• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEER ACCEPTANCE SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 3 KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEER ACCEPTANCE SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 3 KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEER ACCEPTANCE SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 3 KECAMATAN

GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh ISTIKOMARIAH NIM 12108241148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEER ACCEPTANCE SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 3

KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh ISTIKOMARIAH NIM12108241148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v MOTTO

Teruslah berprasangka baik kepada Allah karena seberat apapun masalah yang diberikan Allah kepadamu, Dia memiliki rencana terindah yang tidak akan pernah

engkau sangka.

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Almarhumah ibu saya, Ibu Sadinah yang begitu luar biasa dalam mendidik

saya selama ini serta selalu menginspirasi saya dalam segala hal.

2. Keluarga saya tercinta, yang senantiasa memberikan dukungan tak terhingga,

baik moral dan material kepadasaya.

(8)

vii

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP PEER ACCEPTANCE SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 3

KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA Oleh

Istikomariah NIM 12108241148

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan karena adanya fenomena penggunaan media sosial yang tinggi di kalangan anak dan perilaku bullying yang dilakukan anak di media sosial. Adanya perilaku bullying menandakan bahwa ada anak yang kurang diterima dalam pergaulan teman sebaya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap peer acceptance siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman yang berjumlah 250 siswa. Sampel terdiri dari 146 siswa dengan teknik pengambilan sampel yaitu cluster sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan yang diberikan media sosial terhadap peer acceptance dengan signifikansi 0.000 (< 0.05). Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,323 yang berarti bahwa media sosial memberikan kontribusi 32,3% peer acceptance dan selebihnya67,7% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Besarnya koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,569 pada rentang 0,40-0,599 yang berarti korelasi variabel X dan Y tergolong sedang. Selanjutnya ditemukan bahwa intensitas penggunaan media sosial siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman termasuk dalam kategori tinggi sebesar 37,67%, sedangkan peer acceptance siswa yang berada dalam kategori tinggi sebesar 60,96%

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa

terimakasih kepada beberapa pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Kajur PSD yang telah memberikan motivasi.

4. Woro Sri Hastuti, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi.

5. Agung Hastomo, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu guna memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis.

6. Ayah saya tercinta, Bapak Arif Barito atas doa dan dukungannya.

7. Kepala Sekolah SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

di sekolah tersebut.

8. Guru kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta yang

(10)
(11)

x A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Karakteristik Anak SD ...9

1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar ...9

2. Tahap Perkembangan Anak Usia SD ...10

B. Tinjauan tentang Intensitas Penggunaan Media Sosial ...18

1. Pengertian Intensitas Penggunaan Media Sosial ...18

2. Sejarah Media Sosial ...20

3. Manfaat Media Sosial ...22

4. Karakteristik Medis Sosial ...24

(12)

xi

6. Ragam dan Jenis Aplikasi Media Sosial ...29

C. Tinjauan tentang Peer Acceptance ...34

1. PengertianPeer Acceptance ...34

2. Fungsi Teman Sebaya ...36

3. Kategori Peer Acceptance ...38

4. Faktor yang Mempengaruhi Peer Acceptance ...41

D. Kajian Penelitian yang Relevan ...43

E. Kerangka Berpikir ...44

F. Hipotesis Penelitian ...46

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...47

B. Jenis Penelitian ...47

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...48

D. Definisi Operasional Variabel ...49

E. Variabel Penelitian ...49

F. Populasi dan Sampel ...50

G. Teknik Pengumpulan Data ...52

H. Instrumen Penelitian...52

I. Uji Coba Instrumen ...58

J. Teknik Analisis Data ...61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian...64

B. Hasil Analisis Deskriptif ...64

C. Hasil Uji Prasyarat ...68

D. Hasil Uji Hipotesis ...70

E. Pembahasan ...72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...77

B. Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA ...79

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas V SD Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman

Yogyakarta………

50

Tabel 2. Sampel Siswa Kelas V SD Gugus 3 Kesamatan Gondokusuman Yogyakarta...

51

Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor Instrumen …………..……….. 54

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Intensitas Penggunaan Media Sosial……… 54

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Peer Acceptance………..………… 57

Tabel 6. Klasifikasi Data Intensitas Penggunaan Media Sosial……… 65

Tabel 7. Persentase Setiap Aspek Intensitas Penggunaan Media Sosial... 66

Tabel 8. Klasifikasi Data Peer Acceptance………..… 67

Tabel 9. Persentase Setiap AspekPeer Acceptance………..….….… 68

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Siswa SD Melakukan Bullying di Media Sosial...5

Gambar 2. Kerangka Berfikir……… 49

Gambar 3. Diagram Kategori Intensitas Penggunaan Media Sosial …… 65 Gambar 4. Diagram KategoriPeer Acceptance………..…………. 67

Gambar 5. Hasil Uji Normalitas Data………..……… 69

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Skala Instrumen Intensitas Penggunaan Media Sosial………... 83

Lampiran 2. Validitas Uji Instrumen Intensitas Penggunaan Media Sosial…..… 87

Lampiran 3. Reliabilitas Media Sosial………..………….… 88

Lampiran 4. Skala Instrumen Peer Acceptance………..………..… 89

Lampiran 5. Validitas Uji Instrumen Peer Acceptance……...…..………. 92

Lampiran 6. Reliabilitas Peer Acceptance………..……….. 92

Lampiran 7. Analisis Deskriptif Persentase Intensitas Penggunaan Media Sosial………. 93

Lampiran 8. Analisis Deskriptif Persentase Peer Acceptance………. 93

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data……….…94

Lampiran 10. Hasil Uji Linearitas………..…. 94

Lampiran 11. Hasil Uji F………..………. 94

Lampiran 12. Hasil Uji R Square.……….. 95

Lampiran 13. Hasil Hitung Persamaan Regresi………..…… 95

Lampiran 14. Hasil Hitung Korelasi Product Moment………...……… 95

Lampiran 15. Kategorisasi Data Intensitas Penggunaan Media Sosial…...……… 96

Lampiran 16. Kategorisasi Data Peer Acceptance………..…… 97

Lampiran 17. Hasil Uji Coba Skala Intensitas Penggunaan Media Sosial…..……98

Lampiran 18. Hasil Uji Coba Skala Peer Acceptance……….…………100

Lampiran 19. Hasil Skala Intensitas Penggunaan Media Sosial……….…………102

Lampiran 20. Hasil Skala Peer Acceptance………108

Lampiran 21. Surat Keterangan Penelitian..………114

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Globalisasi yang terjadi saat ini membuat proses informasi dan

komunikasi berjalan semakin cepat dan mudah. Orang-orang di seluruh

belahan dunia dapat berkomunikasi satu sama lain hanya dalam waktu yang

sangat singkat walaupun jarak yang sangat jauh memisahkan. Kemudahan

dalam proses komunikasi terjadi karena adanya jaringan internet. Menurut

Graifhan Ramadhani (2003:2), internet merupakan sebutan untuk sekumpulan

jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan,

komersial, organisasi, maupun perorangan.

Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber

daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia.

Layanan internet meliputi komunikasi langsung (email, chat), diskusi (usenetnews, email, milis), sumber daya informasi yang terdistribusi (world wideweb, gopher), remote login dan lalu lintas file (telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya. Menurut situs Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (dalam Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar, 2013: 138),

pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 tercatat sebanyak 63 juta

pelanggan.

Pada tahun 2014, Kementrian Komunikasi dan Informatika yang bekerja

sama dengan UNICEF (dalam Gatot Dewa Broto, 2014) mencatat bahwa

pengguna internet di Indonesia naik menjadi 82 juta pelanggan. Dari jumlah

(17)

2

anak-anak dan remaja berusia 10-19 tahun. Salah satu layanan yang

disediakan internet adalah layanan komunikasi langsung (email, chat). Layanan internet ini menjadi dasar munculnya berbagai situs jejaring sosial

mulai dari Friendster yang terkenal di era 2000an, lalu Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Line, Blackberry Messenger dan media sosial lainnya. Media sosial tersebut banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat

terutama Facebook, BBM, Instagram, dan Twitter.

Menurut TV Kompas (dalam Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar,

2013:145 ), pengguna media sosial Facebook di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 40.418.460 dan menduduki peringkat kedua sebagai negara

pengguna Facebook terbesar di dunia. Sementara untuk media sosial Twitter, Indonesia berada di peringkat keempat dengan jumlah pengguna Twitter sebanyak 22% dari pengguna Twitter di seluruh dunia. Banyaknya pengguna media sosial di Indonesia menunjukkan bahwa media sosial memang sudah

menjadi trend dan budaya di kalangan masyarakat Indonesia.

SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman terletak di tengah kota yang

mau tidak mau, siswa di sekolah dasar tersebut akrab dengan teknologi dan

menggunakan media sosial. Ketika peneliti berinteraksi dengan siswa yang

berjumlah 10 orang dari salah satu sekolah yang termasuk dalam SD

se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman yaitu SD Negeri Baciro dan

menanyakan berapa media sosial yang siswatersebut miliki, ternyata siswa

(18)

3

Messenger. Hal ini mengindikasikan, siswa disekolah tersebut banyak yang memakai media sosial.

Intensitas penggunaan media sosial di kalangan anak sangat beragam.

Namun, ketika peneliti amati melalui media sosial yang dimiliki siswa SD

se-Guugus 3 Kecamatan Gondokusuman, intensitas penggunaan media sosial

cukup tinggi. Tingginya pemakaian media sosial di kalangan siswa sekolah

dasar dapat menyebabkan siswa mengalami adiksi atau kecanduan. Menurut

Putri Ekasari dan Arya Hadi (2012: 60) ciri-ciri dari pengguna internet yang

kecanduan yaitu pengguna menghabiskan waktu lebih dari 40 jam per bulan.

Hal itu berarti, dalam satu hari pengguna yang intensitas penggunaan

internetnya tinggi akan mengakses internet lebih dari 1,3 jam.

Penggunaan media sosial di kalangan siswa sekolah dasar termasuk cukup

tinggi. Hal tersebut peneliti amati melalui seberapa sering siswa melakukan

update status, mengupload gambar, chatting serta aktivitas lainnya di media sosial. Sebagai contoh, dalam sehari salah satu siswa dari SD se-Gugus 3

Kecamatan Gondokusuman yang berteman dengan peneliti di media sosial

Blackberry Messenger bahkan melakukan update status 10 kali berturut-turut, sedangkan yang lain hanya sekitar 4 kali saja. Selain update status, siswa juga kerap menggunggah foto di media sosial Instagram.

Intensitas menggunggah foto pun berbeda-beda antara satu siswa dengan

yang lain. Dalam sehari, ada siswa yang menggunggah foto sebanyak 3

bahkan lebih secara berurutan, ada yang hanya satu foto dalam sehari, ada

(19)

4

dari kondisi di atas, maka dapat dilihat bahwa intensitas penggunaan media

sosial di kalangan siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman

Yogyakarta tergolong cukup tinggi.

Media sosial yang digunakan kalangan siswa SD se-Gugus 3 Kecamatan

Gondokusuman, semestinya mampu digunakan dan dimanfaatkan dengan

baik. Media sosial dapat digunakan untuk bertanya terkait materi pelajaran

sekolah, serta dapat pula digunakan untuk berdiskusi antar siswa dengan

menggunakan layanan grup yang disediakan media sosial seperti BBM dan WhatsApp. Jika siswa mampu menggunakan layanan media sosial untuk hal-hal positif, maka hubungan antar teman sebaya akan semakin erat. Sikap

saling tolong menolong juga akan tercipta karena siswa saling membantu jika

ada teman yang kesusahan.

Ironisnya, ketika peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa

di media sosial Blackberry Messenger, banyak siswa yang memanfaatkan fasilitas media sosial tersebut untuk saling ejek, saling menghina, dan

melakukan bullying. Beberapa anak bahkan saling melontarkan hinaan yang tidak sepantasnya dilakukan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti

dengan wali kelas V salah satu SD di SD se-Gugus 3 Kecamatan

Gondokusuman, hampir setiap hari ada siswa yang bertengkar hanya karena

masalah sepele yaitu saling ejek. Ternyata saling ejek ini tidak hanya terjadi

di media sosial, tetapi di kehidupan nyata siswa juga memang demikian

(20)

5

Selain saling ejek, siswa di SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman

juga mengucilkan temannya. Ada seorang siswa yang peneliti amati berinisial “KA”. KA menjadi sasaran bullying teman-temannya ketika siswa dari salah

satu SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman berinteraksi di grup chat

media sosial Blackberry Messenger. Kemudian, peneliti bertanya dengan salah satu teman mengenai keseharian “KA” di sekolah. Menurut temannya yang berinisial “CA”, “KA” memang banyak tidak disukai oleh teman

-temannya karena sifatnya yang sok tahu dan sering bicara seenaknya sendiri.

Ketika peneliti melakukan pengamatan langsung di sekolah tersebut,

sepertinya “KA” memang kurang disukai oleh teman-temannya. Hal itu terbukti ketika beberapa siswa yang merupakan teman sekelas “KA” meminta kepada peneliti agar jangan mau bermain dengan “KA”. Berikut ini adalah

gambar yang peneliti screenshoot ketika siswa dari salah satu SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman saling ejek dan melakukan bullying kepada “KA”.

(21)

6

Jika dilihat dari gambar dan pernyataan di atas, hal tersebut

mengindikasikan bahwa intensitas penggunaan media sosial memberikan

suatu pengaruh terhadap penerimaan kelompok sebaya (peer acceptance) di kalangan siswa SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

Berangkat dari masalah-masalah yang timbul akibat intensitas penggunaan

media sosial dan kenyataan banyaknya siswa pengguna media sosial di SD

se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman, peneliti tertarik untuk mengkaji dan

meneliti seberapa besar pengaruh media sosial terhadap peer acceptance siswa kelas VSD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Lebih

lanjut, penelitian ini berjudul “Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Peer Acceptance Siswa Kelas V di SD Se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ada beberapa

permasalahan yang dapat diidentifikasi.Adapun identifikasi masalah yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Intensitas penggunaan media sosial siswa kelas V SD se-Gugus 3

Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta cukup tinggi.

2. Ada beberapa siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman

Yogyakarta saling ejek dan melakukan bullying di media sosial.

3. Ada beberapa siswa kelas V SD se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman

(22)

7 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah diuraikan

di atas, maka peneliti membatasi masalah yang akan dikaji pada “Pengaruh Intensitas Penggunaan Media Sosial terhadap Peer Acceptance Siswa Kelas V di SD Se-Gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan masalah yaitu

seperti apakah pengaruh yang diberikan intensitas penggunaan media sosial

terhadap peer acceptance siswa kelas V di SD se-gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui seperti apa pengaruh yang diberikan intensitas

penggunaan media sosial terhadap peer acceptance siswa kelas V di SD se-gugus 3 Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini disusun dengan harapan akan memberikan manfaat sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan baik bagi

pembaca maupun peneliti khususnya dalam hal pengetahuan tentang

(23)

8

b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian bagi penelitian

selanjutnya yang serupa khususnya dalam hal intensitas penggunaan

media sosial dan peer acceptance. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

sekaligus bahan evaluasi bagi guru dalam rangka membina dan

mengawasi penggunaan media sosial di kalangan anak-anak

khususnya anak-anak usia Sekolah Dasar.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan kajian bagi

sekolah dalam rangka pengawasan dan pembuatan kebijakan

sekolah terkait penggunaan media sosial di lingkungan sekolah.

c. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan

orang tua jika hendak memberikan alat komunikasi canggih seperti

smartphone serta memberikan pengetahuan tentang pengawasan penggunaan media sosial anak-anak di lingkungan keluarga.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan

wawasan mengenai pengaruh penggunaan media sosial terhadap

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar 1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar

Menurut World Health Organization (WHO), anak usia sekolah dasar adalah golongan anak yang berusia 7-15 tahun. Rita Eka Izzaty

dkk.(2008:104) mendefinisikan masa sekolah dasar sebagai masa yang

dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa

remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Achmad Juntika dan

Mubiar Agustin (2013:19) memiliki pendapat bahwa anak usia sekolah

merupakan anak yang berusia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri:

a. Belajar keterampilan fisik untuk pertandingan biasa sehari-hari.

b. Membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sebagai organism yang

sedang tumbuh kembang.

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya.

d. Belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita.

e. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan

berhitung.

f. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan

sehari-hari.

g. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai.

(25)

10

i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan

institusi-institusi sosial.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia

sekolah dasar merupakan golongan anak yang berusia mulai dari 6 tahun

sampai anak tersebut menginjak masa pubertas (11-13 tahun), yang

memiliki sedang mengalami perkembangan-perkembangan baik fisik,

sosial, kognitif, bahasa, moral, dan emosi. Penelitian ini akan

menggunakan subjek siswa-siswi kelas V SD yang umurnya berkisar

antara 11-12 tahun dan dapat dikategorikan sebagai remaja awal.

2. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Sebagai individu, anak usia sekolah dasar mengalami tahapan

perkembangan baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan

moral. Menurut Rita Eka Izzaty dkk. (2008:103), perkembangan yang

terjadi pada anak usia sekolah dasar meliputi perkembangan fisik,

kognitif, bahasa, moral, emosi, dan sosial. Namun, kajian pustaka akan

lebih difokuskan pada perkembangan sosial dan moral, karena penelitian

ini membahas tentang hubungan teman sebaya yang terkait dengan aspek

perkembangan sosial dan moral anak.

a. Perkembangan Sosial

Menurut Achmad Juntika dan Mubiar Agustin (2013:44), proses

perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau

bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai

(26)

11

serta mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagiamana

menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Hurlock (1978:264) menjelaskan bahwa ketika anak mulai menjalani

pendidikan di sekolah, anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Tugas utama dari

perkembangan periode ini adalah anak menjadi pribadi yang sosial.

Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang secara

bertahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku.

Anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik khusus dalam

berperilaku sosial yang direalisasikan dalam bentuk tindakan-tindakan

tertentu. Syamsu Yusuf (2014: 124-125) mengindetifikasinya sebagai

berikut.

1) Pembangkangan (negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap

penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang

muncul kira-kira usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia

tiga tahun. Berkembangnya perilaku negativism pada usia ini

dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia empat tahun,

biasanya tingkah laku ini mulai menurun dan beralih menjadi

sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata).

2) Agresi (agression), yaitu perilaku menyerang balik, baik secara fisik maupun kata-kata. Agresi ini meruapakan salah satu bentuk

(27)

12

Agresi ini berwujud dalam perilaku menyerang seperti memukul,

mencubit, menendang, mengigit, marah-marah, mencaci maki,

dan sebagainya.

3) Berselisih/bertengkar (quarreling), terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak

lain, misalnya diganggu pada saat mengerjakan sesuatu, direbut

barang atau mainan si anak, dan sebagainya.

4) Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serang mental terhadap orang lain

dalam bentuk verbal (ejekan), sehingga menimbulkan reaksi

marah pada orang yang diserang oleh anak.

5) Persaingan (rivaly), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan

mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan

pada usia enam tahun semangat bersaing ini berkembang lebih

baik.

6) Kerja sama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak

sudah mulai menampakan sikap kerja sama dengan anak yang

lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah

berkembang dengan lebih baik lagi.

(28)

13

business. Wujud dari tingkah laku ini adalah meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi

kebutuhan anak.

8) Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak selalu ingin dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak maka dia protes

dengan menangis, menjerit, atau marah-marah.

9) Simpati (sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau

mendekati atau bekerja sama dengan orang lain. Seiring

bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap selfish dan mulai mengembangkan sikap sosialnya dalam hal ini rasa

simpati terhadap orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

perkembangan sosial pada anak adalah pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial anak yang sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau

bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai

aspek kehidupan sosial. Anak usia sekolah dasar memiliki

karakteristik khusus dalam berperilaku sosial yang direalisasikan

dalam bentuk tindakan seperti pembangkangan, agresi,

berselisih/bertengkar, menggoda, persaingan, kerja sama, tingkah laku

(29)

14

Pada tahap perkembangan sosial ini, kematangan sosial anak

sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan ini meliputi

keluarga, sekolah (teman sebaya), dan masyarakat. Apabila lingkungan

mendukung untuk perkembangan sosial anak ke arah yang positif,

maka anak akan mencapai perkembangan sosial secara matang.

Namun, apabila lingkungan sosialnya kurang mendukung dan

cenderung membawa anak kearah yang negatif misalnya orang tua

yang kasar, suka marah, acuh tak acuh, dan lain-lain, maka anak tidak

dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.

b. Perkembangan Moral

Mc Devitt dan Ormrod (2013: 530), mendefinisikan perkembangan

moral sebagai kemajuan dalam penalaran dan berperilaku sesuai

dengan budaya yang berlaku atau standar yang dibangun sendiri dari

benar dan salah. Piaget (dalam Diane E. Papalia dan Ruth Duskin,

2015: 321-322) perkembangan moral anak dibagi ke dalam 3 tahap

yang akan dijelaskan sebagi berikut.

1) Tahap pertama (anak berusia 2-7 tahun)

Anak memiliki sifat egosentris dan tidak mampu memandang

masalah lebih dari satu aspek.Anak percaya bahwa aturan tidak

dapat dibengkokan atau diubah, anak belum sepenuhnya

memahami itu perilaku benar atau salah. Anak hanya tahu bahwa

(30)

15

2) Tahap kedua (anak berusia 7 atau 8 sampai 10 atau 11)

Ketika anak berinteraksi dengan banyak orang dan dengan

sudut pandang yang beragam, anak akan mulai menyadari bahwa

tidak ada suatu aturan yang absolute tentang prinsip benar dan

salah. Anak akan mengambangkan pemikiran berdasarkan prinsip

kebaikan dan keadilan. Anak mampu melihat suatu keadaan

melalui berbagai sudut pandang, sehingga penilaian moral anak

menjadi lebih halus.

3) Tahap ketiga (anak berusia sekitar 11-12 tahun)

Anak mulai memiliki kemampuan penalaran formal dan

munculnya kepercayaan bahwa setiap orang harus diperlakukan

sama sesuai dengan prinsip keadilan dalam segala situasi. Pada

tahap ini, anak akan mengatakan bahwa anak umur 2 tahun yang

menumpahkan tinta di taplak meja tidak bisa diukur melalui

standar yang sama dengan anak usia 10 tahun yang melakukan hal

sama. Seiring bertambahnya usia, maka penilaian tidak akan fokus

pada kejadiannya, tetapi pada niat dan pelakunya.

Sementara itu, menurut Kohlberg (dalam John W. Santrock,

2007:119) ada tiga tingkatan penalaran tentang moral dan setiap

tingkatnya memiliki dua tahapan.

1) Tingkat Penalaran Prakonvensional

Penalaran prakonvensional adalah tingkat terendah dari

(31)

16

melalui reward dan punishment. Tingkatan ini memiliki dua tahap yaitu :

a) Tahap Moralitas Heteronom, yaitu tahap pertama pada tingkat

penalaran prakonvensional. Pada tahap ini, penalaran moral

terkait dengan punishment. Sebagai contoh, anak berfikir bahwa anak harus patuh karena anak takut hukuman terhadap perilaku

membangkang.

b) Tahap Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran,

yaitu tahap kedua dari penalaran prakonvensional. Pada tahap

ini, penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri

sendiri adalah hal yang benar dan hal ini juga berlaku untuk

orang lain. Oleh karena itu, menurut individu apa yang benar

adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara.

Individu berfikir jika individu bersikap baik terhadap orang

lain, maka orang lain juga akan berlaku baik.

2) Tingkat Penalaran Konvensional

Pada tingkatan ini, individu memberlakukan standar tertentu,

tetap standar ini ditetapkan oleh orang lain, misalnya oleh orang

tua atau pemerintah. Tingkatan ini memiliki dua tahap yaitu :

a) Tahap ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang

lain, dan konormitas interpersonal. Pada tahap ini individu

menghargai kepercayaan, perhatian, dan kesetiaan terhadap

(32)

17

seringkali mengadopsi standar moral orang tua agar dianggap

sebagai anak yang baik.

b) Tahap moralitas sistem sosial, yaitu tahap keempat dimana

penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di

masyarakat, hukum, keadilan, dan kewajiban. Sebagai contoh,

remaja mungkin berfikir supaya komunitas dapat bekerja

dengan efektif, maka perlu dilindungi oleh hukum yang

diberlakukan terhadap anggotanya.

3) Tingkat Penalaran Pascakonvensional

Penalaran pascakonvensional adalah tingkatan tertinggi. Pada

tingkatan ini, individu menyadari adanya jalur moral alternative,

mengeksplorasi pilihan ini, lalu memutuskan berdasarkan kode

moral personal. Tingkatan ini juga dibagi ke dalam dua tahap yaitu:

a) Tahap kontrak atau utilitas sosial dan hak individu. Pada tahap

ini individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama

atau lebih luas daripada hukum. Seseorang mengevaluasi

validitas hukum yang ada dan sistem sosial dapat diuji

berdasarkan sejauh mana hal ini menjamin dan melindungi hak

asasi dan nilai dasar manusia.

b) Tahap prinsip etis universal yaitu tahapan tertinggi dalam

perkembangan moral. Pada tahap ini, seseorang telah

mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia

(33)

18

hukum dan hati nurani, seseorang menalar bahwa yang harus

diikuti adalah hati nurani, meskipun keputusan itu memberikan

resiko.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perkembangan moral pada anak adalah perubahan penalaran,

perasaan, dan perilaku yang terjadi dalam diri anak.Anak melewati

tiga tahap dalam perkambangan moral yaitu tahap moralitas

heteronom, transisi, dan tahap moralitas otonom.

B. Tinjauan Tentang Intensitas Penggunaan Media Sosial 1. Pengertian Intensitas Penggunaan Media Sosial

Caplin (dalam Evi Nuryani, 2014: 181) mendefinisikan intensitas

sebagai suatu sifat kuantitatif dari suatu penginderaan, yang berhubungan

dengan intensitas perangsangnya. Intensitas juga dapat diartikan dengan

kekuatan tingkah laku atau pengalaman. Menurut Kartono dan Gulo (dalam Evi Nuryani, 2014:181) intensitas berasal dari kata “intensity”

yang berarti besar atau kekuatan tingkah laku, jumlah energi fisik yang

digunakan untuk merangsang salah satu indera serta ukuran fisik dari

energi atau data indera. Edi Susena (2015:4) berpendapat bahwa intensitas

adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur lama kegiatan yang

dilakukan.

Horrigan (dalam Iik Novianto, 2006:26) menjelaskan bahwa dalam

intensitas penggunaan internet seseorang, terdapat dua hal mendasar yang

(34)

19

menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna

internet. Menurut Putri Ekasari dan Arya Hadi (2012: 60) klasifikasi kelas

berdasarkan intensitas penggunaan internet dibagi dalam kategori sebagai

berikut.

a. Heavy users yaitu pengguna internet yang menghabiskan waktu lebih dari 40 jam kerja per bulan. Jenis pengguna internet ini adalah salah

satu ciri – ciri pengguna internet yang addicted.

b. Medium users yaitu pengguna internet yang menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan.

c. Light users yaitu pengguna internet yang menghabiskan waktu kurang dari 10 jam per bulan.

Utari Oktavianty (2015:3) menyatakan bahwa penggunaan media

terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media,

jenis isi media yang dikonsumsi, dan tingkat rutinitas atau

keseringan individu mengkonsumsi media. Sementara itu, menurut Boyd

dan Ellison (dalam Tito Siswanto, 2013:83), social networking site (SNS) atau yang biasa disebut jejaring sosial/media sosial merupakan suatu

layanan berbasis web yang memungkinkan setiap individu untuk

membangun suatu hubungan sosial melalui dunia maya seperti

membangun suatu profil tentang dirinya sendiri, menunjukkan koneksi

seseorang, dan memperlihatkan apa saja yang ada antara satu pemilik

dengan pemilik akun lainnya dalam sistem yang disediakan, dimana

(35)

20

Sementara itu Megan Poore (2013:4) mendefinisikan media sosial

sebagai apapun yang berasal dari blog, wiki, podcasts, sampai Facebook, Twitter, Youtube, dan Google bahkan alat digital dan layanan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti bekerja, belajar, dan

hidup sosial dapat digambarkan sebagai media sosial. Definisi lain dari

media sosial menurut Antony Mayfield (2008:7) yaitu sarana untuk

berbagi ide, bekerja sama dan berkolaborasi untuk mencipatakan seni,

berfikir dan berdagang, berdebat dan berwacana, menemukan orang yang

mungkin menjadi teman baik, sekutu, dan kekasih.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas

penggunaan media sosial adalah frekuensi dan durasi dalam pemakaian

media sosial untuk menjalin hubungan dengan orang lain di dunia maya,

menyampaikan pesan, mengakses blog atau situs-situs seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya serta untuk melakukan diskusi, kerja sama dan berbagi ide di forum-forum maya dengan menggunakan

teknologi berbasis web.

2. Sejarah Media Sosial

Berbicara mengenai masalah media sosial tentunya tidak akan lepas

dari sejarah munculnya media sosial. Media sosial yang ada saat ini dapat

berkembang dengan begitu pesat karena adanya perkembangan teknologi

komunikasi bernama internet. Abdillah Yafi Aljawiy dan Ahmad

Muklason (2012:2) berpendapat bahwa situs media sosial muncul diawali

(36)

21

belahan dunia. Sejak komputer dapat dihubungkan satu sama lain dengan

adanya internet, maka internet inilah yang mendukung tumbuhnya media

sosial.

Kementrian Perdagangan RI (2015:10) menjelaskan bahwa istilah

internet sendiri muncul pertama kali pada tahun 1961, dimana pada saat

itu Leonard Kleinrock dari MIT menulis artikel mengenai “Aliran Informasi dalam Jaringan Komunikasi yang Besar”, dimana hubungan komunikasi dalam teori dan konsepnya memakai model pocket switchingberbasis teknologi internet.

Kemudian pada tahun 1965, jaringan komputer berukuran besar

pertama diciptakan. Saat itu komputer TX-2 di Massachusetts terhubung dengan komputer lain berbasis di California memakai saluran telepon

dengan kecepatan yang rendah. Lalu pada tahun 1970 Network Control Protocol(NCP) didesain sehingga memungkinkan pengontrolan koneksi dan aliran saat proses berjalan antara dua komputer berbeda.

Jaringan media sosial sendiri muncul tahun 1988, dimana pada saat itu

Internet Relay Chat(IRC) dikembangkan.IRC membuka kemungkinan chatting secara real time dan menjadi awal dari program pesan terkirim

yang bisa digunakan saat ini.Google, Wikipedia, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya baru mulai diluncurkan pada awal tahun 2000an.

Apabila sejarah perkembangan internet diamati lebih seksama, maka

tampak sekali jika penemuan-penemuan di dunia internet sangat erat

(37)

22 3. Manfaat Media Sosial

Abdillah Yafi Aljawiy dan Ahmad Muklason (2012:5) menyebutkan

beberapa manfaat dari penggunaan media sosial sebagai berikut.

a. Mempermudah interaksi dengan orang lain karena pengguna dapat

berkomunikasi secara livetime dan tidak lagi terpengaruh oleh jarak yang sangat jauh dan waktu yang lama. Melalui media sosial,

informasi dapat tersebar dengan sangat cepat.

b. Media sosial dapat digunakan untuk promosi suatu barang, komunitas,

tempat wisata, dan lain sebagainya.

c. Sarana sosialisasi berbagai program pemerintah dalam hal pendidikan,

kesehatan, politik, penanggulangan bencana, ekonomi, dan informasi

lain. Selain menggunakan media cetak, pemerintah dapat

mensosialisasikan melalui situs media sosial.

d. Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana silaturahmi dengan

teman, sahabat, maupun keluarga tanpa dibatasi jarak, tempat, dan

waktu.

e. Media sosial dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana hiburan.

Pengguna media sosial dapat bersenang-senang dan bergaul dengan

orang lain di seluruh penjuru dunia.

Media sosial yang ada saat ini dibuat dan dikembangkan dengan

tujuan agar memberikan manfaat bagi kehidupan banyak orang. Manfaat

(38)

23

a. Sarana belajar, mendengarkan, dan menyampaikan. Berbagai aplikasi

dalam media sosial dapat dimanfaatkan untuk belajar melalui beragam

informasi, data, dan isu yang termuat di dalamnya. Pada aspek lain,

media sosial juga menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai

informasi kepada pihak lain. Konten-konten di dalam media sosial

berasal dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang

budaya, sosial, ekonomi, keyakinan, tradisi, dan tendensi. Pengguna

media sosial perlu membekali diri dengan kekritisan, pisau analisa

yang tajam, perenungan yang mendalam, kebijaksanaan dalam

penggunaan dan emosi yang terkontrol.

b. Sarana dokumentasi, administrasi, dan integrasi. Bermacam aplikasi

media sosial pada dasarnya merupakan gudang dan dokumentasi

beragam konten, dari yang berupa profil, informasi, reportase,

kejadian, rekaman peristiwa, sampai pada hasil-hasil riset kajian.

Dalam konteks ini, organisasi, lembaga, dan perorangan dapat

memanfaatkannya dengan cara membentuk kebijakan penggunaan

media sosial dan pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam rangka

memaksimalkan fungsi media sosial.

c. Sarana perencanaan, strategi dan manajemen. Oleh karena itu, media

sosial di tangan para pakar manjemen dan marketing dapat menjadi

senjata yang dasyat untuk melancarkan perencanaan dan strateginya.

d. Sarana control, evaluasi, dan pengukuran. Media sosial bermanfaat

(39)

24

perencanaan dan strategi yang telah dilakukan. Respon publik dan

pasar menjadi alat ukur, kalibrasi dan parameter untuk evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media

sosial secara umum yakni sebagai sarana belajar dari berbagai sumber

yang ada di media sosial. Media sosial juga berfungsi sebagai sarana

komunikasi dengan orang yang jauh dari jangkauan. Komunikasi ini tidak

hanya terjadi diantara dua orang saja, tetapi juga bisa terjadi antara

beberapa orang dalam forum diskusi kelompok.

4. Karakteristik Media Sosial

Anthony Mayfield (2008:5) mengemukakan bahwa media sosial

memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Participation (Partisipasi)

Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik atau berminat meggunakannya, hingga

mengaburkan batas antara media dan audience. b. Openness (Keterbukaan)

Kebanyakan media sosial terbuka bagi umpan balik dan partisipasi melalui sarana-sarana voting, komentar, dan berbagi informasi. Jarang

sekali dijumpai batasan untuk mengaksesdan memanfaatkan isi pesan.

Perlindungan password terhadap isi cenderung dianggap aneh. c. Conversation (Perbincangan)

Media sosial terlihat yang ada saat ini dirasa lebih baik daripada

(40)

25

memungkinkan penggunanya dapat berbincang secara dua arah,

sehingga dianggap lebih baik dari media tradisional.

d. Community (Komunitas)

Media sosial memungkinkan terbentuknya komunitas-komunitas secara cepat (instan) dan berkomunikasi secara efektif tentang

beragam hal yang menarik, isu/kepentingan dan lain sebagainya.

e. Connectedness (Keterhubungan)

Mayoritas media sosial tumbuh subur lantaran kemampuan melayani keterhubungan antar pengguna melalui fasilitas tautan (links) ke website, sumber-sumber informasi dan pengguna-pengguna lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

media sosial secara umum yaitu semua konten yang ada di dalam media

sosial tersebut dapat diakses secara online. Konten yang ada dalam media sosial dapat berupa pesan teks, pesan gambar, informasi, dan lain

sebagainya. Media sosial memiliki karakteristik yaitu partisipasi,

keterbukaan, perbincangan, komunitas dan keterhubungan.

5. Dampak Penggunaan Media Sosial bagi Anak

Situs-situs media sosial merupakan situs yang paling banyak diakses

oleh pengguna internet. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (2014:31), 87,4% orang menggunakan internet untuk

mengakses media sosial. Media sosial yang diakses oleh anak tentunya

akan memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak

(41)

26

Menurut Alciano Gani (2015:38-39), dampak positif yang ditimbulkan

oleh media sosial bagi anak adalah sebagai berikut.

a. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk memperluas jaringan

pertemanan. Berkat situs media sosial, anak menjadi lebih mudah

berteman dengan orang lain.

b. Anak dan remaja akan termotivasi untuk belajar mengambangkan diri

melalui teman-teman yang dijumpai ketika anak mengakses media

sosial. Hal ini dapat terjadi karena anak melakukan interaksi dan

mendapat umpan balik dari teman-teman di media sosial.

c. Situs media sosial membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat,

perhatian, dan empati. Bentuk perhatian dan empati ini misalnya

memberikan perhatian saat ada teman yang berulang tahun,

mengomentari foto, video, dan status teman, serta mampu menjaga

hubungan persahabatan melalui aktivitas chatting walaupun tidak

dapat bertemu secara fisik.

Selain dampak positif yang telah dijabarkan di atas, penggunaan

media sosial juga dapat memberikan dampak negatif. Penggunaan media

sosial yang tinggi, akan menyebabkan kecanduan bagi penggunanya. Xu

dan Tan (dalam Griffiths, 2013:1) menunjukkan bahwa penggunaan

media sosial menjadi bermasalah ketika media sosial dipandang oleh

individu sebagai sesuatu yang sangat penting bahkan eksklusif,

(42)

27

Xu dan Tan (dalam Griffith, 2013:1) juga berpendapat bahwa individu

yang sering terlibat dalam media sosial justru miskin dalam bersosialisasi

dalam kehidupan nyata. Bagi individu yang sudah kecanduan media

sosial, media sosial digunakan terus-menerus dan akhirnya menyebabkan

banyak masalah seperti mengabaikan hubungan kehidupan nyata. Masalah

yang dihasilkan ini kemudian dapat memperburuk keadaan.

Penggunaan media sosial yang tinggi juga dapat menyebabkan

kecanduan. Menurut Wahyudi Kumorotomo (2010:2), kecanduan media

sosial dapat menyebabkan timbulnya masalah psikis. Orang akan menjadi

sangat tergantung sehingga akan merasa hidupnya tidak lengkap jika

sehari saja tidak membuka akun media sosial. Hoskin (dalam Wahyudi

Kumorotomo, 2010:2) menyebutkan tujuh akibat jika seseorang sudah

kecanduan media sosial yaitu rasa malas bekerja, sifat rakus, iri, dengki,

takabur, pemarah, dan mengada-ada. Efek psikis lainnya adalah seseorang

menjadi malas mengerjakan hal-hal yang produktif, angkuh, dan narsis.

Intensitas penggunaan media sosial yang tinggi di kalangan anak akan

menyebabkan kecanduan. Menurut Kuss & Griffiths (2011:68), berbagai

macam fitur yang terdapat pada situs jejaring sosial dapat menjadi salah

satu penyebab kecanduan situs media sosial, terutama meningkatnya

waktu penggunaan situs jejaring/media sosial. Individu dapat dikatakan

menggunakan media sosial dalam intensitas yang tinggi bahkan

kecanduan jika memenuhi aspek yang dinyatakan oleh Griffiths

(43)

28 a. Salience (Mendominasi)

Kecanduan media sosial ini terjadi ketika aktivitas membuka media sosial menjadi kegiatan yang paling penting dalam hidup

seseorang dan mendominasi pikirannya, perasaan (keinginan), dan

perilaku.

b. Mood Modification (Perubahan Suasana Hati)

Pengguna media sosial mendapat kesenangan dari aktivitas online situs media sosial.

c. Tolerance (Daya Tahan)

Aktivitas online situs media sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan.

d. Withdrawal Symptoms (Gejala Penarikan)

Muncul perasaan tidak menyenangkan pada saat seseorang tidak melakukan aktivitas online situs media sosial atau ketika seseorang itu menarik diri dari aktivitas di media sosial maka akan

menyebabkan kemurungan dan muncul sikap mudah marah/

agresifitas.

e. Conflict (Konflik)

(44)

29 f. Relapse (Pengulangan)

Ada kecenderungan perilaku seseorang untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal mengenal situs media sosial

meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya.

Berdasarkan uraian penjelasan mengenai dampak penggunaan media

sosial di atas dapat disimpulkan bahwa dampak dari penggunaan media

sosial dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif

media sosial bagi anak yaitu media sosial dapat memudahkan anak dalam

mendapatkan teman, anak akan menjadi lebih perhatian dan memiliki

empati kepada teman-temannya.

Namun, penggunaan media sosial yang terlampau tinggi di kalangan

anak akan menyebabkan kecanduan. Anak akan menjadi sangat

tergantung pada media sosial sehingga akan merasa hidupnya tidak

lengkap jika sehari saja tidak membuka akun media sosial. Selain itu anak

juga akan mengalami permasalahan dalam bersosialisasi di kehidupan

nyata, misalnya permasalahan ketika berinteraksi dengan teman

sebayanya. Penggunaan media sosial yang tinggi juga dapat menyebabkan

anak suka menunda pekerjaan serta susah dalam memanajemen waktu.

6. Ragam dan Jenis Aplikasi Media Sosial

Menurut Tito Siswanto (2013:83) media sosial dibagi menjadi lima

(45)

30 a. Portal Sosial Media

Portal sosial media dimiliki oleh Facebook dan Google Plus dan sejenisnya. Pengguna dari sosial media lebih bervariasi, baik dari segi

usia, profesi, lokasi, tingkat pendidikan, maupun tingkat pergaulannya.

Sosial media ini menyuguhkan berbagai fitur menarik seperti

menandai foto, membagikan status, unggah video, berbagi tautan, dan

lain-lain.

b. Sosial Media Berbasis Lokasi

Sosial media yang memiliki karakteristik ini adalah foursquare. Sosial media ini memiliki anggota yang lebih terbatas jika

dibandingkan dengan portal sosial media. Pemilik akun menggunakan

jenis media sosial ini cenderung hanya untuk kesenangan dan

eksistensi.

c. Portal Forum Diskusi dan Milis

Sosial media yang memiliki karakteristik ini adalah Kaskus, Forum Otomotif, Yahoogroups, Googlegroups, dan sejenisnya. Pengguna sosial media ini biasanya lebih mempunyai karakteristik tertentu

seperti pecinta otomotif, programmer, atau tergantung tema dari forum tersebut.

d. Blog

(46)

31

kreatifitas dan kemampuan menulis. Blog banyak dimanfaatkan oleh para blogger untuk menulis hal apapun yang ingin diungkapkan seperti menulis cerpen, promosi produk, ajang curhat, dan sebagainya.

e. Microblog

Berbeda dengan blog, mikroblog dibatasi oleh keterbatasan teks/variasi konten. Microblog yang paling popular saat ini adalah Twitter. Pemilik akun ini biasanya memiliki akun sosial media portal seperti Facebook. Mikroblog dapat digunakan untuk berkomunikasi, pencitraan, bahkan dapat digunakan untuk berinteraksi dengan

penggemar bagi artis, tokoh, institusi, dan lain-lain.

Sementara itu, menurut Ega Dewa Putra (2014:5-7) media sosial yang

popular di kalangan masyarakat terdiri dari berbagai macam, diantaranya

yaitu sebagai berikut.

a. Facebook

Facebook adalah sebuah media sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004. Facebook merupakan media sosial yang dapat digunakan untuk menjalin hubungan pertemanan, tempat

ngobrol, promosi produk, membentuk komunitas/grup, mengunggah

foto atau video, membuat status, permainan berjejaring, chatting, dan lain sebagainya.

b. Twitter

(47)

32

popular di kalangan masyarakat. Twitter merupakan tempat paling cepat dalam menyampaikan informasi dan peristiwa yang sedang

terjadi di muka bumi. Para pembaca dimudahkan dalam menemukan

sekian banyak informasi tanpa henti melalui trending topic yang ada pada Twitter.

c. Myspace

MySpace merupakan salah satu jejaring sosial yang populer bagi orang di dunia. Saat ini, kegiatan update status dapat dikatakan sebagai kegiatan baru yang biasa dilakukan banyak orang setiap hari.

MySpace merupakan salah satu media sosial yang menyediakan fitur untuk update status. Selain tempat untuk update status, MySpace juga digunakan untuk ajang promosi musik. Para musisi yang ingin terjun

ke dunia seni dapat menyalurkan dan mempromosikan bakat atau

karyanya di jejraing sosial MySpace. d. Path

Path adalah jejaring sosial dimana orang yang menggunakannya dapat update segala aktivitas mereka di media sosial ini. Banyak

orang yang memanfaatkan media sosial ini untuk mengetahui

aktivitas orang lain, berbagi foto, komentar, mengeshare lokasi dirinya, dan lain-lain. Jejaring sosial ini sangatlah unik karena hanya

memperbolehkan pangguna memiliki teman atau kerabat sebanyak

(48)

33 e. Instagram

Instagram adalah jejaring sosial yang digunakan untuk membagikan foto atau video kepada para follower kita di akun Instagram. Selain dapat berbagi foto, kita juga dapat memberikan komentar pada foto atau video yang dibagikan oleh teman.

f. Line

Line adalah aplikasi pengirim pesan instan gratis yang dapat digunakan pada tablet, smatphone, dan komputer. Line difungsikan dengan menggunakan jaringan internet sehingga pengguna Line dapat melakukan aktivitas seperti mengirim pesan teks, mengirim gambar,

video, pesan suara, dan lain-lain.

Selain media sosial yang disebutkan di atas, masih ada beberapa

media sosial lain yang tidak kalah populernya di kalangan masyarakat

saat ini. Media sosial itu adalah WhatsApp dan BBM. a. WhatsApp

(49)

34

para penggunanya dapat saling berdiskusi, berbagi teks, gambar,

video, dan sebagainya dalam suatu komunitas.

b. Blackberry Messenger (BBM)

Blackberry Messenger merupakan aplikasi pesan instan yang dikeluarkan oleh perusahaan Blackberry (RIM). Layanan aplikasi ini dapat berfungsi melalui koneksi internet dari gadget ataupun smartphone. Aplikasi ini dapat digunakan untuk berbagi informasi seperti teks, gambar, video, dan file lainnya. BBM juga dapat digunakan untuk mengupdate status dan foto profil atau yang biasa disebut display picture, sehingga orang lain yang ada dalam kontak BBM dapat mengenal dan mengetahui keadaan kita dengan baik. Ada begitu banyak media sosial yang pupuler, tetapi tidak semuanya

lazim digunakan oleh anak. Berdasarkan pengamatan yang sudah

dilakukan oleh peneliti, media sosial yang biasanya dipakai oleh

anak-anak khususnya anak-anak Sekolah Dasar antara lain BBM, WhatsApp, Line, Instagram, Facebook, dan Twitter.

C. Tinjauan Tentang Peer Acceptance

1. Pengertian Peer Acceptance (Penerimaan Teman Sebaya)

Chaplin (1999:14) berpendapat bahwa penerimaan merupakan

pengakuan ataupun penghargaan terhadap nilai-nilai individu yang

ditandai dengan sikap positif dan tidak menolak. Harry Stack Sullivan

(dalam Jalaluddin Rakhmat, 2004:101) menjelaskan jika individu

(50)

35

seseorang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima

dirinya sehingga akan lebih mudah diterima dan menyesuaikan diri

dengan kelompok.

Menurut Brenk (1995: 651) penerimaan kelompok sebaya berkaitan

dengan penerimaan sosial yang merupakan kemampuan penerimaan

seorang anak sehingga anak dihormati oleh anggota kelompok yang

lainnya sebagai partner sosial yang berguna. Kemampuan ini meliputi

kemampuan anak untuk menerima orang lain. Menurut Hurlock

(1978:293), penerimaan sosial adalah dipilih sebagai teman untuk suatu

aktivitas dalam kelompok dimana seseorang menjadi anggota.

Sementara itu Santrock (2007:205) mendefinisikan sebaya sebagai

orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Conny

R Semiawan (1998:162) menyatakan bahwa dalam kelompok teman

sebaya, anak akan menemukan orang yang memiliki kesamaan minat,

harapan, dan pola pikir. Anak akan mendapat kepuasan dan kesenangan

yang tidak bisa didapat dari orangtua atau orang dewasa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan

teman sebaya merupakan dipilihnya seorang anak sebagai teman untuk

suatu aktifitas dalam kelompok dimana seseorang menjadi anggota.

Penerimaan biasanya ditandai dengan sifat-sifat positif yaitu pengakuan

atau penghargaan. Setiap anak yang diterima oleh kelompok sebaya

memiliki suatu kesamaan dengan kelompok tersebut. Kesamaan tersebut

(51)

36 2. Fungsi Teman Sebaya

Hubungan antar teman sebaya sangat penting bagi perkembangan

sosial anak-anak khususnya anak usia Sekolah Dasar. Tidak dapat

dipungkiri bahwa teman sebaya akan mempengaruhi pola perilaku anak.

Apabila anak memiliki teman sebaya yang mampu membawa anak ke

arah pergaulan positif, maka anak juga akan terangsang mengikuti teman

sebayanya untuk berperilaku positif. Sebaliknya, bila teman sebaya yang

dimiliki anak cenderung membawa anak ke arah pergaulan yang negatif,

maka anak juga kemungkinan besar akan berperilaku negatif seperti

teman sebayanya.

Ormrod (2009:109-111) mengemukakan bahwa teman sebaya

memegang peran penting dalam perkembangan pribadi dan sosial anak.

Teman sebaya akan berperan sebagai agen sosialisasi yang membantu

anak membentuk perilaku dan keyakinan, serta akan menawarkan

gagasan dan perspektif-perspektif baru. Pada masa anak-anak, teman

sebaya juga dianggap sebagai sumber hiburan, tetapi seiring

pertambahan usia, anak-anak akan mendapati teman sebaya sebagai

sumber rasa nyaman, dan aman.

Mc. Devitt dan Ormrod (2013: 608-609) mengemukakan beberapa

fungsi dari hubungan teman sebaya sebagai berikut.

a. Teman sebaya memberikan dukungan emosional. Kehadiran teman

yang akrab akan membantu anak santai dalam lingkungan barunya

(52)

37

b. Teman sebaya berfungsi sebagai mitra untuk berlatih keterampilan

sosial.

c. Teman sebaya bersosialisasi satu sama lain.

d. Teman sebaya memberikan kontribusi untuk merasakan identitas,

berkumpul dengan teman sebaya akan membantu anak memutuskan

siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka nanti.

e. Teman sebaya saling membantu satu sama lain untuk

mempertimbangkan kehidupan mereka. Selama percakapan

sehari-hari, anak-anak berbagi ide yang membantu satu sama lain dalam

menafsirkan peristiwa yang membingungkan dan meresahkan.

f. Teman sebaya mencapai cara yang umum dalam memandang dunia.

Sebagai hasil dari interaksi mereka dari waktu ke waktu, anak-anak

datang untuk berbagi pandangan tentang dunia.

Desmita (2009:227) berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari

pola hubungan anak dengan teman sebaya adalah munculnya keinginan

untuk menjalin hubungan pertemanan atau biasa disebut persahabatan.

Santrock (dalam Desmita, 2009:228), menyebutkan enam fungsi penting

dari persahabatan, yaitu:

a. Sebagai kawan (companionship), persahabatan memberikan anak seorang teman yang akrab. Teman yang bersedia meluangkan waktu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan bersama.

(53)

38

c. Sebagai dukungan fisik (physical support), persahabatan memberikan waktu, kemampuan-kemampuan, dan pertolongan.

d. Sebagai dukungan (ego support), persahabatan menyediakan harapan

dan dukungan. Dorongan yang dapat membantu anak

mempertahankan kesan atas dirinya sebagai individu yang mampu,

menarik, dan berharga.

e. Sebagai perbandingan sosial (social comparison), persahabatan menyediakan informasi tentang cara berhubungan dengan orang lain.

f. Sebagai pemberi keakraban dan perhatian (intimacy/affection), persahabatan memberi anak-anak suatu hubungan yang hangat, erat,

saling mempercayai dengan anak lain yang berkaitan dengan

pengungkapan diri sendiri.

Berdasarkan hal yang sudah dijabarkan di atas dapat diketahui bahwa

teman sebaya memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan

anak. Tidak hanya menjadi teman sepermainan, tetapi juga mengajarkan

bagaimana berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain serta

memperluas cakrawala pengalaman, sehingga anak bisa tumbuh menjadi

pribadi yang lebih kompleks.

3. Kategori Penerimaan Teman Sebaya (Peer Acceptance)

Hurlock (1978:294) merumuskan kategori penerimaan sosial dalam

(54)

39 a. Star

Star dianggap sebagai sahabat karib oleh semua anggota kelompok. Walaupun begitu, “star” tidak banyak membalas uluran

persahabatan ini. Setiap orang mengagumi “star” karena adanya beberapa sifat yang menonjol. Hanya sedikit sekali yang termasuk

dalam kategori ini.

b. Accepted

Anak yang “accepted” disukai oleh sebagian besar anggota kelompok. Statusnya kurang terjamin dibandingkan dengan status “star” dan dia dapat kehilangan status tersebut bila dia terus-menerus

melakukan atau mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan

anggota kelompok.

c. Climber

Climber” diterima dalam suatu kelompok, tetapi ingin memperoleh penerimaan dalam kelompok yang secara sosial lebih

disukai. Posisinya genting karena dia mudah kehilangan penerimaan

yang telah diperolehnya dalam kelompok semula dan mudah

mengalami kegagalan untuk memperoleh penerimaan dalam

kelompok yang baru bila dia melakukan atau mengatakan sesuatu

yang bertentangan dengan anggota kelompok tersebut.

d. Fringer

(55)

40

kehilangan penerimaan yang diperoleh melalui tindakan atau ucapan

tentang sesuatu yang dapat menyebabkan kelompok berbalik

menentang dia.

e. Neglectee

“Neglectee” adalah orang yang tidak disukai tetapi juga tidak dibenci. Dia diabaikan karena dia pemalu, pendiam, dan tidak

termasuk dalam kategori tertentu. Dia hampir tidak dapat

memberikan apa-apa, sehingga anggota kelompok mengabaikannya.

f. Isolate

Isolate” tidak mempunyai sahabat di antara teman sebayanya. Ada dua jenis “isolate” yaitu voluntary isolate dan ivoluntary isolate. “Voluntary isolate” merupakan anak yang menarik diri dari

kelompok karena kurang memiliki minat untuk menjadi anggota atau

untuk mengikuti aktivitas kelompok. “Ivoluntary isolate” merupakan anak yang ditolak oleh kelompok meskipun dia ingin menjadi

anggota kelompok tersebut.

Sementara itu, Rubin dkk.(2005:485) menggolongkan anak ke dalam

lima kategori berikut.

1. Popular merupakan anak yang banyak disukai dan sedikit dibenci. 2. Controversial merupakan anak yang banyak disukai dan banyak tidak

disukai.

(56)

41

4. Neglected merupakan anak yang sedikit disukai dan sedikit tidak disukai.

5. Average merupakan golongan anak yang banyak disukai seperti popular, hanya saja anak yang menyukainya tidak sebanyak anak

yang menyukai anak popular.

Dari uraian penjelasan mengenai kategori penerimaan sosial di atas,

maka dapat diketahui bahwa di dalam kelompok teman sebaya, anak

dibagi ke dalam kategori penerimaan sosial. Kategori yang disampaikan

dua ahli di atas sedikit berbeda, tetapi keseluruhan intinya hampir sama

yakni di dalam ketegori penerimaan teman sebaya terdapat anak yang

paling diterima oleh kelompok yang disebut star/popular, tetapi juga terdapat anak yang tidak disukai atau ditolak oleh kelompok teman

sebaya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peer Acceptance (Penerimaan Kelompok Teman Sebaya)

Menurut Andi Mappiare (1982:170-171) hal-hal pribadi yang

membuat individu diterima kelompok teman sebaya adalah sebagai

berikut.

a. Penampilan dan perbuatan yang meliputi tampang baik atau paling

tidak, rapi serta aktif dalam urusan kelompok.

b. Kemampuan pikir antara lain mempunyai inisiatif, banyak

memikirkan kepentingan kelompok dan mengemukakan buah

(57)

42

c. Sikap, sifat dan perasaan antara lain bersikap sopan, memperhatikan

orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada dalam

keadaan yang tidak menyenangkan dirinya, suka menyumbang

pengetahuan pada orang lain terutama anggota kelompok yang

bersangkutan.

d. Pribadi yang jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka

menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok,

mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi dan pergaulan

sosial.

e. Aspek lain meliputi pemurah, suka bekerja sama dan membantu

anggota kelompok.

Sementara itu, Hurlock (1989:95) menjelaskan bahwa terdapat

beberapa kondisi yang menunjukkan bahwa seorang remaja diterima

oleh kelompok sebayanya. Kondisi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut.

a. Mudah mendapatkan teman dan terbuka, serta mampu berbagi

pengalaman dengan sesama teman.

b. Memiliki rasa empati yaitu mampu ikut merasakan penderitaan orang

lain.

c. Memiliki partisipasi sosial yang aktif, aktif dalam kegiatan baik di

Gambar

Gambar 1.Siswa Sekolah Dasar Saling Ejek dan Melakukan Bullying di BBM
Gambar 2. Kerangka Berfikir
Tabel. 3 Pedoman pemberian skor instrumen Intensitas Penggunaan
Tabel 6. Klasifikasi Data Intensitas Penggunaan Media Sosial Siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Di sini penulis membatasi pada faktor kepemimpinan, motivasi dan supervisi kepala sekolah yang memberi kontribusi terhadap kinerja guru di SD Negeri Se Gugus

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa-siswi kelas V SD Se-Gugus Erlangga UPTD Dikpora Kecamatan Cepiring Kabupaten

Histogram Faktor Pelaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan Pembelajaran Penjasorkes Kelas V Dengan Kurikulum KTSP Di Sekolah Dasar Negeri Se-Gugus Minomartani Kecamatan Ngaglik

Hasil skor rerata memahami isi wacana siswa kelas V SD Negeri se-gugus III Kecamatan Sail Kota Pekanbaru yang berjumlah empat sekolah dengan kategori yang

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah siswa kelas V SD Se-Gugus Wonosobo Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi adalah siswa yang tergolong minat

adalah untuk mengetahui minat siswa terhadap permainan tee ball pada siswa kelas V SD Se-Gugus III Karangjati Kecamatan Karangjati Kabupaten

Ratna Latifah Jati 1 PENGARUH PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS WIROPATI THE EFFECT OF TEACHER REINFORCEMENT ON LEARNING MOTIVATION OF

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD N Kedungpring, SD N Wonolelo, dan SD N Cegokan juga dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas tinggi sekolah dasar di gugus IV