, Obgyn) 2) Pelayanan Medik Spesialis Lain

c. Pelayanan Medik Subspesialis

1) Pelayanan Subspesialis Dasar 2) Pelayanan Subspesialis Lain

2. PMK No 30/2019 ini adalah tidak disebutkan (telah dihilangkan) secara rinci jenis – jenis pelayanan apa saja yang termasuk dalam kategori pelayanan subspesialis dasar dan apa – apa saja kelompok pelayanan subspesials lain.2

3. Hilangnya Pelayanan Penunjang Medik, yang terdiri dari;3

1 Dosen/Sekretaris Program Studi Pascasarjana Magister Hukum Kesehatan UNPAB – ADHKI – MHKI - Sekretaris PERSI SUMUT – TKMKB SUMUT – MKEK IDI SUMUT

2 Jenis layanan ini sebelumnya disebutkan rinci dalam Pasal 8 Permenkes No 30 Tahun 2019.

3 Pasal 10 Permenkes No 30 Tahun 2019 (dihilangkan dalam Permenkes No 3 Tahun 2020)

(2)

a. Pelayanan Penunjang Medik Spesialis, meliputi;

1) Pelayanan Laboratorium 2) Radiologi

3) Anestesi dan Terapi Intensif 4) Rehabilitasi Medik

5) Kedokteran Nuklir 6) Radioterapi

7) Akupuntur 8) Gizi Klinik

9) Pelayanan penunjang Medik spesialis lainnya b. Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis, meliputi;

1) Pelayanan subspesialis dibidang anestesi dan terapi intensif 2) Dialisis

3) Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis c. Pelayanan Penunjang Medik lain, meliputi;

1) Pelayanan Sterilisasi yang tersentral 2) Pelayanan Darah

3) Gizi

4) Rekam Medik 5) Farmasi

4. Pelayanan Farmasi dimasukkan dalam Kelompok Pelayanan Non Medik.4 Sebelumnya dalam Permenkes No 30/2019 Pelatanan Farmasi masuk dalam Kelompok Penunjang Medik.5

Pelayanan Non Medik terdiri atas;

a. Pelayanan Farmasi

b. Pelayanan Laundry/Binatu c. Pengolahan Makanan/gizi

d. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Alat Kesehatan e. Sistem Informasi dan Komunikasi

f. Pemulasaran Jenazah

g. Pelayanan Non Medik lainnya (tidak dijelaskan)

5. Dokter Spesialis untuk pelayanan medik dasar, dokter spesialis untuk pelayanan penunjang medik, dokter spesialis untuk pelayanan medik selain spesialis dasar dan dokter subspesialis tidak lagi disebutkan secara terperinci.6

4 Pasal 10 Permenkes No 3 Tahun 2020

5 Pasal 10 ayat (4) Permenkes No 30 Tahun 2019

6 Pasal 11 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya terperinci jelas dalam Pasal 12 Permenkes No 30 tahun 2019

(3)

6. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diklasifikasikan berdasarkan kriteria bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia dan peralatan.7 >>> Dihilangkan8

7. Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai berikut;9

a. RSU Kelas A : Paling sedikit 250 buah b. RSU Kelas B : Paling sedikit 200 buah c. RSU Kelas C : Paling sedikit 100 buah d. RSU Kelas D : Paling sedikit 50 buah

8. Ketentuan penambahan pelayanan medik lain, pelayanan medik dasar dan penambahan pelayanan medik spesialis tidak dijelaskan/dihilangkan dalam Permenkes No 3 Tahun 2020.10

9. Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia;

a. tenaga medis;

b. tenaga psikologi klinis;

c. tenaga keperawatan;

d. tenaga kebidanan;

e. tenaga kefarmasian;

f. tenaga kesehatan masyarakat;

g. tenaga kesehatan lingkungan;

h. tenaga gizi;

i. tenaga keterapian fisik;

j. tenaga keteknisian medis;

k. tenaga teknik biomedika;

l. tenaga kesehatan lain; dan m. tenaga nonkesehatan.

disesuaikan dengan hasil analisis beban kerja, kebutuhan, dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

7 Pasal 17 Permenkes No 30 Tahun 2019

8 Tidak ada dalam Permenkes No 3 Tahun 2020

9 Pasal 17 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya di Pasal 18 - 19 Permenkes No 30 tahun 2019 perbedaan berdasarkan kemampuan memiliki pelayanan spesialis dan subpesialis dijelaskan terperinci.

10 Sebelumnya dijelaskan terperinci dalam Pasal 19 Permenkes No 30 Tahun 2019

(4)

10. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK) Kelas A, B dan C tidak lagi berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai berikut;11

a. RSK Kelas A : Paling sedikit 100 buah b. RSK Kelas B : Paling sedikit 75 buah c. RSK Kelas C : Paling sedikit 25 buah

11. Tenaga Tetap yang bekerja secara Purna Waktu diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.12

12. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.13

13. Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tertentu Tidak lagi ekslusif hanya boleh di RSU Tipe A dan B atau yang ditetapkan oleh Menteri.14 Pelayanan Kesehatan tertentu, meliputi;

a. Pelayanan radioterapi, b. Kedokteran nuklir,

c. Kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah, d. Transplantasi organ, dan

e. Sel punca untuk penelitian berbasis pelayanan terapi

14. Izin Operasional penetapan kelas Tidak Lagi Mensyaratkan berdasarkan hasil penilaian pemenuhan kriteria klasifikasi Rumah Sakit berupa bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan, tetapi HANYA BERDASARKAN hasil penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur.15

15. Peningkatan kelas Rumah Sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.16

11 Pasal 17 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya di Pasal 18 - 19 Permenkes No 30 tahun 2019 perbedaan berdasarkan kemampuan memiliki pelayanan spesialis dan subpesialis dijelaskan terperinci.

12 Pasal 24 ayat 2 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya tidak diatur dalam Permenkes No 30 Tahun 2019

13 Pasal 24 ayat 3 Permenkes No 3 tahun 2020 dan Pasal 26 ayat 2 Permenkes No 30 Tahun 2019.

14 Sebelumnya Pelayanan Kesehatan tertentu hanya dizinkan di RS Tipe A dan B dan yang ditetapkan oleh Menteri disebutkan rinci dalam pasal 30 Permenkes No 30 tahun 2019 kemudian dihilangkan dalam Permenkes No 3 Tahun 2020

15 Pasal 37 Permenkes No 3 tahun 2020, sebelumnya dalam Pasal 39 Permenkes No 30 tahun 2019 mempersyaratkan penetapan kelas berdasarkan hasil penilaian pemenuhan kriteria klasifikasi Rumah Sakit berupa bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan.

16 Pasal 40 Permenkes No 3 tahun 2020

(5)

16. Bagi Rumah Sakit yang Menambah Jumlah Tempat Tidur harus mengubah izin operasional Rumah Sakit sesuai dengan Klasifikasi Rumah Sakit.17

17. Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan unit transfusi darah. 18

18. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dengan penanaman modal asing tidak lagi berdasarkan Klasifikasi RSU Kelas A dan B tetapi HANYA berdasarkan jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) tempat tidur atau sesuai kesepakatan/kerjasama internasional.19 19. Kepala atau direktur Rumah Sakit dan pimpinan unsur pelayanan

medik di Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan sebagaimana dimaksud dapat diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, dan/atau pengalaman bekerja di Rumah Sakit. 20

20. Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik melalui kemitraan dengan penanam modal asing berupa pembentukan klinik utama penanaman modal asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak diperyaratkan harus RSU Tipe A dan B.21

21. Tidak lagi dilarang Pemberian Nama Rumah Sakit dengan mencantumkan kepemilikan institusi atau bidang kekhususan lain yang bermakna serupa.22

22. Ketentuan Peralihan;

a. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin.23

17 Pasal 41 Permenkes No 3 Tahun 2020

18 Pasal 44 Permenkes No 3 Tahun 2020

19 Pasal 46 Permenkes No 3 Tahun 2020

20 Pasal 49 Permenkes No 3 tahun 2020

21 Pasal 52 ayat 3 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya hanya diizinkan untuk RSU Kelas A dan B diatur dalam Pasal 53 Permenkes No 30 Tahun 2019

22 Pasal 54 ayat 4 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya larangan ini muncul di Pasal 55 ayat 4 huruf b Permenkes No 30 Tahun 2019.

23 Pasal 59 ayat 1 huruf a Permenkesn No 3 Tahun 2020

(6)

b. Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional baru atau perpanjangan Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau Izin Operasional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

c. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan;

d. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, tetap dilakukan menggunakan klasifikasi Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit hanya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

e. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tetap dilakukan menggunakan klasifikasi Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. hanya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

Dr. dr. Beni Satria., S.Ked., M.Kes., S.H., M.H(Kes)

Direktur Utama PT. Regina Mandiri Husada (RSU Regina Maris) Dosen/Sekretaris Program Studi Magister Hukum Kesehatan UNPAB Pengurus ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia)

Ketua BidHukum Perumahsakitan MHKI (Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia) Konsultan & Pengurus IKKESINDO SUMUT

Sekretaris PERSI SUMUT Sekretaris MKEK IDI SUMUT

TKMKB BPJS Kesehatan Provinsi SUMUT ARSSI SUMUT – PDKI SUMUT

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ukuran perusahaan, leverage , profitabilitas, dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh

It is dedicated to the collection of local geo-information on land use, water uses, irrigation systems, household features, use of drinking water and the other

• Produk adalah laporan tertulis formal yang mengungkapkan pendapat tentang keandalan asersi dalam laporan keuangan ; sesuai dengan GAAP.. (Prinsip akuntansi yang

Dermal Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Penghirupan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa spesies burung rangkong (Bucerotidae) yang terdapat di pegunungan Gugop Kemukiman Pulo Breuh Selatan Kecamatan Pulo Aceh

– Agar pengaruh slyp hanya timbul pada block tertentu saja , dan tidak merembet ke keseluruhan data , maka pengiriman data dilakukan dengan dengan sistem paket , di mana setiap

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pengangkatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Panitia

(3) Kepala badan pendidikan dan pelatihan selaku kepala SKPD atas nama gubernur menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat